Anda di halaman 1dari 6

PEMBAHASAN

Pengertian Manajemen Wakaf Produktif

Perwakafan, pengelolaan wakaf atau nazhir sangat membutuhkan manajemen dalam


pengelolaannya. Manajemen menurut Kathryn M.Bartol dan David C. Martin merupakan
proses Perencanaan (Planning/al-takhthith), Pengorganisasian (Organizing/al-
Tanzhim), Kepemimpinan (leading/ al-Qiyadah), dan Pengawasan (Controlling/al-riqabah)
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dengan melibatkan pengetahuan
bagaimana melaksanakan fungsi-fungsi utama manajemen. Dalam pandangan ajaran Islam,
segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus
diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan
prinsip utama dalam ajaran Islam. Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-
cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT.
Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat,
dan tuntas merupakan hal yang disyaratkan dalam ajaran Islam. Proses-proses manajemen pada
dasarnya adalah perencanaan segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang
berdampak pada melakukan sesuatu sesuai dengan aturan serta memiliki manfaat. Perbuatan
yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah direncanakan.
Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen
yang baik. Allah sangat mencintai perbuatan-perbuatan yang termanaj dengan baik,
sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur‟an surah Ash-Shaff ayat 4

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS.
Ash-Shaff: 4).1

Dari hal tersebut maka wakaf tentu harus dikelola dengan baik sehingga dapat
menghasilkan kemanfaatan yang lebih luas bagi masyarakat. Di Indonesia wakaf bukan hal
yang baru, namun apabila melihat dari segi pengelolaannya masih didominasi dengan hal yang
pasif dan tidak produktif. Manejemen wakaf produktif dibutuhkan agar memberi manfaat yang
lebih besar bagi umat Islam khususnya dan masyarakat secara umum.

1
Kementerian Agama RI. Mushaf Al-Quran.
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu
dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan surplus yang
berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti uang dan logam mulia,
maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Surplus wakaf produktif inilah yang
menjadi sumber dana abadi bagi pembiayaan kebutuhan umat, seperti pembiayaan pendidikan
dan pelayanan kesehatan yang berkualitas.2

Sejarah Wakaf Produktif

Pada abad ke-19, pengelolaan wakaf di Indonesia mulai mengalami perubahan dengan
diterapkannya sistem pengelolaan wakaf yang lebih formal. Pada tahun 1907, pemerintah
Kolonial Belanda mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 tentang Wakaf, yang mengatur
tentang pengelolaan wakaf secara lebih terstruktur. Undang-Undang ini kemudian diikuti oleh
Undang-Undang Nomor 41 tahun 1929 tentang Wakaf, yang memberikan keleluasaan kepada
masyarakat untuk mengelola wakaf secara mandiri.

Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan wakaf kembali diatur melalui Undang-Undang


Nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Undang-Undang ini memberikan pengaturan yang lebih
detail mengenai pengelolaan wakaf, termasuk pembentukan lembaga pengelola wakaf yang
independen dan pengawasan yang lebih ketat

Saat ini, pengelolaan wakaf di Indonesia dilakukan oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI)
yang merupakan lembaga pengelola wakaf yang independen dan di bawah koordinasi
Kementerian Agama. BWI bertugas untuk mengelola dan mengoptimalkan pemanfaatan harta
wakaf untuk keperluan sosial dan keagamaan, serta melakukan pengawasan terhadap
pengelolaan wakaf di Indonesia.

Dengan adanya BWI dan pengaturan yang lebih ketat mengenai pengelolaan wakaf,
diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pemanfaatan harta wakaf untuk
keperluan sosial dan keagamaan di Indonesia.

Manajemen wakaf produktif merupakan salah satu bentuk pengelolaan wakaf yang
difokuskan pada pengembangan aset wakaf secara produktif. Manajemen wakaf produktif ini
diatur dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

2
Kemenag RI. Wakaf Produktif. www.kemenagri.go.id
Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, manajemen wakaf
produktif adalah pengelolaan aset wakaf yang dilakukan dengan cara memanfaatkan aset wakaf
tersebut secara produktif dengan tujuan untuk meningkatkan nilai aset wakaf, meningkatkan
pendapatan wakaf, dan memberikan manfaat sosial kepada masyarakat.

Untuk mengelola wakaf secara produktif, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan, diantaranya adalah:

1. Memilih jenis aset yang tepat: Aset wakaf yang dipilih harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan potensi yang dimiliki oleh aset tersebut.
2. Menentukan tujuan dan sasaran pengelolaan: Tujuan dan sasaran pengelolaan
wakaf harus jelas dan sesuai dengan visi dan misi lembaga wakaf.
3. Membuat rencana pengelolaan yang terinci: Rencana pengelolaan harus memuat
langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mengelola aset wakaf secara produktif.
4. Menyiapkan sumber daya yang diperlukan: Untuk mengelola wakaf secara
produktif, diperlukan sumber daya yang cukup, seperti tenaga kerja, modal, dan
teknologi.
5. Menyusun laporan dan melakukan evaluasi: Setiap tahun, lembaga wakaf harus
menyusun laporan tentang hasil pengelolaan wakaf produktif dan melakukan
evaluasi terhadap keberhasilan pengelolaan wakaf produktif.

Manajemen sumber daya Nazhir

Dalam manajemen wakaf produktif salah satu factor yang memengaruhi keberhasilan
pengelolaan wakaf adalah sumber daya nazhir oleh karena itu manajemen sumber daya nazhir
sangat perlu diperhatikan.

Manajemen sumber daya Nazhir merupakan salah satu aspek penting dalam kegiatan
sebuah lembaga pengelola wakaf. Nazhir adalah seorang pengelola wakaf yang bertanggung
jawab atas pengelolaan aset wakaf dan menyalurkan hasilnya sesuai dengan tujuan wakaf yang
telah ditetapkan.Dalam menjalankan tugasnya, Nazhir harus memiliki beberapa kompetensi
dan kemampuan yang terkait dengan manajemen sumber daya. Pertama, Nazhir harus memiliki
pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip wakaf dan peraturan yang berlaku di bidang
ini. Ini penting agar Nazhir dapat mengelola aset wakaf secara efektif dan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Kedua, Nazhir harus mampu mengelola sumber daya manusia yang terlibat dalam
kegiatan wakaf. Ini termasuk mengelola kegiatan para pengurus wakaf, menyusun rencana
kerja dan mengelola anggaran yang tersedia. Nazhir juga harus mampu mengelola hubungan
dengan para donatur wakaf dan menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga lain yang terkait
dengan kegiatan wakaf.

Ketiga, Nazhir harus mampu mengelola sumber daya keuangan yang tersedia dengan
baik. Ini termasuk mengelola keuangan wakaf dengan transparan, akuntabel, dan sesuai dengan
prinsip-prinsip keuangan Islam. Nazhir juga harus mampu menyusun laporan keuangan secara
tepat waktu dan akurat sesuai dengan standar yang berlaku.

Manajemen sumber daya Nazhir sangat penting untuk menjamin bahwa kegiatan wakaf
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Nazhir harus memiliki
kemampuan yang cukup untuk mengelola sumber daya manusia, keuangan, dan lainnya secara
efektif agar lembaga pengelola wakaf dapat beroperasi dengan lancar dan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Sesuai UU perwakafan yang dikeluarkan tahun 2004, Syarat-syarat menjadi Nazhir


Perorangan adalah sebagai berikut:

1. Warga negara Indonesia,


2. Beragama Islam,
3. Dewasa,
4. Amanah,
5. Mampu secara jasmani dan rohani, serta
6. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

Sedangkan untuk Nazhir organisasi syaratnya adalah:

1. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat nadzir perorangan,


2. Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan
dan atau keagamaan Islam.3

3
Badan Wakaf Indonesia. Siapa itu Nazhir Wakaf?. Www.bwi.go.id
Wakaf produktif adalah wakaf yang dikelola dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan
ekonomi yang diperuntukkan bagi masyarakat. Dengan demikian, wakaf produktif merupakan
salah satu alternatif bagi masyarakat yang ingin berinfak dengan cara yang efektif dan
memberikan manfaat yang terus-menerus bagi masyarakat.

Pengelola Wakaf di Indonesia

Badan Wakaf Indonesia


BWI (Badan Wakaf Indonesia) adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk
mengelola wakaf di Indonesia. Manajemen wakaf di BWI terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu:
Pendataan: Tahap pertama dalam manajemen wakaf di BWI adalah pendataan
wakaf yang tersebar di seluruh Indonesia. Pendataan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui jumlah dan kondisi aset wakaf yang ada.
Penyusunan master plan: Setelah pendataan selesai, BWI akan menyusun
master plan yang menjelaskan tujuan dan strategi pengelolaan wakaf. Master plan ini
merupakan acuan bagi BWI dalam mengelola wakaf di Indonesia.
Penyusunan program kerja: Setelah master plan disusun, BWI akan menyusun
program kerja yang menjelaskan langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Program kerja ini akan mencakup kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan oleh BWI, termasuk penyaluran hasil wakaf.
Penyaluran hasil wakaf: Tahap terakhir dalam manajemen wakaf di BWI adalah
penyaluran hasil wakaf. Hasil wakaf yang diperoleh akan disalurkan kepada
masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan tujuan wakaf yang telah ditetapkan.
Manajemen wakaf di BWI dilakukan dengan tujuan untuk mengelola wakaf
dengan efektif dan efisien, serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat. BWI bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat, dan perusahaan, dalam mengelola wakaf di Indonesia.
kepengurusan, BWI terdiri atas Badan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan,
masing-masing dipimpin oleh oleh satu orang Ketua dan dua orang Wakil Ketua yang
dipilih dari dan oleh para anggota. Badan pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas,
sedangkan Dewan Pertimbangan adalah unsure pengawas pelaksanaan tugas BWI.
Penutup

Anda mungkin juga menyukai