Disusun Oleh:
PALEMBANG
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Global religious
future (2018) memperkirakan jumlah muslim di Indonesia meningkat
mencapai 229.62 juta jiwa pada tahun 2020. Dengan jumlah tersebut,
Indonesia memiliki potensi penghimpunan dan pengembangan wakaf uang
yang dapat dipegunakan untuk kesejahteraan umat. Pemerintah telah
mendukung pengembangan wakaf di Indonesia. Dengan melahirkan UU No.
41 Tahun 2004 tentang wakaf dan PP Republik Indonesia No. 42 Tahun 2006
tentang pelaksanaan UU No.41 2004. Undang-undang tersebut diperkuat
dengan terlebih dulu terbitnya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) 11 Mei
2002. Pada umumnya, Indonesia melakukan wakaf tidak bergerak, misalnya
tanah. Berdasarkan data dari Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf
Kementrian Agama Republik Indonesia (2018), jumlah luas tanah wakaf
seluas 50,588.86 Ha yang dipergunakan untuk masjid, sekolah, pesantren, dan
sosial lainnya. Lain halnya dengan wakaf uang yang belum populer di
kalangan masyarkat karena instrumen ini memang terdengar baru. Padahal,
wakaf uang dapat memberikan solusi yang membuat wakaf lebih produktif.
(Arif, 2012). Pada kenyataannya, perhimpunan uang masih belum optimal
sesuai dengan potensi wakaf yang ada. (BWI, 2017).
Potensi wakaf uang juga dapat terlihat di setiap daerah, salah satunya
di Kota Palembang. Kota Palembang memiliki Pendapatan Asli Daerah
(PAD) pada tahun 2022 sebesar Rp 1,005 triliun (BPS,2022). Berdasarkan
data yang diperoleh melalui website Pemerintah Kota Palembang yaitu
Palembang.go.id (2022). jumlah penduduk Kota Palembang sebesar 1,7 juta
jiwa pada tahun 2022. Warga muslim di Kota Palembang sebesar 97% pada
tahun 2022 atau sekitar 8 268 874 jiwa.
Untuk dapat merealisasikan potensi wakaf uang didukung dengan
adanya lembaga wakaf yang ada di Kota Palembang seperti Badan Wakaf
Indonesia Kota Palembang. Tindakan untuk merealisasikan wakaf uang
berkaitan dengan minat seseorang untuk berwakaf uang. Minat merupakan
suatu hal untuk mempengaruhi tindakan, karena jika tidak ada tindakan, tidak
akan terjadi sesuatu hal. (Hasbullah dkk., 2016). Di dalam beberapa
penelitian menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor penentu
diantaranya adalah faktor pendidikan, religius, jarak lokasi, dan akses
informasi (Sakti dkk, 2016; Nuraini & Setiartiti, 2017; Amalia, dkk 2018)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kepercayaan Dan Citra Lembaga Mempengaruhi Minat
Masyarakat Berwakaf Uang Di BWI Sumatera Selatan?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisa bagaimana
kepercayaan dan citra lembaga mempengaruhi minat masyarakat berwakaf
uang di BWI Sumatera Selatan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini di harapkan dapat mengembangkan dan membantu
agar kinerja lebih efektif serta memberi pemahamn lebih jelas kepada
masyarakat akan pentingnya berwakaf.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat dijadikan salah satu solusi untuk Citra
Lembaga Dan Kepercayaan lembaga terhadap minat masyarakat untuk
mempermudah dan memberikan rancang atau ide-ide baru agar kinerja
yang di rencakan lebih efektif lagi kedepannya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Wakaf
Wakaf mrupakan bentuk muamalah maliyah yang telah lama di kenal
oleh masyarakat sejak dahulu. Terciptanya hal ini karna Allah SWT
menciptakan manusia agar dapat saling berbagi dan menebar kebaikan untuk
kepentingan sosial di ruang lingkup masyarakat. Wakaf merupakan salah satu
perbuatan baik menurut syari’at Islam yang di benarkan oleh Allah SWT.
Tindakan wakaf ini tentunya bisa di lakukan siapa saja jika memenuhi syariat
dan ketentuan yang berlaku di dalam Islam. Pada dasarnya wakaf ialah
perbuatan atau tindakan sukarela yang bertujuan mendermakan harta sebagian
kekayaan untuk kepentingan diri sendri maupun orang lain. Karna sifat harta
wakaf itu adalah kekal, maka wakaf bisa di bilang bernilai jariyah.1
Wakaf menurut ahli fikih ialah memberikan benda dalam rangka
mempergunakan manfaatnya untuk kebaikan sesuai hukum yang berlaku.
(Abu Hanifah). Menurut Imam Nawawi definisi wakaf adalah menahan harta
yang terdapat manfaat di dalamnya tetapi bukan milik pribadi. Sementara
benda itu tetap ada padanya dan di gunakan untuk kebaikan dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Sementara Imam Syarkhasi mengemukankan
pendapatnya menganai defenisi wakaf iayalah menahan harta dari tindakan
kepemilikan orang lain. Sementara menurut Kompilasi Hukum Islam, wakaf
merupakan peruatan hukum seseorang atau kelompok atau badan hukum yang
memberikan sebagian harta benda miliknya secara kekal guna kepentingan
ibadah atau keperluan umum sesuai dengan ajaran Islam.2
Dari sudut pandang umum, wakaf berarti memberikan harta atau benda
yang bersifat kekal baik dari diri sendiri atau kelompok dalm rangka bertujuan
untuk kebaikan dan ibadah kepada Allah SWT.3 Adapun wakaf produktif
dalam pandangan Islam merupakan Ijtihad dari ulama yang belum dikenal di
1
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Cet. ke-3 (Jakarta Timur: Khalifa, 2007),
hlm.17.
2
https://www.bwi.go.id/pengertian-wakaf/
zaman Rasulullah. Wakaf produktif baru di terapkan sejak awal abad kedua
Hijryah. Belum banyak pedoman fiqih tentang wakaf produktif di dalam
kitab-kitab maupun bab wakaf produktif. Wakaf produktif tepat dan layak di
kembangkan untuk kemaslahatan umat. Karna itu wakaf produktif dapat
menjadi pemberdayaan yang tepat untuk masyarakat. Wakaf produktif juga
dapat menjadai salah satu penggerak ekonomi yang baik bagi umat melalui
lembaga-lembaga atau organisasi penyalur wakaf.4
B. Wakaf Uang
3
Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet.I,
1995), hlm. 483.
4
Departemen Agama RI, Fiqih Zakat, Op.Cit., hlm. 91
semua amal perbuatannya, kecuali dari tiga hal, yaitu shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, anak shaleh yang mendoakan orangtuanya” (HR. Muslim,
Ibnu Majah, Turmidzi, Abu Daud dan Ahmad).
6
Abu Su’ud Muhammad, Risalah fi Jawazi Waqf al-Nuqud (Beirut : Dar Ibnu Hazm,
1997), hlm. 20-21
7
Wahbah al-Zuhaili, Op.Cit. hlm. 290
8
Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, Jus IX (Beirut : Dar al-Fikr, 1994) hlm. 379
9
Al Qur’an terjemahan, Al Hajj : 77
b) Melalui Q.S. Ali Imran : 92 Allah swt. memerintahkan untuk
menginfakkan sebagian harta kita guna memperoleh kebajikan, meski
harta tersebut adalah kesayangan kita.
10
Al Qur’an terjemahan, Al Imran : 92
11
Al Qur’an terjemahan, Al Baqarah: 261
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Wawancara
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan atau juga di sebut studi pustaka merupakan salah satu
teknik yang mengambil sumber-sumber buku atau referensi-referensi yang
relevan. Peneliti akan mengumpulkan data sesuai dengan tujuan penelitian
yang dapat memecahkan masalah-masalah yang ada di penelitian ini
sebagai landasan teori peneliti yang cukup untuk
mempertanggungjawabkan analisis dan pembangunan masalah.
3. Questioner
D. Lokasi Penelitian
Penarikan kesimpulan yaitu langkah terakhir dalam penelitian dari apa yang
sudah diteliti. Dimana pada tahap awal masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya.