Anda di halaman 1dari 6

A.

Pengertian Ziswaf dan Perbedaannya


1. Zakat
Secara istilah, zakat berasal dari bahasa Arab,  (zakah atau zakat) yang berarti bersih,
suci, subur, berkat, dan berkembang. Zakat merupakan harta tertentu (telah mencukupi
nisab) yang wajib dikeluarkan oleh orang muslim dan diberikan kepada golongan yang
berhak menerimanya (fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, ghorimin, fi sabilillah, dan ibnu
sabil). Para ulama mendefinisikan zakat sebagai “kewajiban tertentu terhadap harta
tertentu yang diberikan kepada orang-orang tertentu”.
Jenis-jenis zakat:
a. Zakat Fitrah: Zakat Fitrah Setiap hari raya Idulfitri, diwajibkan atas tiaptiap orang
Islam, lakilaki dan perempuan, besarkecil, merdeka atau hamba, membayar zakat
fitrah. Zakat fitrah berupa makanan pokok di daerah setempat. Para ulama sepakat
bahwa zakat fitrah tidak boleh kurang dari satu sha’ (2,4 kg) dan waktu
pelaksanaannya dari mulai awal Ramadhan sampai menjelang salat id.
b. Zakat Mal: Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang harus dibayarkan untuk me
nyuci kan harta kita. Zakat mal hanya dibebankan kepada orang yang telah mampu
serta mencapai nisab yang telah ditentukan dan waktu kepemilikan nya telah sampai
kepada haul (satu tahun).
Contohnya: Emas dan Perak 2.5%; zakat hasil bumi 5-10%; peternakan 2,5%, zakat
galian 2,5%; dan zakat temuan 20%.

HARTA YANG DIKENAI WAJIB ZAKAT

Milik Penuh (Al-Milk Al-Tamm); Berkembang (Al-Namaa); Cukup satu nisab dan haul;
Lebih dari kebutuhan pokok biasa; Bebas dari utang Harta yang sudah cukup senisab itu
harus dihitung di luar utang. Berlalu satu tahun (dua belas bulan Kamariah).

Zakat dan wakaf dilegalisasi oleh negara melalui peraturan perundang-undangan.


Pengelolaan zakat disahkan oleh negara melalui Undang-Undang No. 38 Tahun 1999, jo.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut diatur bahwa
pengelolaan zakat dilakukan oleh satu wadah yang disebut badan amil zakat. Badan Amil
Zakat Nasional (Baznas) merupakan lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional. Selain Baznas, ada juga Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh
masyarakat yang terhimpun dalam organisasi kemasyarakatan (Ormas), lembaga swadaya
masyarakat (LSM), yayasan, atau institusi lainnya.

B. Infak

Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti “mengeluarkan harta untuk kepentingan
sesuatu.” Pengertian infak secara etimologi adalah pemberian harta benda kepada orang lain
yang akan habis atau hilang dan terputus dari orang yang memberi. Infak adalah
mengeluarkan harta yang mencakup harta benda yang dimiliki dan bukan zakat. Infak ada
yang wajib, sunah, mubah, bahkan haram. Infak tak ada nasabnya. Perbedaan dengan zakat
hanya dinilai dari waktu pengeluarannya, zakat ada batasan dan musiman, sedangkan infak
diberikan bisa terus-menerus tanpa batas bergantung dengan keadaan.

Infaq sangat luas sasarannya untuk kepentingan pembangunan umat secara


menyeluruh. Macam-macam bentuk infaq itu meliputi hal-hal yang sifatnya memberi, seperti
memberi hadiah, hibah, sedekah dan lain-lain. Jika zakat ada nisabnya maka infaq tidak ada
nisabnya dan diberikan kepada siapa saja. Maka dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa infaq merupakan pengeluaran suka rela yang dilakukan seseorang, setiap kali ia
memperoleh rizki yang didapatkannya.

Infak wajib terdiri atas infak atas diri sendiri, keluarga, dan orangorang yang
nafkahnya menjadi tanggungan; zakat; serta infak di dalam jihad. Infak sunah merupakan
infak dalam rangka hubungan kekerabatan, membantu teman, memberi makan orang yang
lapar, dan semua bentuk sedekah lainnya. Adapun infak mubah adalah semua infak halal
yang di dalamnya tidak terdapat maksud mendekatkan diri kepada Allah.

C. Sedekah

Sedekah berasal dari bahasa Arab, shadaqoh, yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi
oleh waktu serta jumlah tertentu. Sodaqoh merupakan suatu pemberian yang diberikan oleh
seseorang sebagai kebajikan yang mengharap rida Allah Swt. dan pahala semata.

D. Wakaf
Wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya dan memungkinkan untuk
diambil manfaatnya untuk kebaikan. Dalam UndangUndang Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf, disebutkan ada enam unsur wakaf, yaitu wakif, nazir, harta wakaf, tujuan wakaf,
akad wakaf, dan jangka waktu wakaf.

Wakif (Orang yang Berwakaf) atau pihak yang mewakafkan hartanya, bisa
perseorangan, badan hukum, maupun organisasi. Jika perseorangan, ia boleh saja bukan
muslim karena tujuan disyariatkannya wakaf adalah untuk memajukan kesejahteraan umum
dan orang nonmuslim tidak dilarang berbuat kebajikan.

Nazir adalah orang yang memegang amanat untuk memelihara dan


menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan perwakafan. Mengurus atau mengawasi
harta wakaf pada dasarnya menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak
pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi.

Dalam pasal 11 UndangUndang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, tugas seorang
nazir meliputi: 1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf. 2. Mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, serta peruntukannya. 3.
Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf. 4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada
Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Harta yang diwakafkan berupa benda bergerak (uang; emas; logam; kendaraan;
Haki) dan tidak bergerak (tanah; bangunan; kebun, dll).

Akad wakaf, Wakaf dishigatkan, baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan isyarat.
Wakaf dinyatakan telah terjadi apabila ada pernyatan wakif (ijab), sedangkan kabul dari
mauquf’alaih tidak diperlukan. Isyarat hanya boleh dilakukan jika wakif tidak mampu
melakukan lisan dan tulisan. Akad wakaf harus dinyatakan secara tegas, baik lisan ataupun
tulisan, dengan redaksi “aku mewakafkan” atau “aku menahan” atau kalimat yang semakna
lainnya. Akad penting karena membawa implikasi gugurnya hak kepemilik an wakif dan
harta wakaf menjadi milik Allah atau milik umum yang dimanfaatkan untuk kepentingan
umum yang menjadi tujuan wakaf. Karena itu, harta wakaf tidak bisa dihibahkan,
diperjualbelikan, atau diwariskan.
Secara teknis, akad wakaf diatur dalam Pasal 1 ayat 1 PP No. 28 Tahun 1977 jo. Pasal
218 KHI: “Pihak yang mewakafkan tanahnya harus mengakad kan kehendaknya secara jelas
dan tegas kepada nazir di hadapan pejabat pembuat akta ikrar wakaf (PPIW), sebagaimana
dimaksud pasal 9 ayat 2 yang kemudian menuangkannya dalam bentuk akta ikrar wakaf
(AIW) dengan disaksikan oleh sekurangkurangnya dua orang saksi.”

PENDAYAGUNAAN BENDA WAKAF

Pengelolaan dan pendayagunaan wakaf memiliki fungsi serta tujuan untuk


mengembangkan pengelolaan wakaf secara produktif, tetapi tetap dijalankan sesuai prinsip
syariat. Selain itu, dibangun juga kemitraan pada bidangbidang yang bisa mengembangkan
wakaf secara produktif. Dalam pengembanganya, wakaf juga dilakukan melalui investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
perindustrian, pasar swalayan, pertokoan, sarana pendidikan, atau sarana kesehatan dan
usahausaha yang tidak bertentangan dengan syariat.

LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

Lembaga pengelola zakat di Indonesia terbagi menjadi dua yakni Badan Amil Zakat (BAZ)
dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Badan Amil Zakat dibentuk oleh pemerintah, Badan Amil
Zakat yang dibentuk di tingkat nasional disebut Badan Amil Zakat Nasional disingkat
BAZNAS dan yang dibentuk di daerah disebut Badan Amil Zakat Daerah disingkat BAZDA
yang terdiri dari BAZDA Provinsi, BAZDA Kabupaten atau Kota dan BAZDA Kecamatan.
Pengurus Badan Amil Zakat di setiap tingkatan pemerintahan diangkat dan disahkan oleh
kepala pemerintahan setempat atas usul perwakilan kantor urusan agama setempat.
Kepengurusan BAZ di setiap tingkatan pemerintahan terdiri atas Dewan Pertimbangan,
Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.

MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT

Secara Umum Pengelolaan Zakat diupayakan dapat menggunakan fungsi-fungsi manajemen


modern yang meliputi; Perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengarahan serta
pengawasan. Perencanaan meliputi; merumuskan rancang bangun organisasi, perencanaan
program kerja yang terdiri dari: penghimpunan (fundraising), pengelolaan dan
pendayagunaan. Pengorganisasian meliputi; kordinasi, tugas dan wewenang, penyusunan
personalia, perencanaan personalia dan recruiting. Pelaksanaan dan pengarahan terdiri dari;
pemberian motivasi, komunikasi, model kepemimpinan, dan pemberian reward dan sangsi.
Sedangkan pengawasan meliputi; Tujuan pengawasan, tipe pengawasan, tahap pengawasan
serta kedudukan pengawas.

a. Pengumpulan Zakat
Pemerintah tidak melakukan pengumpulan zakat, melainkan hanya berfungsi sebagai
coordinator, motivator, regulator, dan fasilitator, dalam pengelolaan zakat, pengumpulan
zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan lembaga amil
zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah, Badan Amil
Zakat nasional berkedudukan di ibukota Negara wilayah operasional. Badan Amil Zakat
adalah pengumpulan zakat pada instansi pemarintah tingkat pusat, swasta nasional, dan
perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Badan Amil Zakat di semua tingkatan
dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ), UPZ tidak bertugas untuk menyalurkan
dan mendayagunakan zakat, pengumpulan zakat dapat dilakukan melalui penyerahan
langsung (datang) ke Badan Amil Zakat, melalui counter zakat, Unit Pengumpul Zakat,
pos, bank, pemotongan gaji.
b. Pendayagunaan Zaakat
Pendayagunaan zakat erat kaitannya dengan bagaimana cara pendistribusiannya.
Kondisi itu dikarenakan jika pedistribusiannya tepat sasaran dan tepat guna, maka
pendayagunaan zakat akan lebih optimal l dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat, dijelaskan mengenai pendayagunaan adalah 1) Zakat dapat
didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan
peningkatan kualitas umat. 2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi.
Adapun jenis-jenis kegiatan pendayagunaan dana zakat:
1. Berbasis Sosial
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian dana langsung berupa
santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok mustahik.
2. Berbasis pengembangan ekonomi
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada
mustahik secara langsung maupun tidak langusng, yang pengelolaannya bisa
melibatkan maupun tidak melibatkan mustahik sasaran. Penyaluran dana zakat ini
diarahkan pada usaha ekonomi yang produktif, yang diharapkan hasilnya dapat
mengangkat taraf kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai