Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KOPERASI & UMKM

STANDAR OPERASIONAL MANAJEMEN (KUD,KSP,KSU,KJKS)


DAN UMKM (KSPPS DAN USPPS)
(BAGIAN 2)

Kelas : EMA 203M (A4) Manajemen Koperasi

Dosen Pengampu : Dr.Gede Suparna, S.E.,M.Si

Oleh : Kelompok 10

I Putu Anand Jonathan Bimantara (2207521266)

Gusma Sadewa Putra (2207521271)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah, paper yang berjudul “Standar Operasional Manajemen Koperasi KSP &
UMKM” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan kali ini, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Gede
Suparna, S.E.,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Koperasi & UMKM
serta kepada seluruh pihak yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam
pembuatan makalah ini yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwasanya masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah ini,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat
dan berguna bagi para pembacanya.

Bukit jimbaran, 20 November 2023

(Penulis)

2
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
2.1 koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS)................................................ 6
2.2 Landasan Hukum (KSPPS) ...................................................................................................... 7
2.3 Tujuan dan Fungsi (KSPPS)......................................................................................................8
2.4 Konsep Umum Pembiayaan Syariah........................................................................................8
2.4.1 Akad .....................................................................................................................................12
2.4.2 Jenis – Jenis Pembiayaan syariah.......................................................................................12
2.4.3 Produk – Produk Syariah...................................................................................................13
2.5 Mudharabah..............................................................................................................................13
2.5.1 Jenis-Jenis Akad Mudharabah……………………………………………………….…15
2.5.2 Bentuk-bentuk akad murabahah………………………………………………………..15
2.6 Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (USPPS)…………………………………….....16
2.6.1 Definisi Zakat,Infak,Sedekah dan Wakaf........................................................................16
2.6.2 Jenis Uspps..........................................................................................................................17
BAB III................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Blakang


Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah memiliki latar belakang yang kaya
dan berakar pada prinsip-prinsip ekonomi Islam. Sebagai entitas keuangan yang
beroperasi berdasarkan syariah, koperasi ini bertujuan untuk memberikan layanan
keuangan yang sesuai dengan hukum Islam, yang melibatkan prinsip keadilan,
keberlanjutan, dan kehati-hatian.

Koperasi simpam pinjam syariah muncul sebagai respons terhadap kebutuhan


masyarakat yang ingin mengakses layanan keuangan tanpa melibatkan unsur riba atau
bunga. Prinsip utama dalam operasional koperasi ini adalah keadilan dan kebersamaan.
Anggotanya berbagi tanggung jawab dan manfaat, menciptakan lingkungan di mana
setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan layanan
keuangan.

Pembiayaan syariah menjadi bagian integral dari koperasi ini. Model pembiayaan ini
didasarkan pada prinsip keuntungan bersama, di mana koperasi tidak hanya bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan finansial, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan
kesejahteraan anggotanya. Pembiayaan ini dapat mencakup berbagai sektor ekonomi,
seperti pertanian, usaha mikro, dan kegiatan produktif lainnya.

Latar belakang koperasi ini juga mencerminkan kesadaran terhadap perlunya


menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan menyediakan akses
keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah, koperasi ini memberikan alternatif yang
menarik bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam sistem keuangan yang lebih
etis dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, koperasi simpam pinjam dan pembiayaan syariah memainkan peran
penting dalam mendukung perekonomian yang inklusif, adil, dan sesuai dengan nilai-
nilai Islam. Melalui prinsip-prinsipnya yang mengedepankan keadilan dan
kebersamaan, koperasi ini berkontribusi pada pembentukan komunitas ekonomi yang
seimbang dan berkelanjutan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi KSPPS
2. Apa Hukum Dasar KSPPS?
3. Apa Tujuan dan Fungsi KSPPS ?
4. Apa Konsep Pembiayaan Syariah?
5. Aapa Itu Mudharabah?
6. Apa Itu USPPS?

1.3 TUJUAN

1. Untuk Mengetahui Apa Itu KSPPS


2. Untuk Mengetahui Dasar Hukum KSPPS
3. Untuk Mengetahui Tujuan dan Fungsi KSPPS
4. Untuk Mengetahui Konsep Umum Pembiayaan Syariah
5. Untuk Mengetahui Mudharbah
6. Untuk Mengetahui USPPS

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS)

1. Pengertian KSPPS

Koperasi sebagai salah satu sektor ekonomi merupakan kerjasama yang bersifat ekonomi. Koperasi
berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Berarti
koperasi adalah kumpulan orang atau badan hukum bekerja sama yang memberikan kebebasan masuk
dan keluar sebagai anggota untuk meningkatkan kesejahteraan anggota dan masyarakat umumnya.
Dalam Undang-undang Perkoperasian No. 17 tahun 2012, Koperasi adalah badan hukum yang
didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama
dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) merupakan entitas keuangan mikro
syariah yang unik dan spesifik khas Indonesia. Kiprah KSPPS dalam melaksanakan fungsi dan
perannya menjalankan peran ganda yaitu sebagai lembaga bisnis (tamwil) dan disisi yang lain
melakukan fungsi sosial yakni menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana ZISWAF (Zakat,
infak, Shodaqoh, dan wakaf). Dana ZIS dalam penghimpunan dan pendayagunaannya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan charity (sosialitas), namun demikian sebagian KSPPS menyalurkan
dan mendayagunakannya lebih kearah pemberdayaan, khususnya bagi pelaku usaha mikro mustahik.
Sementara itu khusus untuk Wakaf Uang, dalam penghimpunan bersifat sosial namun pengelolaan
dan pengembangannya harus dalam bentuk “komersial” karena ada amanah wakif (pemberi wakaf)
untuk memberikan manfaat hasil wakaf untuk diberikan kepada maukufalaih (penerima manfaat).

Perngertian KSPPS juga tertuang dalam permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 3 koperasi simpan
pinjam dan pembiayaan syariah yang selanjutnya di singkat KSPPS adalah koperasi yang hanya
melaksanakan kegiatan usaha simpan pinjam dan pembiayaan sesuai prinsip syariah termasuk
mengelola zakat, infak,sedekah, dan wakaf.

2. Sejarah KSPPS

6
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) sebelumnya di sebut Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS) terlahir dari Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Baitul Maal wat Tamwil
merupakan suatu lembaga yang mempunyai dua istilah, yaitu baitul mal dan baitul tamwil. Baitul
maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti
zakat, infak, dan sedekah. Adapun baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana
komersial. Jadi KSPPS merupakan lembaga yang termasuk baitul tamwil. Sejalan dengan petumbuhan
dan pengembangan ekonomi syariah secara masif, sekaligus dalam menyambut lahirnya Komite
Nasional Keuangan Syariah sebagaimana direkomendasikan dari studi Masterplan Keuangan Syariah,
pada akhir tahun 2015 Kementerian Koperasi dan UKM sebagai regulator dibidang perkoperasian,
membentuk struktur dan tupoksi pada Deputi Bidang Pembiayaan yaitu Asisten Deputi yang
menangani secara khusus bidang syariah yakni Asdep Pembiayaan Syariah.

Ruang lingkup tugas pokok dan fungsinya meliputi :


a) Aspek literasi ekonomi, keuangan dan koperasi syariah serta menumbuhkan koperasi simpan
pinjam dan pembiayaan syariah di berbagai daerah dan komunitas di selurah Indonesia
b) Aspek pemberdayaan dan pengembangan koperasi syariah baik dari ukuran atau volume dan
kualitas, baik dibidang sosial (maal) maupun bisnis (tamwil) pada koperasi.
c) Mendorong peningkatan penghimpunan dan pendayagunaan zakat, infaq, sodaqoh dan wakaf
(ziswaf) untuk pemberdayaan usaha mikro dan kecil.
d) Peningkatan akses pembiayaan syariah melalui advokasi dan kerjasama antar lembaga keuangan
syariah. Keberadaan Asdep ini selanjutnya akan mengawal pembinaan, pemberdayaan dan
pengembangan usaha simpan pinjam dan pembiayaan syariah oleh koperasi.

2.2 Landasan Hukum KSPPS


KSPPS merupakan lembaga yang terlahir dari BMT, maka sebelum dikeluarkannya dasar hukum
untuk KSPPS telah diterbitkan terlebih dahulu dasar hukum untuk BMT. Pendirian BMT di
Indonesia diilhami oleh keluarnya kebijakan pemerintah berdasarkan UU No. 7/1992 tentang
Perbankan dan PP No. 72 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Bagi Hasil. Ketika
bankbank syariah di beberapa wilayah, BMT-BMT pun tumbuh subur mengikuti kebijakan
pemerintah tersebut.
Dasar hukum dalam berdirinya KSPPS ditandai dengan diberlakukannya Undang - Undang
Nomor 23 Tahun 2014. Kemudian pada tahun 2015 pemerintah bidang perkoperasian membuat
Pemenkop dan UKM dengan Nomor 16/2015 tentang Usaha Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah yang dilaksanakan oleh koperasi, setelah itu membuat Keputusan Menteri Koperasi dan
UKM dengan Nomor 91/2004 yang berisi tentang dipilihnya koperasi untuk melaksanakan
Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah sehingga terjadilah perubahan dimana yang sebelumnya

7
disebut KJKS atau UJKS menjadi KSPPS atau USPPS.
Selain itu sekarang juga telah di kelurkannya PERMENKOP NO 8 Tahun 2023 tentang usaha
simpan pinjam koperasi,dan sudah jelas tertera pada pemenkop no 8 tahun 2023 n pasal 1 poin
3 tentang pengertian KSPPS, pasal 3 poin 1,2,3 tentang pembentukan KSPPS dan pasal 4 poin
1 dan 2.

2.3 Tujuan dan Fungsi KSPPS


Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 3 dan Pasal 4
tentang perkoperasian menyebutkan bahwa tujuan dari KSPPS yaitu memajukan kemakmuran
anggota secara khusus dan masyarakat dan masyarakat secara keseluruhan serta ikut serta dalam
membangun perekonomian nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.25 Kemudian fungsi dari KSPPS
antara lain:
a. Mewujudkan potensi ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b. Berperan aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
c. Memperkuat perekonomian rakyat sebagai dasar pertahanan dalam perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai sokogurunya
d. Mewujudkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berlandaskan asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
e. Memperkuat kualitas SDI (sumber daya insani) para anggotanya termasuk nasabah, untuk
berlaku jujur (amanah), profesional (fathonnah), dan konsekuen (istiqomah) berdasarkan prinsip
ekonomi Islam

2.4 Konsep Umum Pembiayaan Syariah


1. Pengertian Pembiayaan
Istilah pembiayaan lahir dari pengertian I trust, I belive yang artinya saya menaruh
kepercayaan atau saya percaya. Pembiayaan sendiri berasal dari kata kepercayaan (trust)
yang artinya kepercayaan yang diberikan lembaga kepada seseorang dalam menjalankan
tugas dari lembaga sebagai shahibul maal. Dana yang diberikan wajib didayagunakan secara
jujur, adil, dengan syarat dan ikatan yang jelas sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.29

8
Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 poin 25
tentang perbankan syariah, yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan dalam bentuk musyarakah, murabahah, mudharabah, ijarah, multijasa, ijarah
muntahiya bittamlik, salam, istishna’ dan qardh berdasarkan kesepakatan antara Bank
Syariah atau UUS dengan pihak lain yang mengharuskan pihak yang dibiayai atau diberi
fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa bayaran atau bagi hasil

2. Prinsip-prinsip Pembiayaan
Ketika memberikan persetujuan pembiayaan yang diajukan oleh calon anggota, lembaga
memiliki prinsip 5C + 1S yang dapat dilakukan guna mendapatkan informasi mengenai
iktikad baik (willingguess to pay), kemampuan membayar (ablity to pay) anggota dan guna
meminimalisir risiko bermasalah atau tidak kembalinya pembiayaan, yaitu:
a. Character (Watak) Yaitu menggambarkan watak dari calon anggota, analisis ini bertujuan
untuk mengetahui apakah calon anggota memiliki keinginan untuk memenuhi komitmen
untuk mengembalikan dana yang telah diperoleh sampai lunas.
b. Capacity (Kapasitas Produk) Yaitu analisis ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
keuangan calon anggota dalam memenuhi komitmennya sesuai jangka waktu pembiayaan
yang telah ditentukan. Kemampuan keuangan calon anggota penting karena menjadi sumber
utama pembayaran.
c. Capital (Modal) Yaitu modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan. Semakin
menonjol modal yang diklaim dan dimasukkan oleh calon anggota dalam objek pembiayaan,
maka akan semakin meyakinkan bagi lembaga atas keseriusan calon anggota dalam
mengajukan pembiayaan dan pembayaran kembali.
d. Collateral (Jaminan) Yaitu jaminan yang diberikan oleh calon anggota atas pembiayaan
yang diajukan. Jaminan merupakan sumber pembayaran kedua apabila anggota tidak dapat
membayar angsurannya, maka lembaga dapat melakukan penjualan jaminan yang kemudian
hasil penjualan tersebut digunakan sebagai sumber pembayaran kedua untuk melunasi
pembiayaannya.
e. Condition of Economy (Kondisi Usaha) Yaitu analisis terhadap kondisi perekonomian.
Lembaga perlu mempertimbangkan sektor usaha dari calon anggota yang kemudian
dihubungkan dengan kondisi ekonomi. Lembaga harus melaksanakan analisis dampak
kondisi ekonomi terhadap calon anggota dimasa yang akan datang, untuk mengetahui
pengaruh kondisi ekonomi terhadap usaha calon anggota.
f. Syariah Yaitu analisis untuk melihat apakah kebutuhan pembiayaan dan bidang usaha
calon anggota sesuai dengan ketentuan syariah.

9
3. Tujuan Pembiayaan
.Secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu tujuan
pembiayaan tigkat makro dan tingkat mikro.
Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk :
a. Peningkatan ekonomi umat
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha
c. Meningkatkan produktivitas
d. Membuka lapangan kerja baru
e. Terjadi distribusi pendapatan

Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk :


a. Upaya mengoptimalkan laba
b. Upaya meminimalkan risiko
c. Pendayagunaan sumber ekonomi
d. Penyaluran kelebihan dana
Sehubungan dengan aktivitas bank islam, maka pembiayaan merupakan sumber
pendapatan bagi bank islam, sehingga tujuan pembiayaan bank islam adalah untuk
memenuhi kepentingan stakeholder, yakni :
a. Pemilik, mengharapkan akan memperoleh penghasilan akan dana yang
ditanamkan pada bank tersebut.
b. Karyawan, mengaharapkan memperoleh kesejahteraan dari bank yang
dikelolanya.
c. Masyarakat pemilik dana mengharapkan dari dana yang diinvestasikan akan
diperoleh bagi hasil, bagi masyarakat debitur yang bersangkutan mereka terbantu
guna menajalankan usahanya (pemiayaan produktif) atau terbantu untuk
pengadaan barang yang diinginkanny (pembiayaan konsumtif).
d. Pemerintah, terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara, disamping itu akan
diperoleh pajak (berupa pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh bank
dan juga perusahaan-perusahaan).
e. Bank, hasil dari penyaluran pembiayaan, yang diharapkan bank dapat meneruskan
dan mengembankan usahanya agar tetap bertahan dan meluas jaringan usahanya,
sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

Fungsi pembiayaan

a. Meningkatkan daya guna uang

10
Para penabung penyimpan uang di bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito.
Uang tersebut dalam presentasse tertentu ditingkatkan kegunaanya oleh bank guna suatu
usaha peningkatan produkyivitas. Secara mendasar melalui pembiayaan terdapat suatu usaha
peningkatan produktivitas secara menyeluruh.
b. Meningkatkan daya guna barang.
Produsen dengan bantuan pembiayaan bank dapat mengubah bahan mentah
menjadi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.
Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memindahkan barang dari suatu
tempat yang kegunaannya kurang ke tempat lebih bermanfaat. Seluruh barangbarang yang
dikirim atau dipindahkandari suatu daerah lain yang kemanfaatan
barang itu lebih terasa, pada dasarnya meningkatkan utylity barang itu.
c. Meningkatkan peredaran uang
Melalui pembiayaan, peredaran uang kartal maupun uang giral akan lebih
berkembang karena pembiayaan menciptakan kegairahan berusaha sehingga
penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
d. Menimbulkan kegairah berusaha
Permintaan akan terus bertambah bilamana masyarakat terlah memulai melakukan
penawaran. Timbullah kemudian efek kumulatif oleh semakin besarnya permintaan
sehingga secara berantai kemudian menimbulkan kegairahan yang meluas dikalangan
masyarakat untuk sedemikian rupa meningkatkan produktivitas untuk meningkatkan
produktivitas, masyarakat tidak perlu khawatir kekurangan modal, karena masalahnya
dapat diatasi oleh bank dengan pembiayaan.
e. Stabilitas ekonomi
Untuk menekan arus infllasi dan terlebih-lebih lagi untuk usaha pembangunan
ekonomi maka pembiayaan bank memegang peran yang sangat penting.
f. Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Para usahawan yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk
meningkatkan usahanya dan peningkatan profit keuntungan. Jika pendapatan yang
terus meningkat berarti pajak perusahaan oun akan terus bertambah. Apabila rata-rata
pengusaha,pemilik tanah, pemilik modal, dan buruh/karywan mengalami peningkatan
pendapatan, maka pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa
bertambah dan penggunaan devisa untuk urusan konsumsi berkurang, sehingga
langsung atau tidak langsung, melalui pembiayaan, pendapatan nasional akan
betambah.

4. Unsur-unsur Pembiayaan
Terdapat beberapa unsur yang ada dalam setiap kegiatan pembiayaan, antara lain:

11
a. Kepercayaan, yaitu yang diberikan lembaga untuk anggota berupa uang tunai, jasa atau
barang yang akan dikembalikan dalam jangka waktu yang ditentukan sebelumnya.
b. Kesepakatan, yaitu kesepakatan yang ada diawal akad dimana masing – masing pihak
memiliki hak dan kewajiban.
c. Jangka Waktu, yaitu lamanya waktu pengembalian pembiayaan yang diberikan sesuai
dengan kesepakatan.
d. Risiko, yaitu kemungkinan kerugian seperti lalai, kesalahan langkah atau anggota yang
menerima keuntungan namun disembunyikan.
e. Balas Jasa, yaitu manfaat yang diterima lembaga atas pembiayaan atau jasa yang
diberikan yang disebut bagi hasil. 32 Veithzal Riva’i, Islamic Financial Manajemen (Jakarta:
RajaaG

2.4.1 Pengertian Akad

Akad (al-‘Aqdu), kata al-‘Aqdu merupakan bentuk jamak (masdar) dari ‘aqada, ya’qidu, ‘aqdan,
yang berarti menyimpul, membuhul, mengikat, atau mengikat janji. Secara bahasa, akad adalah
ikatan antara dua hal, baik ikatan secara nyata maupun ikatan secara maknawi, dari satu segi
maupun dua segi. Menurut istilah para ahli hukum Islam, akad diartikan sebagai hubungan antara
ijab dan kabul sesuai dengan kehendak syariat yang menetapkan adanya pengaruh (akibat)
hukum pada objek perikatan
Sedangkan pada permenkop no 8 th 2023 pasal 1 poin 42 akad adalah kesepakatan tertulis antara
KSPPS atau USPPS koperasi dab pihak lainnya yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi
masing-masing pihak sesuai dengan prisnsip syariah.

2.4.2 Jenis-Jenis Pembiayaan


Kegiatan pembiayaan (financing) merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihakpihak yang merupakan deficit unit,
yang menurut sifat penggunannya, pembiayaan dapat dibagi dalam:
a. Memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan, dan
b. Produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan
maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi dalam:
1) Pembiayaan Modal Kerja yaitu yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan (1) peningkatan
produksi, baik secara kuantitif, yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (2) untuk keperluan perdagangan atau
peningkatan utility of palace dari suatu barang.
2) Pembiayaan Investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods)

12
beserta fasilitasfasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

2.4.3 Produk-Produk Pembiayaan


Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut AlHarran (1999) dapat dibagi tiga.
a. Return bearing financing, yaitu bentuk pembiayaan yang secara komersial menguntungkan,
ketika pemilik modal mau menanggung resiko kerugian dan nasabah juga memberikan
keuntungan.
b. Return free financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan yang
lebih ditunjukan kepada orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang
dapat diberikan.
c. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan
membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan.
Produk-produk pembiayaan bank syariah dapat menggunakan empat pola yang berbeda:
a. Pola bagi hasil, untuk investment financing
• Musyarakah • Mudharabah
b. Pola jual beli, untuk trade financing
• Murabahah • Salam • Istishna
c. Pola sewa • Ijarah • Ijarah muntahiya bittamlik
d. Pola pinjaman, untuk dana talangan • Qardh

2.5 Mudharabah
Mudharabah berasal dari bahasa Arab dardh yang berarti berjalan di atas atau bepergian di muka
bumi. Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi, bahkan
telah di praktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad SAW
berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah, dengan demikian,
ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Alquran,
Sunnah, maupun Ijma’. Dalam praktik mudharabah antara Khadijah dengan Nabi, saat itu
Khadijah mempercayakan barang dagangannya untuk dijual oleh Nabi Muhammad SAW ke luar
negeri. Dalam khasus ini, Khadijah berperan sebagai pemilik modal (Shahibul maal) sedangkan
Nabi Muhammad SAW berperan sebagai pelaksana usaha (Mudharib). Nah, bentuk kontrak
antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan
sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan
untuk mendapatkan untung disebut akad mudharabah. Atau singkatnya, mudharabah adalah
persetujuan kongsi antara harta dari salah satu pihak dengan kerja dari pihak lain.
Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 50 mengatakan adalah Akad atau sistem kerja sama
dimana

13
seseorang menyerahkan hartanya kepada pihak lain
untuk dikelola dengan ketentuan bahwa keuntungan
yang diperoleh (dari hasil pengelolaan tersebut) dibagi
antara kedua pihak sesuai dengan nisbah yang
disepakati, sedangkan kerugian ditanggung oleh shahib
al mal sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.
Mudharabah adalah suatu kontrak kemitraan (partnership) yang berlandaskan pada prinsip
pembagian hasil dengan cara seseorang memberikan modalnya kepada yang lain untuk melakukan
bisnis dan kedua belah pihak membagi keuntungan atau memikul beban kerugian berdasarkan isi
perjanjian bersama. Pihak pertama, supplier atau pemilik modal (Shahibul maal), dan pihak kedua,
pemakai atau pengelola, atau penguasa (Mudharib). Dengan demikian mudharabah merupakan
kemitraan antara penyumbang modal, pada satu pihak, dan pemakai modal dipihak lain.
Seseorang menyumbangkan modalnya dan yang lain sebagai pekerjanya yang berkemampuan,
kemampuan usaha serta kemampuan mengelola, dan menurut isi kontrak mutual yang telah
mereka sepakati, pembagian keuntungan bagi keduanya (yaitu Shahibul maal menerima 60% dan
Mudharib menerima 40% atau denga persentase lain yang mereka sepakati). Dan apabila
mengalami kerugian, seluruh kerugian ditanggung Shahibul maal, ia memikul seluruh tanggung
jawab dan tidak ada klaim yang diajukan kepada Mudharib.

2.5.1 Jenis – jenis mudharabah

Secara umum, mudharabah dibagi menjadi dua yaitu mudharabah mutlaqah (Investasi tidak terikat) dan
mudharabah muqoyyadah (investasi terikat).
a. Mudharabah Muthlaqah (bebas)
Mudharabah Muthlaqah adalah akad kerja antara dua orang atau lebih, atau antara shahibul maal
selaku investor dengan mudharib selaku pengusaha yang berlaku secara luas. Atau dengan kata
lain pengelola (mudharib) mendapatkan hak keleluasaan (disrectionary right) dalam pengelolaan
dana, jenis usaha, daerah bisnis, waktu usaha, maupun yang lain.
b. Mudharabah Muqayyadah (terikat)
Yaitu kerjasama dua orang atau lebih atau antara shahibul maal selaku investor dengan pengusaha
atau mudharib, investor memberikan batasan tertentu baik dalam hal jenis usaha yang akan
dibiayai, jenis instrument, resiko, maupun pembatasan lain yang serupa.
c. Mudharabah Musytarakah.
Mudharabah Musytrarakah adalah mudharabah di mana pengelola dana menyertakan modal atau
danaya dalam kerjasama investasi. Diawal kerjasama, akad yang disepakati adalah akad
mudharabah dengan modal 100% dari pemilik dana, setelah berjalannya operasi usaha dengan

14
pertimbangan tertentu dan kesepakatan dengan pemilik dana. Pengelola dana ikut menanamkan
modalnya dalam usaha tersebut. Jenis mudharabah ini disebut mudharabah ini disebut mudharabah
mustytarakah merupakan perpaduan antara akad mudharabah dan akad musyarakah.
Pada permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 52 juga di jelaskan mengenai akad Musyarakah.

Namun dalam praktik perbankan modern kini dikenal dua bentuk mudharabah muqayyadah, yakni
yang on balance sheet dan yang off balance sheet.
1) On balance sheet
Aliran dana terjadi dari satu nasabah investor ke sekelompok pelaksana usaha dalam beberapa
sector terbatas, misalnya pertanian, manufaktur, dan jasa. Nasabah investor lainnya mungkin
mensyaratkan dananya hanya boleh dipakai untuk pembiayaan di sector pertambangan,
property, dan pertanian. Selain berdasarkan sector, nasabah investor dapat saja mensyaratkan
berdasarkan jenis akad yang digunakan, misalnya hanya boleh digunakan berdasarkan akad
penjualann cicilan saja, atau penyewaan cicilan saja, atau kerja sama usaha saja. Skema ini
disebut on balance sheet karena dicatat dalam neraca bank.
2) Off balance sheet
Aliran dana berasal dari satu nasabah investor kepada satu nasabah pembiayaan
(yang dalam bank konvensional disebut debitur). Disini, bank syariah bertindak sebagai
arranger saja. Pencatatan transaksinya di bank syariah dilakukan secara off balance sheet.
Sedangkan bagi hasilnya hanya melibatkan 3 nasabah investor dan pelaksana usaha saja. Besar
bagi hasil tergantung kesepakatan antara nasabah investor dan nasabah pembiayaan. Bank
hanya memperoleh arranger fee. Skema ini disebut off balance sheet karena transaksi ini tidak
dicatat dalam neraca bank, tetapi hanya dicatat dalam rekening administratif saja.

2.5.2 Bentuk – bentuk Akad Mudharabah

Bentuk-bentuk akad murabahah antara lain :


a. Murabahah sederhana, adalah bentuk akad murabahah ketika penjual memasarkan barangnya
kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang
diingingkan.
b. Murabahah kepada pemesan Bentuk murabahah ini melibatkan tiga piak, yaitu
pemesan,pembeli dan penjual. Bentuk murabahah ini juga melibatkan pembeli sebagai perantara
karena keahliannya atau karena kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk murabahah inilah
yang diterapkan dalam Perbankan Syariah dan LKS.

2.6 Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

15
Berdasarkan Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 5 di sebutkan, Unit Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah Koperasi yang selanjutnya disebut USPPS Koperasi adalah unit usaha Koperasi
yang bergerak di bidang usaha simpan pinjam, dan pembiayaan sesuai prinsip syariah, termasuk
mengelola zakat, infak, sedekah, dan wakaf sebagai bagian dari kegiatan usaha Koperasi yang
bersangkutan.
2.6.1 Definisi Zakat,Infak,sedekah dan Wakaf
zakat
Berdasarkan Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 61 menyatakan Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam
Infak
Berdasarkan Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 62 menyatakan Infak adalah harta yang
dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar Zakat untuk kemaslahatan umum
Sedekah
Berdasarkan Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 63 menyatakan Sedekah adalah harta atau non-
harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar Zakat untuk kemaslahatan umum.
Wakaf
Berdasarkan Permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 64 menyatakan Wakaf adalah perbuatan hukum
wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Untuk usaha simpan-pinjam dan pembiayaan, perbedaan utama koperasi syariah dengan koperasi
konvensional adalah sistem bunga yang diganti dengan bagi hasil. Di sistem bagi hasil itu, jika ada
nasabah koperasi mengalami kerugian, koperasi akan memberi pengurangan pengembalian uang.

Selain itu, koperasi syariah juga bisa berperan sebagai lembaga yang memberikan pelayanan zakat dan
penyalur zakat. Koperasi syariah tidak pula menerapkan sistem kredit dengan bunga terhadap produk
jualannya.

Semua jenis kegiatan usaha koperasi konvensional sebenarnya dapat dijalankan koperasi syariah,
sepanjang sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Setidaknya ada 3 kategori jenis kegiatan usaha yang

16
paling umum diselenggarakan oleh koperasi syariah di Indonesia. Tiga jenis kegiatan usaha itu ialah
penghimpunan dana, pembiayaan, dan pelayanan jasa.

2.6.2 Jenis Kegiatan USPPS


Berikut penjelasan tentang 3 jenis kegiatan usaha koperasi syariah beserta produknya.

1. Penghimpunan Dana

Kegiatan usaha ini berupa jasa simpanan atau tabungan yang terikat dan tidak terikat atas jangka waktu
serta syarat tertentu dalam penyertaan maupun penarikannya. Sama dengan yang berlaku di koperasi
konvensional, produk jasa ini di koperasi syariah juga ada 3 macam.

-Simpanan Pokok

Simpanan ini merupakan modal awal anggota yang disetorkan secara setara dan tidak dibedakan antar
anggota. Akad Syariah simpanan pokok tersebut adalah Musyarakah.

Akad musyarakah adalah transaksi penanaman dana dari dua pihak atau lebih pemilik dana untuk
menjalankan usaha tertentu, serta pembagian hasil usaha dari para pihak berdasarkan pembagian hasil
dan kerugian yang disepakati sesuai porsi penanaman modal.

-Simpanan Wajib

Simpanan ini merupakan modal koperasi seperti Simpanan Pokok yang disetor secara berlanjut tiap
bulannya sampai seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan koperasi syariah.

-Simpanan Sukarela

Simpanan ini merupakan investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan dana.
Simpanan ini bisa bersifat Akad Titipan (Wadi’ah) yang berarti koperasi dapat mengembalikannya jika
si penitip ingin mengambilnya. Bisa juga bersifat investasi untuk kepentingan usaha dengan mekanisme
bagi hasil (Mudharabah).

2. Penyaluran Dana (Pembiayaan)

Sebagaimana berlaku di koperasi konvensional, dana yang dikumpulkan oleh koperasi syariah bisa
disalurkan kepada para anggota untuk keperluan pembiayaan bersifat komersial ataupun sosial.

17
Produk pembiayaan koperasi syariah berdasarkan unit Sektor Riil maupun Unit Jasa Keuangan Syariah
(UJKS) adalah:

-Transaksi pembiayaan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip jual beli.

-Transaksi pembiayaan untuk mendapat jasa dilakukan dengan prinsip sewa.

-Transaksi pembiayaan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapat barang dan jasa dengan
prinsip bagi hasil.

3. Pelayanan Jasa

Untuk kegiatan usaha berupa pelayanan jasa, koperasi syariah di Indonesia umumnya mempunyai
produk yang bisa dibedakan berdasarkan 4 jenis, yakni sebagai berikut:

-Alih Utang-Piutang (Al-Hiwalah)

Al-Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang-piutang yang dalam praktinya koperasi mendapatkan
ganti biaya atas jasa pemindahan utang-piutang tersebut.

-Gadai (Rahn)

Dalam gadai di koperasi syariah, anggota memberikan jaminan pembayaran kembali atas pinjaman atau
pembiayaan. Pinjaman rahn membolehkan penggadaian barang sebagai jaminan utang.

-Pinjaman Al-Qardh

Pinjaman ini digunakan untuk membantu keuangan anggota secara cepat dan berjangka pendek.

-Penyerahan/Pelimpahan Kekuasaan (Wakalah)

Wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal yang
diwakilkan. Hal ini juga berarti perlindungan, pencukupan, dan tanggungan. Jasa ini bisa berupa
pengurusan suatu hal yang diperlukan anggota yang kemudian diwakilkan pada koperasi syariah.

18
BAB III
PENUTUP

pentingnya simpanan pinjam dan pembiayaan syariah dalam konteks koperasi dan unit simpan pinjam
pembiayaan syariah. Melalui pendekatan syariah, diharapkan dapat tercipta ekosistem keuangan yang
inklusif, adil, dan berkelanjutan. Koperasi sebagai lembaga ekonomi berbasis keadilan sosial dapat
memainkan peran sentral dalam pemberdayaan masyarakat. Semoga pemahaman mengenai konsep ini
dapat menjadi pijakan untuk pengembangan lebih lanjut dalam mewujudkan sistem keuangan yang
berlandaskan nilai-nilai syariah dan berkontribusi positif pada kesejahteraan bersama.
Simpanan pinjam dan pembiayaan syariah atau sekarang di sebut KSPPS sesuai dengan permenkop no
8 tahun 2023 pasal 1 poin 3 dan unit simpan pinjam dan pembiayaan syariah atau sekarang di sebut
USPPS sesuai permenkop no 8 tahun 2023 pasal 1 poin 4 dimana KSPPS dan USPPS ini di dasari oleh
prinsip-prinsip syariah islam dan juga di memiliki landasan hukum permenkop

19
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2023 TENTANG USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI

Rozainda, Fikih Ekonomi Syariah (Prinsip dan Implementasi pada Sektor Keangan) , Jakarta : PT Raja
Grafindo, 2016, cet.ke-11, h.205

Wangsawidjaja, Pembiayaan Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012,
h.192

Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia, Jakarta : Pramedia Group,h.315

Ahmad Ifham Sholihin, Pedoman Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama,2010,h.172

20

Anda mungkin juga menyukai