MAKALAH
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Pada Mata
Kuliah Hukum Zakat dan Wakaf
Disusun oleh:
2024
PENDAHULUAN
Pada masa kolonial, hukum wakaf di Indonesia sudah dilakukan, seperti yang
terjelas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan
Tanah Milik dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah. Namun, pada saat itu, hukum wakaf hanya mengatur benda-benda wakaf tak
bergerak dan peruntukannya lebih banyak untuk kepentingan ibadah mahdhah,
seperti masjid, mushollah, pesantren, kuburan, dan lain-lain.
1
Suhrawadi K. Lubis dan Farid Wajdi, “Hukum Wakaf Tunai”, Cet. I, Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2016, hal. 106
e. LKS PWU mencetak sertifikat wakaf uang (SWU)
f. LKS memberikan AIW dan SWU ke wakif
Daftar LKS PWU yang menerima wakaf uang adalah:
1) Bank Syariah Mandiri
2) BNI Syariah
3) Muamalat
4) Bank Mega Syariah
5) Bank DKI Syariah
6) Bank Bukopin Syariah
7) Bank BTN Syariah
8) BPD Sumatra Utara Syariah
9) Panin Bank Syariah
10) CIMB Niaga Syariah
Untuk memaksimalkan pertumbuhan investasi wakaf uang, diperlukan
prosedur yang jelas serta metode pembayaran yang fleksibel. 2 Hal ini akan
membuat wakaf uang lebih menarik dibandingkan dengan jenis wakaf
lainnya. Selain itu, hadirnya lembaga keuangan syariah (LKS) khusus
untuk Pengelolaan Wakaf Uang (PWU) dapat meningkatkan kepercayaan
masyarakat. Sebab, proses berwakaf menjadi lebih terjamin dan efisien.
C. Potensi Wakaf di Indonesia
Menurut Uswatun Hasanah (guru besar Universitas Indonesia) ada
beberapa faktor penghambat tercapainya potensi wakaf di Indonesia,
diantaranya adalah
a) Masalah Pemahaman Masyarakat Tentang Hukum Wakaf
Banyak masyarakat kerap mengasosiasikan aset wakaf hanya
pada sarana ibadah, seperti masjid, kompleks pemakaman, panti
asuhan, dan pesantren. Padahal, tanah wakaf bisa dimanfaatkan
untuk mendirikan pusat belanja. Keuntungan dari pusat belanja
tersebut dapat disalurkan untuk beasiswa, layanan kesehatan gratis,
2
Siska Lis. S, “Pembaruan Hukum Wakaf di Indonesia”, Bilancia, Vol. 11 No. 1, 2017, hlm. 196
dan pusat penelitian. Selain itu, wakaf tidak hanya terbatas pada
benda tak bergerak seperti tanah dan bangunan. Berdasarkan
undang-undang, wakaf dapat dilakukan dalam bentuk benda
bergerak, seperti uang atau aset lainnya.
b) Pengelolaan dan Manajemen Wakaf
Untuk mengelola wakaf produktif secara optimal, perlu
diperhatikan tiga aspek, yaitu:
1. Aspek Kelembagaan: Badan Wakaf Indonesia (BWI)
diharapkan dapat membuat kebijakan yang mendukung
berkembangnya wakaf produktif di Indonesia. BWI juga
harus bisa bekerjasama (sinergi) dengan lembaga-lembaga
nazir dan instansi terkait agar program-program wakaf
dapat berjalan lancar
2. Aspek Akuntansi: Pengelolaan wakaf produktif harus
mengikuti aturan-aturan akuntansi yang baik sehingga
dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan dengan jelas
3. Aspek Auditing: Harta wakaf perlu diaudit secara berkala
untuk memastikan pengelolaannya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan tidak disalahgunakan
c) Masalah Benda Wakaf dan Nazir
Di Indonesia, masih sedikit orang yang berwakaf selain tanah,
sehingga sulit untuk dikembangkan. Ada pula daerah yang
memiliki beberapa tanah wakaf yang cukup luas, namun nazirnya
bermasalah. Di negara-negara yang wakafnya berkembang dan
berfungsi sebagai pemberdayaan ekonomi umat, wakafnya dikelola
oleh nazir profesional.3 Nazir profesionalisme diharapkan mampu
meminimalisir penyelewengan dan penyimpangan aset wakaf.
D. Perkembangan Hukum Wakaf di Indonesia
3
Tim Penyusun Fiqih Wakaf, “Fiqhi Wakaf”, Cet. IV, (Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat
dan Wakaf Dirjen BIMAS dan Haji Kementrian Agama RI, 2005), hlm. 95
Perkembangan wakaf di Indonesia dipengaruhi oleh kebijakan
perundang-undangan pada masanya. Sejak masa kolonial, aturan wakaf
telah ada terkait dengan administrasi dan pencatatan wakaf. Aturan
perundang-undangan wakaf tersebut berkembang sejalan dengan dinamika
perkembangan dan pengelolaan wakaf. Perkembangan hukum perwakafan
di Indonesia adalah sebagai berikut:
a) Masa sebelum penjajahan
Wakaf ada suatu lembaga ekonomi Islam yang eksistensinya
sudah ada sejak awal kedatangan Islam. Wakaf adalah lembaga
Islam kedua tertua di Indonesia setelah (atau bersamaan dengan)
perkawinan. Sejak awal wakaf telah dikenal wakaf masjid dan
wakaf tanah pemakaman. Kemudian muncul wakaf tanah untuk
pesantren dan madrasah atau wakaf tanah pertanian untuk
membiayai pendidikan Islam dan wakaf-wakaf lainnya.
b) Masa penjajahan Belanda-Jepang
Di masa penjajahan Belanda, kegiatan perwakafan mengalami
perkembangan yang pesat. Hal ini ditandai dengan banyak
munculnya organisasi keagamaan, sekolah madrasah, pondok
pesantren, masjid, yang semuanya dibangun di atas tanah wakaf.
Di masa ini Islam sangat dibatasi, sehingga wakaf dipraktekkan
dalam kerangka ritual-personal.
c) Masa kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan, peraturan yang mengatur tentang
Perwakafan di zaman kolonial masih digunakan. Karena peraturan
Perwakafan yang baru ada.
E. Perkembangan Hukum Wakaf Pada Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004
Sebelum berlakunya UU No. 41 Tahun 2004, peraturan perwakafan
mengacu pada ajaran Islam dan hukum adat. Pemerintah mengatur
perwakafan tanah hak milik melalui Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
1977. Berikut adalah pengaturan perwakafan Pra-UU No. 41 Tahun 2004
dan perubahan pasca UU No. 41 Tahun 2004:
a. Pengaturan Pra-UU No. 41 Tahun 2004
. Wakaf dalam hukum Islam merupakan lembaga hukum yang
berasal dari ajaran Islam. Di Indonesia, wakaf berkembang dari
praktik-praktik wakaf dalam masyarakat adat. Pemerintah
mengatur perwakafan tanah hak milik melalui Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 1977. Dalam peraturan ini, wakaf hanya
berlaku untuk tanah hak milik dan di perlukan akta ikrar wakaf
untuk mengubah sertifikat hak milik menjadi sertifikat wakaf.
Tujuan wakaf:4
1) Sarana ibadah
2) Pendidikan dan kesehatan
3) Bantuan sosial
4) Kemajuan ekonomi umat
5) Kesejahteraan umum yang sesuai syariat
b. Tujuan wakaf
Tujuan wakaf diperluas untuk memanfaatkan harta benda wakaf
yang sesuai dengan fungsinya.
4
Arthur Eugene Mailuhu, dkk, “Pembaharuan Hukum Perwakafan Di Indonesia Melalui Undang-
undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf”, Universitas Diponegoro, Vol. 5, Nomor 3, Tahun
2016, hlm. 4
KESIMPULAN
Lubis. K Suhrawadi dan Wajdi Farid, 2016, “Hukum Wakaf Tunai”, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti,