Anda di halaman 1dari 4

PERAN DAN LANGKAH STRATEGIS FILANTROPI ISLAM UNTUK

MEMBANGUN PEREKONOMIAN UMAT

Abdul Qawwiy Nasrun

Pendahuluan

Dikutip dari laman kementrian agama RI. Prof. Dr. Phil Kamaruddin Amin, MA (dirjen
Bimas Islam) menyampaikan bahwa potensi filantropi Islam Indonesia meliputi zakat, Infak,
sedekah dan dana keagamaan sosial keagamaan lainnya (ZIS-DSKL) sengant fantastis kurang
lebih 327 trilyun/tahunnya. Akan tetapi aktualisasinya masing cukup jauh dari sempurna
yaitu 22,4 trilyun pada tahun 2022 (Kemenag, 2023).

Ada beberapa tantangan dalam mengelola ZIS-DSKL. Salah satunya tinkat literasi
masyarakat tentang ZIS-DSKL masih rendah, literasi masyarakat masih di permukaan.
Kurikulum lembaga pendidikan kita tidak cukup mempersiapkan siswanya untuk membaca
dan menulis. Hanya 15% pengetahuan masyarakat ZIS-DSKL. Berasal dari lembaga
pendidikan. Menariknya, sumber informasi publik terbesar tentang ZIS-DSKL berasal dari
konferensi keagamaan (48,8%); dosen cendekiawan, konselor, da’i (kegiatan keagaan formal)
selebihnya berasal dari media sosial, media elektronik, keluarga dan lain-lain (Kemenag,
2023).

Dalam tulisan ini penulis berusaha mengangkat filantropi Islam untuk mencapai
pembangunan ekonomi ummat. Tulisan ini diharapkan dapat mengetahui problem bagaimana
konsep filantropi Islam dalam meningkatkan perekonomian umat? dan bagaimana langkah-
langkah strategis untuk meningkatkan kesadaran umat dan efektifitas lembaga filantropi?
Peran filantropi Islam seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswah) dapat dijadikan
sebagai sarana utama untuk mengatasi permasalahan sosial seperti kemiskinan. Selain itu,
pengelolaan yang transparan, efektif dan efisien harus didorong untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat.

Lembaga Filantropi Islam Dalam Membangun Ekonomi Umat


Filantropi (bahasa Yunani: philein berarti cinta, dan anthropos berarti manusia) adalah
tindakan seseorang yang mencintai sesama manusia serta nilai kemanusiaan, sehingga
menyumbangkan waktu, uang, dan tenaganya untuk menolong orang lain. Istilah ini
umumnya diberikan pada orang-orang yang memberikan banyak dana untuk amal. Biasanya,
filantropi seorang kaya raya yang sering menyumbang untuk kaum miskin (Yusuf, 2007).

Klein (2001) menjelaskan bahwa filantropi adalah mengonseptualisasikan praktik pemberian


sukarela, (voluntary giving), penyediaan layanan sukarela, (voluntary services) dan asosiasi
sukarela (voluntary association) secara sukarela untuk membantu mereka yang membutuhkan
sebagai ungkapan cinta. Filantropi dalam arti pemberian derma biasa juga disamakan dengan
istilah karitas (charity). Bentuk dari filantropi Islam adalah zakat, sedekah dan wakaf (Farma
and Umuri 2021). Islam menganjurkan umat Islam untuk menjadi dermawan atau
berfilantropi agar kekayaan tidak hanya berputar di sekitar orang kaya (QS. al-Hasyr: 7).

Dalam konteks ini, Al- Qur’an sering menggunakan istilah zakat, Infak dan sedekah untuk
menyampaikan makna memberi. Kedermawanan dalam Islam mencakup aspek kebaikan
yang luas karena zakat, Infak, sedekah, dan wakaf adalah istilah yang menunjukkan bentuk
resmi filantropi Islam. Sistem filantropi Islam ini dibangun oleh para ahli hukum/fuqaha
dengan mengambil rujukan pada Al-Qur’an dan hadis Nabi mengenai ketentuan terperinci,
seperti jenis-jenis properti, jumlah minimum, kuantitas dan aturan lainnya.

Peran strategis lembaga filantropi Islam di Indonesia harus dilakukan secara massal, melalui
sosialisasi yang secara luas dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pemaksimalan
penghimpunan zakat ini diharapkan dapat meningkatkan peran lembaga filantropi untuk lebih
berkontribusi terhadap pengentasan masalah sosial di masyarakat, seperti pendidikan dan
kelaparan. Pada konteks yang lain filantropi Islam digambarkan secara jelas dalam QS. al-
Taubah (9): 103 (LPMQ Kemenag 2023)

‫ُخ ْذ ِم ْن َاْم َو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِهْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َكٌن َّلُهْۗم َو ُهّٰللا َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم‬

Imam Jalaluddin as Suyuti menjelaskan dalam tafsir jalalain bahwa kandungan makna ayat
ini adalah (Ambilah sedekah dari sebagian harta mereka, dengan sedekah itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka) dari dosa-dosa mereka, maka Nabi SAW.
mengambil sepertiga harta mereka, kemudian menyedekahkannya (dan berdoalah untuk
mereka). (sesungguhnya doa kamu itu menjadi ketenangan jiwa) rahmat (bagi mereka
menurut suatu pendapat yang dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran tobat
mereka diterima. “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Suyuti, 864-911
H)

Untuk memaksimalkan peran tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis untuk


meningkatkan kesadaran masyarakat dan efektifitas lembaga filantropi melalui tindakan
sebagai berikut: Pertama, pemangku kepentingan harus meningkatkan peran dan manfaat
badan atau lembaga yang bergerak di bidang filantropi, seperti Baznas, LAZ, dan lainnya,
sehingga masyarakat semakin mempercayaai mereka. Lembaga-lembaga ini dijalankan
dengan transparan, efektif dan efisien melalui tata kelola yang baik. Kedua, pemangku
kepentingan harus memperluas penggunaan dana filantropi, tidak hanya untuk hal-hal yang
bersifat konsumtif dan sementara, tetapi juga untuk mencapai kegiatan jangka panjang seperti
pendidikan dan dukungan bisnis untuk terus berjalan, disertai dengan pertumbuhan melalui
pelatihan, penyediaan layanan bisnis dan inkubator starup.

Kesimpulan

Peran filantropi Islam seperti zakat, infak, sedekah dan wakaf (ziswah) dapat dijadikan
sebagai sarana utama untuk mengatasi permasalahan sosial seperti kemiskinan. Selain itu
kolaborasi antar lembaga dan suara harus dimungkinkan dengan mengajak semua sektor
seperti pendidikan dan dunia usaha untuk berpartisipasi sebagai komponen penting
pengentasan kemiskinan dan wujud dari amal jama’i. Lembaga sosial dan infrastruktur
ekonomi bersama, seperti lembaga perbankan syariah dan lembaga keuangan mikro syariah,
perlu diperkuat melalui dukungan sistem dan tata kelola yang baik, serta lembaga yang
mengelola zakat dan wakaf, seperti Badan Amil Zakat Nasional, organisasi yang membentuk
komunitas swadaya amil zakat, Majelis Wakaf Indonesia dan lainnya harus didorong untuk
menjadi kekuatan utama dalam rangka pembangunan ekonomi umat yang efektif.

Daftar Pustaka

Al-Makassari, R. (2006). Pengarusutamaan Filantropi Islam untuk Keadilan Sosial di


Indonesia; Proyek yang Belum Selesai: Jurnal Galang.
Farma, Junia, and Khairil Umuri. (2021). Jurnal Yustisiabel Vol. 7 No. 1 April 2023, 63
“Filantropi Islam Dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat.” Ekonomi Islam Dan
Perbankan Syariah 1: 1–14.

Kemenag go.id. https://kemenag.go.id/kolom/optimisme-pengelolaan-filantropi-Islam-3sF5B,


29 July 2023, jam 08.15 WIB.

LPMQ, Kemntrian Agama RI. Qur’an Kemenag. Qur’an Kemenag. 29 July 2023, Jam 09.32
WIB.

Mardiyah, S. (2018). Manajemen strategi BAZNAS dalam pengelolaan dana filantropi Islam.
IFinance: a Research Journal on Islamic Finance, 4(1), 64-83.

Tafsir.app. )‫ هـ‬٩١١ ،٨٦٤( ‫تفسير الجاللين — المحّلي والسيوطي‬. https://tafsir.app/9/103. 29 July 2023,
Jam 09.07 WIB.

Yusuf Chusna, (2007), Filantropi Modern Untuk Pembangunan Sosial, Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Vol 12, No. 01, 2007 : 74-80, diakes dari
https://media.neliti.com/media/publications/53001-IDfilantropi-modern-untuk-
pembangunan-sosi.pdf, tanggal 29 July 2023

Anda mungkin juga menyukai