KELAS 6 HES B
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF.K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO 2023/202
PENDAHULUAN
1
M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Keuangan Islam, Terj. (Jakarta
Selatan: Ciber-PKKTI-UI, 2001), 29.
2
Ibid.
2
PEMBAHASAN
Wakaf uang merupakan salah satu jenis wakaf yang baru berkembang di Indonesia.
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan dengan menyerahkan uang sebagai benda
wakaf.
Dasar Hukum:
• Lebih mudah dan praktis: Wakaf uang dapat dilakukan dengan mudah
dan praktis melalui transfer bank atau lembaga keuangan lainnya.
• Lebih terjangkau: Wakaf uang dapat dilakukan oleh semua orang, tanpa
harus memiliki harta benda yang besar.
• Lebih fleksibel: Wakaf uang dapat digunakan untuk berbagai macam
keperluan, seperti pendidikan, kesehatan, sosial, dan dakwah.
3
Upaya Pengembangan Wakaf Uang:
3
Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Wakaf Produktif: Sebuah upaya
Progresif untuk Kesejahteraan Umat (Jakarta, 2005), 66.
4
• Nazhir mengelola wakaf uang sesuai dengan peruntukan yang telah
ditetapkan dalam IWB.
Berikut adalah beberapa lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh BWI
untuk menerima wakaf uang:
• BRI Syariah
5
• Dakwah: Membangun masjid, mencetak Al-Quran, membiayai kegiatan
dakwah.
Potensi wakaf uang di Indonesia sangat besar. Hal ini didukung oleh beberapa
faktor, antara lain:
4
Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Terjemah, (Jakarta: Khalifah, 2005), 7.
5
Indeks Wakaf Nasional 2022, BWI
6
• Perkembangan teknologi: Teknologi finansial memudahkan masyarakat
untuk berwakaf secara online dan transparan.
Dampak Positif Wakaf:
• Kesejahteraan umat: Wakaf dapat digunakan untuk pendidikan,
kesehatan, sosial, dan dakwah, sehingga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
• Pembangunan bangsa: Wakaf dapat membantu pembangunan
infrastruktur, pemberdayaan ekonomi, dan pengembangan sumber daya
manusia.
Indonesia memiliki potensi wakaf yang luar biasa. Dengan sosialisasi yang masif,
pengelolaan yang transparan, dan regulasi yang mendukung, wakaf dapat menjadi
instrumen filantropi yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan
pembangunan bangsa.6
6
[EI] Potensi Wakaf Uang di Indonesia (Kontribusi Wakaf dalam Mengurangi Kemiskinan):
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/malia/issue/current
7
schebedehuizen, Vrijdagdienstten en Wakaf. Surat Edaran ini intinya mengatur
mewajibkan bupati membuat daftar rumah-rumah ibadah di wilayahnya, juga
menegaskan bahwa orang yang mau mewakafkan harta perlu mendapatkan izin dari
bupati. Bupati akan menilai maksud perwakafan dan tempat harta yang diwakafkan.
Masa Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, persoalan wakaf diatur oleh Kementerian
Agama. Kewenangan dalam mengelola dan mengatur harta wakaf berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 1949 jo. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
1980 serta berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 9 dan No. 10 tahun
1952. Menurut Peraturan Menteri Agama No. 9 dan No. 10 tahun 1952 jawatan
urusan agama dengan kantor-kantor saluran vertikal di daerah-daerah KUA Pusat,
KUA Kabupaten, dan KUA Kecamatan mempunyai salah satu kewajiban
8
menyelidiki, menentukan, mendaftar, dan mengawasi atau menyelenggarakan
pemilihan wakaf. Lebih lanjut, menurut peraturan tersebut, perwakafan tanah
menjadi wewenang Menteri Agama yang dalam pelaksanaannya dilimpahkan
kepada kepala Kantor Urusan Agama.
Pada tanggal 5 Maret 1956, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agraria
membuat Keputusan Bersama No. Pem. 19/22/23/7.SK/62/Ka/59, terkait dengan
pengesahan perwakafan tanah milik yang semula menjadi wewenang bupati
dialihkan kepada Kepala Pengawas Agraria. Pelaksanaan selanjutnya diatur dengan
Surat Pusat Jawatan Agraria Kepala Pusat Jawatan Agraria tanggal 13 Februari
1960 No. 2351/34/11. Peraturan-peraturan ini mengindikasikan bahwa pemerintah
serius dalam mengurus dan menjaga kelestarian tanah wakaf yang ada. Selanjutnya
terdapat beberapa peraturan yang juga dikeluarkan oleh Departemen Agama pada
tahun 1953 terkait dengan petunjuk-petunjuk mengenai wakaf dan Surat Edaran
Jawatan Urusan Agama tanggal 8 Oktober 1956, No. 3/D/1956 tentang Wakaf yang
bukan Milik Kemasjidan. Kemudian demi pembaruan hukum agraria di Indonesia,
persoalan tentang perwakafan tanah diberi perhatian khusus oleh pemerintah
sebagaimana terlihat dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria. Pasal 49 UUPA ini mengatur hak-hak tanah untuk keperluan suci
dan sosial. Terkait dengan perwakafan tanah milik, Pasal 49 ayat (3) UUPA
menyatakan bawah hal tersebut akan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan
Pemerintah tersebut baru dikeluarkan oleh Pemerintah pada tanggal 17 Mei 1977,
PP No. 28 tentang Perwakafan Tanah Milik. PP ini dikeluarkan karena sebelumnya
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perwakafan tanah milik
belum memenuhi kebutuhan akan cara-cara perwakafan dan juga bisa menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginakan disebabkan tidak adanya data-data yang lengkap
mengenai tanah-tanah wakaf. Masih banyak lagi aturan-aturan teknis tentang wakaf
pada periode ini yang tidak akan dijelaskan dalam tulisan ini. Pada tanggal 10 Juni
1991 Presiden mengesahkan Kompilasi Hukum Islam (KHI) dengan Instruksi
Presiden No. 1 Tahun 1992 kepada Menteri Agama agar menyebarluaskannya. KHI
ini terdiri dari tiga buku, buku III KHI ini mengatur hukum perwakafan. Buku III
9
ini memuat 15 Pasal, dari Pasal 215 sampai dengan 229 yang mengatur substansi
wakaf maupun teknis perwakafannya. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
dipahami pada masa ini cukup banyak peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang mengatur tentang perwakafan. Hal ini menandakan bahwa pemerintah sangat
serius untuk mewujudkan ketertiban atas harta wakaf baik dari segi hukum maupun
administrasinya sehingga lembaga perwakafan ini bisa berjalan dengan sebaik
mungkin.
Wakaf merupakan salah satu lembaga hukum yang berasal dari hukum
Islam. Oleh karena itu ketentuan tentang wakaf juga bersumber dari ketentuan
ajaran agama Islam. Perkembangan wakaf di Indonesia dimulai dari adanya wakaf
yang telah ada pada masyarakat hukum adat. Pemerintah melalui Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Hak Milik telah
mengatur tentang perwakafan yang dibatasi hanya tanah hak milik saja serta harus
melalui prosedur dengan akta ikrar wakaf yang nantinya sertipikat hak milik diubah
menjadi sertipikat wakaf.
7
Arthur Eugene Mailuhu, Rofah Setyowati, Islamiyati “Pembaharuan Hukum Perwakafan Di
Indonesia Melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf “Program Studi S1 Ilmu
Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro, Hal. 4
10
o Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat; dan/atau
o Kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
dan peraturan perundang-undangan.
o Unsur wakaf
PENUTUP
KESIMPULAN
Namun fikih wakaf yang sampai kepada kita, wakaf hanya terbatas
pelaksanaannya dalam bentuk yang bersifat mati atau tidak likuid yang dapat
dilihat terbatas pada bentuknya sebagai tanah kuburan, masjid, sekolah dan
11
lain-lain. Dengan bertambah luasnya pemahaman atau fikih para ualam kita di
Indonesia paradigma tentang wakaf dan pengelolaannya telah berubah dan
menuju fikih wakaf yang progresif dan puncaknya adalah fikih tersebut dapat
dikukuhkan ke tahap qanun yaitu UU Wakaf No 41 tahun 2004 tentang
Wakaf. Semoga instrumen UU Wakaf ini dapat difungsikan oleh umat Islam
Indonesia khusunya dalam pengoptimalan pengelolaan wakaf sehingga
dapat meng- angkat kesejahteraan kehidupan umat di masa yang akan dating.
12
DAFTAR PUSTAKA
Djunaidi, Achmad dan Thobieb al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Wakaf Produktif:
Sebuah upaya Progresif untuk Kesejahteraan Umat , ( Jakarta
Selatan, 2005).
Dumper, Michael, “Islam and Israel: Muslim Endowments and the
Jewish State” dalam The American American Journal of Islamic Social
Sciences, (Washington DC: AMSS and IIIT, 1996).
Editor, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf ( Jakarta: Depag RI, 2005.
Editor, Pedoman Pengelolaan & Pengembangan Wakaf,
( J a k a r t a : Depag RI, 2004).
Editor, Panduan Pemberdayaan Tanah W akaf Produktif Strategis di
Indonesia, (Jakarta: Depag RI, 2004).
Editor, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia,
( J a k a r t a : Direktorat Pengem- bangan Zakat dan Wakaf, 2005).
E d i t o r , P a r a d i g m a B a r u W a k a f d i I n d o n e s i a , (J a k a r t a : D i r e k t o r a t
Pengembangan Zakat dan Wakaf, RI, 2005).
Editor, Wakaf Tunai dalam Perspektif Hukum Islam, ( Jakarta: Depag RI,
2005).
Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, Hukum Wakaf, Terjemah,
(Ciputat: Dompet Dhuafa dan IIMAN, 2004).
Halim, Abdul, Hukum Perwakafan di Indonesia,Ciputat: Ciputat Press, 2 0 0 5
M annan, M.A., S e rt i fi k at W ak a f T un ai : S ebuah Inov asi
Inst rum e n Keuangan Islam (T erj emah), Jakart a Selat an: Ciber -
PKKTI-U I, 20 01
13