1
Manajemen pengelolaan wakaf merupakan hal yang sangat penting dalam
mengelola setiap harta wakaf. Karena berfungsi atau tidaknya sangat tergantung pada
kinerja nazhir dalam mengelola wakaf. Apabila pengelola wakaf kurang memahami
dalam mengelola harta benda wakaf, sehingga dapat mengakibatkan potensi harta wakaf
untuk mensejahterakan perekonomian masyarakat menjadi tidak optimal. Terdapat
beberapa kasus yang menemukan adanya pengelola wakaf yang kurang memegang
amanah, seperti melakukan penyimpangan dalam setiap pengelolaan harta benda wakaf,
kurang melindungi harta benda wakaf, dan kecurangan-kecurangan lain sehingga
mengakibatkan harta benda wakaf tersebut dapat berpindah tangan. Kinerja dalam
pengelolaan wakaf yang ada sekarang ini, banyak kita temukan harta wakaf yang tidak
berkembang dan kurang optimal. Oleh karena itu, peran manajemen profesional dan
seorang pengelola (nazhir) yang amanah sangat dibutuhkan dalam mengelola setiap harta
benda wakaf sehingga dapat mengambil manfaatnya untuk kepentingan masyarakat
banyak.
Berdasarkan pemaparan di atas, penyusun merasa pembahasan ini sangat penting
untuk kita pelajari dan bahas bersama. Dalam kesempatan kali ini, penyusun akan
membahas materi ini yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk makalah yang
berjudul "Akuntansi Keuangan Wakaf".
2
2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian wakaf
Secara etimologi, perkataan "waqaf" berasal dari kata bahasa Arab "Waqofa-
yaqifu-waqfa" yang berarti ragu-ragu, berhenti, memperlihatkan, memerhatikan
meletakkan, mengatakan, mengabdi, memahami, mencegah, menahan, dan tetap
berdiri. Secara umum dapat kita katakan bahwa, wakaf adalah suatu jenis pemberian
yang dilakukan dengan cara menahan (pemilikan) asal (tahbisul ashli), lalu
menjadikan manfaat dari benda tersebut untuk kemaslahatan umat. Yang
dimaksud tahbisul ashli ialah menahan barang yang diwakafkan itu agar tidak
diwariskan, dijual, dihibahkan, digadaikan, disewakan dan sejenisnya. Sedangkan
cara pemanfaatannya adalah menggunakan sesuai dengan kehendak pemberi wakaf
(wakif) tanpa imbalan.1
Pengertian wakaf tentunya tidak terlepas dari beberapa pendapat para ahli
fikih, ini didasari oleh kedudukan wakaf itu sendiri sebagai bagian dari ajaran islam.
Namun dari beberapa pendapat ahli fikih tersebut memberikan pengertian wakaf
dari segi istilah cenderung bersilang pendapat sehingga terjadilah perbedaan dalam
memberikan pemahaman tentang wakaf. Beberapa pandangan wakaf dari para imam
mazhab dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mazhab Hanafi
Dalam pandangan Imam Abu Hanifah memberikan definisi tentang wakaf yaitu
menahan suatu benda yang berdasarkan hukum, dimana status benda tersebut
tetap milik si wakif dalam rangka mempergunakan manfaatnya untuk kebajikan.
Ini artinya bahwa kepemilikan harta benda wakaf tersebut tetap menjadi milik si
wakif dan wakif berhak untuk menarik kembali wakaf yang telah diberikan
bahkan wakaf tersebut dapat diwariskan kepada ahli warisnya. Substansi dari
wakaf hanyalah terletak pada pemanfaatan harta wakaf tersebut.
2. Mazhab Maliki
Mazhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu pada dasarnya menyedekahkan
manfaat suatu harta benda kepada penerima wakaf (mauquf alaih) dengan
mengucapkan ikrar sesuai dengan keinginan wakif yang tidak berlaku untuk
selamanya.
1
Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta:Kemenag RI.2013), hal.1
3
3. Menurut Imam Syafi'i dan Ahmad Bin Hambal
"Tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai
milik Allah swt, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan
(sosial)".
2
Hujriman, Hukum Perwakafan di Indonesia, (Yogyakarta:Penerbit Deepublish,2018), hal.3
4
sebagainya.3
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa wakaf
merupakan suatu tindakan pemanfaatan harta benda wakaf yang dilakukan oleh
wakif baik dalam bentuk benda tidak bergerak maupun benda bergerak yang
secara hukum memenuhi syarat dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat
luas.
3
Ibid. Hal. 5
4
Jaih Mubarok, Wakaf Produktif, (Bandung: Simbiosa Rekatama,2008) hal.57
5
2.2.2. Unsur-unsur Wakaf
Dari beberapa istilah tentang wakaf di atas dapatlah diketahui bahwa
unsur unsur wakafitu adalah terdiri dari :
a. Orang yang berwakaf (wakif) yaitu pemilik harta benda yang diwakafkan.
b. Harta yang diwakafkan (mauquf bih).
c. Tujuan wakaf atau yang berhak menerima wakaf.
d. Persyaratan wakaf dari wakil yang disebut shighat atau ikrar wakaf.
6
Delapan peraturan pemerintah tersebut tidak dibuat satu persatu, tetapi
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
7
memberi peluang kepada para nazhir untuk memasuki kegiatan ekonomi
secara luas dalam pengolahan harta benda wakaf sesuai dengan prinsip
manejemen dan ekonomi syariah.
d. Untuk mengamankan harta benda wakaf dari campur tangan pihak
ketiga yang merugikan kepentingan wakaf.
Salah satu cara yang (akan) dilakukan melalui undang-undang ini adalah
meningkatkan kemampuan professional nazhir.
e. Untuk membentuk Badan Wakaf Indonesia yang mempunyai perwakilan
di daerah sesuai dengan kebutuhan yang bersifat independent. Salah
satunya adalah melakukan pembinaan terhadap para nazhir.
Secara khusus wakaf benda bergerak berupa uang diatur dalam pasal 28 s.d.
pasal 31 UU Nomor 41 tahun 2004. Ketentuan mengenai wakaf uang adalah:
1. Wakif diperbolehkan mewakafkan benda bergerak berupa uang melalui
lembaga keuangan syariah yang ditunjuk oleh menteri.
2. Wakaf uang dilaksanakan oleh wakif dengan pernyataan kehendak wakif yang
dilakukan secara tertulis.
3. Wakaf diterbitkan dalam bentuk sertifikat wakaf uang.
5
http:/www.djpp.depkumham.
8
4. Sertifikat wakaf uang diterbitkan dan disampaikan oleh lembaga keuangan
syariah kepada wakif dan nazhir sebagai bukti penyerahan harta benda wakaf.
5. Lembaga keuangan syariah atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf
berupa uang kepada menteri selambat-lambatnya tujuh hari kerja sejak
diterbitkan sertifikat wakaf uang.6
6
Ibid
7
Abu Suud Muhammad, Risalah Fi Jawad Al-Nuqud, Beirut: Dar Ibn Hazm, 1997, hlm. 20-21.
8
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami wa Asillatuhu, Damsyik: Dar Al-Fikr, 1985, Juz VIII, hlm. 162
9
Al-Mawarddi, Al-Hawi Al-Kabir, (takhkik Mahmud Mathraji), Beirut: Dar Al-Fikr, 1994, Juz IX, hlm. 379.
10
Al-Sarakhsi, Al-Mabsudth, Juz X, mesir: Mathba’ah Al Sa,adat, 1321 H, hlm. 82.
9
Abu Hanifah mengutamakan istihsan daripada kias.
Beberapa negara yang telah memprakarsai dan mengembangkan wakaf
antara lain Qatar dan Kuwait, dalam bentuk bangunan perkantoran yang
disewakan dan hasilnya digunakan untuk kegiatan umat Islam. Turki dan
Bangladesh memberikan alokasi dana 5% pada badan pengelola wakaf.
Meskipun Bangladesh tergolong miskin, fasilitas pendidikan dan kesehatan jauh
lebih baik dari Indonesia. Begitu juga, India, The Central Waqf Council India
mendapatkan 6% dari net income pengelolaan dana wakaf. Demikian pula,
Arab Saudi dan Mesir.
2.4 Akuntabilitas Wakaf Tunai
Sampai saat ini istilah wakaf tunai belum begitu familiar di kalangan publik.
Padahal, peraturan tentang wakaf tunai telah ditetapkan lima tahun yang lalu,
bersamaan dengan diundangkannya UU No. 41/2004 tentang Wakaf. PP No.
42/2006 pun telah dikeluarkan sebagai peraturan pelaksanaannya.
11
2.5. Akuntansi Keuangan Wakaf
2.5.1. Siklus Akuntansi Wakaf
1. Bukti transaksi
Transaksi merupakan kejadian yang dapat mempengaruhi posisi
keuangan dari suatu organisasi, yang mengakibatkan perubahan minimal
dua akun. Transaksi biasanya dibuktikan dengan dokumen atau bukti
transaksi.
Bukti transaksi merupakan suatu bukti tertulis sebagai akibat dari
transaksi atau aktifitas perusahaan yang menyebabkan perubahan pada
harta keuangan perusahaan. Contoh bukti transaksi seperti nota, kwitansi,
faktur, cek, bilyet giro, dan sebagainya.
2. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat segala jenis transaksi yang terjadi di
dalam suatu perusahaan. Setiap jurnal menunjukkan pengaruh debet dan
12
kredit. Berikut ini diberikan contoh sederhana kasus wakaf:
Tanggal 02 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri menerima wakaf tunai Rp
4.000.000 dari wakaf.
03 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri menjalin kemitraan
dengan Lembaga Keuangan Syariah Amanah terkait pembiayaan wakaf
produktif. LKS Amanah membiayai usaha tersebut sebesar 100.000.000.
26 Januari 2019 Lembaga Wakaf Mandiri melakukan pembayaran
biayaoperasionalsebesar 800.000.
30 Januari 2019 nazhir menerima imbalan sebesar 5% dari
keuntungan penjualan wakaf produktif bulan lalu. Keuntungan sebesar
40.000.000.
Dari transaksi di atas, jurnal yang harus dicatat oleh Lembaga Wakaf
Mandiri sebagai berikut:
3. Buku besar
Buku besar berfungsi untuk meringkas dan menggolongkan semua data
transaksi yang sudah dijurnal ke dalam tiap-tiap akun buku besar yang
kemudian menghasilkan saldo akhir di masing-masing akun. Buku besar
menyediakan informasi tentang perubahan dalam saldo rekening tertentu.
Secara umum, buku besar terdiri dari kelompok aktiva, kewajiban, dan
13
modal.
Berdasarkan jurnal di atas berikut contoh pencatatan pada buku besar
LembagaWakaf Mandiri atas akun Kas. Pada periode sebelumnya memiliki
saldo Kas sebesar Rp 30.000.000
4. Neraca Saldo
Neraca saldo (trial balance) umumnya disiapkan pada akhir periode
akuntansi yang menunjukkan daftar rekening dan saldonya. Saldo debet berada
di sebelah kiri dan saldo kredit di sebelah kanan. Tujuannya adalah untuk
menyeimbangkan antara debet dan kredit sebagai prinsip pembukuan
berpasangan. Pada penyusunannya, neraca saldo didasarkan pada akun-akun
buku besar yang ada, sehingga jumlah akun pada lembaga wakaf satu dengan
yang lainnya akan berbeda.
5. Jurnal Penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat apabila antara yang tercatat tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Penyesuaian dilakukan dengan tujuan mengoreksi
suatu rekening agar mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Berikut contoh
beberapa akun yang diperlukan jurnal penyesuaian:
a. Beban yang masih harus dibayar. Seperti beban gaji, beban listrik, beban
sewa,dan lain sebagainya.
14
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Xx x Beban Gaji xxx
Utang Gaji Xxx
d. Beban dibayar dimuka. Yaitu beban yang telah dibayarkan tetapi belum
dapatdiakui sebagai beban pada periode yang bersangkutan.
6. Neraca Lajur
Untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan dibuatlah neraca lajur
atau kertas kerja. Lembaga wakaf harus membuat neraca lajur dengan cara
memindahkan akun-akun dari neraca saldo dan jurnal penyesuaian yang
sebelumnya dibuat.
7. Laporan Keuangan Secara umum, laporan keuangan terdiri dari:
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan modal
15
d. Laporan arus kas, dan
e. Catatan atas laporan keuangan
8. Jurnal Penutup
Jurnal penutup dibuat pada akhir periode akuntansi yang dilakukan dengan
memindahkan saldo akun nominal ke dalam perkiraan modal, sehingga semua
akun nominal (sementara) akan bersaldo nol. Maka yang tersisa adalah akun riil
(tetap).
17
cukup strategisdi dekat jalan raya. Ruko tersebut disewakan
kepada para pengusaha seperti pengusaha rumah makan, pakaian
muslim, jajanan khas daerah, dan lain sebagainya. Biaya pembangunan
menggunakan dana infak/sedekah.
Pembangunan gedung pertokoan dikerjakan oleh perusahaan
kontraktor yang harganya Rp 15.000.000.000 untuk 15 toko. Serah
terima gedung dari kontraktor kepada yayasan pada tanggal 3 Januari
2019 dan mulainya beroperasi. Penutupan buku dilakukan tanggal 31
Desember.
Biaya sewa per toko per tahun sebesar Rp 100.000.000. Pada
tanggal 6 Januari 2019, sewa dibayarkan kepada yayasan untuk 15 toko
dengan jangka waktu 2 tahun. Umur ekonomis toko 30 tahun tanpa nilai
residu.
b. Jurnal untuk mencatat konversi dana yang diterima untuk aset wakaf
sosial,yakni pembangunan Gedung
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Januari 6 Aset Wakaf Sosial 3.000.000
2020 Kas 3.000.000
18
d. Jurnal untuk mencatat penyusutan selama 20 tahun.
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan
Desember 31 Beban Penyusutan 200.000
2020 Akumulasi 200.000
Penyusutan
19
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
Juni 29 Aset Salam — 115.000.000
2019 Barang Dalam Proses
Biaya Tenaga 40.000.000
Kerja
Biaya Bibit 2.000.000
Jagung
Biaya Obat- 28.000.000
Obatan
Biaya Pupuk 30.000.000
Biaya Produksi 15.000.000
lainnya
Jurnal untuk mencatat barang dalam proses (aset salam)
yang berasal dari biaya produksi.
Transaksi Pemberdayaan Aset Wakaf Produktif dengan Akad Salam
20
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
Dari ilustrasi transaksi dengan akad ijarah di atas, maka ayat jurnal yang
diperlukan untuk mencatat transaksi sebagai berikut
21
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
22
Tanggal Nama Akun dan Ref Debet Kredit
Keterangan (Rp) (Rp)
Desember 31 Beban Penyusutan 500.000.000
2019 Aset Kelolaan Dana
Infak/Sedekah—
Gedung
Akumulasi 500.000.000
Penyusutan Aset
Kelolaan Dana
Infak/Sedekah—
Gedung
Jurnal penyesuaian yang dibuat yayasan untuk mencatat
beban penyusutan toko (15.000.000.000 : 30 tahun)
23
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Wakaf merupakan suatu tindakan pemanfaatan harta benda wakaf yang
dilakukanoleh wakif baik dalam bentuk benda tidak bergerak maupun benda bergerak
yang secara hukum memenuhi syarat dan bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat
luas.
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang ,kelompok orang,
lembaga, atau badan hukum dalam bentuk uang tunai, termasuk dalam pengertian
uang adalah surat-surat berharga. Pasal 16 ayat 3 UU Nomor 41 tahun 2004
mengklasifikasikan bahwa benda bergerak yang dapat diwakafkan adalah benda yang
tidak habis (sekaligus) karena dikonsumsi.
Akuntansi syariah tidak hanya sebagai bentuk akuntabilitas (accountability)
manajemen terhadap pemilik institusi (stockholders), tetapi juga sebagai akuntabilitas
kepada stakeholders, alam, dan Tuhan. Pertanggungjawaban akuntabilitasnya tidak
hanya diberikan kepada para wakif (pihak yang berwakaf) dan pemerintah, tetapi juga
kepada masyarakat (stakeholders), alam (universe) yang dinamakan akuntabilitas
horizontal (horizontal accountability), dan Tuhan yang disebut akuntabilitas vertikal
(vertical accountability).
Siklus akuntansi wakaf sama dengan siklus akuntansi syariah. Proses/siklus
akuntansi syariah tidak berbeda dengan siklus akuntansi pada umumnya yakni mulai
dari bukti transaksi yang dibuat jurnal, kemudian posting di buku besar, disusun
dalamneraca saldo, jurnal penyesuaian, sampai diterbitkan laporan keuangan.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun sebagai mestinya, semoga bermanfaat bagi
kita semua khususnya untuk kami sebagai penyusun makalah dan mahasiswa pada
umumnya. Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan dan kemampuan
yang menyebabkan kekurangsempurnaan dalam penyussunan makalah ini, baik dari
segi bahasa, materi, dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, S. 2014. “Regulasi UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf”. Jurnal penelitian, 8(2).
IAIN Kudus.
Hujriman. 2018. Hukum Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta:Penerbit Deepublish.
Pradja, Juhaya S. 2015. Akuntansi Keuangan Syariah:Teori dan Praktik. Bandung:Cv
Pustaka Setia.
Tim Penyusun Buku.2016.Pedoman Akuntansi Wakaf. Jakarta:Badan Wakaf Indonesia.
Yolanda, Mevita, dan Muhammad Akhyar. (2018) “Menuju Terbentuknya PSAK (Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan) wakaf di Indonesia”, Reviu Akuntansi dan Bisnis
Indonesia, 2(2).
25