Anda di halaman 1dari 9

PENGELOLAAN ZISWAF UNTUK PENINGKATAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI INDONESIA


ANITA N.HUTASOIT

Pembangunan Panca Budi University, Medan, Indonesia

ABSTRAK

Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah harapan setiap anggota


masyarakat. Zakat memiliki dimensi sosial ekonomi umat, dengan menggunakannya sebagai
alat untuk menangani masalah ekonomi umat Islam dan selalu menjadi fokus dalam
memerangi kemiskinan . Sekitar 85,1% penduduk Indonesia beragama Islam, menjadikannya
negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan studi literatur. Untuk mengkaji fakta-fakta dari kasus-kasus yang
ada dan mencari kasus-kasus yang berdasarkan fakta. Penekatan kualitatif digunakan untuk
menggambarkan realitas kompleks di lapangan dan menilai keakuratan fakta dengan
interpretasi yang tepat. Kajian ini dilaksanakan dalam rangka Festival Ekonomi Syariah
(FESyar) (7/10) yang fokus pada pemanfaatan zakat di Era Society 5.0. Menurut publikasi
BAZNAS, zakat dapat digunakan sebagai alat untuk memantau pertumbuhan PDB dan
mengurangi ketidakpastian perekonomian. Berdasarkan data tahun 2019, perekonomian
tumbuh lebih cepat dibandingkan tingkat konsumsi masyarakat pada umumnya. Hal ini akan
berlanjut pada tahun 2020 dengan munculnya kekacauan dan perlawanan. Hal ini ditunjukkan
dengan semakin meningkatnya hal tersebut.

Kata kunci :Kesejahteraan masyarakat, Ziswaf


I. Pendahuluan
Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah harapan setiap
anggota masyarakat. Pengembangan ekonomi warga harus diprioritaskan sebagai
penopang aspek kemakmuran masyarakat. Ada beberapa aset, termasuk zakat,
infak, sedekah, dan wakaf, yang sangat berkontribusi pada pengentasan
kemiskinan (Iswandi, 2021). Zakat hukumnya bersifat wajib, sedangkan Infak,
Sedekah, dan Wakaf adalah sunah. Dengan demikian, biaya yang disebut Infak,
Sedekah, dan Wakaf adalah sukarela. Zakat ditentukan dari nisabnya. Tidak ada
batasan untuk infak, sedekah, dan wakaf; zakat ditentukan oleh penerima,
sementara infak dapat diberikan kepada siapa saja. Zakat adalah ibadah harta yang
paling penting dan merupakan rukun Islam ketiga. Zakat dianggap sebagai
ma'luum minad-diin bidh-dharuurah dan merupakan aturan agama yang wajib
bagi umat Islam (Setyani et al., 2021). Salah satu masalah utama yang harus
ditangani adalah kemiskinan. Agar setiap warga negara dapat menjalani
kehidupan yang bermartabat, penanganan kemiskinan harus dilakukan secara
sinergis dan sistematis. Oleh karena itu, sinergi dari semua pemangku kepentingan
sangat penting, sementara kemiskinan agregat menunjukkan berapa banyak orang
miskin dan berapa banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Angka
kemiskinan agregat, juga dikenal sebagai angka kemiskinan makro, digunakan
untuk menghitung kemajuan pembangunan suatu negara. Pendekatan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan dasar—juga dikenal sebagai pendekatan kebutuhan
dasar—digunakan untuk menghitung kemiskinan. Dalam pendekatan ini,
kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar makanan. Perlu diingat bahwa istilah "penduduk
miskin" digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki pengeluaran
atau pendapatan per kapita per bulan rata-rata di bawah garis kemiskinan (Hamidi
& Prihatminingtyas, 2015). Zakat adalah pendapatan tetap yang harus
dilaksanakan secara konsisten oleh negara Islam. Oleh karena itu, negara Islam
dapat menggunakan uang zakat untuk membantu dalam bidang ekonomi, sosial,
dan pendidikan. Pada akhirnya, mereka akan dapat membangun kekuatan antara
orang-orang Islam yang sama. Sistem zakat bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan dengan menyediakan kebutuhan hidup dan modal yang mencukupi
bagi kelompok ekonomi yang kurang beruntung. Sasaran zakat ini adalah mereka
yang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja (Sukarna et al., 2023).
Zakat memiliki dimensi sosial ekonomi umat, dengan menggunakannya sebagai
alat untuk menangani masalah ekonomi umat Islam dan selalu menjadi fokus
dalam memerangi kemiskinan. Zakat dapat berarti pertumbuhan, perkembangan,
berkah, membersihkan, atau mensucikan. Orang yang membayar zakat karena
keinginan iman mereka akan memperoleh kebaikan yang luas. Jika dikelola
dengan benar, ZISWAF memiliki kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat sekaligus menanggulangi kemiskinan. Negara dalam posisi ini
membentuk lembaga pengelolaan Zakat (Muzakir, 2022). Negara dalam
kedudukannya membentuk organisasi pengelola zakat yang disebut Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS) dan disahkan melalui Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pasal 7 Undang-Undang Pengelolaan
Zakat mengatur bahwa BAZNAS mempunyai fungsi merencanakan,
menghimpun, menyalurkan, menggunakan zakat, melaporkan dan melaporkan
pelaksanaan pengelolaan zakat (Enny Winarni, 2021). Dalam fungsi dan misi
tersebut perlu memperhatikan tiga hal, yaitu sumber daya manusia yang memadai,
pengumpulan yang maksimal, serta pendistribusian dan pemanfaatan yang efektif.
Sumber daya yang berkualitas adalah mereka yang terampil, menyelesaikan
pekerjaannya, mendapat gaji, mempunyai keinginan kuat untuk belajar, sadar
bahwa perilaku dan tindakannya memiliki tanggung jawab sosial dan agama.
Sedangkan jika pengumpulan, pendistribusian, dan pemanfaatan Zakat ingin
mencapai keberhasilan yang sebesar-besarnya, maka pengumpulan,
pendistribusian, dan pemanfaatan Zakat harus dilakukan secara kreatif dan
inovatif (Aflah, 2018).
Mayoritas orang Islam Indonesia berharap bahwa institusi sosial Islam seperti
infaq, sedekah, zakat, dan wakaf akan berkontribusi besar dalam menyelesaikan
berbagai masalah sosial ekonomi umat di era modern.Dengan dasar theologis dan
syariah, praktik Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) dalam Islam
memiliki kedudukan dan peran yang sangat strategis dan prestisius untuk
membangun masyarakat sivil yang kuat dan bermartabat.Ajaran Islam yang luas
menunjukkan bahwa itu adalah agama yang sempurna. Menurut doa yang
dipanjatkan oleh setiap muslim, tujuan dari semua ini adalah untuk memberi
manusia kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.Sangat mungkin untuk
mengumpulkan dana ZISWAF dari umat Islam di Indonesia. Kemunculan
lembaga pengelola dan penyalur ZISWAF di Indonesia hampir menjelma menjadi
persaingan bisnis dalam sepuluh tahun terakhir (Maal et al., 2022).

II. Tinjauan Literatur


Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF)
Zakat adalah istilah yang menggambarkan hak dari Allah SWT yang diberikan
seseorang kepada orang tertentu dengan syarat tertentu. Arti kata Zakat berkaitan
dengan harapan mendapat keberkahan, mensucikan jiwa dan memeliharanya
dengan kebaikan. Secara bahasa, kata zakat mempunyai arti bertambah (al-
numuw), bertambah banyak, menambah keberkahan, menjadi suci (tahara). Zakat
wajib bagi seluruh umat Islam yang memiliki kemampuan seni sempurna. Namun,
sebagian ulama mengecualikan anak-anak dan orang yang sakit jiwa. Sebab,
zakat, seperti halnya shalat, merupakan bagian dari ibadah, padahal zakat tidak
berlaku bagi orang yang wajib shalat (Sakinah & Thamrin, 2020).
Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
sesuatu. Sedangkan dalam terminologi syariah, infaq berarti menggunakan
sebagian harta atau penghasilan seseorang untuk tujuan yang ditentukan oleh
ajaran Islam. Sekali Zakat diberikan kepada delapan Asnaf, maka Infaq dapat
diberikan kepada siapa saja. Lembaga amal atau Infaq menyumbangkan atau
membagi sebagian harta benda kita dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Namun Sedekah atau Infaq digunakan untuk sesuatu yang sunnah,
dan Zakat berarti sesuatu yang wajib. Sedeka tidak serta merta menggunakan
bahan (Hadziq, 2013). Ada sebuah hadis yang mengatakan bahwa bagi seorang
muslim tersenyum kepada sesama muslim berarti bersedekah. Filantropi juga ada
dalam bentuk ilmu pengetahuan, sumbangan energi untuk kebaikan, dan bentuk
lainnya. Sedekah tidak memerlukan harta untuk mencapai Nisab dan Haur.
Bersedekah berlaku bagi setiap orang, baik kaya maupun miskin, tidak
memandang luas atau sempit keadaannya, tergantung pada kemampuan dan
keikhlasannya dalam memberikan sebagian harta yang dimilikinya. Secara
etimologis, kata wakaf dalam bahasa Arab berarti hub yang berarti menahan,
mencegah, menghentikan, tetap pada tempatnya, berdiri, melekat. Menurut Abu
Aunilla, wakaf berarti menahan, membatasi, atau menghentikan harta benda dan
pemberian manfaatnya dengan ruh Allah SWT (Syafrudin, 2022) .

Konsep Pengumpulan Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF)


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kumpul berasal dari kata dasar
“gathering” yang berarti sesuatu yang dikumpulkan, “perkumpulan”, “kelompok”,
dan “gathering” sendiri mempunyai arti mengumpulkan atau menghimpun.
Pengelolaan penghimpunan ZISWAF dapat diartikan sebagai pengumpulan atau
pengelolaan pengumpulan dana ZISWAF. Dalam hal ini yang bertanggung jawab
adalah Amir dan mengacu pada konsep Amir. Merujuk pada teks Al-Quran dan
Hadits, yang disebut amir bukanlah orang sembarangan, melainkan orang
perseorangan atau sekelompok orang yang terlembaga dan terorganisasi dengan
baik, terkendali, dan memiliki legitimasi hukum yang kuat. Dengan demikian,
dokumen tata kelola zakat (QS 9:60) dikaitkan dengan kata ‘Amirin’ dan
‘Alayha’, dimana menurut hermeneutika, ‘Amir menyampaikan kewenangan dan
kekuasaan hukum formal yang dimiliki (Bloom & Reenen, 2019).

Konsep Pendistribusian Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF)


Penyaluran dana ZISWAF harus tersampaikan dengan baik dan akurat kepada
Zakat Mustahiq serta harus menyertakan pelaporan. Amir berperan sebagai
penghubung antara Muzaki dan Mustahik. Sebagai perantara keuangan, Amir
wajib menerapkan prinsip amanah. Seperti halnya lembaga keuangan lainnya,
prinsip kepercayaan merupakan persyaratan penting yang harus dibangun. Setiap
amir harus mampu mengartikulasikan posisi organisasi dan menjelaskan
manfaatnya sehingga masyarakat dapat memilih, Tanpa positioning sulit untuk
mengembangkan posisi lebih lanjut (Sukarna et al., 2023).

Konsep Pemberdayaan
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberdayaan berasal dari kata “power”
(kekuasaan atau pemberdayaan). Oleh karena itu, ide dasar pemberdayaan
dikaitkan dengan konsep kekuasaan. Kekuasaan sering dikaitkan dengan
kemampuan untuk membuat orang lain melakukan apa yang mereka inginkan,
apapun keinginan atau kepentingan mereka. Lebih lanjut, pemberdayaan mengacu
pada kemampuan orang-orang, terutama mereka yang berada pada posisi rentan,
untuk memiliki suatu bentuk kekuatan atau kemampuan dalam beberapa hal:
1. Memenuhi kebutuhan dasar mereka untuk memiliki kebebasan, yaitu kebebasan
bukan hanya untuk mengemukakan pendapat, tetapi juga untuk bebas dari
kelaparan, kebodohan, dan kesengsaraan.
2. Menjangkau sumber daya produktif yang memungkinkan mereka meningkatkan
pendapatan dan mendapatkan barang dan jasa yang mereka butuhkan.
3. Berpartisipasi dalam proses pengembangan dan pengambilan keputusan yang
mempengaruhi mereka.
Upaya untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan mereka
sendiri sehingga mereka bebas dan mampu mengatasi masalah dan mengambil
keputusan secara mandiri juga disebut pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu,
tujuan pemberdayaan masyarakat adalah untuk mendorong lembaga masyarakat
untuk memperoleh kekuatan dan kemampuan untuk secara mandiri mengelola diri
mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Rachman, 2018).

III. Metode Penelitian


Metode penelitian yan digunakan adalah metode literatur dengan studi pustaka.
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan metode studi
kepustakaan atau literatur review. Literatur review merupakan ikhtisar
komprehensif tentang penelitian yang sudah dilakukan mengenai topik yang
spesifik untuk menunjukkan kepada pembaca apa yang sudah diketahui tentang
topik tersebut dan apa yang belum diketahui, untuk mencari rasional dari
penelitian yang sudah dilakukan atau untuk ide penelitian selanjutnya. Studi
literatur dapat diakses dari berbagai sumber, termasuk pustaka, jurnal, buku,
dokumentasi, dan internet. Metode studi literatur adalah serangkaian tindakan
yang mencakup membaca, mencatat, dan mengelolah bahan tulisan (Tewksbury,
2013).

IV. Pembahasan
Ziswaf Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Salah satu masalah utama yang harus ditangani adalah kemiskinan. Agar setiap
warga negara dapat menjalani kehidupan yang bermartabat, penanganan
kemiskinan harus dilakukan secara sinergis dan sistematis. Oleh karena itu, sinergi
dari semua pemangku kepentingan sangat penting, sementara kemiskinan agregat
menunjukkan berapa banyak orang miskin dan berapa banyak orang yang hidup di
bawah garis kemiskinan. Angka kemiskinan agregat, juga dikenal sebagai angka
kemiskinan makro, digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan suatu
negara. Pendekatan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar—juga dikenal
sebagai pendekatan kebutuhan dasar—digunakan untuk menghitung kemiskinan.
Dalam pendekatan ini, kemiskinan didefinisikan sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan. Perlu diingat bahwa
istilah "penduduk miskin" digunakan untuk menggambarkan seseorang yang
memiliki pengeluaran atau pendapatan per kapita per bulan rata-rata di bawah
garis kemiskinan. Zakat memiliki tanggung jawab untuk memberikan berkah
kepada orang yang mengeluarkannya dan mereka yang menerimanya. Ziswaf
memengaruhi seluruh masyarakat, bukan hanya mereka yang mengeluarkannya.
Ziswaf dapat meningkatkan kebaikan masyarakat dan meningkatkan kegiatan
ekonomi masyarakat (Hastuti, 2017). Dengan mengeluarkan zakat, orang kaya di
bidang ekonomi mungkin merasa kurang beruntung dan membantu mereka yang
kurang beruntung. Hal ini karena harta yang dimiliki oleh orang kaya adalah
sebagian dari hak orang miskin, dan orang kaya harus memenuhi hak tersebut.
Zakat adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diwajibkan oleh Allah
SWT kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Zakat membantu mengimbangi pertumbuhan ekonomi dan mengembalikan
kekayaan (Kominfo, 2011).
Zakat itu hanya diwajibkan untuk orang-orang miskin, fakir, pengurus zakat,
muallaf yang dibujuk hati, budak, hutang, dan perjalanan. Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana. Salah satu alasan mengapa manajemen pengelolaan zakat
belum berjalan sebagaimana mestinya adalah karena pengelola kekurangan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengelola serta sasaran zakat. Zakat
berfungsi sebagai alat pemerataan, tetapi sasarannya belum optimal dan kurang
efektif (Rusmini & Aji, 2019).

Prinsip-Prinsip Pengelolaan Ziswaf


Untuk pengelolaan ziswaf berhasil, beberapa prinsip harus diikuti:
1. Prinsip Keterbukaan, yang berarti bahwa pengelolaan zakat harus dilakukan
secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat umum.
2. Prinsip Sukarela, yang berarti bahwa pengumpulan zakat seharusnya dilakukan
secara sukarela dari umat Islam yang menyerahkan zakatnya tanpa memaksa
mereka untuk melakukannya. Pada dasarnya, mereka yang beragama Islam yang
menolak untuk membayar zakat harus mendapat sangsi sesuai perintah Allah.
3. Prinsip Keterpaduan: Ini berarti bahwa tugas dan fungsinya dilakukan secara
terpadu antara satu sama lain.
4. Prefesionalisme berarti pengelolaan zakat harus dilakukan oleh orang yang ahli
dalam bidang tertentu, seperti administrasi, keuangan, dan sebagainya.
5. Prinsip Kemandirian: Ini adalah prinsip yang sebenarnya (Sudarwati & Sayekti,
2011).

Pemikiran tentang Ziswaf


Karena Indonesia adalah negara hukum, setiap aspek kehidupan harus diatur
oleh hukum, termasuk pengelolaan zakat. Zakat yang membantu umat muslim
meningkatkan ekonomi mereka. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
Nomor: 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dan Peraturan Pemerintah
Nomor 373 tentang Petunjuk Pelaksana Pengelolaan Zakat pada tahun 1999.
Banyak pedoman pemerintah lainnya juga dikeluarkan, seperti pedoman
pembinaan zakat dari Departemen Bimbingan Islam dan Urusan Haji. Organisasi
Islam dan Lembaga Swadaya Masyarakat juga memimpin Lembaga Pengelolaan
Zakat (Mahrini et al., 2022). Menurut Undang-Undang ini, tujuan pengelolaan
zakat adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan
tuntunan agama;
2. Meningkatkan fungsi zakat.

Pola Manajemen Zakat


Secara Umum Pengelolaan Zakat diupayakan dapat menggunakan fungsi
manajemen modern yang meliputi; Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengarahan serta pengawasan. Perencanaan meliputi; merumuskan rancang
bangun organisasi, perencanaan program kerja yang terdiri dari: penghimpunan
(fundraising), pengelolaan dan pendayagunaan. Pengorganisasian meliputi;
kordinasi, tugas dan wewenang, penyusunan personalia, perencanaan personalia
dan recruiting. Pelaksanaan dan pengarahan terdiri dari; pemberian motivasi,
komunikasi, model kepemimpinan, dan pemberian reward dan sangsi. Sedangkan
pengawasan meliputi; Tujuan pengawasan, tipe pengawasan, tahap pengawasan
serta kedudukan pengawas (Mulkanasir, 2013).

Pengelolaan Zakat Professional dan Produktif


Semua penelitian tentang zakat, baik klasik maupun kontemporer,
menyatakan bahwa pemerintah negara Islam harus mengumpulkan zakat. Orang-
orang yang beragama Islam dan mampu membayar zakat atas harta kekayaannya
yang telah mencapai haul dan nisab adalah tanggung jawab penguasa. Kewajiban
membayar zakat ini diikuti dengan penerapan dan pelaksanaan sistem pengelolaan
zakat yang dilakukan oleh profesional. Kegagalan manajemen lembaga zakat
adalah penyebab ketidakberhasilan lembaga tersebut. Oleh karena itu, profesional
harus menerapkan prinsip manajemen. Salah satu model pendayagunaan zakat
yang menggunakan sistem surplus zakat Budged. Ini berarti muzakki memberikan
zakat kepada Amil, dan dana yang dikelola diberikan kepada mustahiq baik dalam
bentuk uang tunai maupun sertifikat. Dana dalam bentuk sertifikat harus dibahas
dan diizinkan oleh mustahiq yang menerimanya. Dana dalam bentuk uang tunai
akan digunakan sebagai pembiayaan (Mahrini et al., 2022).

V. Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kajian ini menunjukkan bahwa pengelolaan zakat masih kurang efektif. Zakat
merupakan tanggung jawab moral setiap muslim untuk membantu orang yang
tidak mampu, meskipun besarnya ditetapkan oleh syariat Islam.
2. Jika dilihat dari perspektif penerima zakat, mustahiq lebih pasif, artinya jika
diberikan, dia diterima, dan jika tidak, dia diam saja.

.
DAFTAR PUSTAKA

Aflah, K. N. (2018). Urgensi Penetapan Kriteria Fakir Miskin Bagi Penyaluran Zakat Di
Indonesia. ZISWAF : Jurnal Zakat Dan Wakaf, 4(1), 167.
https://doi.org/10.21043/ziswaf.v4i1.3037
Bloom, N., & Reenen, J. Van. (2019). BANK SYARIAH DAN ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT. In NBER Working Papers. http://www.nber.org/papers/w16019
Enny Winarni. (2021). Manajemen Pemberdayaan Zakat Dan Manfaatnya Di Indonesia.
July, 1–23.
Hadziq, M. F. (2013). Fikih Zakat, Infaq dan Sedekah. Ekonomi Ziswaf, 1–27.
http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/EKSA4306-M1.pdf
Hamidi, H., & Prihatminingtyas, B. (2015). Efektivitas Pengelolaan Zakat dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Umat Muslim. International Seminar on Zakat: Financial
Inclusiveness of the Poor: Beyond Microfinance, 247–254.
http://repository.unitri.ac.id/27/
Hastuti, Q. ’Aini W. (2017). Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai Pungutan Liar. Jurnal
Zakat Dan Wakaf, 3(VOL 3, NO 1 (2016)), 49–51.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/view/2282/1869
Iswandi, A. (2021). Peran Lembaga Ziswaf dalam Distribusi Ekonomi pada Saat Terjadi
Pandemi Covid-19. Al-Tasyree: Jurnal Bisnis, Keuangan Dan Ekonomi Syariah, 13(02),
96–107. https://doi.org/10.59833/altasyree.v13i02.298
Kominfo. (2011). Program Penanggulangan Kemiskinan Kabinet Indonesia Bersatu II.
Kemkominfo, 18.
Maal, B., Cooperative, S., Wonosobo, M., & Plans, A. P. (2022). ZISWAF DALAM
IMPLEMENTASI PRAKTIS Ahmad Fahmi Nugroho Hukum Ekonomi Syariah
Pascasarjana Universitas Islam Negeri Prof . K . H . Saifuddin Zuhri Purwokerto ,
Indonesia Ida Nurlaeli Hukum Ekonomi Syariah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Prof . K . H . Saifuddin Zuhri Purwokerto , Indonesia M . Elfan Kaukab Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sains Al- Qur ’ an Wonosobo , Indonesia Email :
elvankaukab@yahoo.com. 2, 135–159.
Mahrini, M., Syafari, M. R., & Anisah, H. U. (2022). Efektifitas Pengelolaan Zakat, Infaq
dan Shodaqoh oleh Kantor Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Jurnal Administrasi Publik Dan Pembangunan, 3(2), 101.
https://doi.org/10.20527/jpp.v3i2.4326
Mulkanasir. (2013). Mewujudkan Manajemen Zakat yang Modern dan Profesional.
EMPATI : Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2(1), 49–60.
Muzakir, K. (2022). Prospek Zakat dalam Perekonomian Modern. Journal of Legal and
Cultural Analytics, 1(1), 19–40. https://doi.org/10.55927/jlca.v1i1.879
Rachman, T. (2018). Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. In Angewandte Chemie
International Edition (Vol. 11, Issue 6, pp. 951–952).
Rusmini, R., & Aji, T. S. (2019). Efisiensi Kinerja Lembaga Amil Zakat Dalam Mengelola
Dana Dengan Metode DEA (Studi Pada Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya).
ZISWAF : Jurnal Zakat Dan Wakaf, 6(2), 148.
https://doi.org/10.21043/ziswaf.v6i2.6414
Sakinah, N., & Thamrin, H. (2020). PENGELOLAAN DANA ZAKAT UNTUK
PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANAK DHUAFA (Studi Kasus Pada BAZNAS
Kabupaten Kepulauan Meranti). Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance, 4(1),
13–25. https://doi.org/10.25299/jtb.2021.vol4(1).6030
Setyani, O., Mushafi, M., Ghofur, A., & Rahmadani, P. (2021). Manajemen Ziswaf Dunia.
Jurnal Manajemen Dakwah, 8(1), 1–32. https://doi.org/10.15408/jmd.v8i1.19928
Sudarwati, Y., & Sayekti, N. W. (2011). Konsep Sentralisasi Sistem Pengelolaan Zakat
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 2(1), 559–
584.
Sukarna, A., Hubeis, M., & Suryahadi. (2023). Evaluation of the Zakat, Infaq and Shadaqah
Fund Distribution Program to Business Actors. 18(1), 1–10.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalmpi/
Syafrudin, K. (2022). PENGELOLAAN ZAKAT PRODUKTIF SEBAGAI UPAYA
PEGENTASAN KEMISKINAN DI TINJAU DARI HUKUM ISLAM (Studi Kasus di
Badan Amil Zakat Nasional). 1–6.
Tewksbury, A. S. D. & R. (2013). How to Write a Literature Review. Journal of Criminal
Justice Education.

Anda mungkin juga menyukai