Anda di halaman 1dari 21

PENDEKATAN MASALAH DAN PENANGGULANGANNYA

GUNA MENINGKATKAN KINERJA PENGURUS MAUPUN ANGGOTA


PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Koperasi Perikanan

Dosen : Dr. Ir. Ismadi, MS

Disusun Oleh:
Vella Ribka Giovanny Sihombing (145080501111058)

B1/48

BUDIDAYA PERAIRAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, atas berkat dan
rahmat-nya yang diberikan, kami mampu menyelesaikan makalah kami yang
berjudul ‘Pendekatan Masalah dan Penanggulangannya Guna Meningkatkan
Kinerja Pengurus maupun Anggota pada Koperasi Simpan Pinjam” yang
bertujuan untuk memenuhi tugas matakuliah koperasi perikanan tahun akademik
2017. kami mengucapkan rasa terima kasih kami kepada kedua orang tua kami
yang telah memberikan doa dan dukungan untuk lebih giat dalam menuntut ilmu.
tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing matakuliah
koperasi perikanan yang senantiasa memberikan ilmu kepada kami, serta teman–
teman mahasiswa budidaya perairan angkatan 2014 yang senantiasa membantu
dalam memberikan referensi–referensi demi kelengkapan makalah ini. Namun,
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap kritik dan saran guna menjadi cambuk agar kami dapat lebih giat
untuk belajar dan memperbaiki diri dalam menulis makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat menambah wawasan kita. Atas perhatian saudara, kami
mengucapkan terimakasih.

Malang, 6 Januari 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Koperasi...............................................................................3
2.2 Koperasi Simpan Pinjam...................................................................4
2.3 Permasalahan Koperasi.....................................................................5
2.4 Penanggulangan Masalah..................................................................6
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................17
3.2 Saran..................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perekonomian Indonesia saat sedang dalam tahap pembenahan. Hal ini
terlihat dari belum tertatanya susunan perekonomian di Indonesia dengan baik.
Seperti diketahui, penggunaan sistem perekonomian yang baik akan sangat
menunjang perkembangan dari suatu negara, sehingga pemilihan sistem
perekomian dan pelaksanaan pembenahan harus dilakukan dengan teliti dan
disiplin guna meningkatkan pendapatan negara. Seperti dikemukakan oleh
Partadiredja (1983) dalam Pasaribu (2015), seorang pakar ekonomi dari
Universitas Gadjah Mada, sebagian besar negara-negara sedang berkembang,
termasuk Indonesia, menganut sistem ekonomi campuran. Terdapat pemilikan
swasta perseorangan atas alat-alat produksi yang berdampingan dengan pemilikan
negara, dan bahkan pemilikan kelompok-kelompok persekutuan adat.
Saat ini Indonesia sedang memperbaiki sistem perekonomian dengan
melibatkan para pengusaha sebagai investor untuk pembangunan negara. Oleh
sebab itu, banyaknya pengusaha yang turut andil dalam pembagunan negara akan
membantu perekonomian negara, tetapi hal ini harus dilandasi asas kekeluargaan.
Menurut Sudiarditha et al. (2013), dasar perekonomian Indonesia tertuang dalam
pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Berdasarkan pernyataan
diatas, dapat dikatakan bahwa badan usaha yang sesuai dengan pasal diatas adalah
badan usaha koperasi. Sudiarditha et al. (2013), Koperasi sebagai suatu badan
usaha, juga dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, yaitu
koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip
operasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Koperasi sendiri merupakan penjelmaan dari ekonomi rakyat kelas
menengah ke bawah. Hal ini dapat terlihat dari awal pembentukan koperasi, yaitu
koperasi merupakan badan usaha yang tergolong skala mikro, kecil dan menengah

1
(UMKM). Sehingga dengan menggabungkan koperasi dengan UMKM akan
sangat membantu meningkatkan dan menggerakkan perekonomian rakyat.
Menurut Suprayitno (2007), koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat
maupun sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang
maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945
dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (lihat UU No. 25
1992). Oleh karenanya koperasi dijadikan soko guru perekonomian Indonesia.
Paradigma seperti ini didukung oleh pemerintahan baik dari Orde Lama hingga
Orde Reformasi ini.
Jenis koperasi di Indonesia sangat banyak. Salah satu jenisnya adalah
koperasi simpan pinjam. Seiring berjalannya waktu banyak permasalahan yang
terjadi di koperasi simpan pinjam ini. Permasalahan inilah yang sering menjadi
penyebab tutupnya banyak koperasi di Indonesia. Salah satu permasalahannya
adalah kurangnya pengawasan saat transaksi penyimpanan maupun peminjaman.

1.2 Rumusan Masalah


a) Bagaimana Pengaruh Koperasi Simpan Pinjam di Indonesia ?.
b) Bagaimana cara permasalahan masuk ke lingkung koperasi ?.
c) Bagaimana cara menanggulangi permasalahan yang ada di koperasi ?.

1.3 Tujuan Masalah


a) Untuk mengetahui pengaruh koperasi simpan pinjam di Indonesia.
b) Untuk mengetahui permasalahan di Indonesia.
c) Untuk mengetahui cara menanggulangi masalah yang ada di koperasi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Koperasi


Koperasi merupakan suatu wadah bagi masyarakat ekonomi menengah
kebawah untuk memulai suatu usaha guna meningkatkan pendapatannya.
Koperasi sendiri memiliki asas kekeluargaan dimana setiap koperasi bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Sehingga konsep koperasi sendiri
akan sangat menentukan arah jalannya koperasi tersebut. Menurut Britannica
Concise Encyclopedia dalam Suprayitno (2007), koperasi atau Cooperative
Organization bermakna organization owned by and operated for the benefit of
those using its services. Makna mudahnya adalah organisasi koperasi adalah
organisasi yang dimiliki sekaligus dioperasikan untuk kepentingan penggunanya
dalam hal ini adalah anggotanya. Koperasi berawal dari kata "co" yang berarti
bersama dan "operation" (operasi) artinya bekerja sehingga koperasi diartikan
bekerja sama. Sedangkan pengertian umum koperasi adalah suatu kumpulan
orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu organisasi yang
berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan anggota. Menurut
Suprayitno (2007), di Indonesia sendiri gerakan koperasi diperkenalkan oleh R.
Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan
koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan
rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi
Oetomo dan SDI (lihat Wikipedia Indonesia). Tokoh nasional yang gigih
mendukung koperasi adalah Bung Hatta, wakil presiden pertama RI, sehingga
beliau disebut Bapak Koperasi Indonesia.

Ciri-ciri yang menonjol dalam koperasi adalah :


a. Berasas kekeluargaan
b. Keanggotaan sukarela dan terbuka bagi setiap Warga Negara Republilk
Indonesia
c. Rapat anggota adalah pemegang kekuasaan tertinggi

2.2 Koperasi Simpan Pinjam

3
Menurut Latifah (2006), koperasi Simpan Pinjam atau Unit Simpan
Pinjam yang ada dalam suatu Koperasi adalah suatu badan usaha ekonomi yang
bergerak dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang memiliki
keunikan tersendiri dibanding dengan badanbadan usaha yang lain baik itu BKK,
BPR maupun lembaga keuangan lainnya. Koperasi memiliki ciri khas, yaitu
kepemilikan oleh anggota, Modal Usaha dihimpun dari anggota, setiap tahun
diwajibkan menyelengarakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dan sebagainya.
Koperasi simpan pinjam (KSP) sendiri menerapkan sistem akuntansi.
Sistem ini dirasa baik untuk mendukung pengolahan keuangan yang efektif dan
efisien. Penerapan sistem ini juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing antar
KSP sehingga tercipta persaingan yang sehat dan profesional.
Semakin meningkatnya jumlah koperasi di Indonesia, maka akan semakin
bertambah pula pendapatan negara melalui pembayaran pajak yang dilakukan
secara rutin dan berkala. Nilai Sisa Hasil Usaha suatu koperasi akan menentukan
tinggi rendahnya biaya pajak yang akan dibayarkan ke pemerintah. Sehingga,
penggunaan dan pelanksanaan manajemen koperasi akan sangat mempengaruhi
keberhasilan dari koperasi itu sendiri.
Menurut Latifah (2006), Koperasi Simpan Pinjam ( KSP ) atau Unit
Simpan Pinjam (USP) juga merupakan wajib pajak yang berkewajiban untuk
membayar pajak kepada pemerintah. Besarnya pajak yang ditetapkan adalah dari
perolehan Sisa Hasil Usaha yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang
disusun berdasarkan proses akuntansi. Dengan penerapan sistem akuntansi yang
tepat dapat mendukung pencapaian pengelolaan keuangan yang efisien sehingga
keuntungan yang layak dapat diraih.
Kurangnya pengetahuan tentang manajemen koperasi, sering kali menjadi
permasalahan klasik yang menyebabkan banyak koperasi di Indonesia gulung
tikar dan akhirnya merugikan berbagai pihak baik itu anggota yang berkontribusi
ataupun pemerintah. Permasalahan yang sering terjadi dilingkungan kepengurusan
koperasi adalah kurang disiplinya pada saat pengisian pembukuan dan rendahnya
etos kerja personal dalam koperasi.

4
2.3 Permasalahan Kopeasi
Pada makalah ini ada dua permasalahan yang akan dibahas yaitu
rendahnya etos kerja personal dan minimnya pengetahuan dalam pelaksanaan
kerja koperasi simpan pinjam. Seperti yang diketahui, setiap akhir tahun akan
diadakan RAT yang dimana setiap anggota dan pengurus akan mengetahui semua
pemasukan dan pendapatan yang diperoleh koperasi dalam kurun satu tahun
terakhir. Tidak validnya data yang disampaikan, menyebabkan terjadinya
kesalahpahaman antar pengurus dengan anggota yang dimana biasanya anggota
akan merasa dirugikan akibat dari lalainya kinerja koperasi. Oleh sebab itu
permasalah klasik seperti pembukuan dan etos kerja menjadi permasalahan yang
tidak kunjung selesai sehingga menyebabkan tutupnya suatu koperasi.
Minimnya pengetahuan tentang koperasi khususnya bagian pembukuan
menjadi permasalahan yang serius, baik bagi pengurus maupun anggota. Laporan
Keuangan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) yang tidak jelas selalu menjadi titik
penyulut keributan pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) dilaksanakan.
Ketidakjelasan laporan keuangan ini, disebabkan karena sebagian besar pengurus
koperasi memiliki kemampuan akuntansi yang sangat minim, bahkan tidak
mengerti sama sekali, sehingga penyusunan laporan keuangan sering
“dikonsultankan” dimana data-data yang dibutuhkan dalam menyusun laporan
keuangan ini pun tidak lengkap. Pembukuan yang buruk dapat menyebabkan
sulitnya mendapatkan modal dari luar, sehingga koperasi hanya dapat
memanfaatkan dana yang seadanya untuk meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
Menurut Sarwoko (2009), dampak dari rendahnya kemampuan
penyusunan laporan yang lengkap dari KSP/USP adalah belum memiliki
informasi keuangan yang dapat dianalisis kinerjanya. Manajemen KSP/USP
umumnya tidak mampu melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangannya,
sehingga sulit untuk mengetahui tingkat kesehatannya, padahal evaluasi kinerja
sangat penting sebagai sumber informasi bagi KSP/USP dalam menentukan
strategi maupun pengambilan keputusan keuangan. Manajemen yang diterapkan
KSP/USP umumnya adalah manajemen yang tradisional. Tidak heran beberapa
kasus yang terjadi KSP/USP yang sebelumnya mengalami perkembangan usaha

5
yang bagus tiba-tiba gulung tikar, karena tidak mampu memenuhi kewajiban
pembayaran modal pinjaman (modal luar). Penyebabnya adalah koperasi belum
melakukan analisis terhadap kredit bermasalah (NPL) sebagai ramburabu tingkat
keamanan dari dana yang disalurkan, pada saat koperasi menghadapi kredit
bermasalah yang tinggi, maka tidak akan mampu memenuhi kewajiban pada
pihak ketiga.
Menurut Suprayitno (2007), Rendahnya etos kerja ini selain berkaitan
dengan rendahnya kualitas SDM juga bisa disebabkan karena kurang adanya
rangsangan untuk meningkatkan gairah kerja para personel yang terlibat dalam
kegiatan koperasi sendiri. Secara organisasi anggota koperasi (yang hanya sebatas
sebagai anggota saja) hanya punya andil dalam pengumpulan modal baik itu
berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib atau simpanan lainnya. Namun di
sisi lain yang bertanggung jawab dan banyak mengeluarkan keringat dan pikiran
adalah para personel yang terlibat dalam pengelolaan koperasi mulai dari
pengawas, pengurus, ataupun pengelolanya (manajer).
Selain permasalahan diatas masih ada lagi permasalahan yang sering
terjadi dimasyarakat. Seperti kurangnya perhatian khusus terhadap anggota yang
ingin mengambil dana dari tabungannya. Hal ini, menyebabkan hilangnya uang
anggota dengan sia-sia. Salah satu syarat pengambilan atau peminjaman uang
adalah dengan menunjukkan buku tabungan koperasi, sehingga hanya dengan hal
tersebut uang dapat diambil dengan mudah. Seharusnya dalam hal ini pengurus
koperasi harus lebih meningakatkan lagi tingkat keamanan saat anggota ingin
melakukan peminjaman uang.

2.4 Penanggulangan Masalah


Pada dasarnya setiap masalah pasti ada solusinya, demikian halnya dengan
permasalahan yang ada dikoperasi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mudah
jika setiap anggota maupun pengurus mau untuk berubah dan siap menerima
materi baru tentang koperasi simpan pinjam yang sedang dijalankan.
Sistem pembukuan sendiri dapat dimulai dengan mempelajari metode dan
siklus dari proses akuntansi itu sendiri. Memperlajari metode akuntansi akan
sangat membantu dalam penulisan laporan pembukuan dana yang masuk baik dari

6
anggota maupun dari pihak luar seperti pemerintah atau pinjaman bank. Selain itu,
pembukuan juga dapat menjadi kunci keberhasilan suatu koperasi di masyarakat
dan dapat meningkatkan rasa percaya untuk mengikuti kegiatan koperasi.

Bagan Proses Akuntansi KSP/USP (Latifah, 2006)


Menurut Latifah (2006), proses akuntansi yang baik dan benar adalah sebagai
berikut :
Transaksi adalah kejadiankejadian atau suatu keadaan (kondisi) yang
mengakibatkan perubahan terhadap harta, hutang dan modal perusahaan,
sehingga harus diproses mulai dari pencatatan sampai dengan disajikan dalam
bentuk laporan keuangan.
Bukti Transaksi digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Bukti Ekstern
2. Bukti Intern
Bukti Ekstern adalah bukti transaksi yang diterima dari pihak luar perusahaan
misalnya : kwitansi , faktur pembelian, nota pembelian dan lainlain.
Bukti Intern adalah bukti transaksi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
bersangkutan, misalnya
faktur penjualan, kwitansi bukti penerimaan uang dan lainlain,misalnya BKM
(Bukti Kas Masuk), BKK ( Bukti Kas Keluar ), Bukti Umum ( BU), Bukti
Memorial (BM) .
Bukti Memorial adalah memo yang dikeluarkan pejabat tertentu atau
pimpinan perusahaan kepada bagian akuntansi untuk melakukan pencatatan.

7
1. BKM ( Bukti Kas Masuk ) di buat dan disyahkan berdasarkan bukti asli
transaksi . BKM ini digunakan untuk mencatat transaksi antara lain :
a. Pengembalian pinjaman atau penerimaan kembali piutang oleh KSP / USP
b. Penerimaan dari :
 Simpanan Pokok ( SP )
 Simpanan Wajib (SW )
 Tabungan Koperasi ( Tabkop )
 Simpanan Berjangka Koperasi ( Sijakop)
c. Penerimaan dari Bank
Berupa bunga simpanan ( Giro / Deposito)
BKM dibuat rangkap 3 yaitu masingmasing memiliki fungsi sendiri-
sendiri:
- Lembar ke 1 untuk penyetor
- Lembar ke 2 untuk Kasir
- Lembar ke 3 untuk bagian Akuntansi
2. BKK ( Bukti Kas Keluar ) dibuat dan disyahkan berdasarkan bukti transaksi
terjadinya pengeluaran kas . BKK digunakan untuk mencatat transaksi
transaksi sebagai berikut :
a. Pemberian Pinjaman
b. Pembayaran kembali simpanan dan tabungan baik berupa Tabkop atau
Sijakop.
c. Penyetoran ke Bank :
 Pengembalian kredit Bank
 Memasukkan simpanan berupa Giro, Deposito dan alinlain.
 Pembayaran biaya – biaya baik biaya operasional, biaya organisasi dan
lainlain. BKK ini dibuat rangkap 2 yaitu lembar ke1 untuk kasir ,
lembar ke 2 untuk bagian akuntansi.
3. BU / BM dibuat berdasarkan pada adanya transaksi yang bersifat intern dalam
KSP atau USP tersebut. Bukti Umum ini digunakan untuk mencatat :
a. Pembebanan biaya atas pemakaian barang untuk KSP / USP.
Contoh : Penggunaan ATK ( Alat Tulis Kantor )

8
Misal : Pada tanggal 3 Januari 2004 dibeli ATK senilai Rp.100.000, oleh
KSP/USP. Pada akhir Desember 2004 persediaan ATK masih senilai
Rp.30.000, maka bukti – bukti yang dicatat adalah :

3/1 2004. BKK ( Sumber Dokumen)


ATK ……….Rp.100.000,
Kas ……………………….Rp.100.000,
31/122004 . BU ( sumber dokumen )
Beban ATK ………Rp.70.000,
ATK ………………………..Rp.70.000,

b. Pembebanan Biaya Penyusutan Aktiva Tetap


BU ( sumber dokumen)
Beban Penyusutan Aktiva Tetap Rp.xx
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap Rp.xx

c. Penyesuaian ( Adjustment ) Untuk pembuatan jurnal penyesuaian digunakan


bukti memorial (BM) yaitu untuk keperluan:
 Jurnal Koreksi

 Jurnal pemisahan

 Jurnal penggabungan

 Dan lainlain

Buku Harian
Buku harian yang digunakan pada pembukuan KSP / USP yaitu :
1. Buku Harian jurnal Penerimaan Kas
2. Buku Harian jurnal Pengeluaran Kas
3. Buku Harian jurnal Penerimaan / Pengeluaran non tunai
4. Buku Harian jurnal Umum / Memorial

9
Buku Besar
Adalah buku yang disediakan untuk menampung hasil rekapitulasi dari
buku harian perkiraan atau rekening yang nantinya muncul di neraca dan
perhitungan sisa hasil usaha KSP atau USP .

Buku Pembantu
Adalah buku yang disediakan untuk menampung hasil transaksitransaksi
usaha yang dianggap penting untuk diuraikan dan dijelaskan per rekening yang
mendukung penjelasan rekening / perkiraan dalam buku besar.

Neraca Lajur
Adalah formulir yang dibuat untuk menampung perhitunganperhitungan
yang diakibatkan dari adanya mutasi –mutasi pada rekening / perkiraan dari awal
kejadian s/d periode pembukuan.

Laporan Keuangan
Adalah proses akhir dari pencatatan keuangan KSP atau USP dalam suatu
periode akuntansi. Laporan keuangan ini meliputi :
1. Neraca
2. Perhitungan SHU
3. Penjelasan atas laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
4. Laporan perubahan kekayaan bersih

Pencatatan Transaksi Pembukuan


Proses pembukuan diawali dengan pencatatan transaksi –transaksi
pembukuan ke dalam buku harian jurnal berdasarkan buktibukti kas ( tanda
setoran dan tanda pengambilan) sebelum transaksi tersebut diterima / dibayar oleh
kasir, kecuali untuk transaksi non tunai. Sebagai gambaran dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Transaksi Tunai
Dari bukti setoran / tanda pengambilan kas (form 1) terslebih dulu dicatat ke
dalam buku harian jurnal sesuai dengan kolomkolom yang tersedia yaitu :

10
Berdasarkan tanggal pembukuan ( kolom 1 ) di catat tanggal pembukuan
yang di urutkan sesuai dari tanggal muda sampai dengan tanggal transaksi
akhir pada setiap bulan pembukuan.
Keterangan ( kolom 2 )
Catat Nama, umur anggota sesuai bukti penerimaan dan pengeluaran kas
untuk transaksi bukti penerimaan dan pengeluaran kas yang berkaitan
dengan transaksi pinjaman maupun simpanan.
Misal : Bapak Andi No.Anggota 073
Ibu Ari No. Anggota 110
Untuk transaksi lainnya catat nama transaksi secara jelas, baik dibuku
besar maupun pada buku pembantunya.
Misal : Tabungan pada Bank Arta, Aktiva, Bangunan, aktiva tetap dan
lainlain.
Nomor Bukti Kas keluar atau nama di catat nomor bukti kas keluar atau
nama berdasarkan nomor butki yang ada pada form 1 dan 2 .
Misal : PK. No. 50 untuk beban gaji ( biaya usaha )
Penerimaan Kas dan Pengeluaran Kas / Bank sesuai bukti penerimaan dan
pengeluaran kas/Bank.
Kolom 4 s/d 12 merupakan lawan dari perkiraan / rekening kas keluar
yang ada dalam perkiraan neraca.

2. Pencatatan Transaksi nontunai


Bukti transaksi non tunai dipakai Bukti Umum yang ditanda tangani oleh
bagian keuangan dan disahkan oleh pengelola. Bukti Umum ini dicatat ke
dalam buku jurnal memorial. Bukti Umum biasanya dipakai untuk transaksi-
transaksi yang sifatnya membukukan kebijakan pimpinan dalam bidang
akuntansi pandapatan ataupun beban usaha yang harus dicatat dalam periode
akuntansi.
Bukti Umum juga dipakai untuk melakukan eliminasi dan koreksi atas
transaksi KSP / USP yang berkaitan dengan transaksi antara induk dan
cabang ataupun karena adanya kesalahan dalam pembukuan.
Contoh pencatatan transaksi nontunai adalah sebagai berikut :

11
Biaya Penyusutan aktiva tetap Rp. 500.000,
Akumulasi penyusutan aktiva tetap Rp. 500.000,
- Pencatatan Eliminasi
Di Kantor Pusat :
Di Kantor Cabang Rp. 50.000,
Pada Kas Rp. 50.000,
Di Kantor Cabang :
Kas Rp. 50.000,
Kantor Cabang Rp. 50.000,
Eliminasi di Pusat :
Kantor Pusat Rp. 50.000,
Kantor Cabang Rp. 50.000,
Kesalahan Pencatatan
Seharusnya diterima uang dari pendapatan bunga melalui kas, tapi dicatat
melalui bank .
Salah dicatat : Bank Rp. 25.000,
Pada pendapatan Bunga Rp. 25.000,
Dikoreksi :
Pendapatan Rp. 25.000,
Bank Rp. 25.000,
Jurnal yang benar :
Kas Rp. 25.000,
Pendapatan Bunga Rp. 25.000,

Pencatatan Bukti Ke Dalam Subbuku Besar


Setelah menerima bukti kas masuk dan pengeluaran dari kasir, tenaga
administrasi keuangan mencocokkan masingmasing bukti pembukuan dengan
catatan dalam buku harian jurnal yaitu meliputi nomor transaksi, jumlah uang dan
paraf kasir .
Membubuhkan tanda “√“ sebagai bukti bahwa kas telah diterima atau kembali
dari kasir atas dasar butkti kas dan non kas, tenaga administrasi atau juru tagih

12
mencatat transaksi-transaksi tersebut ke dalam buku-buku yang berfungsi sebagai
sub buku besar antara lain :
1. Buku Register Sisa Pinjaman
Buku ini berfungsi sebagai sub buku besar juga berfungsi sebagai
register pinjaman yang meliputi pencatatan pinjaman per anggota,
setoran pokok dan biaya, sisa pinjaman dan sebagainya.
2. Buku Register Sisa Pinjaman
Buku ini berfungsi untuk dipakai sebagai sub buku besar, dapat pula
dipakai untuk memonitor pengembalian simpanan, penyetoran dan
saldo dari masingmasing peminjam.
Jumlah sisa pinjaman masingmasing penyimpan pada tiap hari harus
sama dengan saldo menurut buku besarnya.
Sebagai pertanggungjawaban antara fisik uang tunai yang dikelola
oleh kasir dengan yang dikeluarkan dan saldo untuk dikelola kembali
setelah berita acara stock opname kas setiap hari, kasir mencatat
transaksi – transaksi yang terjadi pada buku catatan kasir.
Etos kerja tiap personal juga perlu diperbaiki, karena setiap pekerjaan
harus dilakukan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Penumbuhan etos kerja bisa dimulai dengan pemberian reward kepada pengurus
dan anggota. Setiap pengurus yang mengerjakan tugasnya dengan baik akan
mendapatkan hasil yang sesuai dengan kerjanya, begitupun dengan anggota, setiap
anggota yang aktif berpartisipasi dalam kegiatan koperasi juga akan mendapatkan
reward yang sesuai dengan kerjanya bisa dalam bentuk SHU atau lainnya.
Kemudian dengan mengadakan acara-acara tertentu akan sangat membatu dalam
meningkatkan rasa tanggung jawab dan keakraban lebih kepada pengurus dan
anggota. Menurut Sudiarditha et al. (2013), koperasi sebaiknya meningkatkan
partisipasi anggota dengan cara menstimulus munculnya rasa tanggung jawab
yang baik dari anggota dalam memanfaatkan jasa koperasi baik dalam hal
pembelian barang maupun dalam penggunaan jasa simpan pinjam pada koperasi,
serta meningkatkan keterlibatan mental dan emosional anggota dengan cara
mengikutsertakan anggota untuk dapat terlibat dalam penetapan tujuan, sasaran
dan strategi koperasi. Para pengurus harus lebih memperhatikan dan berusaha

13
membantu anggota dalam meningkatkan pengetahuan anggotanya tentang
koperasi terutama dalam meningkatkan kemampuan aplikasi anggota yaitu yang
paling utama tentang permodalan koperasi. Selain itu pengurus juga seharusnya
memberikan pendidikan perkoperasian kepada anggotanya sehingga pengetahuan
yang dimiliki anggota tentang koperasi akan lebih banyak dan meningkat.
Permasalahan prosedur peminjaman juga merupakan salah satu
permasalahan yang banyak dianggap sepele oleh beberapa pihak baik pengurus
maupun anggota dengan berdalih penggunaan asas koperasi yaitu asas
kekeluargaan. Penggunaan prosedur yang tepat akan sangat membantu proses dari
suatu sistem, baik peminjaman maupun penyimpanan sendiri. Hal ini berkaitan
dengan pengembalian kembali uang yang sudah dipinjam oleh anggota koperasi.
Peminjaman tanpa diketahui oleh pemilik tabungan akan sangat merugikan
anggota, hal ini dapat dilihat dari kurangnya perhatian pengurus terhadap prosedur
tersebut.
Adapaun prosedur peminjaman menurut Syafriansyah (2015), adalah
sebagai berikut :
(1) Calon Peminjam menyiapak persyaratan seperti (a) foto copy KTP dan foto
copy BPKB; (b) Menerima Formulir Permohonan Pinjaman dari Bagian
Administrasi; (c) Mengisi Formulir Permohonan Pinjaman; dan (d) Menyerahkan
Formulir Pinjaman yang telah diisi ke bagian administrasi beserta syarat-
syaratnya.
(2) Bagian administrasi menerima (a) Formulir Permohonan Pinjaman dan
Persyaratannya dari calon peminjam; (b) memeriksa kelengkapan persyaratan dan
melakukan pencatatan atau pembukuan berdasarkan nomor urut dan tanggal
permohonan; dan (c) menyerahkan formulir permohonan Pinjaman dan
Persyaratan Pinjaman kepada petugas survey.
(3) Survey menerima formulir: (a) Permohonan Pinjaman dan Persyaratan
Pinjaman dari bagian administrasi; (b) melakukan analisis dengan melakukan
pengecekan kebenaran adanya jaminan berdasarkan persyaratan yang diajukan
dan mengenal karakter calon Peminjam melalui keluarga dan kerabat; (c)
membuat data berita acara untuk melengkapi format Taksasi/penilaian jaminan;
(d) menganalisis dan merangkum persyaratan Pinjaman, Formulir Permohonan

14
pinjaman dan data berita acara dalam bentuk Aplikasi Pinjaman; dan (e) dan
menyerahkan Aplikasi Pinjaman tersebut kepada Komite Kredit.
(4) Komite Kredit menerima (a) berkas-berkas Aplikasi Pinjaman hasil survey
dari Petugas Survey; (b) melakukan verifikasi dan seleksi kelayakan dari berkas-
berkas pemohon kredit dengan faormat taksasi/penilaian dari petugas survey; dan
(c) jika telah layak untuk diberikan kredit, maka aplikasi pinjaman ditandatangani
dan diserahkan kebagian Pengurus Koperasi. (5) Pengurus Koperasi menerima (a)
berkas aplikasi pinjaman dari Komite Kredit; (b) memeriksa hasil dari Komite
Kredit; (c) mengambil keputusan untuk menerima atau menolak permohonan
kredit; (d) jika permohonan ditolak, maka berkas dikembalikan ke Bagian
Administrasi untuk dibuatkan surat penolakan dan diserahkan kepada Calon
Peminjam; (e) jika permohonan diterima, maka Pengurus Koperasi
menandatangani berkas permohonan pinjaman (aplikasi pinjaman) tersebut; (f)
mengkonfirmasi pemberian pinjaman kepada bendahara untuk melakukan
penarikan uang, dan (g) berkas aplikasi pinjaman dan uang diserahkan ke Bagian
Administrasi untuk melakukan proses realisasi pemberian kredit. (6) Bagian
Administrasi menerima (a) berkas aplikasi pinjaman dan uang dari Pengurus
Koperasi; (b) membuat pembukuan pinjaman berdasarkan identitas peminjam dan
persyaratan jaminan pinjaman kemudian menyimpan data tersebut kedalam file
kredit anggota; (c) membuat kartu angsuran untuk anggota, nota dan surat
perikatan kredit atau surat perjanjian kredit untuk ditandatangani oleh peminjam;
(d) setelah semuanya telah siap, bagian administrasi menyerahkan kartu angsuran
kredit beserta uang kepada peminjam; (e) setelah itu bagian administrasi
melakukan pencatatan berdasarkan nota dan menyimpannya ke dalam file
pengeluaran kas serta mengarsip surat perikatan kredit; dan (f) kemudian bagian
administrasi menerima jaminan berupa BPKB atau sertifikat lain dari peminjam
sebagai pegangan.
Selain hal diatas cara menanggulangi permasalah menurut Suprayitno
(2007), perlunya ketegasan dalam konsep koperasi, walaupun organisasi koperasi
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya namun operasional dari
koperasi bukannya berasaskan sebagaimana organisasi sosial melainkan harus
tetap dijalankan secara professional. Sehingga perlu ditanamkan kepada personel

15
yang terlibat langsung dalam koperasi bahwa koperasi harus dijalankan secara
professional dengan menjalakan kedisplinan dan menerapkan sikap kehati-hatian
sebagaimana badan usaha lainnya. Dengan demikian maka tidak ada keteledoran
trelebih penyelewengan yang nantinya berakibat meruntuhkan koperasi itu sendiri.
Selain itu, Pola alur pemerolehan SHU yang dibagikan kepada anggota merujuk
pada UU Koperasi dimana SHU diperoleh dari laba bersih yang dikurangi dengan
dana cadangan. Dana cadangan ini ditetapkan dalam RA. Namun pada
pelaksanaannya pemerolehan SHU yang dibagikan kepada para anggota bisa
bervariasi sesuai dengan kesepakatan dalam RA tanpa melanggar pola yang
tertulis dalam UU koperasi. Bisa jadi SHU sebelum dibagikan kepada para
anggota dialokasikan untuk pendidikan , kesejahteraan, dan lain sebagainya.

16
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penerapan sistem koperasi yang tepat guna dapat meningkatkan
kelancaran kinerja koperasi simpan pinjam. Pengaruh koperasi simpan pinjam
sendiri di Indonesia merupakan salah satu badan usaha yang dapat meningkatkan
negara. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan pendapatan koperasi (SHU), semakin
tinggi SHU maka pajak akan meningkat sehingga pendapatan negara dapat
meningkat. Selain meningkatkan pendapatan negara, berdirinya koperasi sebagai
badan usaha dapat mengururangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan kata
lain dengan berdirinya koperasi maka lapangan usaha akan bertambah. Ada
banyak jenis permasalahan yang masuk ke lingkungan koperasi antara lain
kurangnya pengetahuan tentang koperasi khususnya bagian pembukuan dan
prosedur peminjaman dan rendahnya etos kerja personal dalam koperasi, seringga
menghambat kelancaran dari kinerja koperasi itu sendiri. Dilihat dari
permasalahan yang ada, ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan tersebut antara lain, dengan melakukan pelatihan
kepada setiap pengurus dan melakukan inovasi-inovasi untuk menarik anggota
lain untuk melakukan transaksi di koperasi. Kemudian pemberian reward kepada
pengurus maupun anggota, dapat meningkatkan etos kerja, karena ada sesuatu
yang ingin dikejar. Kedisiplinan dan ketegasan pemimpin menjadi dasar dari
permasalahan yang ada dikoperasi, karena tugas pemimpin tidak hanya
memimpun tetapi juga mengayomi anggota dan pengurus.

3.2 Saran
Sistem koperasi di Indonesia harus lebih di perhatikan lagi, karena
kebanyakan koperasi gulung tikar karena salahnya sistem atau konsep dari
koperasi itu sendiri. Sehingga pemerintah diminta lebih memperhatikan kinerja
dari koperasi tersebut khususnya UMKM dimana, unit inilah yang lebih
mengetahui banyak tentang koperasi di Indonesia. Pelatihan dan workshop lebih
ditingkatnkan guna menambah wawasan bagi pihak koperasi.
DAFTAR PUSTAKA

17
Lutifah, P. N. 2006. Akuntansi untuk koperasi simpan pinjam atau unit simpan
pinjam. Fokus Ekonomi. 1(1): 63-80.
Pasaribu, R. B. F. 2015. Sistem Perekonomian Di Indonesia. Hal 1-33.
Sarwoko, E. 2009. Analisis peranan koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam
dalam upaya pengembangan UMKM di Kabupaten Malang.
MODERNISASI. 5(3): 172-188.
Sudiarditha, I. K. R., A. Saptono dan A. Widyastuti. 2013. Pengaruh pengetahuan
anggota tentang koperasi dan kualitas pelayanan terhadap partisipasi
anggota pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Warga Sejahtera, Kelurahan
Cipinang, Jakarta Timur. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DAN
BISNIS. 1(1): 62-76.
Suprayitno, B. 2007. Kritik terhadap koperasi (serta solusinya) sebagai media
pendorong pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Jurnal Ekonomi & Pendidikan. 4(2): 14-35.
Syafriansyah, M. 2015. Analisis sistem dan prosedur pemberian kredit pada
Koperasi Simpan Pinjam Sentosa Di Samarinda. eJournal Ilmu
Administrasi Bisnis. 3(1): 83-93.

18

Anda mungkin juga menyukai