Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

Akuntansi Keuangan Wakaf

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Syariah


Dosen Pengampu:
Efriza Pahlevi Wulandari, SE.Sy., ME

Disusun Oleh Kelompok 13 kelas MKS 3B :

1. Ria Selvia Maylita (126406211053)


2. Riza Dyah Indriana (126406211055)
3. Umul Laila Nur Rosyida (126406211066)

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGANGGUNG
TAHUN AJARAN 2022/2023
1. PENDAHULUAN
Akuntansi merupakan sebuah proses yang memberikan informasi kinerja suatu
entitas dalam bentuk informasi keuangan. Dalam akuntansi, terdapat proses aktiva yang
terdiri dari pencatatan kejadian atau peristiwa ekonomi, penggolongan, dan peringkasan,
dan kemudian menyajikan kedalam jenis-jenis atau bentuk-bentukinformasi yang
diinginkan. Informasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi harus sesuai dengan tujuan
pendirian entitas. dan dari informasi akuntansi konvensional dipengaruhi oleh
lingkungan praktik bisnis dan sistem kapitalis, maka tidak semua praktik akuntansi dapat
diterima oleh masyarakat islam.
Dalam masyarakat muslim, hidup dan kehidupan harus mendasarkan alqur‟an
dan al-hadist, ketidaksesuaian aturan yang terdapat dalam ekonomi kapitalis harus
dihilangkan atau diganti dengan aturan baru, aturan yang sesuai dengan kedua sumber
hukum utama masyarakat muslim tersebut. Oleh sebab itu ekonomi Islam menyimpulkan
bahwa akuntansi islam adalah suatu proses aktivitas jasa, yang didalamnya ada aktivitas
pencatatan transaksi keuangan atau peristiwa ekonomi, penggolongan, peringkasan, dan
menyajikan dalam jenis-jenis informasi yang sesuai dengan tujuan pendirian entitas ;
proses aktivitas tersebut dan informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Al qur‟an dan Al-hadist.
Kegiatan perekonomian Islam mempunyai tujuan untuk kemanusiaan serta
mensejahterakan masyarakat umat atau masyarakat. Pada umumnya, wakaf dikenal
masyarakat sebagai merelakan tanah yang dimiliki unuk kepentingan keagamaan ataupun
untuk kepentingan sosial, seperti untuk pembangunan mushola, masjid, maupun sekolah.
Hal tersebut dapat menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat kurang tertarik
dengan kegiatan waqaf, dikarenakan selain peruntukannya yang terbatas, mereka juga
berpikirbahwa dengan melakukan waqaf memerlukan biaya yang tinggi. Peran waqaf
adalah sebagai salah satu hal untuk mensejahterakan ekonomi umat, juga sebagai salah
satu bentuk ibadah dengan mengharapkan ridho Allah SWT.
Pada saat ini banyak bermunculan lembaga sosial yang mengelola wakaf. Dengan
banyaknya bermunculan lembaga sosial di masyarakat, diharapkan dapat
mengoptimalkan potensi dana wakaf yang belum tergali secara besar. Mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam dan juga banyak masyarakat yang belum
mengamalkan wakaf karena kurangnya pemahaman masyarakat muslim tentang wakaf
maupun maksud disyariatkannya wakaf.

1
Manajemen pengelolaan wakaf merupakan hal yang sangat penting dalam
mengelola setiap harta wakaf. Karena berfungsi atau tidaknya sangat tergantung pada
kinerja nazhir dalam mengelola wakaf. Apabila pengelola wakaf kurang memahami
dalam mengelola harta benda wakaf, sehingga dapat mengakibatkan potensi harta wakaf
untuk mensejahterakan perekonomian masyarakat menjadi tidak optimal. Terdapat
beberapa kasus yang menemukan adanya pengelola wakaf yang kurang memegang
amanah, seperti melakukan penyimpangan dalam setiap pengelolaan harta benda wakaf,
kurang melindungi harta benda wakaf, dan kecurangan-kecurangan lain sehingga
mengakibatkan harta benda wakaf tersebut dapat berpindah tangan. Kinerja dalam
pengelolaan wakaf yang ada sekarang ini, banyak kita temukan harta wakaf yang tidak
berkembang dan kurang optimal. Oleh karena itu, peran manajemen profesional dan
seorang pengelola (nazhir) yang amanah sangat dibutuhkan dalam mengelola setiap harta
benda wakaf sehingga dapat mengambil manfaatnya untuk kepentingan masyarakat
banyak.
Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun merasa pembahasan ini sangat penting
untuk kita pelajari dan bahas bersama. Dalam kesempatan kali ini, penyusun akan
membahas materi ini yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk makalah yang
berjudul "Akuntansi Keuangan Wakaf".

2
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian wakaf
Secara etimologi, perkataan "waqaf" berasal dari kata bahasa Arab "Waqofa-
yaqifu-waqfa" yang berarti ragu-ragu, berhenti, memperlihatkan, memerhatikan
meletakkan, mengatakan, mengabdi, memahami, mencegah, menahan, dan tetap
berdiri. Secara umum dapat kita katakan bahwa, wakaf adalah suatu jenis pemberian
yang dilakukan dengan cara menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu
menjadikan manfaat dari benda tersebut untuk kemaslahatan umat. Yang
dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak
diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Sedangkan
cara pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif) tanpa imbalan.1
Pengertian wakaf tentunya tidak terlepas dari beberapa pendapat para ahli
fikih, ini didasari oleh kedudukan wakaf itu sendiri sebagai bagian dari ajaran islam.
Namun dari beberapa pendapat ahli fikih tersebut memberikan pengertian wakaf
dari segi istilah cenderung bersilang pendapat sehingga terjadilah perbedaan dalam
memberikan pemahaman tentang wakaf. Beberapa pandangan wakaf dari para imam
mazhab dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mazhab Hanafi
Dalam pandangan Imam Abu Hanifah memberikan definisi tentang wakaf yaitu
menahan suatu benda yang berdasarkan hukum, dimana status benda tersebut
tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
Ini artinya bahwa kepemilikan harta benda wakaf tersebut tetap menjadi milik si
wakif dan wakif berhak untuk menarik kembali wakaf yang telah diberikan
bahkan wakaf tersebut dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Substansi dari
wakaf hanyalah terletak pada pemanfaatan harta wakaf tersebut.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu pada dasarnya menyedekahkan
manfaat suatu harta benda kepada penerima wakaf (mauquf alaih) dengan
mengucapkan ikrar sesuai dengan keinginan wakif yang tidak berlaku untuk
selamanya.

1
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta:Kemenag RI.2013), hal.1

3
3. Menurut Imam Syafi'i dan Ahmad Bin Hambal
"Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai
milik Allah swt, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan
(sosial)".

4. Menurut Mazhab Imamiyah


Menurut Mazhab Imamiyah wakaf adalah menyedekahkan manfaat suatu
harta benda wakaf kepada mauquf alaih dan status harta benda wakaf tersebut
menjadi milik mauquf alaih akan tetapi tidak boleh melakukan suatu tindakan
atas harta bendatersebut baik menjual maupun menghibahkanya.2
Rumusan yang termuat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 215
ayat (1) dikatakan bahwa "wakaf adalah perbuatan hukum seseorang atau
kelompok orang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda
miliknya dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan umum
lainnya sesuai dengan ajaran Islam"."
Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang
Perwakafan Tanah Milik Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa "Wakaf adalah
Perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari
harta kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-
lamanya untuk kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran agama Islam".
Seiring dengan perkembangan yang terjadi serta beberapa permasalahan
dalam perihal perwakafan maka pemerintah bentuk upaya berupaya untuk
melahirkan produk hukum yang mampu untuk menjawab persoalan tersebut.
Salah satu pemerintah adalah dengan melahirkan Undang-undang Nomor 41
Tahun 2004 Tentang Wakaf.
Adapun pengertian wakaf dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
tentang Wakaf dikatakan bahwa "Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk
memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk
dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
syariah"." Pada tataran ini wakaf tidak lagi hanya sebatas pada benda tidak
bergerak akan tetapi mengalami dinamika yang cukup signifikan yaitu
termasuk benda bergerak seperti halnya wakaf uang, saham, dan lain

2
Hujriman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit Deepublish,2018), hal.3
4
sebagainya.3
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa wakaf
merupakan suatu tindakan pemanfaatan harta benda wakaf yang dilakukan oleh
wakif baik dalam bentuk benda tidak bergerak maupun benda bergerak yang
secara hukum memenuhi syarat dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat
luas.

2.2 Perwakafan menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.


2.2.1. Definisi Seputar Wakaf
Menurut Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, memberikan
penjelasan beberapa definisi seputar wakaf, yaitu4 :
❖ Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk jangka waktu tertentu
sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan
umum.
❖ Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
❖ Ikrar wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara
lisan dan atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda
miliknya.
❖ Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
❖ Harta benda wakaf, adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama
dan atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut
syariah yang diwakafkan oleh wakif.
❖ Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf selanjutnya disingkat PPAIW, adalah
pejabat berwenang yang ditetapkan oleh menteri untuk membuat akta
ikrarwakaf.
❖ Badan Wakaf Indonesia adalah lembaga independen untuk
mengembangkanperwakafan di Indonesia.
❖ Pemerintah adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas presiden beserta para mentri.
❖ Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang agama.

3
Ibid. Hal. 5
4
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama,2008) hal.57
5
2.2.2. Unsur-unsur Wakaf
Dari beberapa istilah tentang wakaf di atas dapatlah diketahui bahwa
unsur unsur wakafitu adalah terdiri dari :
a. Orang yang berwakaf (wakif) yaitu pemilik harta benda yang diwakafkan.
b. Harta yang diwakafkan (mauquf bih).
c. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima wakaf.
d. Persyaratan wakaf dari wakil yang disebut shighat atau ikrar wakaf.

Jika dilihat dari definisi wakaf menurut Undang-Undang No. 41 tahun


2004ini, bahwa setiap harta yang diwakafkan itu keluar dari kepemilikan
orang yang mewakafkan (wakif) dan barang tersebut secara hukum
dianggap milik Allah SWT.Bagi wakif terhalang memanfaatkannya untuk
kepentingan dirinya dan wajib mendermakan hasilnya sesuai dengan
tujuannya.
Selanjutnya, dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pihak
yang mewakafkan harta bendanya disebut wakif. Dalam melaksanakan
wakaf tersebut harus dilakukan ikrar wakaf yaitu pernyataan kehendak
wakif yang diucapkan secara lisan dan atau tulisan kepada nadzir untuk
mewakafkan harta benda miliknya.
Berdasarkan hasil penelaahan, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
memerlukan 8peraturan pemerintah:
a) Peraturan pemerintah yang mengatur syarat-syarat, kewajiban, dan hak nadzir.
b) Peraturan pemerintah yang mengatur Akta Ikrar Wakaf.
c) Peraturan pemerintah yang mengatur wakaf benda bergerak.
d) Peraturan pemerintah yang mengatur Pejabat Pembuat Akta Ikrar
Wakaf, tata carapendaftaran dan pengumuman harta benda wakaf.
e) Peraturan pemerintah yang mengatur perubahan status harta benda wakaf.
f) Peraturan Pemerintah yang mengatur pengolahan dan pengembangan
harta benda wakaf.
g) Peraturan pemerintah yang mengatur bentuk pembinaan dan pengawasan
oleh mentriyang menangani wakaf dan Badan Wakaf Indonesia.
h) Peraturan pemerintah yng mengatur pelaksanaan sanksi administratif atas
tidak didaftarkannya harta benda wakaf oleh lembaga keuangan syariah
dan pejabat pembuat akta Ikrar Wakaf.

6
Delapan peraturan pemerintah tersebut tidak dibuat satu persatu, tetapi
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

2.2.3. Tujuan Pembentukan UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf


Adapun tujuan dari pembentukan Undang-Undang No 41 tahun 2004
tentang wakaf yaitu:
a. Untuk menciptakan tertib hukum dan administrasi wakaf guna
melindungi harta benda wakaf.
Dalam undang-undang ditetapkan bahwa hukum wakaf wajib dicatat,
dituangkan dalam akta Ikrar wakaf (AIW), didaftarkan, dan diumumkan
dalam media yang diatur dalam peraturan perundang undangan. Dalam
praktiknya, wakaf dibedakan menjadi dua; (a) wakaf yang pengolahan
dan pemanfaatannya terbatas untuk kaum kerabat (wakaf ahli), serta
(b) wakaf yang pengolahannya dan pemanfaatannya untuk
kepentingan masyarakat umum sesuai dengan tujuan dan fungsi wakaf
(wakaf khairi). Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf
ahli dan wakaf khairi dipandang sama. Oleh karena itu, baik ikrar wakaf
khairi maupun ikrar wakaf ahli wajib dicatat, dituangkan dalam akta
ikrar wakaf, didaftarkan, dan diumumkan dalam media yang diatur
dalam peraturan perundang –undangan.
b. Untuk memeperluas ruang lingkup obyek wakaf.
Sementara ini obyek wakaf cenderung dipahami terbatas pada benda
tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan. Dalam undang-undang ini
ditetakan bahwa benda wakaf boleh benda bergerak dan tidak bergerak,
serta benda yang berwujud (empiris) dan tidak empiris, seperti wakaf
uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual,
dan hak sewa. Wakif data mewakafkan benda bergerak dalam bentuk
uang melalui lembaga syari’ah.
c. Untuk memperluas ruang lingkup penggunaan wakaf.
Dalam Undang Undang ini ditetapkan bahwa harta benda wakaf tidak
semata-mata digunakan untuk kepentingan ibadah dan sosial, tetapi juga
diarahkan untuk memajukan kesejahteraan umum dengan cara menggali
potensi dan manfaat ekonomi harta benda wakaf. Undang-Undang ini

7
memberi peluang kepada para nazhir untuk memasuki kegiatan ekonomi
secara luas dalam pengolahan harta benda wakaf sesuai dengan prinsip
manejemen dan ekonomi syariah.
d. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak
ketiga yang merugikan kepentingan wakaf.
Salah satu cara yang (akan) dilakukan melalui undang-undang ini adalah
meningkatkan kemampuan professional nazhir.
e. Untuk membentuk Badan Wakaf Indonesia yang mempunyai perwakilan
di daerah sesuai dengan kebutuhan yang bersifat independent. Salah
satunya adalah melakukan pembinaan terhadap para nazhir.

2.3 Wakaf Tunai (Uang)


Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang ,kelompok orang,
lembaga, atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian
uang adalah surat-surat berharga. Pasal 16 ayat 3 UU Nomor 41 tahun 2004
mengklasifikasikan bahwa benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah benda
yang tidak habis (sekaligus) karena dikonsumsi. Benda wakaf yang termasuk benda
bergerak mencakup:
1. Uang.
2. Logam mulia.
3. Surat berharga.
4. Kendaraan.
5. Hak atas kekayaan intelektual.
6. Hak sewa
7. Benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.5

Secara khusus wakaf benda bergerak berupa uang diatur dalam pasal 28 s.d.
pasal 31 UU Nomor 41 tahun 2004. Ketentuan mengenai wakaf uang adalah:
1. Wakif diperbolehkan mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui
lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri.
2. Wakaf uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak wakif yang
dilakukan secara tertulis.
3. Wakaf diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.

5
http:/www.djpp.depkumham.
8
4. Sertifikat wakaf uang diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan
syariah kepada wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.
5. Lembaga keuangan syariah atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf
berupa uang kepada menteri selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak
diterbitkan sertifikat wakaf uang.6

Secara khusus, dasar hukum yang dijadikan sandaran diper bolehkannya


wakaf uang adalah:
1. Pendapat Imam Az-Zuhri (w. 124 H), bahwa mewakafkan dinar hukumnya
boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai modal usaha kemudian
keuntungannya disalurkan pada mauquf alaih.7
2. Ulama mazhab Hanafi yang membolehkan wakaf uang dinar dan dirham
sebagai pengecualian, atas dasar Istihsan bi al-'Urfi, berdasarkan atsar
Abdullah ibn Mas'ud. 8
“Apa yang dipandang baik oleh kaum muslim, maka dalam pandangan Allah
adalah baik, dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslim, maka dalam
pandangan Allah pun buruk”.

3. Pendapat sebagian ulama Syafi'iyah, yang membolehkan wakaf tunai.


“Abu Tsaur meriwayatkan dari Asy-Syafi'i tentang kebolehan wakaf
dinar dan dirham (uang)”.9
Dasar hukum tentang wakaf uang sebagaimana dipaparkan di atas,
apabila didasarkan pada tartib (urutan) mashadir al-ahkam, berada pada
tingkatan ketiga, yakni ijtihad. Hal itu terbukti dengan tidak adanya ayat ayat
Al-Quran dan teks-teks hadis yang secara tegas menyatakan tentang wakaf
uang. Imam Malik membolehkan menjual benda wakaf dan berwakaf dinar dan
dirham didasarkan pada pertimbangan maslahat al-mursalah. Demikian pula,
Abu Hanifah membolehkan wakaf uang berdasarkan pertimbangan istihsan.
Al-Sarakhsi,10 ulama Hanafiah terkemuka, memberikan pengertian
istihsan pada hakikatnya adalah dua macam kias. Yang pertama kias yang jelas
(qiyas jali) dan yang kedua dengan kias yang tersembunyi (qiyas khafi). Kedua
kias tersebut memiliki pengaruh yang kuat. Karena pengaruh yang kuat itulah

6
Ibid
7
Abu Suud Muhammad, Risalah Fi Jawad Al-Nuqud, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1997, hlm. 20-21.
8
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Asillatuhu, Damsyik: Dar Al-Fikr, 1985, Juz VIII, hlm. 162
9
Al-Mawarddi, Al-Hawi Al-Kabir, (takhkik Mahmud Mathraji), Beirut: Dar Al-Fikr, 1994, Juz IX, hlm. 379.
10
Al-Sarakhsi, Al-Mabsudth, Juz X, mesir: Mathba’ah Al Sa,adat, 1321 H, hlm. 82.
9
Abu Hanifah mengutamakan istihsan daripada kias.
Beberapa negara yang telah memprakarsai dan mengembangkan wakaf
antara lain Qatar dan Kuwait, dalam bentuk bangunan perkantoran yang
disewakan dan hasilnya digunakan untuk kegiatan umat Islam. Turki dan
Bangladesh memberikan alokasi dana 5% pada badan pengelola wakaf.
Meskipun Bangladesh tergolong miskin, fasilitas pendidikan dan kesehatan jauh
lebih baik dari Indonesia. Begitu juga, India, The Central Waqf Council India
mendapatkan 6% dari net income pengelolaan dana wakaf. Demikian pula,
Arab Saudi dan Mesir.
2.4 Akuntabilitas Wakaf Tunai
Sampai saat ini istilah wakaf tunai belum begitu familiar di kalangan publik.
Padahal, peraturan tentang wakaf tunai telah ditetapkan lima tahun yang lalu,
bersamaan dengan diundangkannya UU No. 41/2004 tentang Wakaf. PP No.
42/2006 pun telah dikeluarkan sebagai peraturan pelaksanaannya.

Demasa ini, khususnya di Indonesia, wakaf hanya berfungsi sebagai modal


penyangga iman dan pemelihara tradisi dan budaya keagamaan kaum Muslim.
Peruntukan wakaf berkisar antara masjid, madrasah, dan pekuburan. Tidak biasa
terdengar wakaf untuk pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, wakaf untuk
sarana seni, budaya dan olahraga, atau yang sangat urgen, wakaf untuk riset dan
pengembangan sains dan teknologi. Padahal, sebenarnya lembaga wakaf ini telah
dilaksanakan kaum muslim Indonesia sejak datangnya Islam di Nusantara.
Munculnya penetapan tentang wakaf tunai dalam peraturan perundangan
Indonesia sangatlah fenomenal karena uang bukan merupakan aset tetap yang
berbentuk benda tidak bergerak seperti tanah, melainkan aset lancar. Ketentuan ini
pun berbeda dengan pemahaman mayoritas umat Islam Indonesia yang selama ini
banyak dipengaruhi oleh pemikiran Syafiiyyah. Menurut pemikiran tersebut, barang
yang diwakafkan harus kekal manfaatnya, baik barang yang tidak bergerak maupun
barang bergerak. Secara tegas, mazhab ini tidak membolehkan wakaf uang karena
uang akan lenyap ketika dibayarkan sehingga menjadi tidak berwujud.
Tampaknya, opini umat Islam seperti inilah yang ikut menyebabkan potensi
wakaf tunai tidak terberdayakan. Padahal, sebenarnya dalam catatan sejarah, wakaf
tunai telah dipraktikkan oleh masyarakat yang menganut mazhab Hanafi. Imam
Bukhari mengungkapkan bahwa Imam Az-Zuhri berpendapat dinar dan dirham
(keduanya mata uang yang berlaku di Timur Tengah) boleh diwakafkan. Caranya
10
dengan menjadikan dinar dan dirham itu sebagai modal usaha (dagang), kemudian
menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf.
Sementara itu, jika dilihat perkembangan sistem perekonomian yang
berkembang di Indonesia sekarang ini, sangatlah mungkin melaksanakan wakaf
tunai, yaitu dengan cara menyerahkannya pada lembaga nazhir. Nazhir tersebut
harus lembaga keuangan syariah yang diberi wewenang untuk menerima,
menyalurkan, dan mengelola dana wakaf. Difungsikannya lembaga keuangan
syariah, khususnyaperbankan syariah, sebagai nazhir memiliki beberapa keunggulan
yang dapat mengoptimalkan operasionalisasi harta (dana) wakaf, yaitu ia memiliki
jaringan kantor, memiliki kemampuan sebagai fund manager, memiliki pengalaman
dalam jaringan informasi dan peta distribusi, dan memiliki citra positif.

Selain itu, pengelolaan dan pengembangan wakaf tunai harus dilakukan


melalui investasi pada produk-produk lembaga keuangan syariah dan/atau instrumen
keuangan syariah. Pengelolaan dan pengembangannya pun harus mengikuti program
lembaga penjamin simpanan sesuai dengan peraturan perundangan. Apabila
diinvestasikan di luar bank syariah, ia harus diasuransikan pada asuransi syariah.
Mengenai pemberdayaannya, uang yang diwakafkan dapat dijadikan modal usaha
atau diinvestasikan dalam wujud saham di perusahaan yang bonafid atau
didepositokan di perbankan syariah, kemudian keuntungannya disalurkan sebagai
hasil wakaf.
Persoalan krusial yang sangat potensial muncul ke permukaan, yaitu tentang
akuntabilitas pengelolaan hasil dana wakaf tunai. Akuntabilitas ini sangat
menentukan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap institusi wakaf tersebut. Oleh
karena itu, semua pihak, termasuk BWUT MUI DIY, harus senantiasa
mengaplikasikan akuntasi syariah secara konsisten. Bukannya terjebak dalam
akuntansi kapitalis yang menerapkan entity theory dan proprietary theory.
Akuntansi syariah tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas (accountability)
manajemen terhadap pemilik institusi (stockholders), tetapi juga sebagai
akuntabilitas kepada stakeholders, alam, dan Tuhan. Pertanggungjawaban
akuntabilitasnya tidak hanya diberikan kepada para wakif (pihak yang berwakaf)
dan pemerintah, tetapi juga kepada masyarakat (stakeholders), alam (universe) yang
dinamakan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability), dan Tuhan yang
disebut akuntabilitas vertikal (vertical accountability).

11
2.5. Akuntansi Keuangan Wakaf
2.5.1. Siklus Akuntansi Wakaf

Siklus akuntansi wakaf sama dengan siklus akuntansi syariah.


Proses/siklus akuntansi syariah tidak berbeda dengan siklus akuntansi
pada umumnya yakni mulai dari bukti transaksi yang dibuat jurnal,
kemudian posting di buku besar, disusun dalamneraca saldo, jurnal
penyesuaian, sampai diterbitkan laporan keuangan. Untuk lebih jelasnya,
berikut ini alur akuntansinya.

1. Bukti transaksi
Transaksi merupakan kejadian yang dapat mempengaruhi posisi
keuangan dari suatu organisasi, yang mengakibatkan perubahan minimal
dua akun. Transaksi biasanya dibuktikan dengan dokumen atau bukti
transaksi.
Bukti transaksi merupakan suatu bukti tertulis sebagai akibat dari
transaksi atau aktifitas perusahaan yang menyebabkan perubahan pada
harta keuangan perusahaan. Contoh bukti transaksi seperti nota, kwitansi,
faktur, cek, bilyet giro, dan sebagainya.
2. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat segala jenis transaksi yang terjadi di
dalam suatu perusahaan. Setiap jurnal menunjukkan pengaruh debet dan
12
kredit. Berikut ini diberikan contoh sederhana kasus wakaf:
Tanggal 02 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri menerima wakaf tunai Rp
4.000.000 dari wakaf.
03 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri menjalin kemitraan
dengan Lembaga Keuangan Syariah Amanah terkait pembiayaan wakaf
produktif. LKS Amanah membiayai usaha tersebut sebesar 100.000.000.
26 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri melakukan pembayaran
biayaoperasionalsebesar 800.000.
30 Januari 2019 nazhir menerima imbalan sebesar 5% dari
keuntungan penjualan wakaf produktif bulan lalu. Keuntungan sebesar
40.000.000.
Dari transaksi di atas, jurnal yang harus dicatat oleh Lembaga Wakaf
Mandiri sebagai berikut:

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Januari 2 Kas 4.000.000
2019 Wakaf 4.000.000
Mencatat penerimaan wakaf tunai
3 Kas 100.000.000
Utang-LKS 100.000.000
Amanah
Mencatat adanya kerjasama pembiayaan
26 Beban Operasional 800.000
Kas 800.000
Mencatat pembayaran biaya operasional
30 Imbalan nazhir 2.000.000
Kas 2.000.000
Mencatat imbalan nazhir sebesar 5% dari keuntungan

3. Buku besar
Buku besar berfungsi untuk meringkas dan menggolongkan semua data
transaksi yang sudah dijurnal ke dalam tiap-tiap akun buku besar yang
kemudian menghasilkan saldo akhir di masing-masing akun. Buku besar
menyediakan informasi tentang perubahan dalam saldo rekening tertentu.
Secara umum, buku besar terdiri dari kelompok aktiva, kewajiban, dan
13
modal.
Berdasarkan jurnal di atas berikut contoh pencatatan pada buku besar
LembagaWakaf Mandiri atas akun Kas. Pada periode sebelumnya memiliki
saldo Kas sebesar Rp 30.000.000

Nama Akun : Kas No. Akun : 1100


Tanggal Uraian Ref Debet Kredit Saldo
1 Saldo awal 30.000.000
2 JU 1 4.000.000 34.000.000
3 JU 1 100.000.000 134.000.000
26 JU 1 800.000 133.200.000
30 JU 1 2.000.000 131.200.000

4. Neraca Saldo
Neraca saldo (trial balance) umumnya disiapkan pada akhir periode
akuntansi yang menunjukkan daftar rekening dan saldonya. Saldo debet berada
di sebelah kiri dan saldo kredit di sebelah kanan. Tujuannya adalah untuk
menyeimbangkan antara debet dan kredit sebagai prinsip pembukuan
berpasangan. Pada penyusunannya, neraca saldo didasarkan pada akun-akun
buku besar yang ada, sehingga jumlah akun pada lembaga wakaf satu dengan
yang lainnya akan berbeda.
5. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat apabila antara yang tercatat tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Penyesuaian dilakukan dengan tujuan mengoreksi
suatu rekening agar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Berikut contoh
beberapa akun yang diperlukan jurnal penyesuaian:
a. Beban yang masih harus dibayar. Seperti beban gaji, beban listrik, beban
sewa,dan lain sebagainya.

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Xx x Beban Gaji xxx
Utang Gaji Xxx

b. Pendapatan yang masih harus diterima. Merupakan penghasilan yang


belum diterima oleh pihak lembaga wakaf.

14
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Xx x Beban Gaji xxx
Utang Gaji Xxx

c. Pendapatan diterima dimuka. Yaitu penghasilan yang sudah diterima


tetapi belum dapat diakui sebagai pendapatan sepenuhnya pada periode
tersebut.

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Xx x Pendapatan diterima Xxx
dimuka
Pendapatan sewa Xxx

d. Beban dibayar dimuka. Yaitu beban yang telah dibayarkan tetapi belum
dapatdiakui sebagai beban pada periode yang bersangkutan.

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Xx x Beban perlengkapan Xxx
Perlengkapan Xxx

e. Penyusutan. Merupakan biaya yang dialokasikan untuk suatu aset tetap


padasuatu periode tertentu.

Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit


Xx x Beban penyusutan Xxx
Akumulasi Xxx
penyusutan

6. Neraca Lajur
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan dibuatlah neraca lajur
atau kertas kerja. Lembaga wakaf harus membuat neraca lajur dengan cara
memindahkan akun-akun dari neraca saldo dan jurnal penyesuaian yang
sebelumnya dibuat.
7. Laporan Keuangan Secara umum, laporan keuangan terdiri dari:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan modal

15
d. Laporan arus kas, dan
e. Catatan atas laporan keuangan

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Syariah, dalam PSAK 101:


Penyajian Laporan Keuangan Syariah, entitas wakaf memiliki lima laporan
keuangan yang formatnya sudah dicantumkan dalam bab sebelumnya, yaitu:

a. Laporan posisi keuangan


b. Laporan rincian aset wakaf
c. Laporan aktivitas
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan

8. Jurnal Penutup
Jurnal penutup dibuat pada akhir periode akuntansi yang dilakukan dengan
memindahkan saldo akun nominal ke dalam perkiraan modal, sehingga semua
akun nominal (sementara) akan bersaldo nol. Maka yang tersisa adalah akun riil
(tetap).

2.5.2. Transaksi Wakaf


a. Transaksi Wakaf Sosial
Berikut ini beberapa ilustrasi transaksi wakaf sosial.
• Pada tanggal 3 Januari 2020 Lembaga Wakaf Amal Bakti menerima wakaf
tunai Rp 3.000.000 dari wakif.
• Pada tanggal 6 Januari 2020 Lembaga Wakaf Amal Bakti melakukan
konversidana yang diterima untuk aset wakaf sosial sebesar Rp 3.000.000.
• Pada tanggal 27 Februari 2020 Lembaga Wakaf Amal Bakti melakukan
pembayaran untuk biaya operasional lembaga wakaf tunai sebesar Rp
700.000.
• Lembaga Wakaf Amal Bakti melakukan penyusutan dari dana aset wakaf
sebesar Rp 200.000 dengan periode penyusutan selama 20 tahun.

b. Transaksi Wakaf Produktif


Transaksi untuk akuntansi pemberdayaan aset wakaf produktif dapat
dilakukan dengan kerjasama berbentuk kemitraan dengan lembaga keuangan
syariah. Berikutiniilustrasi transaksi pemberdayaan aset wakaf produktif.
• Transaksi Pemberdayaan Aset Wakaf Produktif dengan Akad Salam
16
Yayasan Kita Bisa mendapat amanah untuk mengelola tanah wakaf
berupa kebun seluas 4 hektar. Gudang untuk menampung hasil perkebunan
(dalam hal ini jagung) dibangun dengan dana infak atau sedekah dari para
jamaah di lingkungan masjid. Untuk memberdayakan tanah wakaf
yang dikelolanya, maka nazhir menjalin kemitraan dengan Lembaga
Keuangan Syariah Sinarmas terkait pembiayaan menggunakan akad salam
pada tanggal 1 Maret 2019. Pembiayaan tersebut diperuntukkan untuk
biaya produksi jagung atau pengolahan kebun. Selanjutnya, nazhir akan
menyerahkan jagung hasilpanen ke lembaga keuangan syariah.

Kebun yang dikelola seluas 4 hektar, jagung hasil panen


diperkirakan mencapai 4 ton per hektar. Lembaga Keuangan Syariah
Sinarmas membiayai usaha tersebut sebesar Rp 200.000.000 dalam bentuk
pembelian jagung dengan harga Rp 5.000 per kilogram. Dengan demikian,
tiga bulan setelah selesai panen atau paling lambat 30 Juni 2019, nazhir
akan menyerahkan beras sebanyak 16ton (16.000 kg).

Untuk menghasilkan jagung tersebut, biaya operasional yang


dikeluarkan nazhir sebagai berikut
Upah tenaga kerja Rp 40.000.000
Bibit jagung Rp 2.000.000
Obat-obatan Rp 28.000.000
Pupuk Rp 30.000.000
Biaya produksi lainnya Rp 15.000.000
Total Rp 15.000.000

Sebagian keuntungan penjualan salam (jagung) dibagikan sebagai


hak nazhir sebesar 5%, sementara sebagian lagi untuk disalurkan
manfaatnya kepada mauquf alaih guna kepentingan agama dan umat.
Misalnya untuk memberikan permodalan kepada kaum duafa, membiayai
pendidikan agama Islam, dan kepentingan yanglainnya.

• Transaksi Pemberdayaan Aset Wakaf Produktif dengan Akad Ijarah


Yayasan Pondok Kasih melakukan pemberdayaan aset tanah
wakaf produktif dengan membangun pertokoan (ruko) yang letaknnya

17
cukup strategisdi dekat jalan raya. Ruko tersebut disewakan
kepada para pengusaha seperti pengusaha rumah makan, pakaian
muslim, jajanan khas daerah, dan lain sebagainya. Biaya pembangunan
menggunakan dana infak/sedekah.
Pembangunan gedung pertokoan dikerjakan oleh perusahaan
kontraktor yang harganya Rp 15.000.000.000 untuk 15 toko. Serah
terima gedung dari kontraktor kepada yayasan pada tanggal 3 Januari
2019 dan mulainya beroperasi. Penutupan buku dilakukan tanggal 31
Desember.
Biaya sewa per toko per tahun sebesar Rp 100.000.000. Pada
tanggal 6 Januari 2019, sewa dibayarkan kepada yayasan untuk 15 toko
dengan jangka waktu 2 tahun. Umur ekonomis toko 30 tahun tanpa nilai
residu.

2.5.3. Pencatatan Akuntansi Wakaf


Berdasarkan transaksi wakaf yang dilakukan di atas, maka pencatatannya ke
dalam jurnal sebagai berikut.
• Pencatatan Akuntansi Wakaf Sosial
a. Jurnal untuk mencatat penerimaan wakaf tunai
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Januari 3 Kas 3.000.000
2020 Wakaf 3.000.000

b. Jurnal untuk mencatat konversi dana yang diterima untuk aset wakaf
sosial,yakni pembangunan Gedung
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Januari 6 Aset Wakaf Sosial 3.000.000
2020 Kas 3.000.000

c. Jurnal untuk mencatat pembayaran biaya operasional.


Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Februari 27 Beban Operasional 700.000
2020 Kas 700.000

18
d. Jurnal untuk mencatat penyusutan selama 20 tahun.
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Desember 31 Beban Penyusutan 200.000
2020 Akumulasi 200.000
Penyusutan

• Pencatatan Wakaf Produktif

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Januari 1 Kas 200.000.000


2019 Utang Salam – 200.000.000
Lembaga
Keuangan Syariah
Sinarmas
Jurnal untuk mencatat adanya kerjasama pembiayaan
(akad salam) dengan LKS Sinarmas.

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Juni 1 Biaya Tenaga Kerja 40.000.000


2019 Biaya Bibit Jagung 2.000.000
Biaya Obat-Obatan 28.000.000
Biaya Pupuk 30.000.000
Biaya Produksi 15.000.000
Lainnya
Kas 115.000.000
Jurnal untuk mencatat biaya operasional.

19
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
Juni 29 Aset Salam — 115.000.000
2019 Barang Dalam Proses
Biaya Tenaga 40.000.000
Kerja
Biaya Bibit 2.000.000
Jagung
Biaya Obat- 28.000.000
Obatan
Biaya Pupuk 30.000.000
Biaya Produksi 15.000.000
lainnya
Jurnal untuk mencatat barang dalam proses (aset salam)
yang berasal dari biaya produksi.
Transaksi Pemberdayaan Aset Wakaf Produktif dengan Akad Salam

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)
Juni 30 Persediaan Barang 115.000.000
2019 Dagangan Salam —
Jagung
Aset Salam– 115.000.000
Barang dalam
proses
Jurnal untuk mencatat barang jadi (jagung) pada saat
Panen

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Juni 30 Utang Salam— 200.000.000


2019 Lembaga Keuangan
Syariah Sinarmas
Persediaan Barang 115.000.000
Dagangan Salam–
Jagung
Keuntungan 85.000.000
Penjualan
Salam—Jagung
Jurnal untuk mencatat penyerahan jagung kepada
Lembaga Keuangan Syariah Sinarmas sebagai penjualan.

20
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)

Juni 30 Imbalan Nazhir 4.250.000


2019
Kas 4.250.000
Jurnal untuk mencatat imbalan nazhir (5% x 85.000.000)

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Juni 30 Kegiatan Ekonomi 80.750.000


2019 Umat
Kas 80.750.000
Jurnal untuk mencatat penyaluran manfaat dari hasil neto
pengelolaan aset wakaf setelah dikurangi imbalan nazhir
(85.000.000 - 4.250.000)

Transaksi Pemberdayaan Aset Wakaf Produktif dengan Akad Ijarah

Dari ilustrasi transaksi dengan akad ijarah di atas, maka ayat jurnal yang
diperlukan untuk mencatat transaksi sebagai berikut

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Januari 3 Kas—Dana 15.000.000.000


2019 Infak/Sedekah
Penerimaan 15.000.000.000
Dana
Infak/Sedekah
Jurnal untuk mencatat penerimaan kas dari dana
infak/sedekah.

21
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)

Januari 3 Aset Kelolaan 15.000.000.000


2019 Dana
Infak/Sedekah—
Gedung
Kas—Dana 15.000.000.000
Infak/Sedekah
Jurnal untuk mencatat serah terima gedung dari kontraktor.

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit


Keterangan (Rp) (Rp)

Januari 6 Kas 3.000.000.000


2019 Pendapatan 3.000.000.000
Sewa (ijarah)
Diterima
Dimuka
Jurnal yang dibuat yayasan untuk mencatat penerimaan
pembayaran sewa selama 2 tahun (15 toko x 2 tahun x Rp
100.000.000)

Tanggal Nama Akun dan Ref Debet(Rp) Kredit(Rp)


Keterangan
Desember 31 Pendapatan Sewa 1.500.000.000
2019 (ijarah) Diterima
Dimuka
Penerimaan 1.500.000.000
Dana
Infak/Sedekah—
Pendapatan sewa
(ijarah)
Jurnal penyesuaian yang dibuat yayasan terkait sewa toko
(15 toko x Rp 100.000.000)

22
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
Desember 31 Beban Penyusutan 500.000.000
2019 Aset Kelolaan Dana
Infak/Sedekah—
Gedung
Akumulasi 500.000.000
Penyusutan Aset
Kelolaan Dana
Infak/Sedekah—
Gedung
Jurnal penyesuaian yang dibuat yayasan untuk mencatat
beban penyusutan toko (15.000.000.000 : 30 tahun)

23
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wakaf merupakan suatu tindakan pemanfaatan harta benda wakaf yang
dilakukanoleh wakif baik dalam bentuk benda tidak bergerak maupun benda bergerak
yang secara hukum memenuhi syarat dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat
luas.
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang ,kelompok orang,
lembaga, atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian
uang adalah surat-surat berharga. Pasal 16 ayat 3 UU Nomor 41 tahun 2004
mengklasifikasikan bahwa benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah benda yang
tidak habis (sekaligus) karena dikonsumsi.
Akuntansi syariah tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas (accountability)
manajemen terhadap pemilik institusi (stockholders), tetapi juga sebagai akuntabilitas
kepada stakeholders, alam, dan Tuhan. Pertanggungjawaban akuntabilitasnya tidak
hanya diberikan kepada para wakif (pihak yang berwakaf) dan pemerintah, tetapi juga
kepada masyarakat (stakeholders), alam (universe) yang dinamakan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability), dan Tuhan yang disebut akuntabilitas vertikal
(vertical accountability).
Siklus akuntansi wakaf sama dengan siklus akuntansi syariah. Proses/siklus
akuntansi syariah tidak berbeda dengan siklus akuntansi pada umumnya yakni mulai
dari bukti transaksi yang dibuat jurnal, kemudian posting di buku besar, disusun
dalamneraca saldo, jurnal penyesuaian, sampai diterbitkan laporan keuangan.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagai mestinya, semoga bermanfaat bagi
kita semua khususnya untuk kami sebagai penyusun makalah dan mahasiswa pada
umumnya. Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan dan kemampuan
yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam penyussunan makalah ini, baik dari
segi bahasa, materi, dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.

24
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. 2014. “Regulasi UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf”. Jurnal penelitian, 8(2).
IAIN Kudus.
Hujriman. 2018. Hukum Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta:Penerbit Deepublish.
Pradja, Juhaya S. 2015. Akuntansi Keuangan Syariah:Teori dan Praktik. Bandung:Cv
Pustaka Setia.
Tim Penyusun Buku.2016.Pedoman Akuntansi Wakaf. Jakarta:Badan Wakaf Indonesia.
Yolanda, Mevita, dan Muhammad Akhyar. (2018) “Menuju Terbentuknya PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) wakaf di Indonesia”, Reviu Akuntansi dan Bisnis
Indonesia, 2(2).

25

Anda mungkin juga menyukai