Tafsiran itu sering pula dikemukakan oleh Mohammad Hatta, yang sering
disebut sebagai perumus pasal tersebut. Pada Penjelasan konstitusi tersebut
juga dikatakan, bahwa sistem ekonomi Indonesia didasarkan pada asas
Demokrasi Ekonomi, di mana produksi dilakukan oleh semua dan untuk semua
yang wujudnya dapat ditafsirkan sebagai Koperasi.Dalam wacana sistem
ekonomi dunia, Koperasi disebut juga sebagai the third way, atau ?jalan ketiga?,
istilah yang akhir-akhir ini dipopulerkan oleh sosiolog Inggris, Anthony Giddens,
yaitu sebagai ?jalan tengah? antara kapitalisme dan sosialisme.
Koperasi diperkenalkan di Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto,
Jawa Tengah pada tahun 1896.
Ia pernah juga membedakan antara ?Koperasi sosial? yang berdasarkan asas
gotong royong, dengan ?Koperasi ekonomi? yang berdasarkan asas-asas
ekonomi pasar yang rasional dan kompetitif.Bagi Bung Hatta, Koperasi bukanlah
sebuah lembaga yang antipasar atau nonpasar dalam masyarakat tradisional.
Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang
lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar.
Karena itu Koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara
menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup,
tetapi terbuka, dengan melayani non-anggota, walaupun dengan maksud untuk
menarik mereka menjadi anggota Koperasi, setelah merasakan manfaat
berhubungan dengan Koperasi.
Contohnya adalah industri tekstil yang dibangun oleh GKBI (Gabungan Koperasi
Batik Indonesia) dan berbagai Koperasi batik primer.Karena kedudukannya yang
cukup kuat dalam konstitusi, maka tidak sebuah pemerintahpun berani
meninggalkan kebijakan dan program pembinaan Koperasi.
Semua partai politik, dari dulu hingga kini, dari Masyumi hingga PKI,
mencantumkan Koperasi sebagai program utama. Hanya saja kantor menteri
negara dan departemen Koperasi baru lahir di masa Orde Baru pada akhir
dasarwarsa 1970-an.