Dari hal tersebut maka wakaf tentu harus dikelola dengan baik sehingga dapat
menghasilkan kemanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat. Di Indonesia wakaf bukan hal
yang baru, namun apabila melihat dari segi pengelolaannya masih didominasi dengan hal yang
pasif dan tidak produktif. Manejemen wakaf produktif dibutuhkan agar memberi manfaat yang
lebih besar bagi umat Islam khususnya dan masyarakat secara umum.
1
Kementerian Agama RI. Mushaf Al-Quran.
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu
dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang
berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia,
maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf produktif inilah yang
menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan
dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.2
Pada abad ke-19, pengelolaan wakaf di Indonesia mulai mengalami perubahan dengan
diterapkannya sistem pengelolaan wakaf yang lebih formal. Pada tahun 1907, pemerintah
Kolonial Belanda mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 tentang Wakaf, yang mengatur
tentang pengelolaan wakaf secara lebih terstruktur. Undang-Undang ini kemudian diikuti oleh
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1929 tentang Wakaf, yang memberikan keleluasaan kepada
masyarakat untuk mengelola wakaf secara mandiri.
Saat ini, pengelolaan wakaf di Indonesia dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI)
yang merupakan lembaga pengelola wakaf yang independen dan di bawah koordinasi
Kementerian Agama. BWI bertugas untuk mengelola dan mengoptimalkan pemanfaatan harta
wakaf untuk keperluan sosial dan keagamaan, serta melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan wakaf di Indonesia.
Dengan adanya BWI dan pengaturan yang lebih ketat mengenai pengelolaan wakaf,
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatan harta wakaf untuk
keperluan sosial dan keagamaan di Indonesia.
Manajemen wakaf produktif merupakan salah satu bentuk pengelolaan wakaf yang
difokuskan pada pengembangan aset wakaf secara produktif. Manajemen wakaf produktif ini
diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
2
Kemenag RI. Wakaf Produktif. www.kemenagri.go.id
Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, manajemen wakaf
produktif adalah pengelolaan aset wakaf yang dilakukan dengan cara memanfaatkan aset wakaf
tersebut secara produktif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai aset wakaf, meningkatkan
pendapatan wakaf, dan memberikan manfaat sosial kepada masyarakat.
Untuk mengelola wakaf secara produktif, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah:
1. Memilih jenis aset yang tepat: Aset wakaf yang dipilih harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan potensi yang dimiliki oleh aset tersebut.
2. Menentukan tujuan dan sasaran pengelolaan: Tujuan dan sasaran pengelolaan
wakaf harus jelas dan sesuai dengan visi dan misi lembaga wakaf.
3. Membuat rencana pengelolaan yang terinci: Rencana pengelolaan harus memuat
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengelola aset wakaf secara produktif.
4. Menyiapkan sumber daya yang diperlukan: Untuk mengelola wakaf secara
produktif, diperlukan sumber daya yang cukup, seperti tenaga kerja, modal, dan
teknologi.
5. Menyusun laporan dan melakukan evaluasi: Setiap tahun, lembaga wakaf harus
menyusun laporan tentang hasil pengelolaan wakaf produktif dan melakukan
evaluasi terhadap keberhasilan pengelolaan wakaf produktif.
Dalam manajemen wakaf produktif salah satu factor yang memengaruhi keberhasilan
pengelolaan wakaf adalah sumber daya nazhir oleh karena itu manajemen sumber daya nazhir
sangat perlu diperhatikan.
Manajemen sumber daya Nazhir merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
sebuah lembaga pengelola wakaf. Nazhir adalah seorang pengelola wakaf yang bertanggung
jawab atas pengelolaan aset wakaf dan menyalurkan hasilnya sesuai dengan tujuan wakaf yang
telah ditetapkan.Dalam menjalankan tugasnya, Nazhir harus memiliki beberapa kompetensi
dan kemampuan yang terkait dengan manajemen sumber daya. Pertama, Nazhir harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip wakaf dan peraturan yang berlaku di bidang
ini. Ini penting agar Nazhir dapat mengelola aset wakaf secara efektif dan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Kedua, Nazhir harus mampu mengelola sumber daya manusia yang terlibat dalam
kegiatan wakaf. Ini termasuk mengelola kegiatan para pengurus wakaf, menyusun rencana
kerja dan mengelola anggaran yang tersedia. Nazhir juga harus mampu mengelola hubungan
dengan para donatur wakaf dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang terkait
dengan kegiatan wakaf.
Ketiga, Nazhir harus mampu mengelola sumber daya keuangan yang tersedia dengan
baik. Ini termasuk mengelola keuangan wakaf dengan transparan, akuntabel, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan Islam. Nazhir juga harus mampu menyusun laporan keuangan secara
tepat waktu dan akurat sesuai dengan standar yang berlaku.
Manajemen sumber daya Nazhir sangat penting untuk menjamin bahwa kegiatan wakaf
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nazhir harus memiliki
kemampuan yang cukup untuk mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan lainnya secara
efektif agar lembaga pengelola wakaf dapat beroperasi dengan lancar dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
3
Badan Wakaf Indonesia. Siapa itu Nazhir Wakaf?. Www.bwi.go.id
Wakaf produktif adalah wakaf yang dikelola dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan
ekonomi yang diperuntukkan bagi masyarakat. Dengan demikian, wakaf produktif merupakan
salah satu alternatif bagi masyarakat yang ingin berinfak dengan cara yang efektif dan
memberikan manfaat yang terus-menerus bagi masyarakat.