Anda di halaman 1dari 103

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara yang secara demografik dan

kultural memiliki masyarakat muslim terbanyak. Indonesia sebenarnya

memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen

pemerataan pendapatan yaitu pada institusi zakat, infak dan sedekah (ZIS). 1

Kedudukan kewajiban zakat dalam Islam sangat mendasar dan fundamental

karena merupakan salah satu rukun Islam.Zakat merupakan institusi resmi

yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan keadilan bagi masyarakat

sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan. Dalam Al-Qur’an

terdapat salah satu ayat yang berkaitan dengan zakat yaitu, tersirat dalam Al-

Qur’an surat (At-Taubah: 103) “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka

dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka”. Tujuan zakat

tidak hanya sekedar menyantuni orang miskin secara konsumtif, tetapi juga

memiliki tujuan permanen yaitu menuntaskan kemiskinan dan dapat

mengangkat derajat fakir miskin dengan membantu keluar dari kesulitan

hidup.

Berdasarkan data statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 27,77

1
Ari Kristin P dan Umi Khoirul Umah, “Penerapan Akuntansi Zakat pada Lembaga amil
Zakat,” Jurnal.Unimus., 7.109 (2019), 68–97
1
2

juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu orang dibandingkan

dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang (10,70

persen). Dalam hal ini masih banyak jumlah penduduk miskin di Indonesia

yang masih membutuhkan bantuan, salah satunya adalah dari zakat. Di

Indonesia, perhatian pada pengelolaan zakat baru menguat pada masa Orde

Baru. Pada tanggal 15 Juli 1968, pemerintah melalui kantor Menteri Agama,

mengeluarkan peraturan nomor 4 dan nomor 5 tahun 1968 tentang

pembentukan Badan Amil Zakat (BAZ) dan tentang pembentukan Baitul Mal

(Balai Harta Kekayaan) di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. Dan kini,

sudah dikeluarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 yang mengatur

tentang organisasi pengelola zakat (OPZ) yang boleh beroperasi di Indonesia

yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Zakat adalah ibadah kepada Allah melalui perantara manusia, yang

sering diistilahkan dengan ibadah sosial.2Zakat merupakan sebagian harta

yang harus dikeluarkan dan diberikan kepada golongan yang berhak

menerimanya yaitu golongan 8 asnaf, sebagaimana telah dimaksud dalam Al-

Quran dan As-Sunnah. Zakat diwajibkan di Madinah pada bulan syawal tahun

kedua hijriyah. Pewajibannya terjadi setelah pewajiban puasa Ramadhan dan

zakat fitrah. Pengertian zakat dapat dipahami secara singkat yakni harta yang

telah mencapai nisab, mewajibkan kepada pemilik harta (muslim) untuk

memberikan sebagian hartanya kepada orang yang berhak menerimanya

(Mustahik) sesuai dengan syariat Islam. Zakat dikeluarkan apabila harta yang

Musa Armiadi, Pendayagunaan Zakat Produktif Konsep, Peluang Dan Pola


2

Pengembangan (Pt. Naskah Aceh Nusantara, 2020).


3

dimiliki merupakan harta yang mewajibkan zakat serta telah mencapai

nisabnya, sehingga harta tersebut harus diserahkan kepada mustahik atau

diserahkan kepada lembaga yang mengurus zakat atau pun orang (imam)

yang bertugas untuk memungut zakat.3

Zakat memiliki peran, fungsi dan posisi penting dalam ajaran Islam. Ia

merupakan salah satu sendi di antara sendi-sendi Islam lainnya. Zakat adalah

ibadah fardiyah yang mengukuhkan hubungan vertikal antara seorang

muzaki (pembayar zakat) dengan Tuhannya. Ia merefleksikan nilai

spritualitas yang mampu menumbuhkan nilai kedermawanan terhadap

sesama manusia bahkan memiliki implikasi luas dalam aspek kehidupan

sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan dan aspek-aspek lainnya.

Sejumlah ayat dan surah dala Al-Quran terdapat sejumlah perintah

(amar) untuk menheluarkan zakat dan mengambilnya dari para muzaki.

Dalam surah At-Taubah :103 perintah ini sangat jelas, yaitu perintah untuk

mengambil zakat dari sebagian harta yang diamanahkan kepada para

agniya’ (kelompok orang kaya) dengan fungsi pokok untuk membersihkan

dan menyucikan jiwa dan harta para muzaki dari sifat bakhil, tamak, serakah,

dan penyakit hati lain yang menyeretnya pada sifat egois, mementingkan diri

sendiri. Zakat memiliki daya penyuci yang bisa membersihkan diri kita dari

sifat-sifat tercela dan menyuburkan sifat-sifat kebaikan (ahlak al

mahmudah).4

3
Sahroni Oni and others, FIKIH ZAKAT KONTEMPORER, VII (Depok: PT Raja
Grafindo Persada, 2017).
4
Barkah, Qodariyah. 2020. Fiqih Zakat Sedekah dan Wakaf. Jakarta: Prenada Media
Group.
4

Zakat bagian dari rukun Islam, zakat merupakan wujud ketaatan umat

muslim kepada Tuhannya serta merupakan wujud kemanusiaan dengan

sesama manusia. Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta dalam waktu

tertentu (haul atau ketika panen) dengan nilai dan sasaran tertentu (fakir,

miskin, amil, mualaf, n'qal1, gharimiri, fisabilillah,dan ibnu sabil).5 Manfaat

mengeluarkan zakat untuk mensucikan harta, menghindarkan dari sifat kikir

dan tamak sehingga bisa bersyukur atas rejeki yang diperoleh, memupuk rasa

solidaritas dan tolong-menolong terhadap sesama umat dalam hal materi dari

kebutuhan umum ataupun khusus.

Penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, maka sangat

memungkinkan zakat bisa memiliki andil dalam membantu dan

menggerakkan perekonomian negara. Zakat merupakan salah satu sistem

ekonomi sosial milik Islam yang dijadikan sebagai pilar penting dalam

ekonomi Islam.6 Jika fungsi zakat dapat dijalankan secara optimal, maka

angka kemiskinan masyarakat Indonesia dapat teratasi dengan mudah.

Langkah strategis agar fungsi zakat dapat teroptimalkan yakni dengan

memupuk kesadaran dari sini bahwa zakat merupakan ibadah serta

memperbaiki sistem pungutan zakat secara baik dan benar. Kemajuan

teknologi memberikan inovasi baru dalam penerimaan zakat, jika pada masa

lampau masyarakat muslim menyerahkan zakat kepada amil desa atau masjid,

maka pada era globalisasi ini zakat dapat diserahkan melalui lembaga amil

5
Mujahidin Endin and Salamun Ade, ‘Peran Metode On Job Training Untuk
Meningkatkan Kompetensi Amil Endin’, Ta’dibuna, 11.2 (2022), 208–21.
6
Ichsan Hamidi, Suhel Suhel, and Abdul Latif, ‘The Effectivities of Zakat Productive
Funds toward Zakat Recipient Income in Palembang’, Jurnal Ekonomi Pembangunan, 17.1
(2019), 24–30 <https://doi.org/10.29259/jep.v17i1.8965>.
5

zakat yang sudah ditunjuk oleh pemerintah, atau lembaga amil zakat yang

telah disetujui oleh pemerintah, misalnya BAZ dan LAZ. Layanan

penyerahan zakat ini sangat memudahkan masyarakat muslim untuk

mengeluarkan zakat dan meingkatkan kesadaran pada masyarakat, bahwa

zakat itu penting dan mudah.7

Amil zakat adalah seorang atau himpunan beberapa orang (lembaga)

yang ditunjuk dan disahkan oleh pemerintah untuk mengurus zakat. Tidak

semua orang berhak menjadi amil zakat, ada beberapa kategori yang

membuat seseorang bisa ditunjuk sebagai amil, karena menunjuk amil yang

tidak memenuhi syarat sangat berisiko merusak berjalannya syariat zakat.

Maka dari itu syariat Islam memberikan beberapa standar syarat seseorang

boleh menjadi amil zakat di antaranya adalah harus beragama Islam,

mukallaf, jujur, punya ilmu dalam hukum zakat dan tentu harus orang yang

sanggup melaksanakan tugas.8

Tugas utama amil adalah memungut zakat dari orang kaya dan

menyalurkannya kepada mustahik. Imam zakat/amil zakat harus memenuhi

kriteria kelayakan sebagai Amil zakat, serta harus memiliki kompetensi yang

sesuai dengan tugasnya, agar pengelolaan zakat dapat dilaksanakan secara

maksimal, sehingga antara amil, muzzaki dan mustahik dapat saling terbuka

dan percaya. Pendidikan yang sesuai harus dimiliki oleh amil zakat untuk

7
Agus Silahudin, ‘Perbandingan Konsep Kepribadian Menurut Barat Dan Islam’, Al-
Fikra : Jurnal Ilmiah Keislaman, 17.2 (2019), 249 <https://doi.org/10.24014/af.v17i2.6343>.
8
Januddin, ‘Kedudukan Imam Desa Sebagai Perspektif Hukum Syariah’, Jurnal Tahqiqa,
17.1 (2023), 42–53.
6

menunjang pekerjaanya, agar amanah, kompeten serta jujur dalam

melaksanakan tugasnya.

Untuk dana zakat yang dikelola dengan profesional memerlukan

kemampuan yang dimiliki seorang karyawan dalam menyelesaikan

pekerjaan. Kemampuan adalah salah satu indikator bahwasanya karyawan

tersebut telah profesional dalam melaksanakan perkerjaanya. Seseorang

dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu memiliki

keahlian atau kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai dengan

bidangnya, melaksanakan tugas atau profesi dengan menetapkan standart

baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan profesinya

dengan memenuhi etika profesional yang bersangkutan.9

Kompetensi amil menjadi salah satu isu nasional dalam diskursus

pengelolaan zakat di Indonesia. Menurut al-Qaradawi Kompetensi amil zakat

merujuk kepada tahap kecekapan amil dalam melaksanakan urusan kutipan

zakat serta membagikannya kepada golongan yang berhak.10Rendahnya

kompetensi amil menjadi salah satu hambatan optimalisasi pengelolaan di

Indonesia. Minimnya kompetensi amil zakat yang diakibatkan karena banyak

di antara amil zakat yang direkrut dari anggota masyarakat yang tidak

memiliki latar belakang pengetahuan atau keahlian tentang pengelolaan zakat,

minimnya balas jasa yang diberikan kepada amil yang berakibat daya tawar

terhadap tenaga berkualitas dan profesional rendah.


9
Lailatul Fujianti,”Pengauh Profesionalisme Terhadap Komitmen Organisasi Da
Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Akuntan Pendidik”, Forum Bisnis Dan
Keuagan (Th. 2012), hal. 818.
10
Ammar Badruddin Romli and Mohd Noor Daud, ‘Peningkatan Kemahiran Dan Kualiti
Kerja Amil Zakat Melalui Pembangunan Model Kompetensi Amil Zakat’, TIJARI International
Journal of Islamic Economics, Business and Entrepreneurship, 1.1 (2021), 1–17.
7

Minimnya pengembangan kualitas amil yang berakibat tidak

seimbangnya antara tantangan permasalahan dan tuntutan pelaksanaan tugas

dengan kemampuan amil.11Kualitas sumber daya manusia pengelola zakat

masih kurang baik, kurangnya keterampilan dan penguasaan manajemen dan

banyaknya anggapan yang menjadikan pekerjaan amil ini sebagai profesi atau

pilihan karier, tapi sebagai pekerjaan sampingan atau pekerjaan paruh waktu,

sehingga berdampak pada rendahnya penghimpunan (fundraising) dana zakat

oleh organisasi pengelola zakat. Memilih pendidikan yang sesuai dengan

lapangan pekerjaan yang akan digeluti merupakan keharusan agar

memperoleh tenaga kerja yang kompeten dan profesional, sehingga mampu

menghadapi kondisi dan situasi apapun yang ada dilapangan dan di

lingkungan pekerjaannya.12

Universitas Islam Negeri Palembang Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam merupakan salah satu Institusi yang memiliki Prodi Manajemen Zakat

dan Wakaf. Jumlah kelulusan Universitas Islam Negeri Palembang Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf tahun 2015

sebanyak 23 orang, tahun 2016 sebanyak 25 orang, tahun 2017 sebanyak 67

orang dan tahun 2018 sebanyak 134 orang. Data kelulusan mahasiswa

Universitas Islam Negeri Palembang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf dapat dilihat pada grafik 1.1 berikut:

11
Ammar Badruddin Romli dan Mohd Noor Daud, “Peningkatan Kemahiran dan Kualiti
Kerja Amil Zakat melalui Pembangunan Model Kompetensi Amil Zakat,” TIJARI International
Journal of Islamic Economics, Business and Entrepreneurship, 1.1 (2021)
12
Esa Ayu Kusumaningtyas, M Maulana Asegaf, and Basar Dikuraisyin, ‘Human Capital
Sebagai Strategi Pengembangan Sumber Daya Profesional Di Lembaga Zakat Nurul Hayat’,
Filantropi : Jurnal Manajemen Zakat Dan Wakaf, 2.2 (2022), 155–74
<https://doi.org/10.22515/finalmazawa.v2i2.4847>.
8

Sumber: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf
Universitas Islam Negeri Palembang Tahun 2015-2018

Berdasrkan Grafik 1.1 di atas jumlah lulusan Universitas Islam Negeri

Palembang Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Prodi Manajemen Zakat dan

Wakaf semakin meningkat dari tahun ketahun. Dimana alumni ini memiliki

Profil Lulusan Program Studi sebagai pengelola/ praktisi lembaga zakat dan

wakaf, konsultan bidang zakat dan wakaf, peneliti zakat dan wakaf, serta

social entrepreneur yang berbudi luhur, unggul, kompetitif, kreatif, inovatif,

dan berdaya saing, berpengetahuan luas di bidang zakat dan wakaf,

berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional, amanah, transparan,

akuntable, serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugasnya yang

berlandaskan integrasi keilmuan keislaman dan sains.

Fenomena di atas adalah alasan kuat bagi peneliti untuk melakukan

sebuah penelitian untuk mengetahui kompetensi alumni mahasiwa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf menjadi amil zakat yang profesional. Karena

jika calon tenaga amil zakat masih ragu dengan ilmu dan kemampuannya

bagaimana mungkin mereka mampu menjalankan tugasnya sebagai amil yang

dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat. Ketika alumni mahasiwa belum

siap dan matang menghadapi fase ini, kemungkinan besar mereka akan lebih
9

takut untuk menghadapi dunia kerja nyata. Dari masalah di atas peneliti akan

memberikan usulan penelitian tentang “Analisis Kompetensi Alumni Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang Menjadi Amil Zakat

Perspektif Fiqih Zakat”

B. Rumusan Masalah

Masalah adalah merupakan penyimpangan antara yang seharusnya

dengan yang terjadi. Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kompetensi alumni Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN

Palembang menjadi Amil Zakat?

2. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap kompetensi Alumni

mahasiwa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang menjadi

Amil Zakat?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian (Purpose Statement) merupakan hal yang ingin

dicapai dari penelitian tersebut untuk mengatasi masalah penelitian.13

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Kompetensi alumni Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN

Palembang menjadi Amil Zakat.

2. Pandangan hukum Islam terhadap kompetensi alumni mahasiwa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang menjadi Amil Zakat.

D. Manfaat Penelitian

13
Abdussamad Zuchri, Metode Penelitian Kualitatif, Nucl. Phys. (Makasar: CV. syakir
Media Press, 2021), 119
10

Manfaat adalah suatu kegunaan. Manfaat dalam suatu penelitian

penting sebagai kelanjutan dari tujuan penelitian. Sehingga apa yang

nantinya akan dicapai dalam penelitian ini akan terlihat sejauh mana

sumbangannya terhadap isntitusi, kelompok maupun kemajuan ilmu

pengetahuan.14 Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat

memberikan pengetahuan bagi mahasiswa manajemen zakat dan

wakaf untuk memperdalam wawasan tentang kompetensi amil zakat

pada dunia kerja.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat

menyumbangkan pemikiran terhadap pemecahan masalah yang

berkaitan dengan kompetensi amil zakat. Bagi masyarakat, untuk

memberikan informasi tentang kompetensi amil zakat pada mahasiswa

prodi manajemen zakat dan wakaf UIN Palembang. Bagi penulis,

untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang kompetensi amil

zakat serta dapat menjadikan sarana untuk menyampaikan informasi

tentang kompetensi amil zakat.

E. Sistematika Penulisan

I. PENDAHULUAN

14
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa
(Surakarta: CV. Anuhgrah Berkah Sentosa, 2018).
11

Menjelaskan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

II. LANDASAN TEORI

Menguraikan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penulisan

penelitian yang berdasarkan literature yang digunakan.

III. METODE PENELITIAN

Menguraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan laporan

penelitian.

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berisikan hasil analisis dilapangan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
12

A. Grand Teori

1. Teori KSEA (Knowledge, Skill, Expert, Attitude).

Kompetensi berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Donald yang

menyatakan bahwa akses pengembangan diri pada dasarnya adalah

pengenalan tentang kompetensi sumber daya manusia dengan

memperkenalkan teori “Window” atau lazim disebut teori “Jendela”,

bahwa setiap pengembangan diri yang dimiliki manusia diamati atau

dilihat dari empat sisi yang berbentuk jendela yaitu pengetahuan

(knowledge), ketrampilan (skill), keahlian (expert) dan sikap (attitude).15

Teori Jendela di atas di sebut dengan teori KSEA (Knowledge,

Skill, Expert, Attitude). Fokus atau inti teori jendela ini disebut adalah

kompetensi sumber daya manusia. Setiap individu sumber daya manusia

yang memiliki pengetahuan ditunjang dengan keterampilan merupakan

sumber daya manusia yang handal.16 Sumber daya manusia yang memiliki

keterampilan ditunjang dengan keahlian pada bidang tugas yang ditekuni

sebagai sumber daya manusia yang kapabilitas. Sumber daya manusia

yang memiliki keahlian dituntut untuk mampu bersikap profesional, akan

menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang handal dan

mandiri. Lebih jelasnya ditunjukkan gambar berikut :

15
Bela Janare Putra. (2021). Studi Literatur:
12 Teori Perkembangan Karir Donald Edwin
Super. Al-Isyrof: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(1), 30–38.
16
Artiyany, M. (2019). Pengaruh Faktor-Faktor Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan
Pada PT. PLN Pikitring Sulawesi Selatan. Tangible Journal, 3(2), 103-119.
13

Gambar 2.1
The Window Model Theory
Reliability

Dari uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang

mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi

pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk

mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan

Capability
efektif. Ketidaksesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang

membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi terbatas.

Kompetensi terbatas dan kompetensi istimewa untuk suatu pekerjaan tertentu

merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan karyawan (personal

selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian

kerja (performance appraisal) dan pengembangan (development)

Dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, nilai nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja

dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan


14

profesinya. Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan

atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan

dan pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.17 Dengan

demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau pengetahuan yang

dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu sebagai suatu yang

terpenting. Kompetensi sebagai karakteristik seseorang berhubungan dengan

kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.

Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, terlihat bahwa fokus

kompetensi adalah untuk memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja

guna mencapai kinerja optimal. Dengan demikian kompetensi adalah segala

sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan ketrampilan dan

faktor-faktor internal individu lainnya untuk dapat mengerjakan sesuatu

pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan

tugas berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki setiap individu.

B. Kompetensi Amil Zakat

Amil adalah sekelompok orang/lembaga yang diberi amanah untuk

melakukan pengelolaan dana zakat yang di amanahkan muzaki. Amil harus

bertanggung jawab, amanah dan kompeten di dalam melakukan tugasnya,

semua itu dikarenakan demi terciptannya kepercayaan masyarakat.18

Kompetensi erat kaitannya dengan kinerja, baik kinerja individu maupun

kinerja organisasi/lembaga. Kompetensi di dasari dari kinerja individu dan

kinerja organisasi. Bagaimana manajemen perusahaan mengatur segala bentuk


17
Wibowo. (2017). Manajemen Kinerja Edisi 5. Depok: Rajagrafindo Persada
18
Fatmawati, Fatmawati (2017) Peran Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) .
15

permasalahan dan mencari sebuah solusi di dalam pemecahannya. Sehingga

kinerja tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kompetensi harus

dimiliki oleh amil zakat, kompetensi yang dimaksud diantaranya ada tiga hal

pokok yaitu: Pengetahuan (Knowladge), merupakan penguasaan ilmu dan

teknologi yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pembelajaran

serta pengalaman selama kehidupannya. Keterampilan (Skill), merupakan

kapasitas khusus untuk memanfaatkan suatu objek secara fisik. Kemampuan

(Ability), merupakan kapasitas individu/lembaga untuk mengerjakan berbagai

tugas dalam suatu pekerjaan.19

Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh amil diantaranya:

Pengetahuan tentang fikih zakat, kompetensi manajerial, kemampuan

penghimpunan dana dan kemampuan pendayagunaan.20 Kompetensi mutlak

harus dimiliki oleh amil zakat yaitu :

a. Kompetensi pengetahuan tentang fikih zakat berkaitan tentang konsep

dasar zakat dari tinjauan fikih yang bersumber pada teks-teks keagamaan

baik qur’an, hadist dan pendapat para ulama. Kemampuan ini meliputi

pengetahuan tentang dasar kewajiban zakat, jenis-jenis zakat, mustahik,

asnhaf zakat, haul, nishab, kadar zakat dan tata cara penghitungan zakat.

b. Kemampuan manajerial juga tak kalah penting untuk dimiliki seorang

amil. Kemampuan manajerial berkaitan tentang pengelolaan zakat dari segi

manajemen. Dalam undang-undang zakat pasal 1 disebutkan bahwa

19
Rohman, Fathur. (2016). Kompetensi Sdm Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja
Karyawan Bagian Akuntansi Ksp Di Kabupaten Jepara. Jurnal Akuntansi Menejemen Vol XV.
Hal 64
20
Kementrian Agama Islam. Pedoman Peningkatan Kompetensi Amil Zakat.2016
16

pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan

zakat.21

Aspek manajerial ini menjadi lebih penting untuk dimiliki oleh seorang

amil. Perencanaan, pelaksanaan dan pengorganisasian adalah fungsi dari

manajemen. Ketiga fungsi tersebut memastikan bahwa zakat dapat

direncanakan, dilaksanakan dan diorganisasi dengan baik. Terkait dengan

fungsi evaluasi, Baznas dievaluasi pelaksanaannya oleh kepala daerah,

kantor akuntan publik, Kementerian Agama dan satuan audit internal

Baznas serta masyarakat secara umum.22

Manajemen pengelolaan zakat tidak hanya meliputi pengumpulan,

pendistribusian dan pendayagunaan saja, akan tetapi manajemen SDM,

manajemen keuangan, manajemen administrasi, manajemen risiko dan

manajemen-manajemen yang lain.

Secara otomatis include ke dalam manajemen pengelolaan zakat. Dari

sini bisa diambil benang merah bahwa personil amil baik dari unsur

pimpinan maupun pelaksana 13 UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat 30 (staff) harus di isi dengan orang-orang yang kompeten dan ahli di

bidangnya. Dibutuhkan orang yang ahli keuangan, IT, marketing,

administrasi, auditing dan ahli-ahli yang lain yang dapat memperkuat

manajemen pengelolaan zakat di BAZNAS.

21
UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
22
Hanif Lutfi. Siapakah Amil Zakat?. Jakarta Selatan : Rumah Fiqih Publising.cet: ke
2018.
17

c. Kompetensi manajemen fundrising zakat. Fundrising merupakan kegiatan

pokok dari Baznas. Prinsip zakat adalah khudz (ambillah), kata khudz dapat

dimaknai sebagai usaha amil untuk mengumpulkan zakat dari para muzaki

untuk selanjutnya disalurkan pada mustahik. Zaman Nabi dan sahabat

petugas zakat sangat leluasa untuk mengumpulkan zakat karena mendapat

otoritas yang kuat dari khalifah. Petugas-petugas tersebut melakukan

pengumpulan door to door mengambil zakat dari kaum muslimin.23

d. Kompetensi pendayagunaan. Kompetensi ini pada saat ini menjadi sebuah

wacana yang mengemuka di kalangan pegiat zakat. Pergeseran paradigma

zakat dari pendistribusian zakat bersifat konsumtif menjadi produktif

menjadi sebuah keniscayaan pada era sekarang. Bagaimana mustahik dapat

diberdayakan agar zakat mempunyai nilai lebih sangat penting untuk

diterapkan. Pemberian konsumtif hanya bersifat jangka pendek dan tidak

menyelesaikan akar permasalahan yang ada. Bahkan yang terjadi adalah

ketergantungan dari mustahik.

Untuk menyelesaikan akar kemiskinan yang dimiliki oleh mustahik

perlu adanya kajian-kajian agar dana yang diberikan tidak salah sasaran.

Setelah diadakan kajian, dana zakat yang diberikan nantinya dapat menjadi

modal kerja ,seperti alat kerja dan modal usaha. Dana zakat juga dapat di

limpahkan dalam bentuk ketrampilan yang diajarkan kepada mustahik.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, stabil, dewasa, arif dan bijaksana,

mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara


23
Kementrian Agama Islam. Pedoman Peningkatan Kompetensi Amil Zakat.2016
18

berkelanjutan.24 Kompetensi ini muncul dalam diri amil dan menjadi sebuah

kemampuan yang mengagumkan sebagai seorang amil. Kompetensi

kepribadian muncul salah satunya dalam bentuk empati dan kepekaan sosial

atas penderitaan fakir miskin, sehingga sikap yang muncul adalah belas

kasih kepada mereka. Kompetensi pribadi juga dapat diwujudkan oleh amil

dari cara berkomunikasi dengan muzaki dan membangun relasi dengan

mereka. Amil yang mempunyai kompetensi pribadi akan menjaga

komunikasi dengan baik karena muzaki adalah donatur yang mendermakan

hartanya untuk kepentingan mustahik. 25

Kompetensi kepribadian yang lain adalah integritas. kredibilitas,

objektif, profesional dan tanggung jawab amil. Semua kompetensi

tersebut dalam kode etik amil BAZNAS dan harus dipatuhi oleh amil.

Kode etik menjadi sebuah panduan bagi amil zakat untuk berlaku dan

bertindak sesuai dengan rambu-rambu yang ada, sehingga kesalahan

dalam menjalankan pengelolaan zakat dapat dihindari. Hal yang sama

juga diungkapkan oleh Sarniti Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Baznas

(LSP) RI bahwa kompetensi amil meliputi tiga aspek, knowledge, skill

dan attitude.

Ketiga aspek tersebut harus mengacu pada standar yang telah

ditetapkan oleh Lembaga Sertiflkasi Profesi (LSP) Baznas RI. Jika

mengacu berbagai pendapat di atas, maka kompetensi amil secara garis

besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu, kompetensi pengetahuan,

24
Kementrian Agama Islam. Pedoman Peningkatan Kompetensi Amil Zakat.2016
25
Suparno. Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja, dan Kecerdasan. Alfabeta.2015
19

kompetensi skill, dan kepribadian (attitude). Menjadi seorang amil zakat

membutuhkan keahlian dan kemampuan dalam mengelola dana zakat

yang telah dihimpun dari masyarakat. Dana tersebut dijadikan sebagai

salah satu bentuk kegiatan sosial keagamaan yang mampu

mensejahterakan masyarat atau orang yang berhak menerima zakat.

Dalam hal ini sesuai dengan tujuan yang tertulis dalam undang-undang,

yaitu meningkatkan fungsi zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat.

Menurut Yusuf Qardawi Kompetensi yang harus dimiliki amil

untuk mewujudkan tujuan undang-undang yaitu :26

a. Paham Ilmu Fiqih Zakat

Agar organisasi zakat bisa berjalan dengan baik, lembaga

tersebut harus didukung dengan adanya sumber daya manusia yang

memiliki kualifikasi kemampuan, yang harus dimiliki, salah satunya

adalah paham mengenai ilmu fiqih zakat. Dalam hal ini yang

berkaitan dengan ilmu fiqih zakat adalah pengetahuan dan

pemahaman tentang muzakki, mustahik, haul, nishab, hukum - hukum

zakat dan macam-macam zakat.

Pemahaman tentang fiqih zakat juga ditujukan supaya amil

mampu melakukan sosialisasi yang berhubungan dengan zakat kepada

masyarakat. Dengan didasari pemahaman ilmu zakat yang memadai,

para amil diharapkan mampu terbebas dari kekeliruan berkenaan

dengan zakat. Pengetahuan fiqih zakat ini juga diharapkan menjadi


26
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta: Litera AntarNusa. 2019), h.120
20

salah satu alasan muzakki untuk menumbuhkan rasa kepercayaannya

pada lembaga zakat. Sehingga, dengan suka rela muzakki membayar

zakat kepada lembaga amil zakat.

b. Kemampuan Menghitung Zakat

Sebagai suatu lembaga yang berkomitmen untuk memberikan

pelayanan fasilitas terbaik bagi muzakki, mampu menghitung zakat

adalah salah satu syaratnya. Karena salah satu tugas dari amil zakat

adalah mampu menghitung zakat yang dihimpun dari muzakki.

Petugas zakat yang memiliki kemampuan menghitung zakat, itu

akan memudahkan muzakki melakukan konsultasi mengenai

perhitungan zakat. Biasanya muzakki masih awam tentang

pengetahuan zakat. Menghitung zakat biasanya dilakukan ketika

muzaki menyerahkan sepenuhnya kepada amil untuk dihitungkan dan

disalurkan kepada yang berhak menerima manfaat.

c. Kemampuan Marketing Atau Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses yang didalamnya terdapat

individu dan kelompok yang mendapatkan keinginannya dengan cara

menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai

pada pihak lain. Untuk menawarkan dan mempertukarkan produk

perusahaan atau lembaga membutuhkan promosi. Promosi adalah

suatu arus informasi satu arah yang berfungsi untuk mempengaruhi


21

seseorang atau organisasi untuk melaksanakan dan menciptakan

tidakan pertukaran. Promosi juga bertujuan untuk memberikan

informasi tentang kebaikan dari produk, membujuk dan meningkatkan

pelanggan untuk membeli produk tersebut.

d. Kemampuan Public Speaking

Public speaking diartikan sebagai komunikasi lisan, baik secara

bertatap muka ke khalayak umum maupun terhadap kelompok

tertentu.27 Public Speaking adalah keterampilan yang dapat dilatih,

dipraktikan dan dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan audien, antara

lain untuk menyampaikan informasi, memotivasi, membujuk dan

mempengaruhi orang lain, meraih promosi jabatan, mengarahkan para

kerja/staf, meningkatkan penjualan produk, dan membagikan

pengetahuan yang dimiliki.

Public Speaking adalah jenis komunikasi publik yang saat ini

menjadi kebutuhan seseorang untuk mewujudkan tujuan hidupnya.

Jika seseorang karyawan sebuah perusahaan maka tujuan yang akan

diwujudkan tentu salah satunya adalah tujuan perusahaan seperti,

mempromosikan massa, menjual produk, meyakinkan klien, memberi

informasi, dan lain-lain.

Dalam hal ini, bidang tanggung jawab amil adalah menghimpun,

mengelola dan mendistribusikan dana yang diperoleh dari muzakki.

27
Akhmad Anwari and others, ‘Role of Public Speaking and The Development of
Personal Characteristic on The Performance of Amil Baznas of Kalimantan Selatan Province’,
Mattawang: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3.4 (2022), 431–35
<https://doi.org/10.35877/454ri.mattawang1192>.
22

Dalam proses penghimpunan dana muzakki, ada komunikasi,

negosiasi dan mempengaruhi. Maka menjadi penting bagi amil

memiliki kemampuan dalam bidang public speaking.

1. Kompetensi

Kompetensi berasal dari kata “competency” merupakan kata benda

yang menurut Powell diartikan sebagai kecakapan, kemampuan,

kompetensi dan wewenang. Kata sifat dari competence adalah competent

yang berarti cakap, mampu, dan tangkas. Pada prinsipnya pengertian ini

sama dengan pengertian kompetensi yang dikemukakan oleh Stephen

Robbin bahwa kompetensi adalah kemampuan (ability) atau kapasitas

seseorang untuk melakukan berbagai tugas/pekerjaan dalam suatu

pekerjaan, yang mana kemampuan ini didasarkan pada 2 (dua) aspek yaitu

kemampuan intelektual dan kemampuan fisik.28 Menurut Wibowo dalam

Yusuf mengungkapkan bahwa kompetensi ialah bentuk kemampuan dalam

melaksanakan atau melakukan sebuah pekerjaan berdasar pada

keterampilan serta pengetahuan dan di dukung oleh perilaku kinerja yang

dituntut oleh pekerjaan tersebut.29

Kompetensi amil memiliki ketiga aspek kemampuan yaitu

pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kepribadian dalam pengelolaan

zakat. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, kompetensi kerja merupakan kemampuan bekerja setiap


28
Ahmad Supriyadi, ‘Kompetensi Amil Zakat: Studi Mahasiswa Manajemen Zakat Dan
Wakaf IAIN Tulungagung Menjelang Praktek Pengalaman Lapangan’, El-Barka: Journal of
Islamic Economics and Business, 3.1 (2020), 110–36.
29
Yusuf Aria Widjaja Muhammad and Julianinggar Lusiana Isnaini, ‘Pengaruh Sistem
Kompensasi Dan Pembinaan Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Di Lembaga Amil
Zakat Dompet Amanah Umat)’, Saujana, 3.2 (2021), 71–92.
23

individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja

sesuai dengan standar yang ditetapkan.30 Kompetensi amil adalah

kemampuan (ability) atau kapasitas pengelola zakat yang disahkan oleh

pemerintah, yang memiliki aspek kemampuan pengetahuan, keterampilan

dan sikap kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan. 31 Kompetensi amil

adalah kemampuan (ability) atau kapasitas pengelola zakat yang disahkan

oleh pemerintah, yang memiliki aspek kemampuan pengetahuan,

ketrampilan (keahlian) dan kemampuan ataupun karakteristik kepribadian

dalam pengelolaan zakat.32

Kompetensi adalah segala hal pengetahuan, keahlian, kemampuan

dan karakteristik lain yang menyebabkan seseorang pemegang suatu

jabatan mampu melaksanakan peran dan tanggung jawabnya dan

memberikan kontribusi bagi pemenuhan kebutuhan organisasi perusahaan

sesuai dengan tingkat jabatan yang dipegangnya. Kompetensi yang

menentukan keberhasilan dalam melaksanakan proses pekerjaan dapat

terdiri dari kompetensi (kemampuan) pribadi dan kompetensi

(kemampuan) untuk mengintegrasikan dirinya dengan baik dalam

lingkungan sosial yang luas, baik dalam organisasi/perusahaan sendiri

(internal) maupun eksternal dengan atasan, rekan kerja maupun

30
Kusumaningtyas, Asegaf, and Dikuraisyin.
31
Kusumaningtyas, Asegaf, and Dikuraisyin.
32
Kusumaningtyas, Asegaf, and Dikuraisyin.
24

bawahannya.33 Menurut Spancer and Spencer dalam Abdussamad

menyatakan bahwa ada lima karakteristik kompetensi, yaitu sebagai

berikut:34

a. Keterampilan (skill), kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas fisik

dan mental tertentu.

b. Pengetahuan (knowledge), yaitu informasi yang dimiliki seseorang

khususnya pada bidang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi

yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk

memilih jawaban yang paling benar, tetapi tidak bisa melihat apakah

seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang

dimilikinya itu.

c. Konsep diri (self concept), sikap, nilai atau self image dari orang-orang.

Konsep diri yaitu semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain.

d. Motif (motive), apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginan-

keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang

mendorong perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau

tujuan tertentu.

e. Sifat/ciri bawaan (trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat

konsisten terhadap situasi atau informasi.

33
Sedarmayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi Dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2017), h. 21-22
34
Abdussamad Yuriko, ‘Pengembangan SDM Aparatur Melalui Kompetensi’,
Universitas Negeri Gorontalo Journal, 1.1 (2014).
25

Menurut Nana Minarti Direktur Pemberdayaan Baznas RI

setidaknya ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh amil

diantaranya: Pengetahuan tentang fikih zakat, kompetensi manajerial,

kemampuan penghimpunan dana dan kemampuan pendayagunaan.35

Keempat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki oleh amil zakat.

a. Kompetensi pengetahuan tentang fikih zakat berkaitan tentang

konsep dasar zakat dari tinjauan fikih yang bersumber pada teks-teks

keagamaan baik qur’an, hadist dan pendapat para ulama.

Kemampuan ini meliputi pengetahuan tentang dasar kewajiban

zakat, jenis-jenis zakat, mustahik, asnhaf zakat, haul, nishab, kadar

zakat dan tata cara penghitungan zakat.

b. Kemampuan Manajerial

Kemampuan manajerial berkaitan tentang pengelolaan zakat dari

segi manajemen.36 Dalam undang-undang zakat pasal 1 disebutkan

bahwa pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

danpengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat..

c. Kompetensi ketiga yang harus dimiliki oleh amil adalah manajemen

fundrising zakat. Fundrising merupakan kegiatan pokok dari Baznas.

Prinsip zakat adalah khudz (ambillah), kata khudz dapat dimaknai

sebagai usaha amil untuk mengumpulkan zakat dari para muzaki


35
Ahmad Supriyadi and Elok Fitriani Rafikasari, ‘Sertifikasi Amil: Upaya Meningkatkan
Kualitas Amil Menuju Pengelolaan Zakat Yang Akuntabel’, Prosiding Muktamar Pemikiran
Dosen Pmii, 1.1 (2021), 669–75.
36
Ahmad Supriyadi dan Elok Fitriani Rafikasari, “Sertifikasi Amil: Upaya Meningkatkan
Kualitas Amil Menuju Pengelolaan Zakat Yang Akuntabel,” Prosiding Muktamar Pemikiran
Dosen Pmii, 1.1 (2021),
26

untuk selanjutnya disalurkan pada mustahik. Zaman Nabi dan

sahabat petugas zakat sangat leluasa untuk mengumpulkan zakat

karena mendapat otoritas yang kuat dari khalifah. Petugas-petugas

tersebut melakukan pengumpulan door to door mengambil zakat dari

kaum muslimin.

d. Kompetensi yang keempat yang harus dimiliki oleh amil adalah

kompetensi pendayagunaan. Kompetensi ini pada saat ini menjadi

sebuah wacana yang mengemuka di kalangan pegiat zakat.

Pergeseran paradigma zakat dari pendistribusian zakat bersifat

konsumtif menjadi produktif menjadi sebuah keniscayaan pada era

sekarang. Bagaimana mustahik dapat diberdayakan agar zakat

mempunyai nilai lebih sangat penting untuk diterapkan. Pemberian

konsumtif hanya bersifat jangka pendek dan tidak menyelesaikan

akar permasalahan yang ada.

Jika mengacu berbagai pendapat di atas, maka kompetensi amil

secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu, kompetensi

pengetahuan, kompetensi skill, dan kepribadian (attitude).

2. Amil

a. Pengertian Amil

Amil adalah seorang atau kelompok orang yang ditunjuk dan

disahkan oleh pemerintah atau mengurus zakat. Amil zakat ialah semua

pihak yang bertindak mengerjakan yang berkaitan dengan pengumpulan,

penyimpanan, penjagaan, pencatatan, dan penyaluran atau disteribusi


27

harta zakat.37Amil adalah orang atau lembaga yang mengelola zakat yang

meliputi sosialisasi, pengunmpulan, pencatatan. dan pendistribusian

zakat. 38

Dalam buku Nurhayati dan Wasilah (2015: 305) amil zakat atau

yang biasa disebut Amilin adalah pihak yang mengurus zakat (termasuk

pengaturan administrasi dan keuangan zakat). Amil zakat memiliki

berbagai macam tugas dan pekerjaan yang berhubungan dengan

pengaturan administrasi dan keuangan zakat dalam mendata orang-orang

yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya. Juga besar

harta yang wajib dizakati, kemudian mengetahui para mustahik

(penerima zakat), berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta

besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang perlu ditangani

misalnya pengadminitrasian dan pelaporan sumber dan penggunaan dana

zakat. Adapun syarat-syarat amil zakat antara lain:

1) Muslim

2) Mukalaf

3) Jujur

4) Memahami hukum-hukum zakat

5) Memiliki kemampuan melaksanakan tugas.

6) Orang yang merdeka bukan budak.

37
Ahmad Supriyadi dan Elok Fitriani Rafikasari, “Sertifikasi Amil: Upaya Meningkatkan
Kualitas Amil Menuju Pengelolaan Zakat Yang Akuntabel,” Prosiding Muktamar Pemikiran
Dosen Pmii, 1.1 (2021),
38
Ahmad Supriyadi dan Elok Fitriani Rafikasari, “Sertifikasi Amil: Upaya Meningkatkan
Kualitas Amil Menuju Pengelolaan Zakat Yang Akuntabel,” Prosiding Muktamar Pemikiran
Dosen Pmii, 1.1 (2021),
28

Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala bentuk

kegiatan yang berkenaan dengan urusan zakat, mulai dari para

pengumpul, bendahara, pencatat dan penghitung dan selanjutnya

membagikan zakat kepada mereka yang berhak menerimanya atau biasa

yang di kenal dengan golongan 8 asnaf.39 Definisi lain dari amil zakat

adalah organisasi pengelola zakat yang mana mereka diangkat oleh

pemerintah dan memperoleh izin darinya atau dipilih oleh instansi

pemerintah yang berwenang atau oleh organisasi masyarakat Islam

untuk memungut dan membagikan serta tugas lain yang berhubungan

dengan zakat, seperti penyadaran atau penyuluhan kepada masyarakat

tentang hukum zakat, menerangkan sifat-sifat pemilik harta yang

terkena kewajiban membayar zakat dan mereka yang menjadi mustahiq,

mengalihkan, menyimpan dan menjaga serta menginvestasikan harta

zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.40

Selain definisi di atas adapaun arti lain amil zakat di negara

Indonesia. Amil zakat di Indonesia terbagi menjadi dua bentuk yaitu,

Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) yang merupakan amil zakat yang

dibentuk oleh pemerintah yang memiliki fungsi mengelola dana zakat

di seluruh negara Indonesia. Dan yang kedua adalah Lembaga Amil

Zakat (LAZIS) yang mana amil zakat yang dibentuk oleh organisasi

masa islam (ormas Islam) yang memiliki fungsi membantu

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat dalam

39
Yusuf Qardawi, Fiqih Zakat (Bandung: Mizan, 2019), 42.
40
amilzakat diakses pada November 2018
29

kaitanya membantu tugas dari pada Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) di dalam mengelola dana zakat.41Amil ada pada urutan

ketiga dari ketentuan golongan 8 asnaf. Sebagaimana di jelaskan dalam

Al-Qur’an, QS. At Taubah ayat 60 sebagai berikut: ‘Sesungguhnya

zakat-zakat itu hanyalah untuk (1) orangorang fakir, (2) orang-orang

miskin, (3) pengurus-pengurus zakat’.

Lembaga amil zakat harus benar-benar amanah di dalam

menghimpun dan menyalurkan dana zakat sesuai dengan ketentuan

syariat Islam dan peraturan daerah yang berlaku. Itu semua sebagai

wujud pertanggung jawaban kepada Allah dan manusia. Dari beberapa

penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa amil zakat adalah badan,

lembaga ataupun perorangan yang mana mereka di tunjuk oleh

pemimpin/pemerintahan yang sah/resmi dan memiliki fungsi

menghimpun, mengelola dan mendayagunakan dana zakat di lingkup

masyarakat luas.

Menurut Yusuf al-Qardhawi yang dimaksud dengan amil zakat

ialah mereka yang melaksanakan kegiatan urusan zakat. Mulai dari para

pengumpul sampai kepada bendahara, aparat penjaganya, juga mulai

dari pencatatan sampai penghitung yang mencatat keluar masuk zakat

dan membagi kepada para mustahik.42Sementara Fatwa Majelis Ulama

Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang amil zakat menjelaskan bahwa

(BAZNAS), B. A. (2019). Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (Puskas BAZNAS).


41

Wisnu Nugraha and Muhammad Zen, ‘Peran Amil Zakat Dalam Meningkatkan
42

Kesadaran Zakat Profesi Pada Laznas Al-Azhar Jakarta Selatan’, Al Maal: Journal of Islamic
Economics and Banking, 1.2 (2020), 176 <https://doi.org/10.31000/almaal.v1i2.2274>.
30

amil zakat adalah seorang atau sekelompok orang yang diangkat oleh

Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat atau seseorang

atau kelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh

Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat.43

Berdasarkan pemaparan di atas amil adalah seorang petugas dari

ulil amri yang bekerja tentang kegiatan zakat, dari mulai administrasi,

menghimpun dari orang wajib zakat (muzaki), menghitung, mengelola

dan mendistribusikan kepada penerima zakat (mustahik) dengan tujuan

mampu menjadikan mustahik menjadi muzaki.

b. Tugas Amil Zakat

Para amil zakat mempunyai tugas dan pekerjaan, semuanya

berhubungan dengan pengaturan soal zakat yaitu soal sensus terhadap

orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya,

juga besar zakat yang wajib di zakati, kemudian mengetahui para

mustahik zakat. Berapa jumlah mereka berapa kebutuhan meraka serta

besar biaya yang dapat mencakupi dan hal lain yang merupakan urusan

yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta

para pembantunya.

Tugas amil zakat adalah memungut zakat dari orang kaya dan

menyalurkannya kepada mustahiq.44 Sedangkan fungsi amil zakat

adalah sebagai pelaksana segala kegiatan urusan zakat yang meliputi:

pengumpulan, penyimpanan, pemeliharaan, pencatatan, serta


43
Majelis Ulama Indonesia, ‘Fatwa DSN-MUI Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Amil
Zakat’, Majelis Ulama Indonesia, 53.9 (2011), 1689–99.
44
Majelis Ulama Indonesia.
31

pendistribusian dan pemberdayaan zakat infaq dan sedekah dan dana

sosial keagamaan lainnya. Di antara rukun Islam yang kelima hanya

zakat yang diisyaratkan ada amil atau petugasnya.

Hal ini bisa difahami dari al-qur’an surat At-Taubah ayat 60 yang

menjelaskan 8 asnaf (golongan) berhak menerima zakat, Pengelolaan

zakat berdasarkan ketentuan undang-undang Republik Indonesia 23

Tahun 2011 adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,

pengkoordinasian dalam pengumpulan zakat, pendistribusian dan

pendayagunaan zakat. Maka berdasarkan undang-undang yang

ditetapkan oleh pemerintah amil memiliki tugas yang sangat berat,

diantaranya:

1) Bertanggung jawab pada kegiatan perencanaan

2) Bertanggung jawab pada kegiatan pelaksanaan

Bertanggung jawab pada proses pengumpulan, pengkoordinasian,

penditribusian dan pendayagunaan. Jika kita mengacu pada zaman

Rasulullah SAW. yang di pilih dan diangkat sebagai amil zakat

merupakan orang-orang pilihan. Orang yang memiliki kualifikasi

tertentu. Adapun syarat yang harus dimiliki amil zakat adalah

muslim, mukallaf, merdeka, amanah dan jujur, sabar, sehat, memiliki

visi pemberdayaan, inovatif dan kreatif, optimis, profesional,

transformasional, dan perbaikan. Disamping syarat-syarat di atas,

amil juga memiliki tugas melakukan pendataan terhadap para

muzaki dan mustahiq dan mampu memberikan bimbingan dalam


32

pelaksanaan ibadah zakat, misalnya niat mengeluarkan zakat. Maka

menjadi amil zakat harus mencakup kriteria jujur, amanah,

professional, transparan, dan bertanggung jawab terhadap harta zakat

yang dikelolanya serta bertanggung jawab mengganti kerusakan jika

terjadi kecerobohan dan kelalaian.

Dalam pengelolaan zakat, amil mempunyai peranan yang

signifikan. Fungsi amil zakat adalah mengumpulkan zakat dari

Muzakki dan untuk mendistribusikan kepada penerimanya

sebagaimana dinyatakan oleh Al-Qur’an,9:60.45Secara sederhana

amil dapat dikatakan sebagai manajer (pengelola) zakat.

Zakat merupakan ibadah yang istimewa, salah satu ibadah yang

Allah langsung menunjuk pengelolanya adalah zakat. Amil secara

langsung disebut oleh Allah dalam perintah zakat berkaitan dengan

golongan yang berhak menerima zakat. Amil berhak mendapat

bagian zakat karena tugasnya mengelola zakat.

Setelah diterbitkannya undang-undang pengelolaan zakat

Nomor 38 Tahun 1999 yang kemudian diamendemen menjadi

undang-undang nomor 23 Tahun 2011, Indonesia memasuki babak

baru pengelolaan zakat. Para periode sebelumnya zakat hanya

sebuah pranata agama yang pelaksanaannya dilakukan secara nisfi-

nisfi oleh umat Islam di Indonesia. Misi untuk memberdayakan zakat

sebagai sebuah instrumen ekonomi Islam belum mengemuka.


45
Muhammad Akhyar Adnan, ‘The Need of Establishment of Professional Amil Zakat to
Enhance the Future Zakat Development’, International Journal of Zakat, 2.1 (2017), 71–79
<https://doi.org/10.37706/ijaz.v2i1.16>.
33

C. Zakat

1) Pengertian Zakat

Kata zakat berasal dari kata zaka yang artinya tumbuh dengan

subur. Makna lain dari kata zaka adalah suci dari dosa. Zakat menurut

bahasa ialah ‘membersihkan’ atau ‘tumbuh’. Zakat adalah harta yang

wajib disisihkan oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama

untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. 46


Zakat adalah

bagian tertentu dari kekayaan yang bagi orang Islam (muslim) harus

dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya

(mustahik).47

Zakat adalah istilah Al-Quran yang menandakan kewajiban

khusus memberikan sebagian kekayaan individu dan harta untuk amal.

Secara harfiah zakat berasal dari akar kata dalam bahasa arab yang

berarti “memurnikan” dan “menumbuhkan. Menurut lisanul arab arti

dasar dari kata zakat ditinjau dari sudut bahasa adalah suci, tumbuh,

berkah dan terpuji, semuanya digunakan dalam Al-Quran dan

hadis.48Dalam kitab-kitab hukum Islam, kata zakat diartikan dengan

suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Dan jika pengertian itu di

46
Sudirman Ahmad, Zakat Dan Ketentuan Pengelolaanya (Bogor: CV. Anuhgrah Berkah
Sentosa, 2017).
47
Dwi Septa Aryani, Yuni Rachmawati, and Agung Anggoro Seto, ‘Dampak Zakat
Terhadap Perubahan Tipologi Kemiskinan Di Kota Palembang’, Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Islam, 3.2 (2019), 436–51.
48
Saprida Saprida and Zuul Fitriani Umari, ‘Manajemen Pengelolaan Zakat Di Desa
Prambatan Kecamatan Abab Kabupaten Pali’, Islamic Banking : Jurnal Pemikiran Dan
Pengembangan Perbankan Syariah, 7.1 (2021), 115–34
<https://doi.org/10.36908/isbank.v7i1.274>.
34

hubungkan dengan harta, maka menurut ajaran Islam, harta yang di

zakati itu akan tumbuh berkembang, bertambah karena suci dan berkah

(membawa kebaikan bagi hidup dan kehidupan yang punya).

Zakat menurut bahasa, berarti nama berarti kesuburan, thaharah

berarti kesucian, barakah berarti keberkahan dan berarti juga tazkiyah

tathir yang artinya mensucikan. Syara memakai kata tersebut untuk

kedua arti ini. Pertama, dengan zakat diharapkan akan mendatangkan

kesuburan pahala. Karenanya dinamakan lah Harta yang dikeluarkan itu

dengan zakat. Kedua, zakat merupakan suatu kenyataan jiwa yang suci

dari kikir dan dosa.49 Dari sudut etimologi, menurut pengarang lisan al-

arab, kata zakat (al-zakah) merupakan kata dasar (mashdar) dari zaka

yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji, yang semua arti itu

sangat populer dalam penerjemahan baik al-quran maupun hadits.

Sesuatu dikatakan zaka apabila ia tumbuh dan berkembang, dan

seseorang disebut zaka jika orang tersebut baik dan terpuji.

Defenisi senada dilontarkan Al-Wahidi sebagaimana dikutip

Qardhawi bahwa kata dasar zaka berarti bertambah dan tumbuh,

sehingga bisa dikatakan bahwa tanaman itu zaka, artinya tanaman itu

tumbuh. Juga dapat dikatakan tiap sesuatu yang bertambah adalah zaka

(bertambah). Bila satu tanaman tumbuh tanpa cacat, maka kata zaka

disini berarti bersih.50 Zakat adalah bagian tertentu dari harta benda

49
Isna Ayu Rambe, “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif pada Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Utara”, 2019), 19.
50
Muhammad Hasbi Ash-Shadiqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2015),
3.
35

yang diwajibkan Allah untuk diberikan kepada sejumlah orang yang

berhak menerimanya. Zakat dapat pula diartikan sebagai pengambilan

sebagian harta dari orang Islam yang mencukupi nisab untuk

kesejahteraan orang Islam yang berhak. Zakat memiliki peran, fungsi

dan posisi penting dalam ajaran Islam. Ia merupakan salah satu sendi di

antara sendi-sendi Islam lainnya. Zakat adalah ibadah fardiyah yang

mengukuhkan hubungan vertikal antara seorang muzaki (pembayar

zakat) dengan Tuhannya. Ia merefleksikan nilai spritualitas yang

mampu menumbuhkan nilai kedermawanan terhadap sesama manusia

bahkan memiliki implikasi luas dalam aspek kehidupan sosial

(jama’iyah), ekonomi (iqtishadiyah), politik (siyasiyat), budaya

(tsaqafah), pendidikan (tarbiyah) dan aspek-aspek lainnya.51

Menurut istilah, zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh

muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang

berhak menerimanya (mustahik). Mustahik adalah orang yang berhak

menerima zakat. Yaitu delapan asnaf sebagaimana terdapat dalam Al-

Quran surat At-Taubah ayat 60. Adapun rincian mustahik adalah

sebagai berikut :52

a. Fakir, adalah orang yang tidak mempunyai harta dan tidak

mempunyai pekerjaan.

51
Muhammad Hasbi Ash-Shadiqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2015
52
Yusuf Qardhawy, Hukum Zakat: Studi Komperasi Mengenai Status Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur’an Dan Hadits, Cet 4, (Jakarta: Mizan, 2018), hal. 34
36

b. Miskin, adalah orang yang mempunyai harat, tetapi tidak dapat

mencukupi kehidupan sehari-hari menurut ukuran standar (dibawah

standar)

c. Amil, orang yang bekerja untuk mengelola zakat, baik punya

pekerjaan lain atau hanya mengelola semata.

d. Muallaf, adalah orang yang dilunakkan hatinya, atau orang yang

baru masuk Islam. Mereka masih dianggap muallaf selama kurun

waktu dua tahun.

e. Riqab, adalah mereka kaum budak yang tidak memiliki kemerdekaan

hidup secara bebas tetapi dibawah kekuasaan orang lain (majikan).

Maka dia berhak atas harta zakat.53

Sejumlah ayat dan surah dalam Al-Quran terdapat sejumlah

perintah (amar) untuk mengeluarkan zakat dan mengambilnya dari

para muzaki. Dalam surah At-Taubah :103 perintah ini sangat jelas,

yaitu perintah untuk mengambil zakat dari sebagian harta yang

diamanahkan kepada para agniya’ (kelompok orang kaya) dengan

fungsi pokok untuk membersihkan dan menyucikan jiwa dan harta

para muzaki dari sifat bakhil, tamak, serakah, dan penyakit hati lain

yang menyeretnya pada sifat egois, mementingkan diri sendiri. Zakat

memiliki daya penyuci yang bisa membersihkan diri kita dari sifat-

sifat tercela dan menyuburkan sifat-sifat kebaikan (ahlak al

mahmudah).

53
Ahmad, Sudirman, Zakat Dan Ketentuan Pengelolaanya (Bogor: CV. Anuhgrah
Berkah Sentosa, 2017)
37

Zakat merupakan sendi pokok ajaran Islam, sebagai salah satu

rukun/pilar Islam, yang diwajibkan agama bagi setiap muslim yang

memenuhi persyaratan. Ia termasuk ibadah maliyyah yang menjadi

instrumen penting dalam pemberdayaan ekonomi ummat, sekaligus

sebagai simbol harmonisnya hubungan antara sesama muslim. 54

Dalam berbagai hadits nabi diungkapkan bahwa zakat merupakan

ma’lum min al-din bi al-darurah. Di dalam Al-Qur‟an terdapat tidak

kurang dari 27 tempat yang mensejajarkan kewajiban salat dengan

kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata.55 Hal ini menunjukkan

betapa vitalnya zakat, lantaran hikmah dan manfaatnya yang amat

strategis. Hikmah tersebut adalah sebagai berikut:

1) Menjaga harta orang-orang kaya dari incaran tangan penjahat.

2) Memotivasi orang-orang fakir (dan mustahiq lainnya) untuk lebih

giat bekerja memenuhi kebutuhannya.

3) Menyucikan jiwa dari sifat kikir dan mendidik sifat

kedermawanan.

4) Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang

telah diberikanNya.

Zakat merupakan salah satu ibadah yang begitu penting

dalam Islam, karena zakat mempunyai fungsi pokok sebagai

berikut:56
54
M. Sularno, “Pengelolaan Zakat oleh Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten/Kota se
Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi terhadap Implementasi Undang-Undang No. 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat)” La_Riba IV, no. 1 (2010): 36
55
Yusuf Qardawi, Fiqih Zakat (Bandung: Mizan, 2019), 42.
56
Muhamad Rahman Bayumi, ‘Implementasi Zakat Profesi Pegawai Negeri Sipil (PNS
Pada Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Di Kabupaten Kepahiang Menurut Hukum Islam’,
38

1) Membersihkan jiwa bagi siapa saja yang membayar zakat.

2) Membersihkan harta seorang muzakki dikarenakan telah

mengeluarkan kewajiban atas pemenuhan hak-hak orang

miskin baik yang meminta atupun tidak meminta.

3) Fungsi sosial sebagai upaya pertumbuhan ekonomi,

artinya bahwa zakat mempunyai misi meratakan

kesejahteraan dan kebahagiaan dalam bidang sosial

ekonomi, lebih jauh bahwa zakat dapat berperan serta

dalam membangun perekonomian mendasar yang bergerak

langsung ke sektor ekonomi lemah.

4) Fungsi ibadah, artinya bahwa zakat dapat berfungsi

sebagai sarana dalam pengabdian dan rasa syukur kepada

Allah Swt.

b) Landasan Normatif Zakat

1) Dasar Hukum dari Al-Quran

Surat At-Taubah ayat 103:

َ ‫ص ٰلو َت‬
‫ك‬ َ ‫﴿ ُخ ْذ مِنْ اَمْ َوال ِِه ْم‬
َ ‫ص َد َق ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّكي ِْه ْم ِب َه ا َو‬
َ َّ‫ص ِّل َعلَي ِْه ۗ ْم اِن‬

﴾ ١٠٣ ‫َس َكنٌ لَّ ُه ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan

membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena

sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka.

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Zakat

Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3.2 (2021), 6.


39

membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang

berlebihan terhadap harta. Maksudnya: zakat itu

membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang

berlebih-lebihan kepada harta benda. Maksudnya: zakat

itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka

dan memperkembangkan harta benda mereka.57

Menurut ayat tersebut, zakat harus diambil. Oleh karena itu,

pada masa Khalifah Abu Bakar, orang kaya dan tidak berzakat di

nyatakan telah murtad. Di Indonesia pun telah disahkan Undang-

Undang Zakat, tetapi dalam praktiknya belum ada pengambilan

zakat yang di laksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah. 58

Kekayaan setiap warga negara di periksa, pendapatan pertahunnya

di periksa, usahanya di berbagai bidang, misalnya perdagangan,

pertanian, perkebunan, jasa, peternakan, seluruhnya di periksa,

sehingga ketika ada peraturan perundang-undangan yang

memberikan wewenang melakukan pengambilan zakat, objek yang

di ambil didasarkan diambil di dasarkan kepada pemeriksaan dan

datanya sangat akurat.59

Surat al-Bayyinah juga di jelaskan:

57
Alqura’an Kemenag
58
Meilia Anisa, “Analisis Maqashid Syariah Terhadap Implementasi Pasal 18 Uu No.
23/2011 Tentang Syarat-Syarat Menjadi Amil Zakat (Studi di Kecamatan Adiluwih Kabupaten
Pringsewu)”, 2020.
59
Zulkfili, Panduan Praktis Memahami Zakat, Infaq, Shadaqah, Wakaf Dan Pajak
(Pekanbaru: Kalimedia, 2020).
40

‫ْث َو َج ْد ُّتم ُْو ُه ْم َو ُخ ُذ ْو ُه ْم‬


ُ ‫َف ِا َذا ا ْن َس لَ َخ ااْل َ ْش ُه ُر ْال ُح ُر ُم َف ا ْق ُتلُوا ْالم ُْش ِر ِكي َْن َحي‬
‫الز ٰك و َة‬َّ ‫ص ۚ ٍد َفاِنْ َتاب ُْوا َواَ َقامُوا الص َّٰلو َة َو ٰا َتوُ ا‬
َ ْ‫صر ُْو ُه ْم َوا ْق ُع ُد ْوا َل ُه ْم ُك َّل َمر‬ ُ ْ‫َواح‬
‫َف َخلُّ ْوا َس ِب ْيلَ ُه ۗ ْم اِنَّ هّٰللا َ َغفُ ْو ٌر رَّ ِح ْي ٌم‬

Artinya: Apabila bulan-bulan haram telah berlalu,) bunuhlah (dala

peperangan) orang-orang musyrik (yang selama ini

menganiaya kamu) di mana saja kamu temui! Tangkaplah

dan kepunglah mereka serta awasilah di setiap tempat

pengintaian! Jika mereka bertobat dan melaksanakan salat

serta menunaikan zakat, berilah mereka kebebasan.

Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang. (QS al-Bayinah: 5).60

2) Dasar hukum dari hadis

a) Hadits dari Ath-Thabrani dan Ali bin Abi Thalib

Menyatakan bahwa Allah SWT mewajibkan zakat pada harta


orang-orang kaya dari kaum Muslimin sejumlah yang dapat
melapangi orang-orang miskin diantara mereka. Fakir miskin itu
tidak akan menderita karena kelaparan dan kesulitan sandang,
kecuali karena perbuatan orang-orang kaya. Ingatlah Allah akan
mengadili mereka nanti secara tegas dan menyiksa mereka
dengan pedih.” (HR Ath-Thabrani).61

b) Hadis Riwayat Ahmad dan Muslim


Dari Abu Hurairah, “Rasullah Saw. Telah berkata, ‘Seseorang
yang menyimpan hartanya, tidak di keluarkan zakat, akan di
bakar dalam neraka jahanam, baginya di buatkan setrika api.

3) Dasar hukum dari ijma para ulama

60
Alqur’an Kemenag
61
Hidayatullah, Fiqih (Banjarmasin: Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al-Banjari Banjarmasin, 2019).
41

Para imam sepakat bahwa zakat diwajibkan kepada orang

Islam yang merdeka, baligh, dan berakal sehat. Mereka berbeda

pendapat tentang kewajiban zakat bagi budak. Hanafi berpendapat

‘wajib zakat sepersepuluh atas tumbuh-tumbuhan milik mukatab,

tidak pada hartanya yang lain’. Sedangkan Maliki, Syafi’i, dan

Hambali berpendapat bahwa tidak diwajibkan zakat atas budak

mukatab.62 Ketiga ulama mazhab tersebut juga berpendapat bahwa

orang murtad yang semasa keislamanya telah diwajibkan

membayar zakat, maka kewajiban tersebut tidak gugur lantaran

kemurtadannya. Sementara Hanafi mengatakan kewajiban tersebut

gugur. Terkait harta anak kecil dan orang gila, mazhab Maliki,

Syafi’i, dan Hambali berpendapat bahwa wajib dikeluarkan

zakatnya. Yaitu walinya harus mengeluarkan zakat itu dari harta

mereka. Sedangkan mazhab Hanafi berpendapat bahwa zakat atas

harta anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan. Pemilikan selama

setahun (haul) merupakan syarat wajibnya zakat. Demikian

menurut ijma para mujtahid.

4) Undang-Undang Zakat

Pemerintah mengeluarkan undang-undang zakat yaitu

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.

Dalam Undang-Undang tersebut meliputi berbagai aspek.

Pengertian zakat tertera pada Pasal 1 ayat 2 yaitu zakat adalah harta
62
Kalimah, ‘Pandangan Ulama Empat Mazhab Dalam Memutuskan Upah Amil Zakat
Guna Meningkatkan Optimalisasi Keprofesionalan Amil Zakat’, Salimiya: Jurnal Studi Ilmu
Keagamaan Islam, 1.1 (2020), 5.
42

yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha

untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan

syariat islam. Macam-macam zakat tertera pada Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 pada pasal 4, yaitu:63

a) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah

b) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat satu meliputi:

(1) Emas; Perak, dan Logam Mulia Lainnya

(2) Uang Dan Surat Berharga Lainnya

(3) Perniagaan

(4) Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan

(5) Peternakan dan Perikanan

(6) Pertambangan

(7) Perindustrian

(8) Pendapatan dan Jasa

(9) Rikaz.

c) Kedudukan Zakat

Sebagai suatu ibadah pokok, zakat termasuk salah satu rukun

Islam, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma’lum min ad diin bi

adl dlaurah, yaitu diketahui secara otomatis adanya dan merupakan

bagian mutlak dari keislaman seseorang. Zakat merupakan salah satu

rukun islam dan merupakan salah satu bangunannya yang sangat

penting.64
63
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
64
Irwanuddin Irwanuddin, ‘Dinamika Zakat Dan Urgensinya Dalam Alquran Dan
Hadits’, Jurnal Al-Qardh, 3.1 (2019), 45–54 <https://doi.org/10.23971/jaq.v3i1.1184>.
43

Hal ini sebagaimana tampak jelas dalam ayat-ayat Al-Quran,

Allah menyebutkan perintah untuk menunaikan zakat beriringan dengan

perintah untuk shalat sebanyak delapan puluh dua kali. Ini menunjukn

pentingnya zakat dan eratnya kaitan shalat dengannya. Sehingga, wajar

Khalifah Abu Bakar r.a mengatakan. ‘Saya akan memerangi orang yang

akan memisahkan anatara shalat dengan zakat’. Allah berfirman, dalam

surat al-Baqarah ayat 43:

َّ ‫َواَ ِق ْيمُوا الص َّٰلو َة َو ٰا ُتوا‬


ٰ ‫الز ٰكو َة َوارْ َكع ُْوا َم َع‬
‫الرّ ِك ِعي َْن‬

Artinya:Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta

orang-orang yang rukuk. dan dirikanlah shalat, tunaikanlah

zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'. Yang

dimaksud Ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan:

tunduklah kepada perintah-perintah Allah bersama-sama

orang-orang yang tunduk.65

Kaum muslimin sepakat bahwa hukum zakat adalah wajib. Mereka

juga sepakat bahwa zakat adalah rukun Islam yang ketiga. Orang yang

tidak mengakui kewajibannya adalah kafir serta di bolehkan memerangi

orang yang tidak mau menunaikannya.

Zakat di wajibkan pada tahun dua hijriyah. Kala itu Rasullah

mengutus orang-orang untuk memungut dan mengumpulkan zakat,

kemudian membaginya. Hal ini terus di lakukan sehingga masa

Khulafaur Rasydin dan di lanjutkan oleh kaum muslimin. Di

65
Alqur’an Kemenag
44

wajibkannya zakat adalah untuk kebaikan manusia. Ia merupakan

sarana untuk menyucikan dan menjaga harta, serta sebagai bentuk

penghambaan kepada Allah. Allah berfirman dalam surat At Taubah

ayat 103.

َ ‫ص ٰلو َت‬
‫ك َس َكنٌ لَّ ُه ۗ ْم‬ َ ‫ُخ ْذ مِنْ اَم َْوال ِِه ْم‬
َ ‫ص َد َق ًة ُت َط ِّه ُر ُه ْم َو ُت َز ِّكي ِْه ْم ِب َه ا َو‬
َ َّ‫ص ِّل َعلَي ِْه ۗ ْم اِن‬

‫َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬

Artinya:Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan) dan

membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena

sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Zakat membersihkan

mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan terhadap

harta. Dengan demikian, zakat merupakan sarana untuk

menyucikan diri dari sifat bakhil dan kikir. Juga merupakan

ujian bagi orangkaya agar mendekatkan kepada Allah dengan

sedikit harta yang dicintanya.66

d) Tujuan Zakat

Yang di maksudkan dengan tujuan zakat, dalam hubugan ini,

adalah sasaran praktisnya. Ada beberapa hikmah dan tujuan zakat bagi

wajib zakat (donatur).67

66
Jamaluddin, ‘Reaktualisasi Fikih Zakat Menuju Administrasi Ideal’, Al-Iqtishad, 1.1
(2021), 72–92.
67
Oni and others.
45

1) Sebagaimana namanya, zakat membersihkan setiap hati wajib zakat

dari sifat kikir dan menggantinya dengan sifat dermawan. Sifat

kikir adalah sifat yang berbahaya dan dapat menjadi penyebab

persengketaan, ketidak harmonisan keluarga, tindakan kriminal,

sebagaimana yang ditegaskan di dala1n Al-Qur'an surat Al-Hasyr

(59): 9.

2) Zakat juga menumbuhkan karakter kepribadian yang Islami dalam

diri setiap donatur (muzaki) karena telah peduli untuk berzakat dan

membantu fakir miskin, sebagaimana dalam surat At-Taubah (9):

103.

3) Harta wajib zakat yang sudah ditunaikan zakatnya menjadi berkah,

yakni berkembang dan berlipat ganda manfaatnya, sebagaimana

makna nama dalam ekonomi yang disebutkan dalam surat Saba

(34):9.

4) Zakat juga menumbuhkan semangat investasi. Karena jika harta

tersimpan tanpa dikelola, harta tersebut akan habis menjadi objek

wajib zakat. Oleh karena itu, harta tersebut harus dikelola sebagai

modal usaha agar berkembang dan menghasilkan keuntungan.

Menurut Daud yang dimaksud dengan tujuan zakat adalah

sebagai berikut: 68

1) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang

miskin.

68
M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, hal. 40.
46

2) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri

seseorang.

3) Mengangkat derajat dan membantunya keluar dari kesulitan

hidup mustahik.

4) Sarana pemerataan pendapatan (rizki) untuk mencukupi keadilan

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam

melaksanakan badah zakat. Zakat merupakan ibadah yang

memiliki dimensi ganda, vertikal dan horizontal.69Artinya secara

vertikal, zakat sebagai ibadah dan wujud ketakwaan dan

kesyukuran seorang hamba kepada Allah SWT atas nikmat

berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk

membersihkan dan mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam

konteks inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang

hamba dengan Tuhannya sebagai pemberi rezeki. Sedangkan

secara horizontal, zakat bertujuan mewujudkan rasa keadilan

sosial dan kasih sayang di antara pihak yang mampu dengan

pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema dan

kesenjangan sosial serta ekonomi umat.

Dalam konteks ini zakat diharapkan dapat mewujudkan

pemerataan dan keadilan sosial di antara kehidupan umat

manusia, terutama Islam. Dalam hal ini, para ulama telah

69
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2018),hal. 42
47

membahas mengenai apa hikmah dan tujuan dari adanya zakat.

Di antaranya, menurut Yusuf Qardhawy, secara umum terdapat

dua tujuan dari ajaran zakat, yaitu untuk kehidupan individu dan

untuk kehidupan sosial kemasyarakatan.

Tujuan pertama meliputi pensucian jiwa dari sifat kikir,

mengembangkan sifat suka berinfak atau memberi, mengobati

hati dari cinta dunia, mengembangkan kekayaan batin dan

menumbuhkan rasa simpati dan cinta sesama manusia. Dengan

ungkapan lain, esensi dari semua tujuan ini adalah pendidikan

yang bertujuan untuk memperkaya jiwa manusia dengan nilai-

nilai spiritual yang dapat meningkatkan harkat dan martabat

manusia.70

Tujuan kedua memiliki dampak kehidupan

kemasyarakatan secara luas. Dari segi kehidupan masyarakat,

zakat merupakan bagian dari sistem jaminan sosial dalam Islam.

Kehidupan masyarakat sering terganggu oleh problem

kesenjangan, gelandangan, problem kematian dalam keluarga

dan hilangnya perlindungan, bencana alam maupun kultural dan

lain sebagainya.71 Hikmah yang terkandung di dalamnya, baik

yang berkaitan dengan Allah SWT maupun hubungan sosial

kemasyarakatan di antara manusia, antara lain:72

70
Yusuf Qardhawy, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 2019), hal. 848-876.
71
Yusuf Qardhawy, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 2019, hal. 881.
72
Yusuf Qardhawy, Hukum Zakat, (Jakarta: Lentera, 2019. 15.
48

1) Mensyukuri karunia Allah, menumbuh suburkan harta dan

pahala serta membersihkan diri dari sifat kikir, dengki, dan

iri.

2) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat

kemelaratan.

3) Mewujudkan tatanan masyarakat yang sejahtera dimana

hubungan seseorang dengan yang lainnya menjadi rukun,

damai, dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan

situasi yang tentram, aman lahir dan batin.

e) Rukun dan Syarat Wajib Zakat

1) Rukun Zakat

Rukun zakat ialah unsur-unsur yang harus terpenuhi sebelum

mengerjakan zakat.73 Rukun zakat meliputi orang yang berzakat,

harta yang dizakatkan, dan orang yang berhak menerima zakat.

Seseorang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat harus

mengeluarkan sebagian dari harta mereka dengan cara melepas hak

kepemilikannya kepada orang-orang yang berhak menerimanya

melalui petugas yang memungut zakat.74

2) Syarat Wajib Zakat

73 ?
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2018), 90.
74
Isna Ayu Rambe, “Analisis Praktik Pendistribusian Zakat Produktif pada Badan Amil
?

Zakat Nasional (BAZNAS) Sumatera Utara”2019, 22


49

Dalam mengeluarkan zakat, agama memberikan syarat-syarat yang

wajib dilakukan untuk mengeluarkan zakat. Syarat-syarat tersebut

yaitu:75

a) Muslim Ulama fikih sepakat menyatakan bahwa yang wajib

dikenai zakat adalah orang Muslim.

b) Merdeka, merdeka artinya orang yang terbebas dari kekuasaan

orang lain, lawannya adalah hamba sahaya. Para ahli fiqih

berpendapat bahwa hamba sahaya (budak) tidak dikenai wajib

zakat, karena secara hukum mereka tidak memiliki harta, karena

diri mereka sendiri dianggap harta.

c) Baligh dan Berakal Syarat ini dikemukakan oleh madzhab

hanafi. Oleh sebab itu, anak kecil atau orang gila yang memiliki

harta mencapai satu nishab, tidak dikenai wajib zakat, karena

mereka tidak dituntut untuk beribadah, seperti sholat dan puasa.

Akan tetapi mayoritas jumlah ulama’ fikih tidak menerima

pendapat ini. Mereka berpendirian bahwa apabila anak kecil

atau orang gila memiliki harta satu nishab atau lebih, maka

wajib dikeluarkan zakatnya. Alasan mereka adalah bahwa teks-

teks suci (ayat/hadits) yang mewajibkan zakat terhadap

kekayaan muslim tidak membedakan apakah pemiliknya baligh

dan berakal atau tidak.

Zakat sebagai kewajiban, sesungguhnya telah ditetapkan

oleh Allah SWT sebelum hijrahnya Nabi SAW. Hanya saja jenis
75
Ahmad, S.D, dkk., Studi Islam II,( Jakarta: Rajawali Pers, 2015), hal. 165-172
50

dan ukuran harta yang wajib dizakatkan belum ditetapkan saat

itu. Hal tersebut baru ditetapkan setelah peristiwa hijrah itu.

Itupun milik penuh artinya harta itu dibawah kontrol dan

kekuasaan orang yang wajib zakat atau berada ditangannya,

tidak tersangkut didalamnya hak orang lain, secara penuh ia

dapat bertindak hukum dan menikmati manfaat harta tersebut.

Harta tersebut berkembang artinya harta benda tersebut

memiliki potensi mendapatkan keuntungan atau bertambah dari

hasil semula. Telah mencukupi nisab. Nisab adalah batas jumlah

harta seseorang yang harus dizakati.76 Satu nisab adalah kadar

minimal jumlah harta yang wajib dizakati berdasarkan ketetapan

syara Nisab yang ditetapkan syara untuk setiap jenis harta

berbeda-beda, misalnya untuk emas ditetapkan 20 dirham

berdasarkan haditst riwayat Imam Abu Dawud dari Ali bin Abi

Thalib.

1) Melebih kebutuhan pokok Hal ini berarti harta benda tersebut

telah melebihi kebutuhan pokok yang layak pada umumnya.

2) Bebas dari hutang Maksud dari syarat ini adalah bahwa yang

sudah cukup satu nisab itu terbebas dari hutang. Apabila

hutang tersebut tidak mengurangi nisab harta yang wajib

dizakatkan, maka zakat tetap wajib dibayarkan.

76
Aries Dwi Indriyanti, ‘Perancangan Sistem Informasi Pengelolahan Zakat Personal
Berbasis Web’, Inovate: Jurnal Ilmiah Inovasi Teknologi Informasi, 2.2 (2017), 80–91.
51

3) Berlalu satu tahun (Haul) Pemilik harta itu ditangan

seseorang telah melalui masa satu tahun atau 12 bulan.

D. Profesionalisme

1. Pengertian Profesionalisme

Profesional berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang

pekerjaan yang ingin atau ditekuni seseorang. Profesi juga diartikan

sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan

akademis yang intensif.

Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan

(competency), yaitu memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan

(skill), bisa melakukan (ability) ditunjang dengan pengalaman

(experience) yang tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa melalui

perjalanan waktu. Profesional memiliki makna sebagai kata benda yang

memiliki sifat profesionalisme yaitu tingkah laku, kepakaran,

spesialisasi atau kualitas dari seseorang yang profesional.77

Asas profesionalisme amil zakat berarti bahwa dalam pengelolaan

dana zakat, mulai dari penghimpunan hingga penyaluran zakat kepada

masyarakat, maka dalam pengelolaannya diperlukan atau harus

dilakukan dengan orang-orang yang ahli dalam bidangnya, baik itu


77
Tasya Leonita Setiawan and Winna Adelia Amru, Modul Training CIMSA Indonesia,
Center For Indonesia Medical Students’ Activities Indonesia, 2020.
52

dalam hal keuangan, administrasi, dll.78 Oleh karena itu, amil dituntut

memiliki rasa tanggung jawab dan keikhlasan dalam menjalankan

tugasnya, prinsip kemandirian. Asas ini merupakan kelanjutan dari asas

profesionalisme, artinya jika seorang amil dalam suatu lembaga

pengelola zakat menerapkan asas tersebut.

Seorang profesional menjalankan pekerjaannya sesuai dengan

tuntutan profesi atau dengan kata lain memiliki kemampuan dan sikap

sesuai dengan tuntutan profesinya. Untuk dana zakat yang dikelola

dengan profesional memerlukan kemampuan yang dimiliki seorang

karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Kemampuan adalah salah satu indikator bahwasanya karyawan

tersebut telah profesional dalam melaksanakan perkerjaanya.79

Seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu

memiliki keahlian atau kemampuan untuk melaksanakan tugas sesuai

dengan bidangnya, melaksanakan tugas atau profesi dengan

menetapkan standart baku di bidang profesi yang bersangkutan dan

menjalankan profesinya dengan memenuhi etika profesional yang

bersangkutan.

B. Asas Profesional

78
Arie Sulistyawan Sulistyawan and Susi Widiasari, ‘Amil Zakat Professionalism in Post-
Covid 19 Economic Recovery’, EKSYAR : Jurnal Ekonomi Syari’ah & Bisnis Islam, 9.1 (2022),
38–49 <https://doi.org/10.54956/eksyar.v9i1.283>.
79
Hanafi Adi Putranto and Siti Nur Azizah, ‘Mengukur Kompetensi Amil Melalui
Kemampuan Menajerial Dan Profesionalitas Di Lembaga Zakat Nurul Hayat Surabaya’,
Management of Zakat and Waqf Journal (MAZAWA), 1.1 (2020), 44–55
<https://doi.org/10.15642/mzw.2019.1.1.43-54>.
53

Dalam melaksanakan asas profesionalitas sebagaimana dimaksud

dalam Perbanas No. 1 Tahun 2018 Pasal 6 huruf g, Tentang Kode Etik

Amil, Amil Zakat wajib : 80

1) Bekerja secara disiplin, efektif, dan efisien serta melaksanakan tugas

dengan penuh tanggung jawab, jujur, dan profesional.

2) Berpenampilan yang sopan, berpakaian rapi, dan sesuai dengan

syariat Islam serta ketentuan yang berlaku di lembaga.

3) Menjamin kualitas pelayanan kepada setiap Muzaki, Mustahik, dan

pihak lain sesuai dengan standar profesional administrasi

pengelolaan Zakat.

4) Membuat perencanaan sesuai dengan visi, misi, dan kebijakan

lembaga. Menggunakan anggaran sesuai dengan prosedur akuntansi

dan akuntabilitas.

5) Senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

pelaksanaan tugas.

6) Bekerja secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan tugas yang

diatur dalam organisasi Pengelolaan Zakat.

7) Menggunakan keuangan yang bersumber dari hak amil, Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah secara bertanggung jawab.

8) Menolak keputusan, kebijakan, atau instruksi atasan yang

bertentangan dengan syariat Islam dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
80
Perbaznas No. 1 Tahun 2018 Tentang Kode Etik Amil, Pasal 13.
54

9) Mengundurkan diri dari penugasan apabila dalam melaksanakan

tugas patut diduga menimbulkan benturan kepentingan.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengambil bahan rujukan terkait penelitian yang akan

diteliti guna memperkuat penelitian, hal ini juga dilakukan untuk

menghindari unsur plagiat/penjiplakan yang telah ada,dalam hal ini dapat

beberapa rujukan dari penelitian terdahulu yang masih berkait dengan

penelitian yang berkaitan dengan kompetensi amil zakat diantaranya :

a. Hanafi Adi Putranto dan Siti Nur Azizah melakukan penelitian mengenai

mengukur kompetensi amil melalui kemampuan menajerial dan

profesionalitas di lembaga zakat nurul hayat surabaya. 81

Penelitian ini membahas tentang mengukuur tingkat kompetensi

amil zakat dari aspek perorangan sebagai potensii sumber daya manusia

yang ada di lembaga zakat nurul hayat surabaya. Metode penelitian yang

digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Dalam metode

pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan

dokumentasi.

b. Rukah mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Walisongo Semarang tahun 2019, melakukan penelitian

mengenai peran amil zakat baitul maal hidayatullah dalam

81
Hanafi Adi Putranto dan Siti Nur Azizah. (2019). Mengukur kompetensi amil melalui
kemampuan menajerial dan profesionalitas di lembaga zakat nurul hayat surabaya. Jurnal
Manajemen zakat dan wakaf, 1(1).
55

pendayagunaan zakat melalui program senyum anak indonesia (studi

kasus di pesantren al-burhan hidayahtullah gedawang, banyumarik kota

semarang). 82

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif serta

terdiri dari data primer dan data sekunder, teknik pengumpulan data yang

digunakan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara dengan

pihak BMH, Pesantren al-Burhan, serta mustahik.

Teknik analisiis data peneliti menggunakan teknik Miles dan

Huerman yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Persamaan

penelitian ini dengan yang ingin peneliti lakukan adalah sama-sama

membahas tentang amil zakat, sedangkan perbedaanya adalah penelitian

ini membahas tentang peran amil sedangkan yang ingin peneliti teliti

adalah tentang kompetensi amil zakat.

c. Drs. M. Djupri, M.Si melakukan penelitian mengenai Kompetensi Amil

Dan Fungsionalisasinya Dalam Kelembagaan Zakat (Studi Terhadap

Badan Amil Zakat Kota Bengkulu).

Penelitian ini membahas tentang kompetensi personalia amil zakat

dalam kiprahnya menjalankan fungsi organisasinya pada BAZ Kota

Bengkulu. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan,

jenis penelitian kualitatif, menggunakan pendekatan manajemen.

Persamaan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang

kompetensi amil zakat dan sama-sama membahas tentang

82
Rukah. (2019). “peran amil zakat baitul maal hidayatullah dalam pendayagunaan zakat
melalui program senyum anak indonesia.
56

profesionalisme. Sedangkan yang saya teliti fokus kepada syarat-syarat

alumni mahasiswa menjadi amil zakat yang berkompeten dan

profesional.83

d. Endang Mustika, dengan judul “Analisis Kompetensi Mahasiswa

Menjadi Amil Zakat Profesional (Studi Mahasiswa Prodi Manajemen

Zakat dan Wakaf IAIN Bengkulu “.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi yang

dimiliki mahasiswa Prodi Manajemen Zakat Dan Wakaf menjadi calon

amil zakat profesional, adapun jenis data yang digunakan adalah data

sekunder dan data primer, dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

kompetensi yang harus dimiliki oleh mahasiswa manajemen zakat dan

wakaf menguasai ilmu fikih zakat, meguasai ilmu manajerial tentang

pengelolaan zakat yaitu penghimpunan, pendistribusian dan

pendayagunaan serta pelaporan zakat, amil juga harus memiliki

kemampuan dalam bidang IT dan akuntabilitas dalam menghitung dana

zakat. pada kenyataan yang ada dilapangan bahwa mahasiswa prodi

manajemen zakat dan wakaf sudah berkompeten dalam bidang keilmuan

fikih zakat namun belum berkompeten dalam bidang praktek fundrising

dan ilmu teknologi sistem informasi zakat.84

83
Djupri, M. Kompetensi Amil Dan Fungsionalisasinya Dalam Kelembagaan Zakat, 2016
84
Mustika Endang, “Analisis Kompetensi Mahasiswa Menjadi Amil Zakat Profesional,
2021.
57

e. Yenti Sumarni dan Endang Mustika, dengan judul “Analisis Kompetensi

Mahasiswa Menjadi Amil Zakat Profesional (Studi Pada Mahasiswa

Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf IAIN Bengkulu)”.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi

yang dimiliki oleh mahasiswa Program Studi Manajemen Zakat dan

Wakaf untuk menjadi calon amil zakat profesional, sedangkan jenis data

yang digunakan adalah data sekunder dan data primer, dengan

menggunakan pendekatan kualitatif.85

f. Ahmad Supriyadi dengan judul “Kompetensi Amil Zakat: Studi

Mahasiswa Manajemen Zakat dan Wakaf IAIN Tulungagung Menjelang

Praktek Pengalaman Lapangan”. Zakat menduduki peran yang signifikan

dalam ekonomi Islam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

kompetensi mahasiswa jurusan Manajemen zakat dan wakaf sebelum

mereka melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).86 Persamaan

penelitian terdahulu dengan yang ingin peneliti lakukan adalah sama-

sama membahas tentang kompetensi amil zakat. Sedangkan

perbedaannya adalah pada objek penelitiannya, penelitian terdahulu

meneliti pada mahasiswa IAIN Tulungagung sedangkan yang peneliti

ingin teliti adalah pada alumni mahasiswa manajemen zakat wakaf UIN

Raden Fatah Palembang.


85
Yenti Sumarni and Endang Mustika, ‘Analisis Kompetensi Mahasiswa Menjadi Amil
Zakat Profesional (Studi Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Zakat Dan Wakaf IAIN Bengkulu)’,
ZAWA: Management of Zakat and Waqf Journal, 1.2 (2021), 10
<https://doi.org/10.31958/zawa.v1i2.4636>.
86
Yenti Sumarni dan Endang Mustika, “Analisis Kompetensi Mahasiswa Menjadi Amil
Zakat Profesional (Bengkulu),” ZAWA: Management of Zakat and Waqf Journal, 1.2 (2021)
58

g. Atikah Mujahidah, Dengan Judul Pengaruh Kompetensi Amil Dan

Profesionalisme Kerja Terhadap Pengelolaan Zakat, Infaq, Dan

Shadaqah (ZIS) (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat (LAZ)). 87

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh

antara kompetensi amil dan profesionalisme kerja terhadap pengelolaan

zakat, infaq dan shadaqah pada LAZ Solo peduli Surakarta.Penelitian ini

merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan data yang digunakan

berupa data primer.Populasi pada penelitian ini adalah 71 karyawan LAZ

Solo peduli Surakarta.

Metode pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh dimana

semua populasi dijadikan sampel yaitu 71 orang. Pengumpulan data

dilakukan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik

analisis data dengan menggunakan uji regresi linear berganda dengan

programSPSS.

h. M Iqbal Ardiansyah, Dengan Judul ‘Pendistribusian Zakat pada Lembaga

Amil Zakat Infaq Dan Shadaqah (LAZIS) Al-Wasi’i Universitas

Lampung’. 88
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

pendistribusian zakat infaq dan shadaqah di LAZIS Al-Wasi’i

Universitas Lampung”.

Penulis bermaksud mengangkat data lapangan. Adapaun data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang berkenaan dengan


87
Mujahidah Atikah, “Pengaruh Kompetensi Amil Dan Profesionalisme Kerja Terhadap
Pengelolaan Zakat, Infaq, Dan Shadaqah (ZIS) (Studi Kasus Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Solopeduli Surakarta),”2021.
88
M Iqbal Ardiansyah, “Pendistribusian Zakat Pada Lembaga Amil Zakat Infaq Dan
Shadaqah (Lazis) Al-Wasi’I Universitas Lampung,” 2018.
59

pendistribusian LAZIS Al-Wasi’i Universitas Lampung. Pengumpulan

yang dilakukan LAZIS Al-Wasi’i Universitas Lampung mengalami

penghambatan yaitu para dosen dan karyawan belum sepenuhnya

berzakat di LAZIS Al-Wasi’i Universitas Lampung tersebut dikarenakan

sudah berzakat diluar dari LAZIS Al-Wasi’i tersebut, jika seandainya

seluruh dosen dan karyawan berzakat di LAZIS Al-Wasi’i maka

mahasiswa yang kurang mampu akan terberdayakan seluruhnya.

Dilihat dari sifatnya maka penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif,

yaitu penelitian yang menggambarkan keadaan sabjek atau objek

penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

sebagaimana adanya. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang ingin

peneliti lakukan adalah sama-sama membahas tentang zakat.

i. Basar Dikuraisyin, dengan judul “Kompetensi Amil, Persyaratan Sampai

Pelaporan: Analisis Efektifitas UU Nomor 23 Tahun 2011 di Lembaga

Zakat Jawa Timur”.89

Penelitian ini berupaya untuk mengungkap efektifitas

implementasi peraturan lembaga zakat di Jawa Timur. Karena

belakangan terakhir Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 banyak

menuai protes dari lembaga zakat swasta yang terkesan ‘di nomor dua

kan’ dan berada di bawah lembaga zakat baru yaitu Badan Amil

Zakat bentukan pemerintah. Menurut sebagian LAZ, peraturan tersebut

telah mereduksi dan membatasi gerak amil zakat swasta. Kemudian


89
Basar Dikuraisyin, ‘Kompetensi Amil, Persyaratan Sampai Pelaporan: Analisis
Efektifitas UU Nomor 23 Tahun 2011 Di Lembaga Zakat Jawa Timur’, Management of Zakat and
Waqf Journal (MAZAWA), 1.1 (2020), 1–14 <https://doi.org/10.15642/mzw.2019.1.1.1-13>.
60

pada perjalannya, MK mengeluarkan putusan urgen dengan

mengubah beberapa ketentuan.

j. Anafiah Kurniyawati, Dengan Judul “Analisis Perbandingan

Kompetensi Amil Zakat dan Penerapan PSAK No. 109 dalam Memenuhi

Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus pada LAZ Baitul Maal

Hidayatullah dan BAZIS Prov. DKI Jakarta)”. 90

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat

kompetensi amil zakat, penerapan PSAK No. 109 dan kualitas laporan

keuangan pada LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan BAZIS

Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer

didapatkan melalui wawancara mendalam dan observasi secara langsung

sedangkan data sekunder melalui riset perpustakaan dan dokumentasi.91

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Peneliti Hasil Persamaan Perbedaan


Peneliti/
Tahun
1 Hanafi Mengukur Hasil penelitian dari Persamaan dari Objek
Adi kompetensi penelitian ini adalah penelitian penelitian
Putranto amil melalui amil zakat di Nurul adalah sama- terdahulu
dan Siti kemampuan Hayat Surabaya sama adalah amil
Nur menajerial dan telah memiliki membahas lembaga zakat
Azizah. profesionalitas kemampuan dan tentang nurul hayat

90
Kurniyawati Anafiah, “Analisis Perbandingan Kompetensi Amil Zakat Dan Penerapan
Psak No. 109 Dalam Memenuhi Kualitas Laporan Keuangan , 2018.
91
Kurniyawati Anafiah, “Analisis Perbandingan Kompetensi Amil Zakat Dan Penerapan
Psak No. 109 Dalam Memenuhi Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus Laz Baitul Maal
Hidayatullah Dan Bazis Provinsi Dki Jakarta, 2018.
61

(2019) di lembaga profesionalisme kompetensi surabaya


zakat nurul dalam pengelolaan amil sedangkan
hayat Surabaya zakat. objek penelitian
ini adalah
Alumni
mahasiwa Prodi
Manajemen
Zakat dan
Wakaf UIN
Palembang
2 Rukah. Peran amil Hasil penelitian Persamaan Objek
(2019). zakat baitul menunjukkan bahwa penelitian ini penelitian
maal (1) peran amil zakat dengan yang terdahulu
hidayatullah ingin peneliti adalah amil
BMH dalam
dalam lakukan adalah zakat baitul
pendayagunaan pendayagunaan sama-sama maal
zakat melalui zakat melalui membahas hidayatullah
program program senyum tentang amil sedangkan
senyum anak anak Indonesia zakat objek penelitian
indonesia (studi dengan pemberian ini adalah
kasus di beasiswa di Alumni
pesantren al- mahasiwa Prodi
pesantren al-Burhan
burhan Manajemen
hidayahtullah Hidayatullah Zakat dan
gedawang, Gedawang Wakaf UIN
banyumarik Banyumanik, kota Palembang
kota semarang) Semarang adalah
menghimpun dan
mengelola zakat,
dengan melalui
berbagai cara mulai
dari gerai zakat,
mengajukan
proposal, jemput
zakat dan lain-lain.
yang mana amil
BMH menjelaskan
secara rinci
mengenai bentuk
program yang akan
dijalankan agar
masyarakat tidak
merasa terbohongi
62

dan dimanfaatkan,
Mendayagunakan
zakat, yaitu dengan
cara (a) menentukan
objek
pendayagunaan
zakat (b)tepat waktu
dalam memberikan
beasiswa (c) dalam
pendayagunaan
zakat melakukan
pembinaan orang tua
mustahik dan
pengawasan kepada
mustahik (d) amil
melakukan inovasi
dalam
pendayagunaan
zakat (e)
pendayagunaan
zakat melalui
program senyum
anak Indonesia
terdapat proses
pengabdian setelah
lulus (f) dalam
pendayagunaan
zakat, amil
membangun
komunikasi yang
intens dengan
masyarakat (g)
melakukan
pendataan mustahiq
zakat dan
memetakan jumlah
kebutuhan mustahik.
(2) Hasil dari
program senyum
anak Indonesia yang
63

diberikan oleh amil


zakat Baitul Maal
Hidayatullah melalui
pesantren al-Burhan
bagi para mustahik
adalah anak jadi
dapat menempuh
jenjang pendidikan
dan sangat
membantu orang tua,
karena bagi yang
terkendala ekonomi
dengan adanya
program tersebut,
orang tua hanya
membayar biaya
administrasi sesuai
dengan kemampuan
orang tua. Selain itu
program senyum
anak Indonesia
dengan proses
pembinaan di
pesantren
menghasilkan
beberapa perubahan-
perubahan yang
positif bagi para
mustahik

3 Drs Kompetensi BAZ Kota Bengkulu Persamaan dari Objek


Djupri, M. Amil Dan para Amil Zakatnya penelitian penelitian
Fungsionalisasi pada umumnya tidak adalah terdahulu
nya Dalam memiliki kompetensi membahas adalah Badan
Kelembagaan akademis, disamping tentang Amil Zakat
Zakat (Studi jumlahnya sangat kompetensi Kota Bengkulu
Terhadap minim sekali masih amil sedangkan
Badan Amil jauh dari jumlah objek penelitian
Zakat Kota personalia yang ideal ini adalah
Bengkulu) walaupun secara Alumni
minimal, disebabkan mahasiwa Prodi
tidak menerapkan Manajemen
64

sistem manajemen Zakat dan


sumber daya Wakaf UIN
manusia dalam Palembang
mengelola personalia
amil zakatnya,
melainkan hanya
sistem penunjukan
oleh Wali Kota dari
berbagai Dinas dan
Instansi Pemda Kota
Bengkulu sebagai
pinjaman sementara
4 Mustika Analisis Berdasarkan hasil Persamaan dari Objek
Endang, Kompetensi penelitian dan penelitian penelitian
Mahasiswa pembahasan dapat adalah terdahulu
Menjadi Amil disimpulkan bahwa membahas adalah
Zakat kompetensi yang tentang Mahasiswa
Profesional harus dimiliki oleh kompetensi Prodi
(Studi mahasiswa amil Manajemen
Mahasiswa manajemen zakat Zakat dan
Prodi dan wakaf Wakaf IAIN
Manajemen menguasai ilmu fikih Bengkulu
Zakat dan zakat, meguasai ilmu sedangkan
Wakaf IAIN manajerial tentang objek penelitian
Bengkulu pengelolaan zakat ini adalah
yaitu penghimpunan, Alumni
pendistribusian dan mahasiwa Prodi
pendayagunaan serta Manajemen
pelaporan zakat, Zakat dan
amil juga harus Wakaf UIN
memiliki Palembang
kemampuan dalam
bidang IT dan
akuntabilitas dalam
menghitung dana
zakat. pada
kenyataan yang ada
dilapangan bahwa
mahasiswa prodi
manajemen zakat
dan wakaf sudah
berkompeten dalam
bidang keilmuan
fikih zakat namun
belum berkompeten
dalam bidang
65

praktek fundrising
dan ilmu teknologi
sistem informasi
zakat
5 Yenti Analisis Berdasarkan hasil Persamaan dari Objek
Sumarni Kompetensi penelitian dan penelitian penelitian
dan Mahasiswa pembahasan dapat adalah terdahulu
Endang Menjadi Amil disimpulkan bahwa membahas adalah
Mustika Zakat kompetensi yang tentang Mahasiswa
Profesional harus dimiliki oleh kompetensi Prodi
(Studi Pada mahasiswa pengelola amil Manajemen
Mahasiswa zakat dan wakaf Zakat dan
Prodi adalah menguasai Wakaf IAIN
Manajemen ilmu fiqih zakat, Bengkulu
Zakat dan menguasai sedangkan
Wakaf IAIN pengetahuan objek penelitian
Bengkulu) manajerial tentang ini adalah
pengelolaan zakat Alumni
yaitu penghimpunan, mahasiwa Prodi
pendistribusian dan Manajemen
pemanfaatan serta Zakat dan
pelaporan. zakat, Wakaf UIN
amil juga harus Palembang
memiliki skill di
bidang IT dan
akuntabilitas dalam
menghitung dana
zakat. pada
kenyataan di
lapangan bahwa
mahasiswa program
studi manajemen
zakat dan wakaf
sudah berkompeten
di bidang ilmu fiqih
zakat namun belum
berkompeten di
bidang praktik
fundrising dan
teknologi sistem
informasi zakat
6 Ahmad Kompetensi Penelitian ini Persamaan dari Objek
Supriyadi Amil Zakat: menyimpulkan penelitian penelitian
Studi bahwa kompetensi adalah penelitian
Mahasiswa yang harus dimiliki membahas terdahulu
Manajemen oleh mahasiswa tentang adalah
66

Zakat dan Manajemen Zakat kompetensi Mahasiswa


Wakaf IAIN dan Wakaf IAIN amil Manajemen
Tulungagung Tulungagung Zakat dan
Menjelang meliputi kompetensi Wakaf IAIN
Praktek fikih, manajerial, Tulungagung
Pengalaman teknis dan Menjelang
Lapangan komunikasi. sedangkan
Sedangkan usaha- objek penelitian
usaha untuk ini adalah
meningkatkan Alumni
kompetensi amil mahasiwa Prodi
adalah dengan Manajemen
mengadakan Zakat dan
workshop, seminar, Wakaf UIN
kuliah informal, Palembang
studi banding,
magang,
memperbanyak
praktikum mata
kuliah inti serta
pengadaan
laboratorium
mini.Dari hasil
penelitian ini, kami
memberikan saran
agar pihak kampus
menyediakan
laboratorium mini
sebagai tempat
praktikum
mahasiswa,
rekrutmen dosen
yang sesuai dengan
keilmuan
(kompetensi) jurusan
manajemen zakat
dan wakaf,
menambah jam
(beban sks) pada
mata kuliah jurusan,
memperbanyak
literatur untuk
mendukung
keilmuan
mahasiswa, dan
melakukan review
67

kurikulum gara tidak


terjadi materi yang
tidak sinkron.
7 Atikah Pengaruh 1) Kompetensi amil Persamaan dari Objek
Mujahida Kompetensi (X1) berpengaruh penelitian penelitian
h Amil Dan positif dan signifikan adalah terdahulu
Profesionalisme terhadap pengelolaan membahas adalah amil
Kerja Terhadap zakat, infaq dan tentang Lembaga Amil
Pengelolaan shadaqah. Hal ini kompetensi Zakat (LAZ))
Zakat, Infaq, dibuktikan pada uji t amil Solopeduli
Dan Shadaqah dengan tingkat Surakarta)
(ZIS) (Studi signifikansi 0,011< sedangkan
Kasus Lembaga 0,05. Artinya, objek penelitian
Amil Zakat semakin baik ini adalah
(LAZ)) kompetensi amil Alumni
Solopeduli maka pengelolaan mahasiwa Prodi
Surakarta) zakat, infaq dan Manajemen
shodaqah semakin Zakat dan
baik pula. 2) Wakaf UIN
Profesionalisme Palembang
kerja (X2)
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap pengelolaan
zakat, infaq dan
shadaqah. Hal ini
dibuktikan pada uji t
dengan tingkat
signifikansi 0,002<
0,05. Artinya,
semakin tinggi
profesionalisme
kerja maka
pengelolaan zakat,
infaq dan shodaqah
akan semakin
meningkat.
8 M Iqbal Pendistribusian LAZIS Al-Wasi’i Persamaan dari Objek
Ardiansya Zakat pada sebagaimana penelitian penelitian
h Lembaga Amil fungsinya yaitu adalah terdahulu
Zakat Infaq menjadi wadah membahas adalah amil
Dan Shadaqah penghimpunan dan tentang (LAZIS) Al-
(LAZIS) Al- pendistribusian agar kompetensi Wasi’i
Wasi’i dosen dan karyawan amil Universitas
Universitas mudah mengakses Lampung
Lampung lembaga zakat dan sedangkan
68

diharapkan berzakat. objek penelitian


Dengan adanya ini adalah
kegiatan yang sudah Alumni
di program oleh mahasiwa Prodi
ketua LAZIS Al- Manajemen
Wasi’i sehingga Zakat dan
dapat membangun Wakaf UIN
rasa kepedulian Palembang
untuk berzakat.
“Penelitian ini
bertujuan untuk
mengetahui
bagaimana
pendistribusian zakat
infaq dan shadaqah
di LAZIS Al-Wasi’i
Universitas
Lampung”. Penulis
bermaksud
mengangkat data
lapangan. Adapaun
data yang diperlukan
dalam penelitian ini
adalah data yang
berkenaan dengan
pendistribusian
LAZIS Al-Wasi’i
Universitas
Lampung
9 Basar Kompetensi 1) dari aspek Persamaan dari Objek
Dikuraisyi Amil, kompetensi amil, LA penelitian penelitian
n Persyaratan Z di Jawa Timur adalah terdahulu
Sampai lebih membahas adalah amil
Pelaporan: mengutamakan soft tentang Lembaga Zakat
Analisis skill dan pengalaman kompetensi Jawa Timur
Efektifitas UU bekerja amil sedangkan
Nomor 23 dibandingkan objek penelitian
Tahun 2011 di dengan rumpun ini adalah
Lembaga Zakat keilmuan atau gelar Alumni
Jawa Timur kesarjanaan tertentu. mahasiwa Prodi
Kompetensi di Manajemen
bidang zakat dapat Zakat dan
dilatih dan dipoles Wakaf UIN
tanpa melihat pada Palembang
aspek keilmuan
khusus. 2)
69

persyaratan amil zak


at secara
kelembagaan, sudah
ditaati dengan baik.
Hampir semua LAZ
telah berbadan
hukum dan memiliki
legalitas yang kuat.
Namun pada aspek
usia amil 40 tahun,
hal ini masih menuai
protes karena pada
usia tersebut bukan
merupakan usia
produktif. Maka
hanya sebagian kecil
LAZ yang
melaksanakannya
atau hanya pada
dataran direktur atau
pimpian saja. 3) dari
aspek pelaporan,
LAZ melakukan
laporan baik enam
bulanan yang berupa
laporan keuangan
kinerja dan laporan
tahunan yang berupa
keuangan, kinerja
dan kelembagaan
secara patuh. Bahkan
LAZ juga melaporan
keuangan dan
kinerja
kepada muzakki setia
p bulan
melalui website, maj
alah bulanan dan
bentuk fisik lainnya.
10 Anafiah Analisis Hasil penelitian ini Persamaan dari Objek
Kurniyaw Perbandingan menunjukkan bahwa penelitian penelitian
ati Kompetensi tingkat kompetensi adalah terdahulu
Amil Zakat dan amil zakat pada LAZ membahas adalah amil
Penerapan BMH dan BAZIS tentang LAZ Baitul
PSAK No. 109 Provinsi DKI Jakarta kompetensi Maal
dalam sudah dikategorikan amil Hidayatullah
70

Memenuhi kompeten. Meskipun dan BAZIS


Kualitas LAZ BMH lebih Prov. DKI
Laporan kompeten daripada Jakarta)sedangk
Keuangan BAZIS Provinsi DKI an objek
(Studi Kasus Jakarta. LAZ BMH penelitian ini
pada LAZ memenuhi kualitas adalah Alumni
Baitul Maal laporan keuangan mahasiwa Prodi
Hidayatullah pada indikator dapat Manajemen
dan BAZIS dipahami, keandalan Zakat dan
Prov. DKI dan dapat Wakaf UIN
Jakarta) dibandingkan, tetapi Palembang
cukup memenuhi
pada relevan.
Sedangkan BAZIS
Provinsi DKI Jakarta
memenuhi kualitas
laporan keuangan
pada indikator dapat
dipahami, relevan
dan kendalan, tetapi
cukup memenuhi
pada dapat
dibandingkan

F. Kerangka Berfikir

Kerangka pemikiran merupakan alur pikir yang dijadikan sebagai

skema pemikiran atau dasar-dasar pemikiran untuk memperkuat fokus

yang melatarbelakangi penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti akan

mencoba mengulas kompetensi alumni Prodi Manajemen Zakat dan

Wakaf UIN Palembang menjadi Amil Zakat Perspektif Fiqih Zakat

(qur’an, hadist dan pendapat para ulama) dalam pemgelolaan Zakat.


71

Gambar 2.2 Konseptual

Perspektif fikih zakat


Kompetensi (qur’an, hadist dan
pendapat para ulama)

Alumni Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf


UIN Palembang

Pengelolaan Zakat

Sumber: peneliti, 2023


72

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan cara pendekatan

deskriptif kualitaif yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, penelitian

terdahulu, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Sementara itu, penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomenafenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.92 Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat pencandaraan secara sistematis, factual

dan akurat mengenai fakta dan sifat pupolasi atau daerah tertentu. Penelitian ini

digunakan untuk mengetahui bagaimana kompetensi Alumni mahasiwa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang menjadi Amil Zakat.

B. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya

maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila

menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak,

atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumentasi

atau catatan lah yang menjadi sumber datanya. 93 Dalam penelitian ini sumber
92
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hal. 17.
93
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rijeka Cipta,
2002, Cet. XII), hal. 107. 47

73
73

data primer berupa kata-kata yang diperoleh dari wawancara dengan para

informan yang telah ditemukan serta telah meliputi berbagai hal yang berkaitan

dengan kompetensi Alumni mahasiwa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN

Palembang menjadi Amil Zakat. Sedangkan sumber data sekunder dalam

penelitian ini berupa hasil dokumentasi.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan informasi

yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi penelitian

untuk melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu, maka peneliti

menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan.

Dalam hal ini, lokasi penelitian di khususkan pada masyarakat Kota

Palembang. Hal tersebut dikarenakan karena masyarakat kota Palembang

mempunyai minat yang tinggi dalam bersedakah tetapi, masih minimnya

pengetahuan tentang adanya ziswaf secara online di era digitalisasi ini. Selama

ini para muzakki di kota Palembang hanya mengenal penyaluran ziswaf secara

langsung baik di masjid-masjid maupun rumah-rumah.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yakni dilakukan secara

intensif, latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan sesuai unit

social seperti individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. Penelitian ini

dilakukan di masyarakat Kota Palembang, tujuan peneilitian ini untuk

mengetahui optimalisasi digitalisasi dalam membangun minat muzakki

membayar ziswaf tersebut.


74

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data melalui

komunikasi secara langsung dengan mengajukan sejumlah pertanyaan

lisan yang dilakukan oleh pewawancara sebagai pengumpul informasi dan

di jawab secara lisan oleh narasumber atau responden sebagai pemberi

informasi. Wawancara juga disebut dengan interview. Informasi yang

diberikan dapat berupa pemikiran dan pengetahuan seseorang mengenai

suatu hal yang berhubungan dengan masalah penelitian. Berdasarkan hal

tersebut maka wawancara adalah teknik pengumpulan data menggunakan

pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Wawancara juga dapat

digunakan sebagai alat pengumpulan data utama, pelengkap dan

pembanding kebenaran data utama. Wawancara di dalam penelitian ini

dilakukan untuk memperoleh informasi terkait bagaimana kompetensi

Alumni mahasiwa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang

menjadi Amil Zakat.

2. Dokumentasi

Kajian dokumen merupakan teknik yang digunakan untuk menelusuri data

peninggalan tertulis terkait berbagai kondisi, keadaan, kegiatan atau

kejadian dari suatu organisasi yang dilihat dari segi waktu yang relatif

belum terlalu lama. Peninggalan tertulis yang relatif cukup lama akan

berubah menjadi bukti-bukti historis mengenai keadaan atau peristiwa

masa lalu. Dari hasil bahan dokumen, peneliti mendapatkan informasi atau
75

data yang kemudian dapat mengemukakan berbagai fakta tentang sesuatu

yang terjadi. Tujuan yang dilakukan dari dokumen untuk data sekunder

dari berbagai sumber, baik secara pribadi maupun kelembagaan. Data yang

tersedia biasanya berbentuk laporan, catatan harian, notulensi rapat,

agenda dan sebagainya.

3. Observasi

Observasi secara langsung ini, peneliti sebagai pengamat penuh terhadap

gejala atau proses yang terjadi di dalam situasi yang sebenarnya yang

langsung diamati oleh observer pada Alumni mahasiwa Prodi Manajemen

Zakat dan Wakaf UIN Palembang menjadi Amil Zakat.

F. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah suatu cara pengambilan contoh atau sampel

untuk diteliti.94 Sampel bagi metode kualitatif ini sifatnya snowball artinya

sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Sampel pada metode kualitatif

tidak menekan pada jumlah atau keterwakilan, tetapi lebih kepada kualitas

informasi, kredibilitas dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh informan

atau partisipan. Sampel yang jumlah banyak tidak akan punya arti jika tidak

berkualitas atau informasinya tidak kredibel. Patokan umum untuk sampel

adalah jumlahnya yang kecil, karena dalam jumlah kecil peneliti akan mampu

mengumpulkan data yang mendalam, jumlahnya bisa berupa informasi yang

rinci dan tepat, maka jumlah yang besar akan menjadi masalah, karena akan

terjadi pengulangan informasi dan akibatnya informasi akan tumpang tindih. 95

94
Almasdi Syahza, Metodologi Penelitian (Edisi Revisi Tahun 2021)
95
Raco, Metode Penelitian Kualitatif : Jenis, karakteristik dan Keunggulannya.
76

Penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, karena peneliti merasa

sampel yang di ambil paling mengetahui tentang masalah yang akan di teliti

oleh peneliti. Penggunaan snowball sampling dalam penelitian ini bertujuan

untuk dapat mengetahui bagaimana kompetensi Alumni mahasiwa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang menjadi Amil Zakat.

G. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif dapat Dilakukan

dengan pengujian validitas internal, validitas eksternal, reliabilitas dan

objektivitas.96 Meneliti validitas data “kompetensi Alumni mahasiwa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang ”, menurut data yang terkumpul,

langkah selanjutnya adapun beberapa teknik validitas data digunakan, termasuk

kredibilitas, transferabilitas, depenbilitas, dan verifikasi. Teknik di atas adalah

sebagai berikut: 97

1. Uji Kredibilitas

Penelitian kualitatif menguji reliabilitas data atau hal ini dapat

menciptakan kepercayaan terhadap hasil data penelitian Dengan berbagai cara

termasuk ekstensi pengamatan, peningkatan keberlanjutan penelitian,

triangulasi, diskusi dengan kolega, dan analisis kasus negatif. Namun, hanya

sebagian kecil yang digunakan dalam penelitian ini bagaimana menguji

reliabilitas data hasil penelitian sebagai berikut:

1) Triangulasi

96
Sugiyono, Metode Penelitiaan: Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. (Bandung: Alfabeta,
2015), hal. 366.
97
Suryana Ahmad, ‘Metode Penelitian Metode Penelitian’, Metode Penelitian Kualitatif,
3.17 (2017), 43 .
77

Sebagai periksa data dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda

dan waktu yang berbeda. Jadi kita punya triangulasi Triangulasi dan

triangulasi sumber, teknik pengumpulan data waktu. Triangulasi yang

digunakan peniliti dalam penelitian ini menggunakan tiga triangulasi, yaitu

triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

2) Menggunakan Bahan Referensi

Memiliki dukungan untuk buktikan data yang ditemukan peneliti. Di saat

melakukan penelitian, peneliti dapat menambahkan foto sebagai data

pendukung, dan dokumen asli untuk membuat hasil penelitian agar lebih

mudah diakses dan diandalkan.

2. Uji Tranferabilitas

Uji transferabilitas ini merupakan uji validitas eksternal dalam penelitian

kuantitatif. Validitas eksternal akurasi atau keberlakuan hasil penelitian

populasi dari mana sampel diambil. Nilai transfer ini relevan dengan

pertanyaan sejauh mana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam

konteks lain. Untuk penelitian naturalistik, nilai transfer tergantung pada

penggunanya, Sejauh mana hasil ini dapat digunakan dalam konteks dan

keadaan sosial lainnya. Sehingga orang lain dapat memahami hasilnya,

penelitian kualitatif ini memungkinkan. Diterapkan hasil penelitian ini

kemudian dalam komposisi laporan ini, peneliti menyajikan secara rinci,

jelas, sistematis, dan dapat diandalkan. Kemudian, pembaca mengetahui hasil

penelitian ini agar dapat memutuskan haruskah hasil penelitian ini diterapkan.

Jika pembaca laporan penelitian mendapatkan wawasan sekilas hasil


78

penelitian sudah jelas diimplementasikan, maka laporan ini sesuai dengan

standar tranferbilitas.

3.Uji Dependabilitas

Dalam penelitian kuantitatif dikenal dengan istilah reliabilitas. Studi

yang solid adalah ketika orang lain berproses dari penelitian dapat

direplikasikan. Dalam penelitian kualitatif, pengujian reliabilitas dilakukan

dengan cara melakukan audit terhadap seluruh proses penelitian ada studi

reliabilitas ini dilakukan oleh seorang auditor audit independen atau dosen

pembimbing kegiatan peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu proses mengolah data yang menjadi

informasi baru. Proses ini akan dilakukan bertujuan agar karakteristik data

menjadi lebih mudah dimengerti dan berguna sebagai solusi bagi suatu

permasalahan, khususnya yang berkaitan langsung dengan suatu penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah

berdasarkan model Miles dan Huberman. Analisis data dalam penelitian

kualitatif, dilakukan selama proses berlangsung dan setelah pengumpulan data

menyelesaikan pengumpulan data dalam jangka waktu tertentu.

I. Kriteria Informan

Kriteria ini mencakup beberapa faktor seperti usia, pendidikan, gender,

pengalaman, dan pengetahuan yang relevan dengan topik penelitian yang akan
79

dibahas oleh peneliti. Berdasarkan dari beberapa informan yaitu 10 orang dari

kompetensi Alumni mahasiwa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN

Palembang terdapat beberapa kualifikasi pemilihan informan di antara lain,

sebagai berikut : 1. Beragama Islam 2. Merdeka atau berkecukupan 3. Dimiliki

secara sempurna 4. Mencapai nisab 5. Telah haul atau mencapai batas waktu 1

Hijriah.

Pemilihan informan yang tepat dapat memastikan bahwa data yang

diperoleh relevan dan akurat, serta dapat meningkatkan suatu validitas

penelitan. Selain itu, kriteria sebuah informan yang jelas dan terdefinisi dengan

baik juga dapat membantu memudahkan suatu proses penentuan sampel dan

mempercepat pengumpulan data dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti.

J. Fokus Penelitian

Kajian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kompetensi Alumni

mahasiwa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN Palembang. Dalam kajian

ini, kajian berfokus pada kompetensi Alumni mahasiwa Prodi Manajemen

Zakat dan Wakaf UIN Palembang dalam menguasai ilmu-ilmu tentang zakat

termasuk fikih zakat seperti regulasi zakat yang secara umum yaitu Undang-

Undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, Peraturan Pemerintah

tentang zakat, Keputusan Menteri Agama (KMA), Peraturan Daerah (Perda),

Peraturan Baznas (PERBAZNAS).


80

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

Gambar 4.1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Sumber : http://febi.radenfatah.ac.id/2016/12/09/sejarah-febi/

Berdirinya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) dimulai sejak Tahun

2000/2001 yaitu dengan pembukaan jurusan Program Studi D3 Perbankan

Syari’ah pada tahun 2001 yang berada di bawah naungan Fakultas Syariah

dimana pada tahun 2005 telah menghasilkan lulusan yang siap pakai di dunia

perbankan syariah. Tanggal 22 Desember 2005, Program Studi ini telah

terakreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi dengan Peringkat

Akreditasi B. Dengan masa Akreditasi terhitung tanggal 22 Desember 2005

sampai dengan 22 Desember 2010. Sementara perpanjangan izin

82
81

penyelenggaraan program studi berdasarkan Keputusan Direktur Jendral

Pendidikan Islam No. DJ.I/385/2008 telah berakhir pada 2013 yang lalu.

Program Studi ini telah memperpanjang akreditasi Badan Akreditasi Nasional

Perguruan Tinggi dengan Peringkat Akreditasi B. Dengan masa Akreditasi

terhitung tanggal 29 Desember 2015 sampai dengan 29 Desember 2020.

Dalam perkembangan berikutnya pada tahun 2014, Prodi D3 Perbankan

Syariah dan Prodi Ekonomi Islam dipisahkan dari Fakultas Syariah dan berdiri

sendiri menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Setelah ditandatanganinya

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No. 83 tahun 2013 yang

mengamanatkan pembentukan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), dua

program studi yang dilahirkan dan dibesarkan dari rahim Fakultas Syari’ah,

secara resmi telah memiliki “Rumah Ilmu” yang baru, yaitu Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Raden Fatah Palembang.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) saat ini memiliki 4 program studi

atau jurusan seperti Ekonomi Syariah, Perbankan Syariah, Manajemen Zakat dan

Wakaf serta S2 Ekonomi Syariah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

mengalami perkembangan yang cukup signifikan, baik dari segi jumlah

mahasiswa maupun jumlah prodi. Kehadiran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Raden Fatah Palembang, dalam rangka mewujudkan pengembangan

keilmuan yang mengintegrasikan antara nilai-nilai akademik ilmiah dan agama.

Sehingga kehadiran FEBI ataupun UIN Raden Fatah, dapat menjadi “Rumah

Ilmu” di tengah-tengah perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan


82

ekonomi global yang di depan mata.

2. Visi Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf

Visi Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf yaitu: ‘Unggul dalam Penguasaan dan

Pengembangan Manajemen Zakat dan Wakaf Yang Berbasis Sains dan Berjiwa

Kewirausahaan di Asia Tenggara Tahun 2027’

3. Misi Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf

Misi Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf yaitu sebagai berikut :

1) Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran Zakat dan Wakaf yang

berorientasi pada pemberdayaan individu dan masyarakat.

2) Mewujudkan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang Manajemen Zakat

dan Wakaf yang memiliki komitmen dalam pengembangan ilmu dan

penerapan zakat dan wakaf di tengah-tengah masyarakat.

3) Menyelenggarakan riset dan pengabdian di bidang Zakat dan Wakaf.

4) Menjalin kerjasama secara produktif dengan masyarakat dan lembaga terkait

di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Menjalin kerjasama secara

produktif dengan masyarakat dan lembaga terkait di tingkat lokal, nasional,

dan internasional.
83

4. Tujuan Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf

Tujuan Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf yaitu sebagai berikut :

1) Berjalannya sistem pengelolaan yang mengedepankan prinsip tata pamong,

adanya kepemimpinan Prodi yang kontributif bagi kemajuan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam dan berkiprah di masyarakat, penjaminan mutu

yang menjamin standar mutu penyelenggaraan prodi tercapai, dan evaluasi

Prodi secara berkelanjutan.

2) Peningkatan kapabilitas, kompetensi mahasiswa dan alumni yang mampu

menangani masalah sosial kemasyarakatan.

3) Peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan Sumber Daya Manusia.

4) Peningkatan kualitas sebagai pusat kajian ilmu zakat dan wakaf dan referensi

utama dalam memahami kitab-kitab klasik khususnya dalam bidang

pengelolaan zakat dan wakaf melalui perbaikan terus menerus terhadap

kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik.

5) Efisiensi, efektivitas dan produktivitas pembiayaan, pengelolaan sarana dan

prasarana, serta sistem informasi yang memudahkan civitas akademika.

6) Meningkatkan akses dan kemanfaatan penelitian, pelayanan pengabdian

kepada masyarakat dan kerjasama.

5. Profil Lulusan Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf

Profil utama lulusan Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf adalah sebagai

pengelola lembaga zakat dan wakaf, konsultan bidang zakat dan wakaf, peneliti
84

zakat dan wakaf, serta social entrepreneur yang berbudi luhur, unggul,

kompetitif, kreatif, inovatif dan berdaya saing, berpengetahuan luas di

bidangnya, berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional, amanah,

transparan, akuntable, serta bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugasnya

berlandaskan integrasi keilmuan keislaman dan sains.

B. Identifikasi Informan

Adapun daftar informan dalam penelitian ini, dirangkum dalam tabel sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Daftar Informan

No Nama Jabatan Jenis Kelamin


1 M. Zulfikridin, S.E. Alumni 2015 Laki-laki
2 Siti Maysarah, S.E Alumni 2018 Perempuan
3 Suci Oktaviani,S.E Alumni 2018 Perempuan
4 Adam Syeh Putra, S.E Alumni 2016 Laki-laki
5 Mu'alim, S.E Alumni 2016 Laki-laki
6 Novia Komalasari, S.E Alumni 2017 Perempuan
7 Melinda pratiwi, S.E Alumni 2017 Perempuan
8 Masayu Leli, S.E Alumni 2016 Perempuan
9 Jodi heryansah, S.E Alumni 2017 Laki-Laki
10 Merry pratiwi, S.E Alumni 2017 Perempuan
Sumber : Data diolah penelitian 2023
85

C. Kompetensi Amil Zakat Profesional Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf UIN

Palembang

1) Menguasai Ilmu tentang Fikih Zakat

Menurut Ibu Siti Mardiah menjelaskan bahwa :

“kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dimiliki


seseorang.” 98

Selanjutnya menurut pak Ridwan, menjelaskan

bahwa:

“Amil artinya petugas/ pekerja oleh imam( pemerintah ) untuk mengumpulkan


zakat, syarat seorang amil zakat adalah Islam, laki-laki /perempuan, beragama
Islam, sehat jasmani maupun rohani, adil dan memahami ilmu fikih zakat.” 99

Menurut Adam menjelaskan bahwa :

“kompetensi adalah keilmuwan hal – hal batas minimum yang harus dimiliki
mahasiswa atau yang di kuasai, harus menjadi profil, amil, atau nazir ilmu
tentang zakat dan wakaf, dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang amil
adalah amanah,adil, dan jujur”. 100

Selanjutnya menurut pak Ridwan, menjelaskan bahwa:

“Zakat adalah tumbuh dan berkembang artinya memberi manfaat kepada orang
yang tidak mampu ,berdasarkan UU no 23 tahun 2001 yang artinya negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama nya masing-
masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya,
penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam yang mampu sesuai syariat
Islam.” 101

98
Wawancara dengan ibu Hj. Siti Mardiah SHI., M.Sh di Kampus UIN Raden Fatah Palembang
pada tanggal 14 April 2023.
99
Wawancara dengan Bapak M.ridwan Nawawi S.Pd. M.M. di BAZNAS Palembang pada tanggal
25 May 2023.
100
Wawancara dengan Adam Syeh Putra, S.E di Kediaman pada tanggal 14 May 2023.
101
Wawancara dengan Bapak M.ridwan Nawawi S.Pd. M.M. di BAZNAS Palembang pada tanggal
25 May 2023.
86

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu


tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada
pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan, dan seorang amil zakat aharus
memiliki kompetensi mengenai pengelolaan zakat” 102

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Seorang amil

zakat harus dan wajib menguasai ilmu-ilmu tentang zakat termasuk fikih zakat

seperti regulasi zakat yang secara umum yaitu Undang-Undang No. 23 Tahun

2011 tentang pengelolaan zakat, Peraturan Pemerintah tentang zakat, Keputusan

Menteri Agama (KMA), Peraturan Daerah (Perda), Peraturan Baznas

(PERBAZNAS). Dan juga regulasi zakat secara agama yaitu Ayat-Ayat Al-

Qur’an dan Hadits.

Untuk lebih lanjut Ibu Siti Mardiah menjelaskan bahwa :

“Sebagian amil zakat professional menguasai ilmu fikih. Amil harus memahami
perhitungan zakat yang sudah diluar kepala, harus mengetahui haul dan nisab
dari setiap jenis zakat. Jadi ketika para masyarakat katakan lah muzakki ingin
membayar zakat tetapi masih awam tentang pengetahuan zakat, kita sebagai
orang yang paham zakat bisa menjelaskan tentang perhitungan zakat tersebut.”
103

Menurut Melinda menjelaskan bahwa :

“Menjadi seorang amil yang berkompeten tentunya harus menguasai ilmu


tentang fikih zakat. Apa saja itu fikih zakat? Mulai dari arti penting zakat,
regulasi atau hukum-hukum zakat, macam-macam zakat, perhitungan zakat,
nisab, haul, paham dalam membedakan muzakki mustahik dan golongan 8 asnaf
yang berhak menerima zakat. Seorang amil zakat harus professional, faham
102
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
103
Wawancara dengan ibu Hj. Siti Mardiah SHI., M.Sh di Kampus UIN Raden Fatah Palembang
pada tanggal 14 april 2023.
87

wawasan syariat zakat”. 104

2) Menguasai Manajemen Pengelolaan Zakat

Menurut Ibu Siti Mardiah menjelaskan bahwa:

“Seharusnya amil zakat professional memilih pengetahuan yang mendalam


tentang zakat Amil adalah seorang manajer, ia harus faham tentang
perencanaan, organisasi zakat, pelaksanaan dan pengawasan dalam kegiatan
pengelolaan zakat seperti fundrising, pendistribusian dan pendayagunaan.
Fundrising merupakan tugas pokok dari lembaga zakat termasuk BAZNAS yang
sangat berperan penting, karena tugas seorang amil adalah untuk
mengumpulkan zakat dari para muzakki kemudian memberikan nya kepada
mustahik dan meyakinkan muzakki untuk membayar zakat nya ke lembaga
pengelola zakat termasuk Baznas.” 105

Untuk lebih lanjut Masayu menyatakan bahwa :

“Sebagian besar amil zakat professional memahami hal-hal yang berkaitan


dengan pengelolaan zakat. Seperti pendistribusian dan pendayagunaan. agar
kegiatan ini terlaksana dengan sesuai tujuan zakat maka harus adanya
manajemen yang baik di dalam pendistribusian dan pendayagunaan tersebut,
bagaimana planing nya, bagaimana organizing nya, bagaimana pelaksanaan
nya dan bagaimana pengawasan nya. Seperti yang kita ketahui bahwa
pendistribusian itu sifatnya konsumtif, maka harus di dampingi dengan
pendayagunaan yang efektif agar bersifat produktif. Bagaimana mustahik dapat
diberdayakan agar zakat mempunyai nilai lebih sangat penting di terapkan di
masyarakat. Sebagai contoh pemberian modal usaha untuk mustahik baik itu
berbentuk uang atau barang yang seperti gerobak usaha dan sebagainya.” 106

Menurut Jodi menjelaskan bahwa :

“Adapun ilmu tentang pengelolaan zakat yang menjadikan seorang amil itu
berkompeten sebagai amil zakat. Pengelolaan mulai dari fundraising zakat nya,

104
Wawancara dengan Melinda Pratiwi, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
105
Wawancara dengan ibu Hj. Siti Mardiah SHI., M.Sh di Kampus UIN Raden Fatah Palembang
pada tanggal 14 april 2023.
106
Wawancara dengan Masayu Leli, S.E di kediaman pada tanggal 15 May 2023.
88

pendistribusian dan pendayagunaan zakat serta pelaporan dana zakat.” 107

Untuk lebih lanjut Zulfikridin, menjelaskan bahwa:

“Kompetensi itu adalah bagaimana seorang amil bisa mememahami dengan


baik Manajemen nya, yaitu bagaimana seorang amil bisa me manage keuangan
me manage kegiatan pengelolaan zakat secara efektif dengan prinsip POAC
(Plaining, Organizing, Actuating, dan Controling)”

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa seorang amil zakat

harus memiliki kompetensi mengenai manajemen pengelolaan zakat.

Pengelolaan zakat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. Semua

aktifitas dan faktor-faktor terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana,

terorganisir, bahkan terkontrol dan dievaluasi tingkat pencapaiannya. Dalam

konteks pengelolaan zakat, tujuan zakat akan tercapai manakala zakat dikelola

secara baik berdasarkan prinsip-prinsip manajemen. Dengan kata lain,

manajemen zakat merupakan perantara bagi tercapainya kesempurnaan

pelaksanaan zakat. Oleh karena itu, dalam pengumpulan zakat mestinya

didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen. Kewajiban mengumpulkan zakat di

Indonesia harus dilakukan oleh amil-amil zakat. Oleh karena itu seorang amil

zakat harus memahami dengan baik manajemen pengelolaan zakat.

3) Menguasai Akuntabilitas

Menurut Maysarah menjelaskan bahwa :

“Zakat itu berurusan dengan keuangan maka akuntabilitas itu penting untuk
dikuasai oleh seorang amil, karena zakat infaq sedekah wakaf itu masalahnya
dengan hitung-hitungan, jadi ilmu akuntasi sangat berperan disini, jika tidak

107
Wawancara dengan Jodi Hardiansyah, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
89

bagaimana bisa kita mengelola keuangan umat muslim yang sudah diberikan
dan dipercayakan agar disalurkan kepada orang yang tepat.” 108

Selanjutnya menurut pak Rusdi, menjelaskan bahwa :

“Transparansi dan Akuntabilitas mempunyai andil dalam mempengaruhi minat


muzakki. Pengelola zakat harus bisa memberikan pertanggungjawaban kepada
muzakki serta praktis diakses sehingga dalam akuntabilitas seorang amil zakat
harus memahami mengenai laporan keuangan”. 109

Berdasarkan wawancara di atas disimpulkan bahwa seorang amil zakat

harus memiliki kompetensi mengenai akuntabilitas pengelolaan zakat. Pengelola

zakat harus bisa memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat serta

praktis diakses oleh masyarakat dan pihak lain yang berkepentingan. Dalam

akuntabilitas seorang amil zakat harus memahami mengenai laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah produk manajemen dalam mempertanggungjawabkan

penggunaan sumberdaya dan sumberdana yang dipercayakan kepadanya.

d. Menguasai Sistem Informasi Zakat

Menurut Suci menjelaskan bahwa :

“Sistem Informasi itu penting harus dikuasai oleh seorang amil. Karena data-data dari
lapangan itu semuanya terinput di sistem informasi zakat, siapa saja muzakki dan
siapa saja mustahik nya.” 110

Untuk lebih lanjut Suci menjelaskan bahwa:

“Jika semua data sudah di input dari mulai pengumpulan sampai pendistribusian serta
pendayagunaan yang bersifat transparan maka disini bisa memicu para muzakki untuk
108
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
109
Wawancara dengan Bapak Rusdi, S.E di Kampus UIN Raden Fatah Palembang pada tanggal 14
april 2023.
110
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
90

bisa percaya kepada lembaga zakat untuk membayarkan zakatnya. sekarang itu semua
sudah modern apa pun informasi bisa kita dapatkan dari internet. Zakat juga harus
ditopang dengan tekhnologi yang memudahkan amil, muzaki dan mustahik melakukan
pengelolaan zakat. Sekarang bayar zakat tidak harus kita datang langsung ke kantor
nya, bisa melalui aplikasi-aplikasi digital seperti QRIS yang hanya menscan barcode
setelah itu muncul jumlah pembayaran zakat yang ingin dibayarkan, Mobile Banking,
dan lain nya yang sudah bekerja sama dengan lembaga zakat tersebut. Dengan
teknologi semua kegiatan bisa aman cepat dan tepat.” 111

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa seorang amil zakat

harus memiliki kompetensi mengenai sistem informasi dalam pengelolaan zakat. Sistem

informasi sangat penting dalam pengelolaan zakat karena dapat mempercepat dan

memperlancar serta mengefesienkan dan mengefektifkan waktu. Setiap transaksi sehari-

hari dan yang lebih penting lagi sistem informasi dapat membantu dalam pengambilan

kepurusan. Pada dasarnya sistem informasi memiliki fungsi seperti mencatat,

mengumpulkan, menyimpan, dan memberi laporan setiap kegiatan yang dibutuhkan

setiap badan usaha atau organisasi.

5) Jujur dan Amanah

Menurut Mu’alim, menjelaskan bahwa :

“Syarat amil yang pertama adalah harus jujur, karena ia diamanati harta kaum
muslimin yang harus di kelola dengan baik dan sesuai peruntukannya. Selain itu, amil
juga harus amanah ilmiyah maksudnya adalah amil harus bisa menjelaskan tentang
hukum-hukum zakat seperti kewajiban berzakat, siapa itu muzakki, siapa itu mustahik,
apa itu haul nisab dan sebagainya. seorang amil harus amanah dalam menyampaikan
hal-hal tersebut yang sesuai dengan regulasi zakat Undang-Undang maupun Ayat Al-
Quran.” 112

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa seorang amil zakat

111
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
112
Wawancara dengan Mualim, S.E di kediaman pada tanggal 15 May 2023.
91

harus jujur atau amanah Karena harta zakat yang dikumpulkan harus dicatat, dikelola,

dibagikan, dan dilaporkan secara jujur. Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud

Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alayhi Wasallam bersabda, yang

artinya, “Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran

dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu

jujur, sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah

olehmu berlaku dusta karena kedustaan menuntunmu pada kejahatan dan kejahatan

menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta,

sehingga dia dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.” (HR Muslim).

6) Mengikuti Sertifikasi Amil Zakat

Menurut Ibu Siti Mardiah, menjelaskan bahwa :

“Program manajemen zakat dan wakaf UIN Palembang sudah memberikan materi
terkait dengan aplikasi sistem informasi zakat. Seorang amil zakat harus mengikuti
sertifikasi amil dengan syarat ia sudah menjadi amil minimal 1 tahun, sertifikasi itu
guna nya untuk apa? minimal dia mengetahui etika menjadi amil itu seperti apa jikalau
amil tersebut bukan di rekrut dari orang yang basic nya bukan sarjana atau lulusan
prodi manajemen zakat dan wakaf”.113

Selanjutnya menurut pak Ridwan, menjelaskan bahwa:

“Amil zakat harus mengikuti sertifikasi amil zakat yaitu pengakuan negara atas
kompetensi dan kemampuan keilmuan seorang amil zakat, yang standarnya disahkan
oleh pemerintah dan diakui oleh negara-negara ASEAN. Lisensi sertifikasi dikeluarkan
oleh lembaga independen yang berwenang sesuai dengan Peraturan Presiden 10/2019
yakni BNSP. Sertifikasi amil ini bukanlah jenjang jabatan yang ada dalam OPZ, namun
seperti ijazah sekolah yang bisa digunakan untuk menunjukkan tingkat profesionalisme
seseorang dalam mengelola dana ziswaf. Bagi para amil bersertifikat yang sudah
113
Wawancara dengan ibu Hj. Siti Mardiah SHI., M.Sh di Kampus UIN Raden Fatah Palembang
pada tanggal 14 april 2023.
92

bergabung dalam OPZ, sertifikasi ini meningkatkan akses diri untuk berkembang, dan
menjadi alat untuk mempromosikan jenjang karier”. 114

Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa seorang amil zakat

harus mengikuti sertifikasi amil zakat. Sertifikasi amil zakat adalah pengakuan negara

atas kompetensi dan kemampuan keilmuan seorang amil zakat, yang standarnya

disahkan oleh pemerintah dan diakui oleh negara-negara ASEAN. Ada banyak ragam

keuntungan bagi amil dan pimpinan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang telah

melakukan sertifikasi profesi Amil Zakat. Pengakuan sertifikasi ini diakui oleh negara-

negara di Asia Tenggara. Maka kerja sama internasional dengan lembaga zakat lintas

negara akan sangat mudah dilakukan. Adanya sertifikasi profesi amil menunjukkan

jaminan kualitas LAZ. Muzakki yang mayoritas kalangan menengah atas sudah

memahami tentang pentingnya sertifikasi sebuah profesi. Adanya sertifikasi akan

menambahkan insentif bagi Muzakki karena mereka akan tenang dana zakatnya dikelola

oleh pihak yang profesional dan diakui. Lisensi sertifikasi dikeluarkan oleh lembaga

independen yang berwenang sesuai dengan Peraturan Presiden 10/2019 yakni BNSP.

BNSP merupakan badan independen yang bertanggung jawab kepada Presiden,

memiliki kewenangan sebagai otoritas sertifikasi personil dan bertugas melaksanakan

sertifikasi kompetensi kerja profesi. Pimpinan OPZ yang tersertifikasi akan menjadi

branding positif bagi personal dan pada akhirnya kepada lembaga. Sertifikasi amil ini

bukanlah jenjang jabatan yang ada dalam OPZ, namun seperti ijazah sekolah yang bisa

digunakan untuk menunjukkan tingkat profesionalisme seseorang dalam mengelola

114
Wawancara dengan Bapak M.ridwan Nawawi S.Pd. M.M. di BAZNAS Palembang pada tanggal
25 May 2023.
93

dana ziswaf. Bagi para amil bersertifikat yang sudah bergabung dalam OPZ, sertifikasi

ini meningkatkan akses diri untuk berkembang, dan menjadi alat untuk mempromosikan

jenjang karier. Sedangkan bagi OPZ, jika lembaga dan para amilnya telah tersertifikasi,

maka sudah tentu dapat meningkatkan produktivitas dan mampu meminimalisir

kesalahan dalam bekerja, karena setiap amil akan memiliki komitmen yang kuat dalam

menjaga kualitas kerjanya. Hal ini menumbuhkan daya saing, keterampilan, memotivasi

para amil untuk ber-fastabiqul khoirot dalam bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dibahas bahwa kompetensi dan syarat-

syarat amil zakat yang profesional yaitu menguasai ilmu tentang hukum-hukum zakat

baik itu Undang - Undang, Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah, Peraturan Badan

Amil Zakat Nasional dan Ayat Al-Qur’an mengenai pengelolaan zakat serta ketentuan -

ketentuan mengenai zakat yang mencakup jenis-jenis zakat, harta wajib berzakat, haul

dan nisab, golongan delapan asnaf, menguasai manajemen pengelolaan zakat yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian

dan pendayagunaan zakat, jujur, dan mengikuti sertifikasi amil zakat.

D. Kompetensi Alumni Mahasiswa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf Menjadi

Calon Amil Zakat

1) Kemampuan Menguasai Fikih Zakat

Menurut Suci, menjelaskan bahwa :

“Fikih zakat adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum dan ketentuan-
ketentuan tentang zakat baik itu menurut undang-undang ataupun ayat Al Quran.
Zakat adalah harta tertentu yang dikeluarkan umat muslim untuk diberikan kepada
orang tertentu yaitu golongan 8 asnaf penerima zakat yaitu Fakir, Miskin, Amil,
94

Muallaf, Riqab, Ghorim, Fi Sabilillah dan Ibnu Sabil. Zakat yang dimaksud adalah
Zakat Maal atau Zakat Harta, jikalau Zakat Fitrah yaitu zakat yang wajib
dikeluarkan oleh seluruh umat muslim.” 115

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa:

“Zakat merupakan ibadah maaliyah yang sangat penting kedudukannya untuk


menyempurnakan keislaman seseorang juga untuk membersihkan jiwa serta harta
yang dimilikinya. Dalam zakat mal dikenal istilah haul. Kata haul semakna dengan
kata ‘assanah‘ yang diartikan dengan “satu tahun”. Umumnya seorang muslim yang
berharta, mengeluarkan zakat hartanya pada akhir tahun, Haul adalah batas waktu
atas kepemilikan suatu harta yang minimal sudah mencapai 1 tahun kepemilikan.
sedangkan nisab adalah besaran harta yang harus dikeluarkan untuk berzakat.” 116

Menurut Novia, menjelaskan bahwa:

“Dalil Al-Quran tentang kewajiban berzakat yaitu Surat Al Baqarah ayat 43 dan
surah At-Taubah ayat 60 tentang golongan penerima zakat, seperti fakir, terlilit
hutang, miskin, sahaya, yatim, musyafir, piatu dan fisabililah.” 117
Menurut Suci, menjelaskan bahwa :

“Golongan 8 Asnaf penerima zakat adalah Fakir yaitu orang yang tidak mempunyai
kecukupan harta untuk memenuhi kebutuhan pokok. Miskin yaitu orang yang sama
sekali tidak mempunyai apa-apa termasuk untuk makan pun dia tidak punya. Amil
yaitu orang yang mengelola zakat. Muallaf adalah orang yang baru masuk islam.
Riqab yaitu Budak. Ghorim yaitu orang yang berhutang. Fi sabilillah yaitu orang
yang berjuang dijalan Allah Swt. Ibnu Sabil yaitu orang yang sedang dalam
perjalanan.” 118

Menurut Jodi, menjelaskan bahwa :

“di dalam surat at taubah ayat 60, sesengguhnya zakat – zakat itu hanyalah untuk
115
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
116
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
117
Wawancara dengan Novia Kumalasari, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
118
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
95

orang-orang Fakir, miskin, pengurus zakat para mualaf, untuk Memerdekakan


budak, orang-orang yang berhutang untuk Jalan allah dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan. Selain dari ulama dan pemerintah, muzakki menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan perintah wajib zakat ini karena
mereka lah orang yang dibebani kewajiban untuk mengeluarkan bagian tertentu dari
harta kekayaannya untuk kemudian diberikan kepada yang berhak
menerimanyaSeseorang dikatakan muzakki apabila harta yang ia miliki sudah
mencapai haul dan nisab. dengan haul minimal 1 tahun dan harta yang dimiliki itu
sudah senilai dengan harga 85 gram emas dan harus dikeluarkan 2.5 % dari harta
nya yang sudah bebas dari hutang atau disebut dengan pendapatan bersih.” 119

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“Zakat adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama
Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya). Syarat menunaikan zakat adalah harus beragama Islam, Berakal dan
Baligh, Dimiliki secara sempurna, Mencapai nisab. Sedangkan orang yang berhak
menerima zakat antara lain: Fakir, yaitu orang yang hampir tidak memiliki apa-apa
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup. Miskin, yaitu masih
memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
Amil, yaitu orang yang mengumpulkan dan mendistribusikan zakat.Mu’allaf, yaitu
mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menguatkan dalam
tauhid dan syariah. Hamba sahaya, yaitu budak yang ingin memerdekakan
dirinya.Gharimin, yaitu mereka yang berhutang untuk kebutuhan hidup dalam
mempertahankan jiwa dan izzahnya. Fisabilillah, yaitu mereka yang berjuang di jalan
Allah dalam bentuk kegiatan dakwah, jihad dan sebagainya. Dan Ibnus Sabil, yaitu
mereka yang kehabisan biaya di perjalanan dalam ketaatan kepada Allah.” 120

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa alumni

Mahasiswa Prodi Manajemen dan Zakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Palembang sudah memahami dengan baik tentang fiqih zakat. Mereka memiliki

kompetensi yang cukup baik mengenai fiqih zakat seperti seperti apa itu zakat,

golongan penerima zakat, d alil Al-Quran tentang kewajiban berzakat yaitu Surat

Al Baqarah ayat 43 dan surah At-Taubah ayat 60 tentang golongan penerima zakat.

119
Wawancara dengan Jodi Hardiansyah, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
120
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
96

2) Kemampuan Manajemen Pengelolaan Zakat

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa :

“kompetensi yang harus dimiliki seorang amil adalah manajemen pengelolaan zakat.
Manajemen pengelolaan zakat itu meliputi fundrising, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat, di dalam pengelolaan tersebut pasti ada perencanaan,
organisasi zakat, pelaksanaan dan pengawasan. fundraising adalah penghimpunan
dana zakat, pendistribusian adalah penyaluran dana zakat dan pendayagunaan
adalah pemberian zakat dengan dana produktif.” 121

Menurut Suci, menjelaskan bahwa:

“Dalam kegiatan pengelolaan zakat yang berperan adalah kegiatan fundraising,


teknik fundraising yang pernah dilakukan adalah menyebarkan brosur dan face to
face dengan muzakki bahkan pernah turun kejalan atau lampu merah untuk
mengumpulkan dana pada saat mata kuliah.” 122
Menurut Siti Maysarah, S.E menjelaskan bahwa :

“Manajemen pengelolaan zakat adalah semua aktivitas yang terkait dengan zakat
dilakukan secara profesional. Pengelolaan zakat itu meliputi Fundraising,
pendistribusian dan pendayagunaan, serta pelaporan , semua itu harus di iringi
dengan konsep manajemen yaitu Planing, Organizing, Actuacting, dan Controling.
Fundraising yang dilakukan bisa dengan cara membuat brosur tentang
penghimpunan dana zakat lalu menyebarkan nya ke sosial media, bisa juga dengan
cara mendatangkan langsung orang nya yang sering disebut face to face.” 123

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“Manajemen ZIS adalah pengelolaan zakat yang dilakukan oleh lembaga zakat,
infak dan shadaqah. Kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan zakat, infak dan shadaqah”. 124

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa alumni


121
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
122
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
123
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
124
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
97

Mahasiswa Prodi Manajemen dan Zakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Palembang sudah memahami dengan baik tentang manajemen pengelolaan zakat .

Mereka memiliki kompetensi yang cukup baik mengenai kemampuan manajemen

pengelolaan zakat, hal ini dapat dilihat dari kemampuan mereka dalam menjelaskan

tentang manajemen pengelolaan zakat yang meliputi pengelolaan zakat itu meliputi

fundrising, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.

3) Kemampuan Menghitung Zakat

Menurut Zulfikridin, menjelaskan bahwa :

“Cara menghitung zakat adalah kita ketahui terlebih dahulu harta yang kita miliki
sudah mencapai haul dan nisab apa belum. misal saya ingin membayar zakat profesi
yang mana gaji saya selama setahun sebesar Rp 68.000.000. setara dengan harga
emaas 85 gram, lalu penghasilan Rp 68.000.000 x 2,5 % = 1.700.000 / 12 = Rp
141.666 yang saya bayarkan per bulan nya adalah Rp 141.666.” 125

Untuk lebih lanjut Zulfikridin, menjelaskan bahwa :

“Lain hal nya jika perhitungan zakat pertanian yaitu dengan haul saat panen dan nisab
nya jika itu gabah 653 kg jika itu beras 524 kg dengan kadar yang di zakatkan adalah
10% jika diairi dengan air hujan atau mata air dan 5% jika diairi dengan irigasi. Zakat
perternakan yaitu kambing dan sapi. zakat kambing yang kita keluarkan adalah jika
haul nya kambing itu sudah dimiliki selama 1 tahun dan memiliki kambing sebanyak 40-
120 ekor kambing maka wajib mengeluarkan 1 ekor kambing untuk dizakatkan. jika
sapi yang kita miliki sebanyak 30 ekor maka kadar zakatnya 1 ekor anak sapi
betina/jantan umur 1 tahun”. 126

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa :


“Kemampuan menghitung zakat adalah salah satu ko petensi yang harus dimiliki oleh
seorang amil zakat, jika amil tidak mengerti tata cara menghitung zakat yang harus
dikeluarkan maka ia tidak bisa menerima zakat yang diberikan oleh muzakki. Misalnya
Jumlah zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5 persen dari penghasilan per bulan.
Jadi jika gajimu sebesar Rp10.000.000 per bulan, maka zakat penghasilan per bulan
125
Wawancara dengan M. Zulfikridin, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
126
Wawancara dengan M. Zulfikridin, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
98

sebesar Rp250.000 (Rp10.000.000 x 2,5%). Sedangkan jika dibayar untuk satu tahun,
jumlahnya menjadi Rp3.000.000 (Rp250.000 x 12 bulan)”. 127

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“Zakat mal adalah zakat yang wajib dibayarkan atas harta yang dimiliki jika harta
tersebut telah mencapai batas wajib dikeluarkan zakatnya atau nishab. Syarat harta
yang wajib di zakati yaitu, milik penuh, bertambah atau berkembang, cukup nisab, lebih
dari kebutuhan pokok, bebas dari utang, dan sudah berlalu satu tahun (haul), misalnya
Bapak A selama 1 tahun penuh memiliki harta yang tersimpan (emas/perak/uang)
senilai Rp100.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat
senilai Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat maal yang perlu
Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp100.000.000,- = Rp2.500.000,-.” 128

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa :

“Zakat profesi adalah zakat atas penghasilan. Diperoleh dari pengembangan potensi
diri seseorang dengan cara yang sesuai syariat, seperti upah kerja rutin, profesi dokter,
pengacara, arsitek, guru dll. Misalnya Bapak A menerima penghasilan senilai
Rp10.000.000,-. Jika harga beras yang biasa dikonsumsi saat ini Rp10.000,-/kg, maka
nishab zakat senilai Rp5.240.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat. Zakat profesi
yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x Rp10.000.000,- = Rp250.000,-.” 129
Menurut Jodi menjelaskan bahwa :

“Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan dari harta niaga, harta atau aset
yang diperjualbelikan dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan. Misalnya Bapak
A memiliki aset usaha senilai Rp200.000.000,- dengan utang jangka pendek senilai
Rp50.000.000,-. Jika harga emas saat ini Rp622.000,-/gram, maka nishab zakat senilai
Rp52.870.000,-. Sehingga Bapak A sudah wajib zakat atas dagangnya. Zakat
perdagangan yang perlu Bapak A tunaikan sebesar 2,5% x (Rp200.000.000,- -
Rp50.000.000,-) = Rp3.750.000,-.” 130
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa alumni

127
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
128
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
129
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
130
Wawancara dengan Jodi Hardiansyah, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
99

Mahasiswa Prodi Manajemen dan Zakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Palembang sudah memahami dengan baik tentang cara menghitung zakat. Mereka

memilki pemahaman mengenai cara menghitung zakat yang sudah mencapai haul dan

nisab apa belum. Kemudian mereka memilki pemahaman mengenai perhitungan zakat

pertanian dan peternakan yaitu dengan haul saat panen dan nisab nya.

4) Kemampuan Sistem Informasi Zakat

Menurut Oktaviani, menjelaskan bahwa :


“Sistem informasi zakat adalah aplikasi yang mengelola data pada lembaga zakat. Ada
mata kuliah nya tetapi hanya sekedar teori saja tidak ada pembelajaran yang secara
langsung menjelaskan bagaimana menggunakan aplikasi zakat yang ada karena saat
itu pembelajaran daring, bagaimana cara input data dan yang lain nya saya kurang
memahami itu. dan ketika PPL pun saya tidak ditawarkan oleh pihak lembaga untuk
melihat sistem aplikasi zakat.” 131

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa :


“Sistem informasi zakat merupakan aplikasi yang digunakan lembaga zakat untuk
menginput data muzakki, data mustahik, dan data-data zakat lainnya. setiap lembaga
zakat memiliki sistem informasi yang berbeda-beda, hanya saja ketika PPL kami minim
pengetahuan tentang SIMZAT ini.” 132

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“amil yang kompeten akan menghasilkan pengelolaan yang optimal sesuai dengan
asas peneglolaan zakat yaitu, syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian
hukum, integritas dan akuntabilitas. Sementara mengenai sistem informasi zakat ini
masih belum begitu dipahami karena tidak semua LAZ menggunakan sistem informasi
dalam melakukan pengeloaan zakat,, kebanyakan masih manual. Jadi untuk saya
sendiri saya masih belum begitu paham mengenai sistem infromasi zakat ini” 133

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa alumni

Mahasiswa Prodi Manajemen dan Zakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah

131
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
132
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
133
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
100

Palembang masih kurang memahami dengan sistem informasi zakat. Hal ini

dikarenakan materi ini memang sudah diajarkan dan termasuk dalam salah satu mata

kuliah mereka namun hanya sekedar teori saja tidak ada pembelajaran yang secara

langsung menjelaskan bagaimana menggunakan aplikasi zakat yang ada karena saat itu

pembelajaran daring, bagaimana cara input data dan yang lain nya saya kurang

memahami itu. dan ketika PPL pun saya tidak ditawarkan oleh pihak lembaga untuk

melihat sistem aplikasi zakat.

5) Kemampuan Akuntabilitas

Menurut Suci, menjelaskan bahwa :


“Pada laporan keuangan lembaga amil zakat komponen laporan posisi keuangan
adalah Neraca atau laporan posisi keuangan yang terdiri dari aset, aset terdiri dari kas
dan setara kas, instrumen keuangan, piutang, dan aset tetap. kedua kewajiban terdiri
dari biaya yang masih harus dibayar, kewajiban imbalan kerja, dan utang lembaga.
Ketiga saldo dana, saldo dana itu berasal dari dana zakat, dana infak/sedekah, dana
amil, dan dana non halal.Laporan perubahan dana yang dicatat dari penerimaan dana
zakat sampai kepada saldo akhir dana zakat. komponen ketiga langsung kepada catatan
Laporan keuangan dana zakat yang langsung di input ke dalam sistem akuntansi
zakat.” 134

Menurut Zulfikridin, menjelaskan bahwa :


“Pada laporan keuangan lembaga zakat dan wakaf terdiri dari jurnal pemasukan serta
jurnal pengeluaran zakat yang tercatat pada sistem aplikasi nya lembaga zakat
tersebut.” 135

Menurut Jodi, menjelaskan bahwa :

“Akuntabilitas pengelolaan zakat dapat dilakukan dengan menyajikan laporan


keuangan zakat yang akuntabel (dapat dipertanggungjawabkan) dan transparan.” 136

Menurut Maysarah, menjelaskan bahwa :

134
Wawancara dengan Suci Oktaviani, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
135
Wawancara dengan M. Zulfikridin, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
136
Wawancara dengan Jodi Hardiansyah, S.E di kediaman pada tanggal 14 May 2023.
101

“LAZIS sebagai lembaga Islam sangat menjunjung tinggi aturan syariah, terlebih lagi
dana yang dikelola adalah dana publik/ umat. Implementasi dari akuntabilitas vertikal
pada Allah swt dalam konteks habluminallah ini dapat terlihat secara fisik melalui
penulisan transaksi yang jujur, kebijakan program dan lain sebagainya. Salah satu
bentuk transparansi LAZIS diwujudkan dalam bentuk laporan pertanggungjawaban
yang dipublikasikan di website. Implementasi akuntabilitas kejujuran tercermin pada
pembiasaan akhlak mulia pada karyawan dengan mengedepankan sikap jujur dalam
segala hal”. 137

Selanjutnya menurut Merry, menyatakan bahwa:

“Akuntabilitas itu adalah keterbukaan, terbuka dalam memberikan laporan kegiatan,


laporan keuangan yang jelas. Berapa zakat yang terkumpul berapa yang disedekahkan
keluar dan kemana saja semuanya harus terbuka dan jelas” 138

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa alumni

Mahasiswa Prodi Manajemen dan Zakat Universitas Islam Negeri Raden Fatah

Palembang sudah cukup memahami akuntabilitas pengelolaan zakat. Mereka memiliki

pengetahuan mengenai laporan keuangan lembaga amil zakat dan komponen laporan

posisi keuangan yaitu berupa Neraca atau laporan posisi keuangan yang terdiri dari aset,

aset terdiri dari kas dan setara kas, instrumen keuangan, piutang, dan aset tetap.

Berdasarkan hasil penelitian dengan alumni mahasiswa Prodi Manajemen Zakat

dan Wakaf, mahasiswa sudah memahami ilmu tentang hukum- hukum zakat seperti

Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang zakat serta Undang-Undang tentang pengelolaan zakat,

syarat harta wajib zakat, jenis-jenis zakat, haul dan nisab, golongan delapan asnaf, dan

perhitungan zakat yang harus dikeluarkan oleh muzakki.

Namun ada sebagian mahasiswa yang belum memahami teknik fundraising yang

137
Wawancara dengan Siti Maysarah, S.E di kediaman pada tanggal 12 april 2023.
138
Wawancara dengan Mery Pratiwi, S.E di Kediaman pada tanggal 16 May 2023.
102

efektif dan modern seperti digital fundraising, yang mana digital fundraising sangat

berperan untuk mengumpulkan dana zakat di era milenial seperti sekarang, agar dana

zakat terkumpul mencapai target dan didistribusikan sesuai peruntukkannya. Dan ada

juga sebagian mahasiswa kurang memahami tentang sistem informasi yang dipakai oleh

lembaga zakat dalam menginput dan mengelola data, karena tidak adanya pembelajaran

secara langsung atau tidak adanya pelajaran praktik tentang sistem aplikasi penginputan

data atau sistem informasi zakat dan wakaf di perkuliahan.

Karena kurangnya pemahaman mahasiswa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf di

bidang tersebut, menjadikan mereka belum sepenuhnya berkompetensi sedangkan hal

ini sangat di butuhkan di lembaga zakat sebagai bukti bahwa mahasiswa sebagai calon

amil zakat berkompeten dibidang zakat.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
103

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa :

1. Kompetensi dan Syarat-Syarat Amil Zakat Profesional di Indonesia adalah

harus menguasai ilmu fikih atau hukum zakat, meguasai ilmu manajerial

tentang pengelolaan zakat yaitu penghimpunan, pendistribusian dan

pendayagunaan serta pelaporan zakat, amil juga harus memiliki kemampuan

dalam bidang IT dan akuntabilitas dalam menghitung dana zakat, beragama

islam, jujur, dan harus mengikuti sertifikasi amil zakat.

2. Potensi Mahasiswa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf adalah mahasiswa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf sudah memiliki kompetensi dalam bidang

keilmuan fikih zakat atau hukum-hukum zakat namun mahasiswa Prodi

Manajemen Zakat dan Wakaf belum memiliki kompetensi dalam bidang

fundraising dan sistem aplikasi atau sistem informasi tentang pengelolaan zakat.

B. SARAN

Seharusnya mahasiswa Prodi Manajemen Zakat dan Wakaf lebih

mempelajari tentang Teknik Informasi atau IT yang berisi tentang sistem aplikasi

penginputan data zakat dan wakaf dan digital fundraising. Saran untuk Kaprodi

manajemen zakat dan wakaf agar memberikan mata kuliah terkait praktik aplikasi

sistem informasi zakat dan wakaf dan aplikasi desain grafis yang merupakan salah
105
satu bagian dari digital fundraising tidak hanya sekedar teori tapi juga ada

praktiknya di dalam sistem perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai