Anda di halaman 1dari 5

TUGAS FIQIH DAN MENEJEMEN ZAKAT DI INDONESIA

MENELITI LEMBAGA-LEMBAGA ZAKAT TERDEKAT


Nama : Eka Nur Rahma
NIM : 200201110202
Kelas : Fiqih Dan Menejemen Zakat HKI F
Lokasi Penelitian : BAZNAS Kab. Jembrana

A. Latar Belakang
BAZNAS kabupaten Jembrana asal mulanya adalah Lembaga Kesejahteraan Umat.
Kemudian LKU(Lembaga Kesejahteraan Umat) berubah nama menjadi Badan Aml Zakat
Infak dan Shodaqoh, BAZNASIS, dikarenakan di Jakarta ada BAZNASIS atau Badan Amil
Zakat Infak dan Shodaqoh.
Selanjutnya ditingkat Nasional dibentuk BAZNAS atau Badan Amil Zakat
Nasional, sehingga lahirlah Badan Amil Zakat pada tingkat Provinsi atau BAZNAS
Provinsi dan Badan Amil Zakat ditingkat Kabupaten dan kota atau BAZNAS Kabupaten,
hal itu berlangsung sampai saat ini.
BAZNAS kabupaten Jembrana saat ini menjadi Lembaga keuangan umat yang
memiliki nilai signifikan di Kabupaten Jembrana, itu dikarenakan kiprah nya dalam
membangun perekonomian mustahik dirasa kuat oleh masyarakat Jembrana sendiri, temtu
ini disebabkan pula oleh keprofesionalan pada kinerja BAZNAS Kab. Jembrana.
Profesionalisme yang dimiliki oleh BAZNAS Kab. Jembrana terlihat dengan
adanya perencanaan yang matang tentang program-program jangka panjang maupun jangka
pendek strategis, pelaksanaan kerja yang baik oleh Badan Pelaksana, serta pengawasan dan
pengevaluasian yang berkala seperti pada Rapat Kerja. Lebih jauh dari ti, keberhasilan
BAZNAS Kab. Jembrana tentu disebabkan juga oleh kepemimpinan para ketua BAZNAS
Kab. Jembrana yang dipilih dari kalangan tokoh Masyarakat yang memiliki
profesionalisme dalam manajemen organisasi dan ilmu keagamaan.
Sikap dan gerak yang dibarengi oleh kesungguhan dalam mengelola dana umat
itulahyang pada akhirnya membawa BAZNAS Kabupatten Jembrana kepada sederet
prestasi, contohnya dalam pengumpulan hasil zakat pada setiap tahunnya. Untuk tingkat
provinsi pada masa Kepemimpinan Bapak Ir. H. Setyo Irianto, BAZNAS kabupaten
Jemberana mendapatkan prestasi sebagai Terbaik Pertama Dalam Pengumpulan Zakat Mal
Se Bali.
Awal bergabung dengan BAZNAS Kabupaten Jembrana ialah setelah adanya
penunjukkan dari Bupati pada saat itu, yaitu Bapak I Gede Winasa, untuk menduduki
jabatan staff di BAZNAS Kabupaten Jembrana.
Harapan beliau untuk BAZNAS kabupaten Jembrana adalah semoga BAZNAS
kabupaten Jembrana mampu menampung dan mengelola segala jenis zakat yang ada
dimasyarakat dari perdagangan, pertanian, mustafad juga infak shodaqah dengan baik, dan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk membangun perekonomian menjadi lebih
baik yang barokah melalui Zakat.

B. Sasaran
1. Pembentukan Unit Pengumpil Zakat di instansi, BUMN, Perusahaan Swasta,
pengajian-pengajian di masyarakat, Lembaga Pendidikan dan Sosial.
2. Meningkatkan penerimaan dan pendistribusian zakat, infak, shadaqah, yang berdampak
pada berkurangnya kesenjangan sosial, kemiskinan dan kebodohan umat.
3. Terlaksananya sistim informasi muzaki dan mustahik yang handal dan transparan.
4. Terlaksananya kerja sama yang harmonis antar Unit Pengumpul Zakat dan Badan Amil
Zakat

C. Bentuk Zakat Yang Dikelola


Bentuk zakat yang dikelola, yaitu lebih diutamakan zakat mal yang kemudian disalurkan
untuk:
a. Membangun dan mengembangkan ekonomi kaum Dhuafa
b. Memberdayakan yatim piatu dan mualaf
c. Meningkatkan kualitas pendidikan islam dengan memberikan beasiswa
d. Untuk majelis taklim dan Desa diutamakan didistribusikan dalam bentuk sembako

D. Sistem Distribusi Zakat


1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Umum
a. Membentuk Unit Pengumpul Zakat di Majlis Taklim, Desa, Instansi, dan Sekolah-
sekolah khususnya Sekolah Islam.
b. Pengelolaan zakat dilakukan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab.
c. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian Ibadah Zakat.
d. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat.
e. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
f. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan zakat.
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengumpulan Zakat
a. Membentuk Kolektor/ Pengumpul zakat disetiap UPZ.
b. Kolektor/ Pengumpul zakat menerima dan mengambil zakat, infak, dan shodaqoh dari
muzakki.
c. Penghitungan zakat mal dilakukan oleh muzakki atau bantuan petugas Badan Amil
Zakat.
d. Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan
agama.
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) Distribusi Zakat
a. Hasil pengumpulan zakat oleh kolektor selanjutnya dibagikan kepada para mustahiq,
berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq.
b. Untuk UPZ di Majelis Taklim dan Desa diutamakan didistribusikan dalam sembako.
c. Sedang untuk UPZ di sekolah diprioritaskan untuk penunjang pendidikan khususnya
bagi para siswa muslim/ duafa dan yatim piatu.
d. Untuk UPZ di Instansi dan perusahaan diprioritaskan untuk usaha yang produktif.
e. Dalam pendistribusian zakat didasarkan atas pendataan dan penelitian kebenaran
mustahiq di wilayah masing-masing.

E. Kelompok Penerima Zakat Dari 8 Asnaf


Dari 8 asnaf penerima zakat yang sudah tercantum di dalam Al-Quran (fakir,
miskin, amil, mualaf, riqab/budak, gharim/orang yang berhutang, fi sabilillah/orang yang
berjuang di jalan Allah, dan ibnu sabil/orang yang safar), BAZNAS kabupaten Jembrana
lebih memprioritaskan pemberian zakat kepada asnaf fakir, miskin, dan anak yatim.

F. Program Unggulan
Sudah sejak dahulu dipahami bahwa zakat, infaq, dan shodaqoh adalah merupakan
pranata keagamaan yang memiliki kaitan secara fungsional dengan upaya pemecahan
masalah-masalah kemanusiaan khususnya, seperti pengentasan kemiskinan dan
kesenjangan sosial akibat perbedaan dalam kepemilikan kekayaan. Sehingga salah satu dari
tujuan zakat adalah mempersempit jurang perbedaan ekonomi di dalam masyarakat hingga
kebatas yang seminimal mungkin.
Dalam kenyataan yang ada bahwa jumlah penduduk umat islam yang mampu
menunaikan zakat saat ini cukup banyak bahkan terus bertambah, maka jika potensi
ekonomi umat (zakat) ini dekelola dan dikembangkan secara prpoduktif tentu akan
diperoleh hasil yang optimal, bisa dimanfaatkan untuk kesejahteraan terutama untuk
mengentaskan masyarakat dari kemiskinan serta dapat menghilangkan kesenjangan sosial
ekonomi dan bahkan bisa menjawab persoalan keterpurukan ekonomi ummat secara umum.
Namun hal ini belum banyak dirasakan dimana pengelolaan zakat hingga kini belum
mampu memberikan pegaruh terlalu besar bagi penanggulangan kesenjangan sosial
ekonomi dan terwujudnya kesejahteraan umat Islam. Ini bisa jadi dikarenakan kurangnya
kemampuan dalam pengelolaan zakat itu sendiri oleh badan pengelola zakat, disamping
juga ada hal-hal lain yang terkait dengan itu.
Dengan di sah kannya UU no. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat setidaknya
menjadi angin segar bagi pengelola zakat infaq dan shodaqoh yang dulunya belum diatur
dalam bentuk perundang-undangan.
Ada beberapa hal yang bary dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh menurut
undang-undang yang ditandatangani oleh presiden Rinper tanggal 25 November 2011
antara lain:
a. Istilah BAZDA menjadi BAZNAS baik ditingkat pusat, Provinsi serta
Kabupaten / Kota.
b. Untuk pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah ditingkat Kecamatan, Desa, dan
Kelurahan diistilahkan dengan nama UPZ ( Unit Pengumpul Zakat).
c. Biaya operasional BAZNAS Kabupaten / Kota dan hak amil dibiayai oleh
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) (Pasal 30).
Meskipun sampai detik ini pemerintah masih belum menindak lanjuti undang-
undang ini dengan penerbitan peraturan pemerintahnya sebagai petunjuk pelaksanaan
undang-undang tersebut namu kita perlu secepatnya merespon dengan langkah-langkah
awal dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shodaqoh.
Disamping UPZ berperan dalam mendata Donatur Zakat, Infaq, dan Shodaqoh
mereka juga akan mendata para mustahik (yang berhak menerima Santunan) sehingga
Zakat, Infaq, dan Shodaqah yang telah terhimpun akan lebih terjamin peyalurannya ke
obyek sasarannya.
Saat ini sudah ada beberapa UPZ yang telah berjalan dan telah melaksanakan
tugasnya secara baik mereka menghimpun ZIS dan dalam waktu yang sama mereka
langsung menyalurkannya kepada pihak yang berhak menerimanya (Mustahik).

G. Permasalahan Atau Kendala Dalam Pengelolaan Zakat


a. Kurang adanya kesadaran bagi kebanyakan ummat muslim yang telah memenuhi
persyaratan wajib zakat dalam menunaikan zakatnya.
b. Kurang adanya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat bentukan
pemerintah sehingga mereka lebih puas dengan menyerahkan langsung zakatnya
kepada pihak penerima (mustahik)
c. Kurangnya tenaga profesional dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah sehingga
pengelolaannya pun terpaksa dilakukan dengan cara yang tidak profesional juga.

H. Zakat Produktif
Mengenai zakat produktif yang dikembangkan oleh BAZNAS Kabupaten Jembrana, ada
beberapa usaha agar penyaluran zakat juga menjadi zakat produktif, yaitu:
a. Melakukan pembinaan dan pengentasan kemiskinan dengan merubah perilaku dari
mustahik menjadi muzaki.
b. Melakukan pemberdayaan ekonomi umat berupa program bantuan modal usaha
produktif dan pelatihan keterampilan kerja.
c. Meningkatkan kualitas pendidikan islam dengan memberikan beasiswa.
d. Bekerjasama dengan instansi pemerintah, BUMN, dan perusahaan swasta dalam
pemberdayaan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai