A. Latar Belakang
BAZNAS kabupaten Jembrana asal mulanya adalah Lembaga Kesejahteraan Umat.
Kemudian LKU(Lembaga Kesejahteraan Umat) berubah nama menjadi Badan Aml Zakat
Infak dan Shodaqoh, BAZNASIS, dikarenakan di Jakarta ada BAZNASIS atau Badan Amil
Zakat Infak dan Shodaqoh.
Selanjutnya ditingkat Nasional dibentuk BAZNAS atau Badan Amil Zakat
Nasional, sehingga lahirlah Badan Amil Zakat pada tingkat Provinsi atau BAZNAS
Provinsi dan Badan Amil Zakat ditingkat Kabupaten dan kota atau BAZNAS Kabupaten,
hal itu berlangsung sampai saat ini.
BAZNAS kabupaten Jembrana saat ini menjadi Lembaga keuangan umat yang
memiliki nilai signifikan di Kabupaten Jembrana, itu dikarenakan kiprah nya dalam
membangun perekonomian mustahik dirasa kuat oleh masyarakat Jembrana sendiri, temtu
ini disebabkan pula oleh keprofesionalan pada kinerja BAZNAS Kab. Jembrana.
Profesionalisme yang dimiliki oleh BAZNAS Kab. Jembrana terlihat dengan
adanya perencanaan yang matang tentang program-program jangka panjang maupun jangka
pendek strategis, pelaksanaan kerja yang baik oleh Badan Pelaksana, serta pengawasan dan
pengevaluasian yang berkala seperti pada Rapat Kerja. Lebih jauh dari ti, keberhasilan
BAZNAS Kab. Jembrana tentu disebabkan juga oleh kepemimpinan para ketua BAZNAS
Kab. Jembrana yang dipilih dari kalangan tokoh Masyarakat yang memiliki
profesionalisme dalam manajemen organisasi dan ilmu keagamaan.
Sikap dan gerak yang dibarengi oleh kesungguhan dalam mengelola dana umat
itulahyang pada akhirnya membawa BAZNAS Kabupatten Jembrana kepada sederet
prestasi, contohnya dalam pengumpulan hasil zakat pada setiap tahunnya. Untuk tingkat
provinsi pada masa Kepemimpinan Bapak Ir. H. Setyo Irianto, BAZNAS kabupaten
Jemberana mendapatkan prestasi sebagai Terbaik Pertama Dalam Pengumpulan Zakat Mal
Se Bali.
Awal bergabung dengan BAZNAS Kabupaten Jembrana ialah setelah adanya
penunjukkan dari Bupati pada saat itu, yaitu Bapak I Gede Winasa, untuk menduduki
jabatan staff di BAZNAS Kabupaten Jembrana.
Harapan beliau untuk BAZNAS kabupaten Jembrana adalah semoga BAZNAS
kabupaten Jembrana mampu menampung dan mengelola segala jenis zakat yang ada
dimasyarakat dari perdagangan, pertanian, mustafad juga infak shodaqah dengan baik, dan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk membangun perekonomian menjadi lebih
baik yang barokah melalui Zakat.
B. Sasaran
1. Pembentukan Unit Pengumpil Zakat di instansi, BUMN, Perusahaan Swasta,
pengajian-pengajian di masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Sosial.
2. Meningkatkan penerimaan dan pendistribusian zakat, infak, shadaqah, yang berdampak
pada berkurangnya kesenjangan sosial, kemiskinan dan kebodohan umat.
3. Terlaksananya sistim informasi muzaki dan mustahik yang handal dan transparan.
4. Terlaksananya kerja sama yang harmonis antar Unit Pengumpul Zakat dan Badan Amil
Zakat
F. Program Unggulan
Sudah sejak dahulu dipahami bahwa zakat, infaq, dan shodaqoh adalah merupakan
pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsional dengan upaya pemecahan
masalah-masalah kemanusiaan khususnya, seperti pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan sosial akibat perbedaan dalam kepemilikan kekayaan. Sehingga salah satu dari
tujuan zakat adalah mempersempit jurang perbedaan ekonomi di dalam masyarakat hingga
kebatas yang seminimal mungkin.
Dalam kenyataan yang ada bahwa jumlah penduduk umat islam yang mampu
menunaikan zakat saat ini cukup banyak bahkan terus bertambah, maka jika potensi
ekonomi umat (zakat) ini dekelola dan dikembangkan secara prpoduktif tentu akan
diperoleh hasil yang optimal, bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan terutama untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan serta dapat menghilangkan kesenjangan sosial
ekonomi dan bahkan bisa menjawab persoalan keterpurukan ekonomi ummat secara umum.
Namun hal ini belum banyak dirasakan dimana pengelolaan zakat hingga kini belum
mampu memberikan pegaruh terlalu besar bagi penanggulangan kesenjangan sosial
ekonomi dan terwujudnya kesejahteraan umat Islam. Ini bisa jadi dikarenakan kurangnya
kemampuan dalam pengelolaan zakat itu sendiri oleh badan pengelola zakat, disamping
juga ada hal-hal lain yang terkait dengan itu.
Dengan di sah kannya UU no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat setidaknya
menjadi angin segar bagi pengelola zakat infaq dan shodaqoh yang dulunya belum diatur
dalam bentuk perundang-undangan.
Ada beberapa hal yang bary dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh menurut
undang-undang yang ditandatangani oleh presiden Rinper tanggal 25 November 2011
antara lain:
a. Istilah BAZDA menjadi BAZNAS baik ditingkat pusat, Provinsi serta
Kabupaten / Kota.
b. Untuk pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah ditingkat Kecamatan, Desa, dan
Kelurahan diistilahkan dengan nama UPZ ( Unit Pengumpul Zakat).
c. Biaya operasional BAZNAS Kabupaten / Kota dan hak amil dibiayai oleh
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) (Pasal 30).
Meskipun sampai detik ini pemerintah masih belum menindak lanjuti undang-
undang ini dengan penerbitan peraturan pemerintahnya sebagai petunjuk pelaksanaan
undang-undang tersebut namu kita perlu secepatnya merespon dengan langkah-langkah
awal dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh.
Disamping UPZ berperan dalam mendata Donatur Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
mereka juga akan mendata para mustahik (yang berhak menerima Santunan) sehingga
Zakat, Infaq, dan Shodaqah yang telah terhimpun akan lebih terjamin peyalurannya ke
obyek sasarannya.
Saat ini sudah ada beberapa UPZ yang telah berjalan dan telah melaksanakan
tugasnya secara baik mereka menghimpun ZIS dan dalam waktu yang sama mereka
langsung menyalurkannya kepada pihak yang berhak menerimanya (Mustahik).
H. Zakat Produktif
Mengenai zakat produktif yang dikembangkan oleh BAZNAS Kabupaten Jembrana, ada
beberapa usaha agar penyaluran zakat juga menjadi zakat produktif, yaitu:
a. Melakukan pembinaan dan pengentasan kemiskinan dengan merubah perilaku dari
mustahik menjadi muzaki.
b. Melakukan pemberdayaan ekonomi umat berupa program bantuan modal usaha
produktif dan pelatihan keterampilan kerja.
c. Meningkatkan kualitas pendidikan islam dengan memberikan beasiswa.
d. Bekerjasama dengan instansi pemerintah, BUMN, dan perusahaan swasta dalam
pemberdayaan masyarakat.