Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI BADAN WAKAF

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Syariah


Dosen Pengampu : Surepno, SE, M.Si,Ak,CA

Disusun Oleh :
Kelompok 11 B5AKR
Rika Fitri Habsari (2020610046)
Ghina Roudlotul Jannah (2020610052)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2022
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Wakaf


Nazhir dan wakif dapat berupa perseorangan, organisasi, dan badan
hukum. UU Wakaf mengatur nazhir organisasi dan badan hukum
merupakan organisasi dan badan hukum yang bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Dalam konteks pengaturan dalam SAK, hanya nazhir dan wakif
organisasi dan badan hukum yang dapat memenuhi kriteria sebagai entitas
pelaporan (reporting entity) yang menyusun dan menyajikan laporan
keuangan berdasarkan SAK yang berlaku umum (general purpose
financial statement). Sementara nazhir dan wakif perseorangan adalah,
atau hampir pasti, bukan merupakan suatu entitas pelaporan. Dalam
peraturan perundang-undangan juga mensyaratkan nazhir organisasi dan
badan harus membuat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, maka DSAS IAI memutuskan
ruang lingkup PSAK 112 adalah nazhir dan wakif yang berbentuk
organisasi dan badan hukum.1
Nazhir Organisasi dan Badan Hukum

Berdasarkan Pasal 42 Undang-Undang No. 41 tahun 2004, Nazhir


wajib mengelola dan mengembnagkan harta benda wakaf sesuai dnegan
tujuan, fungsi, dan peruntukannya. Pengelolaan tersebut harus berdasarkan
dengan prinsip syariah dan dilakukan secraa produktif, anatara lain dnegan
cara pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan,
perdagangan, dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syariah.
Terkait dengan pelaporan lembaga pengelola wakaf, Nazhir wajib
menyampaikan laporan pengelolaan wakaf setiap 6 bulan ke Badan Wakaf
Indonesia (BWI) dengan tembusan kepada Direktur Jendral Bimas Islam
Kementerian Agama. Laporan tersebut meliputi pelaksanaan pengelolaan,
1
https://www.studocu.com/id/documen/universitas-islam-negeri-syarif-hidayatullah-jakarta/
accounting/aks-makalah-kelompok-9-aks-akuntansi-badan-wakaf/23609014, (diakses pada 28
November 2022, pukul 20.20)
pengembangan, penggunaan hasil pengelolaan dan rencana pengembangan
pada tahun berikutnya, dan disampaikan paling lambat 3 bulan sejak akhir
tahun buku.
Pada dasarnya, siapapun dapat menjadi Nazhir sepanjang ia bisa
melakukan tindakan hukum. Tetapi, karena tugas Nazhir menyangkut
harta benda yang manfaatnya harus disampaikan pada pihak yang berhak
menerimanya, maka jabatan Nazhir harus diberikan kepada orang yang
mampu menjalankan tugas itu. Sesuai UU perwakafan yang dikeluarkan
tahun 2004,  Syarat-syarat menjadi Nazhir Perorangan adalah sebagai
berikut:
1. Warga negara Indonesia,
2. Beragama Islam,
3. Dewasa,
4. Amanah,
5. Mampu secara jasmani dan rohani, serta
6. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
Sedangkan untuk Nazhir organisasi syaratnya adalah:
1. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat
nadzir perorangan,
2. Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
Sedangkan syarat untuk Nazhir badan hukum adalah:
1. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat
nadzir perorangan,
2. Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan
3. Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan dan atau keagamaan Islam.
Wakif Organisasi dan Badan Hukum
Menurut UU perwakafan yang dikeluarkan tahun 2004, yang dimaksud
dengan Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
Sementara syarat-syarat menjadi Nazhir Perorangan adalah sebagai
berikut:
1. Dewasa;
2. Berakal sehat:
3. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, dan
4. Pemilik sah harta benda wakaf.
Sedangkan untuk wakif organisasi syaratnya adalah:
1. Wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi
ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik
organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang
bersangkutan.
Sedangkan syarat untuk wakif badan hukum adalah:
1. Wakif badan hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila
memenuhi ketentuan badan hukum untuk mewakatkan harta
benda wakaf milik badan hukum sesuai dengan anggaran dasar
badan hukum yang bersangkutan.2
B. Karakteristik wakaf
Definisi wakaf
PSAK 112 mendifinisikan wakaf sebagai perbuatan hukum wakif
(pemberi wakaf) untuk memisahkan dana atau menyerahkan sebagian
harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka
waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Sedangkan akuntansi wakaf adalah proses pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penginterprestasian atas hasilnya serta penyajian laporan keuangan oleh
Nazir ( pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk dikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya) yang sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
Unsur Wakaf

2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Unsur wakaf meliputi wakif, nazhir, aset wakaf, ikrar wakaf, peruntukan
aset wakaf dan jangka waktu wakaf.
1. Wakif
Wakif adalah pewakaf atau orang yang mewakafkan. Wakif meliputi
perseorangan, organisasi dan badan hukum. Dalam hal wakif
perseorangan, wakif merupakan orang yang dianggap kompeten
dalam membelanjakan hartanya. Dalam hal ini, seorang wakif harus
memiliki beberapa kriteria, yaitu: merdeka, berakal sehat, dewasa
(baligh), tidak berada di bawah pengampuan atau tidak terhalang
melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf.
2. Nazhir
Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif
untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
Menurut Undang-undang No 41 tahun 2001 tentang wakaf, nazhir
wakaf meliputi, perseorangan, organisasi atau badan hukum.
Kesemua jenis nazhir ini harus terdaftar pada menteri dan Badan
Wakaf Indonesia melalui Kantor Urusan Agama setempat.
3. Asset wakaf
Aset yang diwakafkan dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Aset tidak bergerak, seperti atas tanah, bangunan, atau bagian
bangunan diatas tanah, tanaman dan benda lain terkait tanah, hak
milik satuan rumah susun dan lainnya.
b. Aset bergerak, seperti uang, logam mulia, surat berharga,
kendaraan, hak kekayaan intelektual, hak sewa, dan lainnya. Aset
wakaf harus dikelola dan dikembangkan olah Nazhir sesuai
dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya. Di samping itu, aset
wakaf tidak dapat dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual,
diwariskan ditukar atau dialihkan melalui pengalihan hak lainnya,
kecuali diatur oleh peraturan perundang-undangan.
4. Ikrar wakaf
Ikrar bisa diartikan sebagai pernyataan dari wakif atau disebut juga
dengan sighat. Bentuk pernyataan yang diikrarkan bisa berupa lisan,
kiasan, tulisan, atau sebuah tindakan. Wakaf dari seorang wakif bisa
diterima cukup dengan ijab dari wakif saja. Perlunya sighat atau ikrar
(pernyataan) dari wakif dilakukan karena ini terkait dengan pelepasan
harta milik seorang wakif serta juga harus diiringi dengan niat yang
ikhlas untuk melakukan ikrar wakaf.
5. Peruntukan asset wakaf
Wakaf bertujuan untuk memanfaatkan aset wakaf sesuai dengan
fungsinya. Sementara fungsi wakaf adalah untuk mewujudkan potensi
dan manfaat ekonomis aset tersebut untuk kepentingan ibadah dan
memajukan kesejahteraan umum.
Wakaf diperuntukan untuk:
a. Sarana dan kegiatan ibadah
b. Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan
c. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, dan
beasiswa
d. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat dan
e. Kemajuan dan kesejahteraan umum lain.
f. Jangka waktu wakaf
Ditinjau dari segi waktu, wakaf dikelompokkan menjadi dua:
a. Muabbad
Wakaf yang diberikan untuk selamanya atau bersifat kekal (dalam
artianumur). Pemanfaatannya bisa lebih lama digunakan bagi para
penerima wakaf.Hal ini berdasarkan pendapat Imam Syafi’i
Rahimahullah Ta’ala dan Imam Hambali Rahimahullah Ta’ala.
b. Mu’aqqat
Wakaf yang diberikan untuk jangka waktu tertentu. Wakaf jenis
ini berlaku dalam kurun waktu tertentu, setelah itu wakaf ini bebas
untuk digunakan selain keperluan wakaf, karena jangka waktunya
sudah habis. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Maliki
Rahimahullah Ta’ala.3
Tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf
Tujuan dari wakaf adalah untuk memanfaatkan aset wakaf sesuai
dengan fungsinya.
Fungsi dari wakaf adalah untuk mewujudkan potensi dan manfaat
Fungsi dari wakaf ekonomis aset tersebut untuk kepntingan ibadah dan
memajukan kesejahteraan umum.
Wakaf diperuntukan untuk:
1. Sarana dan kegiatan ibadah.
2. Sarana dan kegiatan pendidikan dan kesehatan.
3. Bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa.
4. Kemajuan dan peningkatan ekonomi umat.
5. Kemajuan kesejahteraan umum lain.
C. Dasar Syariah

1. Al-Qur’an :
“....perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77)
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang
sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahui.” (QS. Ali Imran : 92)
“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di ajaln Allah, adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas
(karunianya) lagi Maha Mengetahui. “ (QS. Al-Baqarah: 261).
2. Sunnah :
Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW. Bersabda:
“apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah
3
Akuntansi Keuangan Syariah, Ikatan Akuntansi Indonesia, hal 243-245
amalnya, kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat
dan anak saleh yang mendoahkan orang tuanya.” (HR. Muslim).
D. Akuntansi Nazhir
Pengakuan
1. Nazhir mengakui aset wakaf dalam laporan keuangan ketika memiliki
kendali secara hukum dan fisik atas aset wakaf tersebut.
Syarat pengakuan aset wakaf dalam laporan keuangan ketika
terjadi pengalihan kendali dari wakif kepada nazhir dengan
terpenuhinya kedua kondisi berikut:
a. Telah terjadi pengalihan kendali atas aset wakaf secara hukum;
b. Telah terjadi pengalihan kendali atas manfaat ekonomis dari aset
wakaf.
Kondisi di atas pada umumnya akan dapat terpenuhi pada saat
terjadi akta ikrar wakaf – yaitu terjadi pengalihan kendali aset wakaf
secara hukum – yang disertai dengan pengalihan kendali fisik atas aset
wakaf, dari wakif kepada nazhir. Kendali atas aset wakaf secara
hukum juga dapat terpenuhi, misalnya, ketika wakif mentransfer dana
langsung ke rekening nazhir melalui lembaga keuangan.
Dalam suatu kondisi tertentu, nazhir mungkin telah menerima
suatu aset dan memperoleh manfaat ekonomisnya tetapi aset tersebut
belum dialihkan secara hukum sebagai aset wakaf. Misalnya,
seseorang secara lisan mewakafkan tanah kepada nazhir dan telah
menyerahkan tanah tersebut untuk digunakan sesuai peruntukannya,
tetapi belum dibuat akta ikrar wakaf. Tanah tersebut belum dapat
diakui sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan. Nazhir baru akan
mengakui tanah sebagai aset wakaf dalam laporan keuangan pada saat
dilakukan akta ikrar wakaf.
Nazhir perlu mengidentifikasi jenis dari aset wakaf berdasarkan
manfaatnya yang akan diakui dalam laporan keuangan. Beberapa
manfaat dari aset wakaf melekat pada aset wakaf tersebut, seperti tanah
dan bangunan, sehingga tidak memerlukan identifikasi yang
mendalam. Beberapa aset wakaf yang lain memerlukan identifikasi
yang mendalam untuk menentukan jenis aset wakaf. Misalnya, wakaf
atas hasil panen dari kebun kelapa sawit yang dikelola oleh wakif
untuk periode waktu tertentu. Dalam kasus ini, jenis aset wakaf yang
diakui adalah hasil panen dari kebun sawit selama periode waktu
tertentu, bukan dalam bentuk kebun sawit.
2. Jika nazhir menerima wasiat wakaf, maka nazhir tidak mengakui aset
yang akan diwakafkan di masa mendatang dalam laporan keuangan.
Wasiat wakaf tidak memeniuhi kriteria pengakuan aset wakaf,
walaupun pihak yang memberi wasiat telah memiliki aset yang akan
diwakafkan. Misalnya, seseorang berwasiat kepada nazhir akan
mewakafkan hartanya saat meninggal. Nazhir tidak mengakui aset
wakaf pada saat menerima wasiat wakaf. Nazhir baru akan mengakui
aset wakaf pada saat pihak yang berwasiat meninggal dunia dan
menerima aset yang diwakafkan.
3. Jika nazhir menerima janji (wa’d) untuk berwakaf, maka nazhir tidak
mengakui aset yang akan diwakafkan di masa mendatang dalam
laporan keuangan.
Janji untuk berwakaf tidak memenuhi kriteria pengakuan aset
wakaf, walaupun dalam bentuk janji tertulis. Misalnya, seseorang
berjanji kepada nazhir akan mewakafkan sebagian manfaat polis
asuransi di masa mendatang. Nazhir tidak mengakui aset wakaf pada
saat menerima janji tersebut, karena aset yang akan diwakafkan belum
menjadi milik dari pihak yang berjanji. Nazhir baru akan mengakui
aset wakaf pada saat terjadi klaim asuransi dan menerima kas dan
setara kas dari perusahaan asuransi atas pembayaran sebagian manfaat
polis asuransi.
4. Nazhir mengakui aset wakaf dengan jangka waktu tertentu (aset wakaf
temporer) diakui sebagai liabilitas
Aset wakaf temporer adalah aset wakaf dalam bentuk kas yang
diserahkan oleh wakif kepada nazhir untuk dikelola dan dikembangkan
dalam jangka waktu tertentu. Hasil pengelolaan dan pengembangan
dari aset wakaf temporer selama jangka waktu tertentu akan
diperuntukan untuk mauquf alaih. Setelah jangka waktu tertentu, aset
wakaf berupa kas akan dikembalikan kepada wakif.
Penerimaan aset wakaf temporer dalam bentuk kas bukan
merupakan penghasilan, tetapi merupakan liabilitas, disebabkan aset
tersebut wajib dikembalikan oleh nazhir ke wakif di masa mendatang.
Aset wakaf yang diakui sebagai penghasilan oleh nazhir adalah
manfaat yang dihasilkan oleh aset wakaf tersebut di masa mendatang
berupa imbal hasil. Misalnya, wakif mewakafkan uang sejumlah
Rp1.000 selama satu tahun ke nazhir. Imbal hasil dari dana tersebut
selama satu tahun adalah Rp100. Nazhir mengakui Rp1.000 sebagai
liabilitas dan Rp100 sebagai penghasilan berupa penerimaan wakaf
temporer
5. Nazhir mengakui hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
sebagai tambahan aset wakaf.
Hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf merupakan
tambahan manfaat ekonomis dalam bentuk tambahan aset yang
bersumber dari aset wakaf yang ada. Hasil pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf merupakan tambahan atas aset wakaf yang
ada.
Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf berupa
berbagai macam penghasilan, seperti imbal hasil, dividen, dan bentuk
penghasilan lainnya, setelah dikurangi beban yang terkait.
Hasil neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf
termasuk selisih pelepasan aset yang bersumber dari aset wakaf awal.
Misalnya, nazhir menerima wakaf berupa 1.000 lembar saham.
Sebagian dividen dari saham tersebut kemudian digunakan untuk
memperoleh 100 lembar saham. Saat pelepasan 100 lembar diperoleh
keuntungan sebesar Rp200, maka Rp200 tersebut merupakan bagian
dari hasil pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.
Neto dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf tidak
termasuk:
a. Hasil pengukuran ulang atas aset wakaf. Misalnya, nazhir
menerima aset wakaf berupa tanah seharga Rp10.000. Tanah
tersebut kemudian diukur pada nilai wajar menjadi Rp15.000.
Selisih Rp5.000 bukan merupakan bagian dari hasil
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf.
b. Selisih dari pelepasan aset wakaf. Misalnya, nazhir menerima
aset wakaf berupa logam mulia seharga Rp1.000 yang
diperuntukan untuk kegiatan pendidikan. Kemudian nazhir
menjual logam mulia tersebut seharga Rp1.200, maka Rp1.200
tersebut seluruhnya merupakan penghasilan penerimaan wakaf.
Imbalan nazhir
Dasar penentuan imbalan untuk nazhir adalah hasil neto dari
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf yang telah direalisasikan
dalam bentuk kas dan setara kas di periode berjalan. Hasil neto yang
telah direalisasikan tersebut meliputi:
a. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan aset wakaf di
periode berjalan;
b. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf periode berjalan yang kas dan setara
kasnya belum diterima di periode berjalan;
c. Penyesuaian terhadap hasil neto pengelolaan dan
pengembangan aset wakaf periode lalu yang kas dan setara
kasnya diterima di periode berjalan
6. Nazhir mengakui penyaluran manfaat wakaf kepada mauquf alaih
sebagai beban pengurang aset wakaf.
Penyaluran manfaaf wakaf terjadi ketika manfaat wakaf diterima
oleh mauquf alaih sebagaimana yang tertuang dalam akta ikrar wakaf
yang bersangkutan. Dalam hal nazhir menyerahkan manfaat wakaf
kepada pihak lain untuk disampaikan kepada mauquf alaih, maka
dianggap belum melakukan penyaluran manfaat wakaf. Penyaluran
manfaat wakaf terjadi ketika pihak lain tersebut telah menyerahkan
manfaat wakaf kepada mauquf alaih yang tertuang dalam akta ikrar
wakaf.
Sebagai ilustrasi, pada 28 Desember 2018 Nazhir A menyerahkan
Rp1.000 kepada Lembaga Amil B untuk disalurkan ke mauquf alaih.
Lembaga Amil B menyalurkan ke mauquf alaih selama Januari 2019
dan memberikan pertanggungjawaban kepada Nazhir A di Februari
2019. Di dalam laporan keuangan Nazhir A periode tahun 2018 hal
tersebut tidak diakui sebagai penyaluran wakaf.
Manfaat wakaf yang disalurkan kepada mauquf alaih dapat berupa
kas, setara kas, aset lainnya, dan manfaat ekonomis lain yang melekat
pada aset wakaf, seperti penyusutan dan amortisasi dari aset wakaf.
Pengukuran
Pada saat pengakuan awal, asset wakaf diukur sebagai berikut :
a. Aset wakaf berupa uang diukur pada nilai nominal.
b. Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar.
Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar saat pengakuan
awal. Namun, dalam beberapa kondisi, ketika nilai wajarnya tidak
dapat diukur secara andal, maka aset wakaf tersebut tidak diakui dalam
laporan keuangan. Aset wakaf tersebut harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian nilai wajar aset wakaf
tersebut dapat ditentukan secara andal, maka aset wakaf tersebut diakui
dalam laporan keuangan.
Aset wakaf berupa logam mulia harus diukur pada nilai wajar
tanggal pengukuran. Jika terjadi kenaikan atau penurunan nilai wajar,
maka diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf.
Penyajian
Nazhir menyajikan aset wakaf temporer yang diterima sebagai liabilitas
Pengungkapan
Nazhir mengungkapkan hal-hal berikut terkait wakaf, tetapi tidak terbatas
pada:
1. Kebijakan akuntansi yang diterapkan pada penerimaan, pengelolaan,
dan penyaluran wakaf;
2. Penjelasan mengenai wakif yang signifikan secara individual;
3. Penjelasan mengenai strategi pengelolaan dan pengembangan aset
wakaf;
4. Penjelasan mengenai peruntukan aset wakaf;
5. Jumlah imbalan nazhir dan persentasenya dari hasil neto pengelolaan
dan pengembangan aset wakaf, dan jika terjadi perubahan di periode
berjalan, dijelaskan alasan perubahannya;
6. Rincian aset neto meliputi aset wakaf awal, aset wakaf yang bersumber
dari pengelolaan dan pengembangan aset wakaf awal, dan hasil neto
pengelolaan dan pengembangan aset wakaf;
7. Rekonsiliasi untuk menentukan dasar perhitungan imbalan nazhir
meliputi:
a. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan;
b. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode berjalan
yang belum terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode
berjalan;
c. Hasil neto pengelolaan dan pengembangan wakaf periode lalu yang
terealisasi dalam kas dan setara kas pada periode berjalan;
8. Jika ada wakaf temporer, penjelasan mengenai fakta tersebut, jumlah,
dan wakif;
9. Jika ada wakaf melalui uang, penjelasan mengenai wakaf melalui uang
yang belum direalisasi menjadi aset wakaf yang dimaksud;
10. Jika ada aset wakaf yang ditukar dengan aset wakaf lain, penjelasan
mengenai hal tersebut termasuk jenis aset yang ditukar dan aset
pengganti, alasan, dan dasar hukum;
11. Jika ada hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau
mauquf alaih, maka diungkapkan:
a. Sifat hubungan;
b. Jumlah dan jenis aset wakaf permanen dan/atau temporer;
c. Persentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat
wakaf selama periode berjalan
E. Akuntansi Wakif
Pengakuan
1. Wakif mengakui asset wakaf yang diserahkan secara permanen kepada
nazhir sebagai beban sebesar jumlah tercatat dari asset wakaf.
2. Wakif mengakui asset wakaf yang diserahkan secara temporer kepada
nazhir sebagai asset yang dibatasi penggunaanya.
Wakif tidak menghentikan pengakuan atas penyerahan asset wakaf
temporer berupa kas disebabkan nazhir berkewajiban untuk
mengembalikan asset tersebut kepada wakif setelah selesainya jangka
waktu wakaf.
Pengukuran
Pada saat pengakuan awal, asset wakaf awal dari wakif diukur sebagai
berikut :
c. Aset wakaf berupa uang diukur pada nilai nominal.
d. Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar.
Aset wakaf selain uang diukur pada nilai wajar saat pengakuan
awal. Namun, dalam beberapa kondisi, ketika nilai wajarnya tidak
dapat diukur secara andal, maka aset wakaf tersebut tidak diakui dalam
laporan keuangan. Aset wakaf tersebut harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan. Jika kemudian nilai wajar aset wakaf
tersebut dapat ditentukan secara andal, maka aset wakaf tersebut diakui
dalam laporan keuangan.
Aset wakaf berupa logam mulia harus diukur pada nilai wajar
tanggal pengukuran. Jika terjadi kenaikan atau penurunan nilai wajar,
maka diakui sebagai dampak pengukuran ulang aset wakaf
Penyajian
Entitas wakaf menyajikan aset wakaf temporer yang diterima
sebagai liabilitas.Hal ini dikarenakan oleh nazhir memiliki kewajiban
untuk mengembalikan aset wakaf kepada wakif pada saat jangka waktu
wakaf sudah berakhir, sebagaimana dituangkan di dalam ikrar wakafnya.
Pengungkapan
wakif mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi wakaf,
tetapi tidak terbatas pada:
1. Wakaf permanen :
a. Rincian asset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode
berjalan
b. Peruntukan asset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada
periode berjalan
2. Wakaf temporer
c. Rincian asset wakaf yang diserahkan kepada nazhir pada periode
berjalan, peruntukan, dan jangka watunya.
a. Penjelasan mengenai total asset wakaf temporer
3. Hubungan pihak berelasi antara wakif, nazhir, dan/atau penerima
manfaat wakaf, jika ada, meliputi :
a. Sifat dan hubungan
b. Jumlah dan jenis asset wakaf temporer
c. Presentase penyaluran manfaat wakaf dari total penyaluran manfaat
wakaf selama periode berjalan. 4
F. Komponen Laporan Keungan Nazhir

a. Laporan posisi keuangan


Laporan posisi keuangan entitas wakaf terdiri dari 3 unsur yaitu aset,
liabilitas dan aset neto. Aset diklasifikasikan menjadi aset lancar dan
tidak lancar, dan liabilitas diklasifikasikan menjadi liabilitas jangka
pendek dan jangka panjang.

4
DE PSAK 112 Akuntansi Wakaf, Ikatan Akuntansi Indonesia, hal 17-54
b. Laporan rincian aset wakaf
Entitas wakaf menyajikan laporan rincian aset wakaf yang mencakup
unsur berikut:
1. Aset wakaf yang diterima dari wakif
2. Aset wakaf yang berasal dari hasil pengelolaan dan pengmbangan
c. Laporan aktivitas
Entitas wakaf menyajikan laporan aktivitas yang mencakup unsur
berikut :
1. Penerimaan wakaf
2. Dampak pengukuran ulang aset wakaf
3. Hasil pengelolaan dan pengembangan wakaf
4. Penyaluran wakaf
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan
Adalah penjabaran atau penjelasan laporan keuangan yang berisi
informasi non keuangan serta rincian dari laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan umumnya disajikan dnegan urutan
sebagai berikut :
a. Pengungkapan mengenai dasar pengukuran dan kebijakan
akuntansi yang diterapkan
b. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutasn
sebagaimana pos-pos tersebut disajikan dalam laporan keuangan
dan urutasn penyajian komponen laporan keuangan
c. Pengungkapan lain termasuk konstinjensi, komitmen dan
pengungkapan keuangan lainnya serta pengungkapan yang bersifat
non-keuangan.
5
KESIMPULAN

Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau


menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Wakaf bertujuan untuk kemaslahatan manusia dengan mendekatkan diri


kepada Allah dan untuk memperoleh pahala yang berkesinambungan dari
pemanfaatan harta yang diwakafkan, yang akan terus mengalir walaupun pemberi
wakaf sudah meninggal dunia. Unsur wakaf sendiri terdiri dari nazhir, wakif, asset
wakaf, ikrar wakaf, peruntukan asset wakaf, dan jangka waktu wakaf.

Dalam konteks standar akuntansi keuangan baik nadzir maupun wakif di


wajibankan melakukan pencatatan akuntansi sesuai dengan yang terdapat dalam
PSAK 112 tentang wakaf. Dimana dala PSAK 112 sudah mengatur mengenai
akuntansi nazhir dan akuntansi wakif yang yang didalamnya terdapat mengenai
bagiamana cara pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya.

5
Bintari Nur Yuliana, Tata Laporan Wakaf Menggunakan PSAK 112,
https://manajemenkeuangan.net/pengertian-wakaf/#w4
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Keuangan Syariah, Ikatan Akuntansi Indonesia.


DE PSAK 112 Akuntansi Wakaf, Ikatan Akuntansi Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
https://www.studocu.com/id/documen/universitas-islam-negeri-syarif-
hidayatullah-jakarta/accounting/aks-makalah-kelompok-9-aks-akuntansi-
badan-wakaf/23609014, diakses pada 28 November 2022, pukul 20.20.

Anda mungkin juga menyukai