Anda di halaman 1dari 8

Sejarah Perkembangan dan Pertumbuhan Gerakan Koperasi Indonesia

Kurun Waktu Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1949)

Dalam suasana perang mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia dapat


membenahi diri sehingga seluruh tugas-tugas pemerintahan dapat berjalan sebagaimana mestinya,
termasuk juga tugas-tugas yang diemban Jawatan Koperasi. Tentang perkoperasian ini telah jelas
dicantumkan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang mulai resmi berlaku sejak tanggal 18
Agustus 1945. Pasal tersebut terutama ayat (1) menjamin berlangsungnya perkoperasian di negara kita
dengan memainkan peranan yang penting dalam mengembangkan perekonomian rakyat Indonesia.
(Kartasapoetra, 1987: 85)

Agar supaya pengembangan koperasi dapat berjalan dengan lancer dan memenuhi jiwa pasal 33 UUD
1945, pada bulan Desember 1946 oleh Pemerintah RI telah diadakan reorganisasi Jawatan Koperasi dan
Perdagangan Dalam Negeri, yang sejak saat itu instansi Koperasi dan Perdagangan dipisah menjadi
instansi yang berdiri sendiri-sendiri, yaitu Jawatan Koperasi dengan tugas-tugas mengurus dan
menangani pembinaan koperasi dan Jawatan Perdagangan dengan tugas mengurus dan menangani
bimbingan perdagangan.

Semangat kekeluargaan, kegotongroyongan untuk mencapai masyarakat yang dapa meningkatkan taraf
hidupnya telah mendorong lahirnya berbagai jenis koperasi dengan pesat, koperasi pada waktu itu
merupakan alat perjuangan di bidang ekonomi dan alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada awal tahun 1947 di Jawa yang merupakan daerah perjuangan utama, telah tercatat ± 2500
koperasi yang diawasi oleh Pemerintah RI, namun pengawasan tersebut dapat dikatakan kurang
seksama karena situasi dan kondisi daerah-daerah tidak memungkinkan. Walaupun situasi dan kondisi
dalam serba darurat akibat kelicikan Belanda baik di medan pertempuran maupun di medan diplomasi,
sehinggag tidak jarang suatu daerah yang keadaannya tenang, roda pemerintahan dan roda kehidupan
masyarakat berlangsung dengan lancar, secara mendadak menjadi medan pertempuran yang dahsyat.
Pergerakan koperasi di daerah Republik Indonesia telah berhasil mewujudkan 3 (tiga) kegiatannya yang
penting yang selalu akan tercatat dalam sejarah pergerakan koperasi di Indonesia, yaitu:

a) Koperasi Desa

Gagasan tentang perlunya dibentuk Koperasi Desa di daerah-daerah pedesaan merupakan cikal bakal
terbentuknya Koperasi Unit Desa. Koperasi Desa tugasnya tidak hanya terbatas pada satu bidang
kegiatan, melainkan meliputi tugas-tugas meningkatkan produksi, membimbing pengolahan hasil
produksi, pemasaran hasil produksi secara terpadu, mengusahakan kredit untuk memperlancar usaha
tani dan lain sebagainya.

Sebenarnya pemula gagasan ini adalah Sir Horace Plunkett (orang Inggris) yang telah berhasil dilakukan
oleh dia di India, yang terkenal dengan “Multy Purposes Cooperative”. Perlu diketahui bahwa Sir Horace
Plunkett berpendapat: “Dengan Koperasi Desa akan tercapai pertanian yang lebih baik dan kehidupan
yang lebih baik”, (Better farming, better business and better living). Bila dihubungkan dengan peranan
KUD pada saat ini yang mengelola Agribusiness, terbukti pada umumnya para petani yang bergabung
dalam KUD, tingkat kesejahteraannya lebih baik, karena KUD telah dapat menimbulkan kegairahan kerja
untuk meningkatkan produksi, kemudian para petani dibimbing untuk mengolah lebih lebih lanjut hasil
pertanian itu sehingga menjadi komoditi perdagangan yang harganya dapat lebih tinggi, pemasaran
dilakukan melalui KUD dengan harga yang layak sehingga memperoleh pendapatan yang lebih besar
yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terbebas dari para lintah darat dan untuk hari depan
mempunyai sejumlah tabungan pada KUD yang berasal dari simpanan wajib dan sukarela.
(Kartasapoetra, 1987: 87-88)

b) Koperasi adalah Alat Pembangunan Ekonomi

Pada tanggal 11 Juli sampai dengan 14 Juli 1947, gerakan Koperasi Indonesia dalam alam kemerdekaan
telah menyelenggarakan kongresnya yang pertama dengan bertempat di Tasikmalaya. Pelaksanaan
kongres ini dan keputusan-keputusan yang dihasilakan telah memberi warna, bahwa gerakan Koperasi
Indonesia merupakan alat perjuangan di bidang ekonomi dan pembangunan untuk mencapai cita-cita
kemerdekaan yaitu, terbangunnya Masyarakat Adil dan Makmur yang menyeluruh. Keputusan-
keputusan lainnya ialah:

1. Terwujudnya kesepakatan untuk mendirikan SOKRI (Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia);

2. Ditetapkannya azas Koperasi Indonesia “berdasar atas kekeluargaan dan gotongroyong;

3. Ditetapkannya tanggal 12 Juli sebagai “Hari Koperasi Indonesia”;

4. Diperluasnya pengertian dan pendidikan tentang perkoperasian, agar para anggotanya dapat lebih
royal terhadap koperasinya.

(Catatan: Hari Koperasi Internasional diperingati pada setiap hari Sabtu yang pertama bulan Juli dari
tahun ke tahun).

c) Peraturan Koperasi Tahun 1949, nomor 179

Menjelang saat-saat dilakukannya Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, UU/Peraturan
Koperasi tahun 1927, Stbl no. 91 telah ditinjau kembali, ternyata banyak diantara ketentuannya yang
kurang cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia, karena itu diadakan Peraturan Koperasi yang baru,
yaitu peraturan Koperasi Tahun 1949 no. 179.

Dalam Peraturan Koperasi yang baru ini jelas dinyatakan bahwa “koperasi merupakan perkumpulan
orang-orang atau badan-badan hukum Indonesia yang memberi kebebasan kepada setiap orang atas
dasar persamaan untuk menjadi anggota dan atau menyatakan berhenti daripadanya, maksud utama
mereka dalam wadah koperasi ini yaitu memajukan tingkat kesejahteraan lahiriah para anggotanya
dengan melakukan usaha-usaha bersama di bidang perdagangan, usaha kerajinan,
pembelian/pengadaan barang-barang keperluan anggota, menanggung bersama kerugian yang dialami,
pemberian atau pengaturan pinjaman, pembentukan koperasi harus diperkuat dengan akta (surat yang
sah) dan harus didaftarkan serta diumumkan menurut cara-cara yang telah ditentukan oleh
pemerintah”. (Kartasapoetra, 1987: 87-89)

Peraturan Koperasi Tahun 1949 no. 179 tersebut, walau persiapan dan pembentukannya dilakukan pada
saat-saat pemerintah kolonial Belanda sedang sibuk dengan kegiatan pembentukan Negara Federal
bersama negara-negara bagian yang telah dibentuknya, jelas banyak diilhami oleh gerak langkah
koperasi-koperasi yang telah dibentuk di daerah-daerah Republik Indonesia yang telah menyesuiakan
diri dengan gelora perjuangan dan pembangunan bangsa dan negara dalam satu wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Demikian tentang pertumbuhan dan perkembangan Koperasi Indonesia selama pemerintah RI beserta
segenap rakyat sedang berjuan mempertahankan kemerdekaan negara dari berbagai usaha
penghancuran yang dilakukanoleh Belanda. Ketahanan rakyat Indonesia dalam bidang koperasi telah
menunjukkan keunggulan bangsanya untuk mengatasi atau menanggulangi kesulitan ekonomi akibat
blockade ekonomi yang dilancarkan Belanda.

Pertumbuhan dan Perkembangan Koperasi Pada Kurun Waktu 1950-1959

Sejalan dengan pembubaran negara-negara bagian dan disatukannya kembali dalam wadah NKRI,
jawatan-jawatan Koperasi di negara-negara bagian tersebut dibubarkan pula dan selanjutnya
digabungkan dalan satu bentuk organisasi Jawatan Koperasi yang bernaung dalam NKRI, segala
sesuatunya diseragamkan dan disesuiakan dengan semangat dan Nilai-nilai Perjuangan ’45, Semangat
Pancasila dan Semangat UUD 1945.

Jawatan Koperasi yang pada waktu itu merupakan organisasi pemerintah di bawah Kementerian
Perdagangan dan Perindustrian, secara aktif melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan program kerja
yang telah ditentukan oleh kementeriannya, yaitu segera merealisasikan pembentukan kader-kader dan
pendidikan perkoperasian bagi para pegawainya, semua pegawai harus senafas, sejalan dan sehaluan
dalam mengelola dan mengembangkan koperasi sebagai alat perekonomian untuk mencapai cita-cita
perjuangan bangsa Indonesia. Ditekankan bahwa koperasi adalah alat perjuangan ekonomi yang tidak
“profit undertaking” melainkan “service undertaking”, istilah “andil” diganti dengan istilah “simpanan
pokok”, pemupukan modal diperoleh dari simpanan wajib dan simpanan sukarela, yang harus
mencerminkan kesediaan para anggota untuk hidup berhemat, membiasakan para anggota untuk
melakukan penyisihan dari pendapatan yang diperolehnya untuk disimpan pada koperasinya sebagai
tabungan. (Kartasapoetra, 1987: 91)

Nama Dr. Mohammad Hatta, baik sebagai Wakil Presiden atau sebagai ahli ekonomi/koperasi telah
berusaha meningkatjan perkembangan koperasi di Indonesia, Bung Hatta selalu memberikan gagasan,
pengarahan kepada Jawatan Koperasi dengan maksud:
mempertebal kesadaran berkoperasi bagi seluruh rakyat Indonesia;

tegakkanlah kebiasaan hidup hemat dan peningkatan pelaksanaan Pekan tabungan;

memberikan nasihat kepada gerakan-gerakan koperasi untuk meningkatkan cara kerja dan cara
usahanya;

memberikan gambaran-gambaran mengenai perjalanan Koperasi Indonesia dari tahun ke tahun.

Demikian besar motivasi dan peranan beliau terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan perkembangan
perkoperasian di Indonesia. Pada waktu itu, sementara koperasi tengah mengadakan penyempurnaan-
penyempurnaan ke dalam, situasi dalam negeri berubah di mana persatuan dan kekeluargaan antara
sesame rakyat Indonesia secara lambat tengah dibawa kea rah keratakan. Keretakan ini dikarenakan
sistem liberalisme telah mulai berakar dalam masyarakat. Liberalisme tersebut sangat mengabaikan
cara-cara musyawarah dan mufakat, merusak terjalinnya persatuan antara sesame warga negara. Jadi
Liberalisme sangat bertentangan dengan gotongroyong dan kekeluargaan yang menjadi kepribadian
bangsa Indonesia.

Keburukan sistem liberal tersebut, lebih jelas pada perancangan Undang-Undang Koperasi yang baru,
karena perundang-undangan yang lama yang merupakan warisan dari pemerintahan kolonial mutlak
harus diganti, selain tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia juga menimbulkan dualisme
dalam pengelolaan koperasi. UU Koperasi yang baru berkali-kali disusun dan disempurnakan oleh
Jawatan Koperasi, tetapi hingga tahun 1958 belum pernah sampai diajukan ke Parlemen, karena
pengaruh kerja secara liberalisme tersebut. Rancangan UU itu berkat inisiatif seorang anggota Parleman
yang bernama Soemardi dapat sampai ke Parlemen dan ternyata pada bulan-bulan berikutnya setelah
awal tahub 1958 dapat disahkan oleh Parlemen, terkenal sebagai undang-Undang Koperasi Tahun 1958
No. 79.

Undang-Undang Koperasi Tahun 1958 No. 79 tidak banyak membawa perubahan, karena tampaknya
disusun secara tergesa-gesa, sehingga dirasakan masih belum memenuhi kebutuhan koperasi.
Perubahan penting yang dapat dikemukakan, terbatas pada:

pemberian peranan yang lebih banyak kepada pemerintah dalam tugas-tugas bimbingan terhadap
koperasi;

pengadaan Badan musyawarah Koperasi;

pemberian/pengaturan sanksi bagi mereka yang menyalahgunakan nama koperasi;

hilangnya dualisme pengelolaan koperasi dengan dicabutnya Peraturan Koperasi Tahun 1949 No. 179
dan Undang-Undang Koperasi Tahun 1933 No. 108 (Kartasapoetra, 1987: 94)

Ditinjau secara umum (makro) pertumbuhan dan perkembangan koperasi sejak tahun 1950 hingga
tahun 1958 memang ada kemajuan-kemajuan, misalnya:
a) kemajuan dalam bidang pendidikan koperasi:

1. Peningkatan refreshing courses bagi para karyawan Jawatan Koperasi dan pergerakan koperasi;

2. pemberian kesempatan pada petugas-petugas Jawatan Koperasi dan pergerakan koperasi untuk
meningkatkan pengetahuan perkoperasian di luar negeri, peninjauan-peninjauan, dan mengikuti
berbagai seminar perkoperasian.

b) perkembangan fisik koperasi:

Jika dibandingkan dengan pertumbuhan dan perkembangan koperasi sebelum tercapainya Indonesia
merdeka, misalnya dengan perkembangan pada tahun1939, maka jelas terjadi perkembangan yang
pesat dalam kuantitas dan kualitasnya, semua ini berkat bimbingan-binbingan para petugas Jawatan
Koperasi yang selalu memperhatikan jiwa dari pasal 33 UUD 1945, walau kenyataanya pada saat itu UUD
1945 sendiri telah tergeser oleh UUD sementara tahun 1950. (Kartasapoetra, 1987: 94-95)

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGA KOPERASI

DI INDONESIA

(Perbandingan Tahun 1939 dan 1958)

Tahun

Jumlah Koperasi

Jumlah Anggota
Jumlah

Modal

Jumlah Cadangan

1939

574

52.216

f. 850.671,-

f. 351.544,-

1958

11.863

1.941.719

Rp. 918.175.573,14

$ 214.419,73

*) 3.870.929,65

Rp. 183.884.203,44

$ 27.729,81

*) 596.754,92

Catatan: *) = berbetuk padi dalam hitungan kilogram.

Sumber: (Kartasapoetra, 1987: 95)

Tentang pengertian koperasi menurut UU Koperasi Tahun 1958 No. 79 dapat dikemukakan sebagai
berikut:

“Koperasi ialah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang
tidak merupakan konsentrasi modal, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1) berazas kekeluargaan (gotong-royong).


2) bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya pada khususnya dan kesejahteraan masyarakat
dan daerah tempat bekerjanya pada umumnya.

3) dengan berusaha:

a. mewajibkan dan menggiatkan anggotanya untuk menyimpan secara teratur.

b. mendidik anggotanya kea rah kesadaran berkoperasi.

c. menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha lain dalam lapangan perekonomian.

4) keanggotaan berdasar sukarela, mempunyai kepentingan, hak dan kewajiban yang sama, dapat
diperoleh dan diakhiri setiap waktu menurut kehendak yang berkepentingan setelah syarat-syarat dalam
anggaran dasar dipenuhi.

5) akta pendirian menutut ketentuan-ketentuan dan telah didaftarkan sebagaimana telah ditetapkan
dalam Undang-Undang ini.

Yang dimaksud denagn badan-badab hukum tersebut di atas ialah badan-badan koperasi yang telah
memperoleh sifat menurut Undang-Undang ini”. (Kartasapoetra, 1987: 95-96)

Jika mempelajari program Pemerintah dari beberapa Kabinet, baik Kabinet Moh. Natsir, Kabinet Wilopo
maupun Kabinet Ali Sastroamidjojo, maka soal koperasi tidak dilupakan.

Oleh Kabinet Moh. Natsir diterangkan dihadapan Dewan Perwakilan Rakyat, bahwa salah satu cara
untuk melaksanakan program perekonomian ialah:

“menggiatkan pembangunan organisasi-organisasi perekonomian rakyat, istimewa koperasi dengan cara


pendidikan, penerangan, pemberian kredit yang lebih banyak dan lebih mudah, satu dan lain seimbang
dengan kemampuan keuangan negara;.

Untuk memperbaiki perekonomian rakyat, Kabinet Wilopo antara lain mengajukan suatu usulan yaitu
“Program Koperasi” yang terdiri dari 3 bagian, yaitu:

a) usaha untuk menciptakan suasana dan keadaan sebaik-baiknya bagi perkembangan koperasi
Indonesia;

b) usaha lanjutan dari perkembangan gerakan koperasi;

c) usaha yang mengurus perusahaan rakyat yang dapat diselenggarakan atas dasar koperasi.
Dalam menerangkan Program Pemerintah dihadapan Parlemen P.M Ali Sastroamidjojo menjelaskan
programnya sebagai berikut:

“Untuk kepentingan pembangunan dalam lapangan perekonomian rakyat perlu pula diperluas dan
dipergiat gerakan koperasi, yang harus disesuaikan dengan semangat gotong-royong yang spesifik di
Indonesia dan besar artinya dalam usaha menggerakkan rasa percaya pada diri sendiri dikalangan
rakyat”. (Sumadiwiryo,1954: 45)

Ketiga Kabinet tersebut diatas memakai kumpulan koperasi sebagai alat untuk memperbaiki dan
memperkuat perekonomian rakyat, sebab Pemerintah tahu, bahwa rakyat Indonesia sebagian besar
terdiri dari pengusaha kecil yang kondisi ekonominya lemah. Dan berdasar atas pengalaman di luar
negeri (negeri Belanda, Denmark, India) maka koperasi merupakan ‘senjata’ yang tepat bagi masyarakat
yang kondisi ekonominya lemag untuk memperbaiki penghidupannya

Anda mungkin juga menyukai