Zakat, infak, dan sedekah adalah harta yang berasal dari seseorang yang memiliki
kewajiban membayar yang disalurkan kembali kepada umat yang diberikan hak untuk menerima.
Dalam Islam, pengembangan zakat yang bisa digunakan untuk tujuan peoduktif disebut zakat
produktif. Visi salah satu Lembaga Amil Zakat ialah “Mengangkat Harkat para Mustahik agar
ampu Mandiri di Bidang Sosial ekonomi”. Visi misi Lembaga Amil Zakat ini, mengarah kepada
pengelolaan zakat produktif. Pengelolaan zakat, infak, dan sedekah pada Lembaga Amil Zakat
adalah meliputi:
1. Penghimpunan
Penghimpunan dana zakat infak dan sedekah pada Lembaga Amil Zakat dilakukan
melalui dua cara. Pertama adalah penghimpunan zakat rutin yakni zakat fitrah pada
bulan ramadhan, serta infak sedekah pada hari Jum’at. Kedua adalah penghimpunan
zakat bersifat insidental dan berkala yakni zakat maal, serta infak masyarakat. metode
pegumpulan zakat, infak, dan sedekah pada Lembaga Amil Zakat dilakukan baik secara
langsung maupun titipan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan salah satu bentuk pengelolaan dana zakat, infak, dan sekedah
pada lembaga Amil Zakat. Penyimpanan dana ZIS dilakukan melalui dua cara. Pertama
disimpan sebagai kas Lembaga Amil Zakat yang dikelola langsung oleh bendahara.
Kedua, disimpan di bank. Dua metode penyimpanan ini bertujuan agar dana ZIS lebih
aman.
3. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekah kepada
masyarakat yang berhak menerima. Pendistribusian dana zakat, infak, dan sedekah
pada Lembaga Amil Zakat pada umumnya terbagi menjadi dua. Pertama
pendistribusian zakat fitrah, dan yang kedua adalah zakat maal, infak dan sedekah.
Zakat fitrah harus segera didistribusikan dan dihabiskan. Adapun kriteria yang
digunakan sebagai pedoman pendistribusian zkat fitrah pada Lembaga Amil Zakat
Sabillal Muttaqin adalah tanggungan keluarga, pendapatan, dan janda.
4. Pertanggung jawaban
Pertanggungjawaban adalah kegiatan mempertanggugjawabkan pengelolaan dana
zakat, infak, dan sekedeh pada Lembaga Amil Zakat di Masjid. Pertanggungjawaban
dilakukan melalui dua cara. Pertama pertanggungjawaban mingguan, yakni pelaporan
kas masuk dan kas keluar pada jamaah masjid. Dan yang kedua adalah
pertanggungjawaban tahunan, yakni pertanggungjawaban bersama pengurus Lembaga
Amil Zakat masjid dan dilaporkan pada acara tutupan tahun masjid.
Kesimpulan:
Model pengelolaan keuangan di Masjid Al Muhajirin Perumahan BSP Mojokerto dapat
diketahui sumber dana yang diterima oleh masjid sebagai upaya untuk peningkatan kesejahteraan
umat dan proses bahwa pengelolaan dilakukan secara transparan dan dilakukan oleh tenaga ahli
sehingga proses pelaporan dilakukan secara transparan dan sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan. Dengan demikian diperlukan suatu pengelolaan yang profesional, terbuka, dan
transparan serta pengawasan sehingga tujuan yang ingin dicapai yaitu meningakatnya
kesejahteraan umat.
Pengelolaan ZIS di Masjid Al Muhajirin Perumahan BSP Mojokerto dapat diketahui
bahwa dalam proses pengelolaan juga didasarkan atas tingkat kebutuhan yang diperlukan, dimana
proses dalam aktivitas masjid juga terkait dengan aktivitas pembiayaan tersebut dengan fasilitas
dan akomodasi dari masjid. Upaya untuk perbaikan sistem pengelolaan selalu dilakukan oleh
pengelola masjid, dimana perbaikan ke arah yang lebih baik menjadi hal penting sehingga sistem
pengelolaan dapat dilakukan secara lebih professional.
Dari pemaparan tersebut, disarankan untuk dilakukan tata kelola secara tepat yaitu dengan
membentuk pengurus yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan dan amanah sehingga sistem
pengelolaan yang diterapkan dapat memberikan dukungan dalam proses pengelolaan dengan baik
dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Hambatan secara internal yaitu mengenai kebutuhan
dari penyusunan kebutuhan dengan anggaran tersebut yang berbeda sehingga menjadi hal yang
sering tidak tepat dalam proses pengelolaan yang dilakukan. Hambatan utama yaitu zakat belum
mampu memberikan pengaruh dalam perekonomian, adapun untuk peluang–peluang dalam proses
pengelolaan dapat menjadikan aktivitas yang dilakukan lebih produktif dan sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, diharapkan pengelola memiliki kemampuan
dalam proses penyusunan anggaran dana sehingga kebutuhan dana dapat terpenuhi dan tetap
mengutamakan keterbukaan dalam proses pengelolaan dana sehingga kepercayaan masyarakat
tetap terjaga dengan baik.
REFERENSI:
Baznas, 2018. Fikih Zakat Kontekstual Indonesia. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional.
Kurnianingsish, W., 2022. Pengelolaan Dana Zakat, Infak, dan Sedekah Berbasis Masjid
Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Jurnal Hukum Ekonomi syariah, Volume 5, pp. 1-12.
Maulana, M. I. & Fikriyah, K., 2020. Analisis Pengelolaan Zakat, Infak, dan Sedekah Untuk
Meningkatkan ekonomi Dhuafa ada Masjid Al Muhajirin Perumahan BSP Mojokerto.
Jurnal Ekonomika dan Bisnis Islam, Volume 3, pp. 210-220.
Nizar, M., 2016. Model Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengelolaan Zakat, Infak,
dan Sedekah (ZIS) di masjid Besar Syarif Hidayatullah Karangploso Malang. Malia:
Jurnal Ekonomi Islam, Volume 8.
Syamsuddin, M., 2020. Tak Diisyaratkan Ijab Qabul dan Salaman dalam Serah Terima Zakat.
[Online]
Available at: https://islam.nu.or.id/zakat/tak-disyaratkan-ijab-qabul-dan-salaman-dalam-
serah-terima-zakat-cdb5Y
[Accessed 22 December 2022].