Anda di halaman 1dari 15

JENIS, BENTUK DAN PENJENJANGAN KOPERASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Koperasi Syariah
dan UMKM

Dosen Pengampu:

Dra. Hj. Nuraeni Gani, M.M.


NIP: 196412111991032001

Disusun Oleh:

Miftahul Jannah
NIM: 90500120098

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan

untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jenis, Bentuk dan

Penjenjangan Koperasi” ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Dra.
Hj. Nuraeni Gani, M.M. selaku dosen pada mata kuliah Koperasi Syariah dan
UMKM. Selain itu ditujuankan untuk menambah pengetahuan bagi penulis pada
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Hj. Nuraeni Gani,
M.M. yang telah memberikan tugas ini serta membimbing dalam penulisan
makalah ini sehingga penulis memperoleh banyak ilmu, informasi dan
pengetahuan selama penulis Menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat


banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengarapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 26 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Jenis-Jenis Koperasi ..................................................................................... 6
B. Bentuk koperasi ............................................................................................ 9
C. Penjenjangan Koperasi ............................................................................... 11
BAB III ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ................................................................................................ 14
B. Saran ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha

yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga

telah cukup banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan

pembangunan nasional. Sejak pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat

Indonesia, badan usaha koperasi telah mampu membantu masyarakat dalam

meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan-kegiatan usaha koperasi.

Prinsip usaha dan karakter koperasi yang berbeda dengan badan usaha lainnya

membuat badan usaha ini disenangi oleh masyarakat Indonesia yang

melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi

kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara

umum sangat cocok dengan badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya

sama-sama menganut asas kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotong-

royong.

Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan

meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. Pada awal

kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang No. 14 Tahun 1965

tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai koperasi

tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya Undang-undang

4
tersebut dan digantikan oleh Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-

Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian.

Penjelasan bidang usaha koperasi seharusnya diadakan berdasarkan kebutuhan

dan tujuan pendirinya. Pada umumnya, bidang usaha koperasi meliputi bidang

produksi, konsumsi, perkreditan dan jasa. Atas dasar inilah diadakan pembagian

jenis, bentuk serta tujuan organisasi yang akan dijelaskan dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Seperti yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka penulis mengambil

rumusan maslah sebagai berikut.

1. Apa saja jenis-jenis koperasi?

2. Apa saja bentuk-bentuk koperasi

3. Bagaimana penjenjangan koperasi?

C. Tujuan

Berdasarakan rumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan

penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mampu mengetahui dan memahami jenis-jenis koperasi

2. Mampu mengetahui dan memahami bentuk-bentuk koperasi

3. Mampu mengetahui dan memahami penjenjangan koperasi

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis-Jenis Koperasi

Ada dua jenis koperasi yang cukup dikenal luas oleh masyarakat, yakni KUD

dan KSP. KUD (Koperasi Unit Desa) tumbuh dan berkembang subur pada masa

pemerintahan orde baru. Sedangkan KSP (Koperasi Simpan Pinjam) tumbuh dan

berkembang dalam era globalisasi saat ini. KUD dan KSP hanyalah contoh dari

sekian jenis koperasi. Sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 25/1992 tentang

Perkoperasian, bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasar

prinsip koperasi, sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

asas kekeluargaan.

Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan,

koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara lain meningkatkan

kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal, dan mengembangkan

usaha. Dalam praktiknya, usaha koperasi disesuaikan dengan kondisi organisasi

dan kepentingan anggotanya. Berdasarkan kondisi dan kepentingan inilah muncul

jenis-jenis koperasi. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2012, disebutkan bahwa jenis-jenis koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut.

1. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

6
Secara umum, berdasar jenis usaha, koperasi terdiri atas Koperasi Simpan

Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi Konsumsi,dan Koperasi

Produksi.

a. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

KSP adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung

simpanan anggota dan melayani peminjaman. Anggota yang menabung

(menyimpan) akan mendapatkan imbalan jasa dan bagi peminjam

dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan peminjam ditentukan

melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat

dikatakan dari, oleh, dan untuk anggota.

b. Koperasi Serba Usaha (KSU)

KSU adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam.

Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk

melayanikebutuhan sehari-hari anggota masyarakat maupun unit produksi.

c. Koperasi Konsumen

Sesuai namanya, koperasi ini diperuntukkan bagi konsumen barang

dan jasa. Biasanya mereka menjual berbagai kebutuhan harian seperti

kelontong atau alat tulis sehingga sekilas tampak seperti tampak seperti

toko biasa. Bedanya, keuntungan yang didapat dari penjualan akan

dibagikan kepada anggotanya. Selain itu, karena biasanya yang membeli

7
dari koperasi konsumen adalah anggotanya juga, maka harga barangnya

cenderung lebih murah dari toko biasa.

d. Koperasi Produsen

Koperasi ini diperuntukkan bagi produsen barang dan jasa. Koperasi

produsen adalah koperasi yang bidang usahanya membuat barang

(memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota koperasi ini

pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui koperasi para anggota

mendapatkan bantuan modal dan pemasaran. Koperasi ini menjual barang

produksi anggotanya, misalnya koperasi peternak sapi perah menjual susu

sedangkan koperasi peternak lebah menjual madu. Dengan bergabung

dalam koperasi, para produsen bisa mendapatkan bahan baku dengan

harga lebih murah dan menjual hasil produksinya dengan harga layak.

2. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

a. Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan masyarakat

pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha ekonomi pedesaan,

terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang dilakukan KUD antara lain

menyediakan pupuk, obat pemberantas hama tanaman, benih, alat

pertanian, dan memberi penyuluhan teknis pertanian.

b. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

8
Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI,

koperasi ini bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI bertujuan

terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri (anggota). KPRI

dapat didirikan di lingkup departemen atau instansi.

c. Koperasi Sekolah

Koperasi Sekolah meiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,

karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha

menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alattulis,

makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan semata-mata

sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media pendidikan bagi

siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan, tanggung jawab, dan

kejujuran.

3. Jenis – jenis Koperasi berdasarkan luasan daerah kerjanya

a. Koperasi Nasional

b. Koperasi Provinsi

c. Koperasi Kotamadya / Kabupaten

B. Bentuk koperasi

Bentuk koperasi berdasarkan Undang-undang No.25 Tahun 1992 mengenal

dua bentuk koperasi yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder. Koperasi

Primer adalah semua koperasi yang didirikan dan beranggotakan orang seorang.

Sedangkan Koperasi Sekunder adalah semua koperasi yang didirikan oleh dan

9
beranggotakan Badan Hukum Koperasi, baik Badan Hukum Koperasi Primer dan

atau Badan Hukum Koperasi Sekunder.

Dalam pasal 15 UU No. 12 Tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan

bahwa koperasi dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder. Dalam

penjelasan pasal 15 UU No.12 Tahun 1992 disebutkan bahwa pengertian koperasi

sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

koperasi primer dan atau koperasi sekunder, berdasarkan kesamaan kepentingan

dan tujuan efisiensi, baik koperasi sejenis maupun berbeda jenis atau tingkatan.

Koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya tiga koperasi yang

berbadan hukum baik primer maupun sekunder. Koperasi sekunder didirikan

dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan mengembangkan

kemampuan koperasi primer dalam menjalankan peran dan fungsinya. Oleh sebab

itu, pendirian koperasi sekunder harus didasarkan pada kelayakan untuk mencapai

tujuan tersebut. Koperasi primer adalah koperasi yang beranggotakan orang

seorang dengan jumlah anggota minimal 20 orang, yang mempunyai aktivitas,

kepentingan, tujuan, dan kebutuhan ekonomi yang sama. Koperasi primer

memiliki otonomi untuk mengatur sendiri jenjang tingkatan, nama, dan norma-

norma yang mengatur kehidupan koperasi sekundernya.

Dalam pasal 24 ayat 4 UU No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa hak suara

dalam koperasi sekunder dapat diatur dalam anggaran dasar dengan

mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha koperasi anggota secara

seimbang. Dengan demikian, di dalam koperasi sekunder tidak berlaku prinsip

satu anggota satu suara, tetapi berlaku prinsip hak suara berimbang menurut

10
jumlah anggota dan jasa usaha koperasi anggotanya. Prinsip ini dianut karena

kelahiran koperasi sekunder merupakan konsekuensi dari asas subsidiary, yaitu

adanya pertimbangan ada hal-hal yang tidak mampu dan atau tidak efisien apabila

diselenggarakan sendiri oleh koperasi primer. Keberadaan koperasi sekunder

berfungsi untuk mendukung peningkatan peran dan fungsi koperasi primer.

Oleh sebab itu, semakin banyak jumlah anggota koperasi primer, semakin

besar pula partisipasi dan keterlibatannya dalam koperasi sekunder. Kedua hal

tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur

perimbangan hak suara. Dalam membentuk koperasi pasti dibutuhkan sumber-

sumber modal seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan

kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal.

C. Penjenjangan Koperasi

Ada dua cara atau sistem yang dapat digunakan dalam penjenjangan koperasi,

yaitu sistem federasi dan sistem sentralisasi, yang masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangan .

Kelebihan dan kebaikan dari sistem federasi adalah :

1. Bahwa kekuasaan, pengawasan, kepentingan serta tanggungjawab tetap

ditangan koperasi primer atau koperasi lokal kalau di Amerika Serikat.

2. Karena federasi itu dibangun dari bawah, peranan dari koperasi primer yang

mandiri itu tetap diakui.

11
3. Hubungan antar anggota, relatif lebih mudah diadakan dan dipertahankan baik

melalui koperasi primer yang telah mapan maupun melalui federasi koperasi

yang bersangkutan (koperasi sekunder).

4. Pendanaan bagi usaha koperasi, dapat dilakukan dengan lebih mudah melalui

simpanan-simpanan dan simpanan wajib dan koperasi-koperasi primer atau

seperti di Amerika Serikat dapat dilakukan melalui penjualan saham pada

koperasi lokal.

Kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam sistem federasi sebaliknya

merupakan kekurangan-kekurangan bagi sistem sentralisasi. Tidak seperti halnya

pada sistem federasi, sistem sentralisasi ini tidak dipecah-pecah oleh koperasi-

koperasi primernya atau koperasi-koperasi lokalnya, sedangkan pada sistem

federasi pengawasan dan kekuasaan terpecah-pecah pada koperasi-koperasi

primer atau koperasi-koperasi lokal.

Kelebihan-kelebihan pada sistem sentralisasi adalah :

1. Dapat diorganisir dalam waktu yang relatif singkat.

2. Sangat bermanfaat dalam kasus dimana pengawasan yang ketat sangat

dibutuhkan.

3. Menjamin pengurangan/penurunan biaya.

4. Metode pengorganisasian secara “bottom-up” : seperti yang terdapat sistem

federasi, prosesnya berjalan lambat dan bila para anggota pemerakarsa saling

bergantung satu sama lain yang akan beroperasi secara besar-besaran.

5. Mempunyai daya tawar yang lebih baik, khususnya bagi koperasi pemasaran.

12
6. Dengan sentralisasi ini skala usaha menjadi relatif lebih besar, sehingga

koperasi tersebut dapat menikmati economic of scale.

7. Dari segi manajemen, sistem sentralisasi ini, yang diikuti dengan sentralisasi

pengambilan keputusan mengandung aspek positif, karena pengambilan

keputusan dapat dilakukan lebih cepat, berpandangan jauh kedepan dan

berwawasan luas.

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Dalam UU Nomor 25/1992 tentang Perkoperasian dijelaskan bahwa koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasar prinsip koperasi,

sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan.

2. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012,

disebutkan bahwa jenis-jenis koperasi di Indonesia yaitu koperasi berdasarkan

jenis usahanya, koperasi berdasarkan keanggotaannya, dan koperasi

berdasarkan luas daerah kerjanya.

3. Bentuk koperasi berdasarkan Undang-undang No.25 Tahun 1992 mengenal

dua bentuk koperasi yaitu koperasi primer dan koperasi sekunder.

4. Sistem yang dapat digunakan dalam penjenjangan koperasi ada dua, yaitu

sistem federasi dan sistem sentralisasi.

B. Saran

Sebelum menjadi anggota organisasi, hal yang paling penting diketahui adalah

apa saja jenis, bentuk dan bagaimana penjenjangan koperasi itu sendiri. Oleh

karena itu diharapkan pembaca mampu memahami hal-hal tersebut yang telah

dijelaskan dalam makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Moses, M. (2011). Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Penjenjangan Terhadap


Prestasi Kerja Pegwai pada Dines Koperasi dan UKM Kota Jayapura.
Jurnal Analisis Manajemen, 5(2), 63-76.

Ni Made Intan Priliandani, N. M. (2018). Pengaruh Ukuran Koperasi, Jenis


Koperasi Serta Pengalaman Kepengurusan Manajemen Terhadap Kualitas
Sistem Pengendalian Intern pada Koperasi di Kabupaten Tabanan. Jurnal
Aplikasi Akuntansi, 3(1), 141-178.

Oktaviana, R. V. (2013). Strategi Pengembangan Premier Koperasi. Jurnal


Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Briwijaya, 1(2), 256-764.

Rosmiati, E. (2012). Koperasi Sebagai Implementasi Ekonomi Kerakyatan. Jurnal


Ilmiah Widya, 218-248.

Sitio, A. (2001). Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai