Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH CITRA LEMBAGA DAN KEPERCAYAAN TERHADAP


MINAT MASYARAKAT BERWAKAF UANG
DI BWI SUMATERA SELATAN

Disusun Oleh:

1. Putri Handayani (2010604005)


2. Dinda Yolanda (2010604007)
3. Iin Evilia Susanti (2010604013)
4. M. Farhan Putra Pratama (2020604023)
5. Ahmad Agil Aprilian (2020604029)
6. Ika Muryati (2020604033)

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN FATAH

PALEMBANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Global religious
future (2018) memperkirakan jumlah muslim di Indonesia meningkat
mencapai 229.62 juta jiwa pada tahun 2020. Dengan jumlah tersebut,
Indonesia memiliki potensi penghimpunan dan pengembangan wakaf uang
yang dapat dipegunakan untuk kesejahteraan umat. Pemerintah telah
mendukung pengembangan wakaf di Indonesia. Dengan melahirkan UU No.
41 Tahun 2004 tentang wakaf dan PP Republik Indonesia No. 42 Tahun 2006
tentang pelaksanaan UU No.41 2004. Undang-undang tersebut diperkuat
dengan terlebih dulu terbitnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 11 Mei
2002. Pada umumnya, Indonesia melakukan wakaf tidak bergerak, misalnya
tanah. Berdasarkan data dari Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
Kementrian Agama Republik Indonesia (2018), jumlah luas tanah wakaf
seluas 50,588.86 Ha yang dipergunakan untuk masjid, sekolah, pesantren, dan
sosial lainnya. Lain halnya dengan wakaf uang yang belum populer di
kalangan masyarkat karena instrumen ini memang terdengar baru. Padahal,
wakaf uang dapat memberikan solusi yang membuat wakaf lebih produktif.
(Arif, 2012). Pada kenyataannya, perhimpunan uang masih belum optimal
sesuai dengan potensi wakaf yang ada. (BWI, 2017).
Potensi wakaf uang juga dapat terlihat di setiap daerah, salah satunya
di Kota Palembang. Kota Palembang memiliki Pendapatan Asli Daerah
(PAD) pada tahun 2022 sebesar Rp 1,005 triliun (BPS,2022). Berdasarkan
data yang diperoleh melalui website Pemerintah Kota Palembang yaitu
Palembang.go.id (2022). jumlah penduduk Kota Palembang sebesar 1,7 juta
jiwa pada tahun 2022. Warga muslim di Kota Palembang sebesar 97% pada
tahun 2022 atau sekitar 8 268 874 jiwa.
Untuk dapat merealisasikan potensi wakaf uang didukung dengan
adanya lembaga wakaf yang ada di Kota Palembang seperti Badan Wakaf
Indonesia Kota Palembang. Tindakan untuk merealisasikan wakaf uang
berkaitan dengan minat seseorang untuk berwakaf uang. Minat merupakan
suatu hal untuk mempengaruhi tindakan, karena jika tidak ada tindakan, tidak
akan terjadi sesuatu hal. (Hasbullah dkk., 2016). Di dalam beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penentu
diantaranya adalah faktor pendidikan, religius, jarak lokasi, dan akses
informasi (Sakti dkk, 2016; Nuraini & Setiartiti, 2017; Amalia, dkk 2018)

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kepercayaan Dan Citra Lembaga Mempengaruhi Minat
Masyarakat Berwakaf Uang Di BWI Sumatera Selatan?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisa bagaimana
kepercayaan dan citra lembaga mempengaruhi minat masyarakat berwakaf
uang di BWI Sumatera Selatan

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan dan membantu
agar kinerja lebih efektif serta memberi pemahamn lebih jelas kepada
masyarakat akan pentingnya berwakaf.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu solusi untuk Citra
Lembaga Dan Kepercayaan lembaga terhadap minat masyarakat untuk
mempermudah dan memberikan rancang atau ide-ide baru agar kinerja
yang di rencakan lebih efektif lagi kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wakaf
Wakaf mrupakan bentuk muamalah maliyah yang telah lama di kenal
oleh masyarakat sejak dahulu. Terciptanya hal ini karna Allah SWT
menciptakan manusia agar dapat saling berbagi dan menebar kebaikan untuk
kepentingan sosial di ruang lingkup masyarakat. Wakaf merupakan salah satu
perbuatan baik menurut syari’at Islam yang di benarkan oleh Allah SWT.
Tindakan wakaf ini tentunya bisa di lakukan siapa saja jika memenuhi syariat
dan ketentuan yang berlaku di dalam Islam. Pada dasarnya wakaf ialah
perbuatan atau tindakan sukarela yang bertujuan mendermakan harta sebagian
kekayaan untuk kepentingan diri sendri maupun orang lain. Karna sifat harta
wakaf itu adalah kekal, maka wakaf bisa di bilang bernilai jariyah.1
Wakaf menurut ahli fikih ialah memberikan benda dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebaikan sesuai hukum yang berlaku.
(Abu Hanifah). Menurut Imam Nawawi definisi wakaf adalah menahan harta
yang terdapat manfaat di dalamnya tetapi bukan milik pribadi. Sementara
benda itu tetap ada padanya dan di gunakan untuk kebaikan dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Sementara Imam Syarkhasi mengemukankan
pendapatnya menganai defenisi wakaf iayalah menahan harta dari tindakan
kepemilikan orang lain. Sementara menurut Kompilasi Hukum Islam, wakaf
merupakan peruatan hukum seseorang atau kelompok atau badan hukum yang
memberikan sebagian harta benda miliknya secara kekal guna kepentingan
ibadah atau keperluan umum sesuai dengan ajaran Islam.2
Dari sudut pandang umum, wakaf berarti memberikan harta atau benda
yang bersifat kekal baik dari diri sendiri atau kelompok dalm rangka bertujuan
untuk kebaikan dan ibadah kepada Allah SWT.3 Adapun wakaf produktif
dalam pandangan Islam merupakan Ijtihad dari ulama yang belum dikenal di
1
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Cet. ke-3 (Jakarta Timur: Khalifa, 2007),
hlm.17.
2
https://www.bwi.go.id/pengertian-wakaf/
zaman Rasulullah. Wakaf produktif baru di terapkan sejak awal abad kedua
Hijryah. Belum banyak pedoman fiqih tentang wakaf produktif di dalam
kitab-kitab maupun bab wakaf produktif. Wakaf produktif tepat dan layak di
kembangkan untuk kemaslahatan umat. Karna itu wakaf produktif dapat
menjadi pemberdayaan yang tepat untuk masyarakat. Wakaf produktif juga
dapat menjadai salah satu penggerak ekonomi yang baik bagi umat melalui
lembaga-lembaga atau organisasi penyalur wakaf.4

B. Wakaf Uang

Wakaf tunai merupakan istilah dari Cash Waqf yang populer di


Bangladesh. Wakaf uang juga dimaknai sebagai wakaf tunai, namun wakaf
tunai sering disalahartikan sebagai lawan kata dari kredit sehingga pemaknaan
Cash Waqf sebagai wakaf tunai menjadi tidak tepat (Hasan, 2010) Menurut
Kementrian Agama (2013) wakaf tunai atau cash waqf adalah wakaf yang
dilakukan oleh seseorang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk tunai.
Bank Indonesia (BI) mengartikan wakaf uang adalah penyerahan aset wakaf
berupa uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dengan dibekukan
selain untuk kepentingan umum yang tidak mengurangi maupun
menambahkan. Di dalam UU No. 41 Tahun 2014 tidak dijelaskan secara
spesifik apa itu makna daripada wakaf uang.

Suhartini (2018) menjelaskan bawasanya di dalam Al-Qur’an tidak


ditemukan ayat-ayat yang secara tegas menjelaskan wakaf uang. Akan tetapi
para ulama berpendapat ada beberapa ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan
sebagai dasar hukum perwakafan. Sebagai dasar hukum berwakaf yang agar
semakin kuat, kedua ayat di atas, para fuqaha menyandarkan masalah wakaf
kepada hadis Nabi untuk dasar hukum wakaf uang/tunai. (Kemenag, 2013).
Hadis tersebut sebagai berikut : “Dari Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah
SAW bersabda: “Apabila seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah

3
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.I,
1995), hlm. 483.
4
Departemen Agama RI, Fiqih Zakat, Op.Cit., hlm. 91
semua amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, anak shaleh yang mendoakan orangtuanya” (HR. Muslim,
Ibnu Majah, Turmidzi, Abu Daud dan Ahmad).

Hasil pengelolaan dana wakaf dapat diperuntukkan bagi pemberdayaan


masyarakat, seperti pemberdayaan pendidikan, kesehatan, sosialataupun
ekonomi. Bentuk pemberdayaan pendidikan misalnya dengan mendirikan
sekolah gratis dengan kualitas baik atau bantuan bagi kesejahteraan guru.
Sedangkan pemberdayaan masyarakat dapat berupa pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan gratis bagi masyarakat kurang mampu, bantuan gizi ibu hamil,
serta persalinan gratis. Pemberdayaan sosial dapat berupa pelatihan kerja dan
kewirausahaan. Pemberdayaan ekonomi berupa bantuan dana bergulir (Arif,
2012).

Sedangkan tujuan daripada wakaf tunai menurut Usman (2009)


yaitu,1) untuk melengkapi lembaga wakaf dengan produk wakaf tunai berupa
sertifikat berdominasi tertentu yang diberikan kepada wakif sebagai
keikutsertaan; 2) dapat membantu penggalangan dana tabungan sosial melalui
sertifikat wakaf yang dapat diatasnamakan orang-orang yang tercinta baik
masih hidup maupun sudah meninggal, sehingga dapat memperkuat integrase
kekeluargaan antara umat islam; 3) meningkatkan suatu investasi sosial
kemudian mentransformasikan tabungan modal sosial dan membantun
pembangunan dalam pasar modal;4) mampu menciptakan kesadaran orang
kaya atau yang mempunyai harta lebih yang bertanggung jawab sosial mereka
di masyarakat.5

C. Dasar Hukum Wakaf Tunai


Berdasarkan rekonstruksi definisi wakaf yang demikian, maka wakaf
uang tunai atau yang sejenisnya dapat terakomodasi dan dianggap sah. Menurt
fatwa MUI tentang wakaf tunai yang ditetakan di Jakarta pada tanggal 11 Mei
5
Fathurrahman, A. (2022). Analisis Determinan Minat Masyarakat Terhadap Wakaf Uang
(Studi Kasus Masyarakat Di Kota Magelang). Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(3), 2910-2919.
2002, hukum wakaf tunai adalah jawaz atau boleh. Pada Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 28 - 31 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf Pasal 22 - 27 secara eksplisit menyebut tentang bolehnya
pelaksanaan wakaf uang.
Imam al-Zuhri dikabarkan juga berpendapat bahwa mewakafkan dinar
(uang) hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal
usaha, kemudian keuntungannya dimanfaatkan untuk pemberdayaan
masyarakat.6 Demikian juga halnya, sebagian ulama mazhab Hanafi ada yang
berpendapat bahwa wakaf uang dinar maupun dirham diperbolehkan atas
dasar prinsip istihsan.7 Selanjutnya, dalam kita al-Hawi al-Kabir, Abu Tsaur
meriwayatkan dari Imam alSyafi’i tentang kebolehan wakaf dinar dan
dirham.8
Berikut akan dikemukakan dasar hukum atau dalil kebolehan wakaf
uang tunai, di antaranya ialah :
1. Al-Qur’an
a) Allah swt. telah mensyariatkan wakaf, menganjurkan dan menjadikan
sebagai salah satu bentuk kebajikan dan sebagai perantara untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam Q.S. al-Hajj :77 Allah
swt. berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan


sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu
beruntung. (Al Hajj: 77)”9

6
Abu Su’ud Muhammad, Risalah fi Jawazi Waqf al-Nuqud (Beirut : Dar Ibnu Hazm,
1997), hlm. 20-21
7
Wahbah al-Zuhaili, Op.Cit. hlm. 290

8
Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, Jus IX (Beirut : Dar al-Fikr, 1994) hlm. 379

9
Al Qur’an terjemahan, Al Hajj : 77
b) Melalui Q.S. Ali Imran : 92 Allah swt. memerintahkan untuk
menginfakkan sebagian harta kita guna memperoleh kebajikan, meski
harta tersebut adalah kesayangan kita.

“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu


menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang
kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.
(Al Imran: 92)”10

c) Dalam Q.S. al-Baqarah : 261 Allah swt. menjanjikan pahala yang


berlipat ganda bagi hambanya yang mau menyedekahkan hartanya di
jalan Allah.

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah


seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap
tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (Al
Baqarah: 261)”11
2. Al-Hadis
“Dari abu hurairah ra.sesungguhnya Rasullullah SAW.
bersabda:”apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka
putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya”. (HR.
Muslim).

10
Al Qur’an terjemahan, Al Imran : 92

11
Al Qur’an terjemahan, Al Baqarah: 261
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan


kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu, yaitu penelitian yang berkaitan dengan
angka-angka dan dapat diukur untuk melihat pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent berdasarkan data yang ada dan disertai dengan
suatu analisa atau gambaran mengenai situasi atau kejadian yang ada.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif yang berfokus pada
pengaruh citra lembaga dan kepercayaan masyarakat terhadap minat berwakaf
uang di BWI Sumatera Selatan.

B. Sumber dan Jenis Data

C. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dari peneliti adalah wawancara dimana


pertemuan dilakukan oleh dua orang untuk saling bertukar informasi ataupun
ide dengan cara tanya jawab, sehingga terus di kerucutkan untuk mendapatkan
kesimpulan dalam topik tertentu (Estenberg dalam Sugiyono, 2015:72).
Teknik wawancara Teknik ini di gunakan dengan menargetkan pekerja Aksi
Cepat Tanggap untuk langsung diwawancarai secara terbuka agar
mendapatkan infomasi yang transparan tanpa adanya manipulasi informasi.
Tujuan dari penggunaan wawancara terbuka ialah agar pertanyaan tidak terikat
dan tidak terbatas.

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara atau teknik yang populer di


kalangan peneliti. Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan
data yang bersifat percakapan secara langsung. Wawancara adalah proses
percakapan dengan maksud untuk mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, kegiatan, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua
pihak yaitu pewawancara dan yang di wawancarai.

2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan atau juga di sebut studi pustaka merupakan salah satu
teknik yang mengambil sumber-sumber buku atau referensi-referensi yang
relevan. Peneliti akan mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian
yang dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di penelitian ini
sebagai landasan teori peneliti yang cukup untuk
mempertanggungjawabkan analisis dan pembangunan masalah.

3. Questioner

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yakni tempat peneliti melakukan penelitian.


Penentuan lokasi tempat peneliti bertujuan untuk memperjelas sasaran dan
mempermudah tujuan peneliti. Adapaun tempat penelitian diambil dari Badan
Wakaf Indonesia Provinsi Sumatera Selatan sebagai sumber informasi
pengaruh citra lembaga dan kepercayaan terhadap minat massyarakat
berwakaf uang.

E. Teknik Analisis Data

Meleong 2007 dalam Fina Minhatul Maula mengemukakan bahwa Teknik


analisis data merupakan suatu proses untuk menganalisis data yang sudah
terkumpul, kemudian data tersebut diolah menjadi data yang sistematis, terarah,
dan mempunyai makna. Proses analisis data tersebut dilaksanakan guna
mendapatkan data lapangan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Data
dari hasil analisis tersebut kemudian akan peneliti jadikan sebagai bahan utama
untuk penelitian.

Miles dan Huberman mengungkapkan analisis yang digunakan pada


penelitian ini terdapat beberapa proses yang digunakan yaitu:
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Yaitu merangkum hal-hal yang pokok dan memfokuskan pada hal yang
penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak purlu sehingga
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya.
2. Data Display (penyajian data)
Dalam penelitian kulitatif, penyajian data diuraikan dalam bentuk deskripsi
atau narasi yang singkat sehingga memudahkan untuk memehami apa yang akan
terjadi, merencanakan pekerjaan selanjutnya berdasarkan data yang sudah
dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan yaitu langkah terakhir dalam penelitian dari apa yang
sudah diteliti. Dimana pada tahap awal masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai