Dosen Pengampu :
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami
yang berkaitan Manajemen Administrasi Wakaf.
Dengan segala kerendahan hati serta melalui kesempatan ini kami menyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah
ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu kami juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan pada makalah-makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat dengan harapan dapat menjadi acuan untuk proses
belajar-mengajar di perguruan tinggi dan semoga makalah ini juga bermanfaat bagi para
pembaca.
Kelompok 3. SA.G/3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak datangnya Islam, wakaf telah dilaksanakan berdasarkan paham yang dianut oleh
sebagian besar masyarakat Islam Indonesia,masyarakat Islam Indonesia masih menggunakan
kebiasaan-kebiasaan keagamaan, seperti kebiasaan melakukan perbuatan hukum perwakafan
tanah secara lisan atas dasar saling percaya kepada seseorang atau lembaga tertentu ,
kebiasaan memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai nilai mulia di hadirat
Tuhan tanpa harus melalui prosedur administratif, dan harta wakaf dianggap milik Allah
semata dan tidak akan pernah ada pihak yang berani mengganggu gugat.
Namun demikian ketika ada orang yang mewakafkan harta bendanya dengan tulisan
atau isyarat untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang diinginkan bukan berarti
wakafnya tidak sah. Pernyataan tulisan mewakafkan sesuatu justru bisa menjadi bukti yang
kuat bahwa si wakif telah melakukannya, lebih-lebih itu dinyatakan di hadapan hakim dan
nazhir wakaf yang ditunjuk.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Unsur Wakaf?
2. Bagaimana Penyelenggaraan Administrasi Tanah Wakaf?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Unsur Wakaf
b. Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk dikelola dan
dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
c. Harta benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama dan/atau manfaat
jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut syariah yang diwakafkan oleh Wakif
d. Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak Wakif yang diucapkan secara lisan dan/atau
tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
e. Peruntukan harta benda wakaf adalah bagi: sarana dan kegiatan ibadah; sarana dan
kegiatan pendidikan serta kesehatan; bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu,
bea siswa; kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah
dan peraturan perundang – undangan.
f. Jangka Waktu Wakaf adalah unsur wakaf yang khusus untuk wakaf uang, karena wakaf
uang dapat diwakafkan secara muabad (abadi) atau mu’aqad (berjangka).1
Asas – asas dalam waqaf ada diantaranya: Asas Kebaikan Manfaat, Asas
Pertanggungjawaban, Asas Profesionalitas Manajemen, Asas Keadilan Sosial.
1
Taufiq Hamami,Perwakafan Tanah Dalam Hukum Nasional,(Jakarta:Tatanusa,2003)hlm 69
Dasar hukum tentang wakaf secara implisit tidak dikatakan dalam al-quran dan al-hadits,
Namun secara eksplisit, dasar hukum wakaf ada didalamnya. Hadits umar bin khattab tentang
kepemilikan tanah di khaibar intinya adalah bahwa kebun tersebut untuk dishadaqohkan
hasilnya untuk umat, tidak boleh dijual, dihibahkan, dan tidak di wariskan, hadits tentang
umar bin khatttab mempunyai maksud bahwa ajaran wakaf itu bukan hanya berkaitan dengan
objek benda saja akan tetapi juga dilihat nilai manfaat dari harta benda yang ada.
b. Asas Pertanggungjawaban
Ibadah wakaf selain memiliki sifat ilahiyah di dalamnya juga terkandung sifat insaniyah,
untuk itu pertanggungjawaban dari ibadah ini mencakup pertanggungjawaban didunia dan
juga di akhirat. Asas pertanggungjawaban terbagi menjadi beberapa bagian :
1) Tangungjawab kepada Allah, berkaitan dengan perilaku dalam perwakafan itu sesuai
dengan aturan – aturan yang ada dalam agama Allah.
2) Tanggungjawab kelembagaan, yaitu tanggungjawab kepada pihak yang memberi
wewenang
3) Tanggungjawab hukum, yaitu tanggungjawab oleh orang yang diamanahi untuk yang
mengelola wakaf dalam hal segala tindakan yang diambil dalam perwakafan sesuai dengan
aturan hukum
Dalam batasan atau pengertian wakaf menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah
No.28/1977, terdapat unsur-unsur wakaf, yakni: wakif, ikrar, benda yang diwakafkan, tujuan
wakaf dan nadzir. Pengertian wakif menurut Peraturan Pemerintah No. 28/1977 adalah orang
atau orang-orang atau badan hukum yang mewakafkan tanah miliknya. Karena mewakafkan
tanah itu merupakan perbuatan hukum, maka wakif haruslah orang atau orang-orang atau
badan hukum yang memenuhi syarat untuk melakukan tindakan hukum, syaratnya adalah:
1. Dewasa
2. Sehat akalnya
Dasar hukum dari perwakafan tanah milik dapat ditemukan di Pasal 49 ayat (3)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
(selanjutnya disebut UUPA) yang menentukan bahwa perwakafan tanah milik dilindungi dan
diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang dimaksud dalam ketentuan
tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah
Milik (selanjutnya disebut PP 28/1977).2
1. hak milik atas tanah baik yang sudah terdaftar atau yang belum.
2. hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai atas tanah yang sudah ditingkatkan menjadi
hak milik.
3. hak milik atas satuan rumah susun sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
2
Nasaruddin Harahap,Panduan Pemberdaya Tanah Wakaf Produktif,(Jakarta:Sinar Grafika,2008)hlm 61
Seluruh hak atas tanah dimaksud dapat diwakafkan apabila dimiliki dan dikuasai oleh
wakif secara sah, dan bebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan atau perkara. Perwakafan
tanah milik harus dilakukan atas kehendak sendiri dan tanpa paksaan dari pihak lain.
Untuk mengurus pendaftaran dan pencatatan perwakafan tanah milik, tidak terlepas
dari persoalan biaya administrasi. Ketentuan mengenai biaya administrasi yang berhubungan
dengan perwakafan tanah milik, dapat dilihat pada :
1.Bab III Pasal 11 dan Pasal 12 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6/1977 tentang Tata
Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik. Adapun Pasal 11 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 / 1977.
2.Bab IX Pasal 18 Peraturan Menteri Agama Nomor 1/1978, tentang Peraturan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 28/1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Pasal 18 tersebut
berbunyi sebagai berikut: Penyelesaian administrasi perwakafan tanah milik diatur dalam
peraturan ini dibebaskan dari biaya kecuali bea materai.
4.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2/1978 tentang Biaya Pendaftaran Tanah, lebih
jelasnya ditentukan bahwa biaya pendaftaran tanah milik yang diwakafkan dan pembuatan
sertifikatnya, serta pemecahan tanah yang diwakafkan dan pembuatan sertifikatnya masing-
masing dikenakan biaya berdasarkan tarif tertentu.
5. Pasal 2 ayat (1) sub c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang biaya materai.
Bunyi ketentuan itu adalah sebagai berikut : Terhadap akta-akta yang dibuat oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya dikenakan bea materai dengan tarif Rp.
1.000,00
Dalam BAB III Pendaftaran dan Pengumuman Harta Benda wakaf yang termuat
dalam pasal 32 sampai dengan pasal 39 sudah cukup rinci mengatur tentang tertib
administrasi perwakafan. Hal ini diperjelas lagi dengan keluarnya Peraturan Pemerintah
Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf.
Semua peraturan tersebut dibuat hanya untuk menjaga dan melestarikan harta benda
wakaf di Indonesia. Jika harta benda wakaf tertata dengan apik, maka kita akan dapat
3
https ://www.bwi. go.id /540/2011/01/27/petunjuk-dan-gagasan-administrasi-pewakafan/
4
Adjiani al-Alabij, Perwakafan Tanah di Indonesia. Jakarta : CV Rajawali Pers, 1992 hal 23.
mengembangkan dan mengelola harta benda wakaf tersebut dengan baik. Sehingga hasil
pengelolaan tersebut dapat didistribusikan sebagaimana peruntukan harta benda wakaf.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dijelaskan bahwa Wakaf
adalah perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai
dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut
Syariah.
1. Dewasa
2. Sehat akalnya
Dalam perwakafan semua ada aturan dibuat untuk menjaga dan melestarikan harta
benda wakaf di Indonesia. Jika harta benda wakaf tertata dengan apik, maka kita akan dapat
mengembangkan dan mengelola harta benda wakaf tersebut dengan baik. Sehingga hasil
pengelolaan tersebut dapat didistribusikan sebagaimana peruntukan harta benda wakaf.
DAFTAR PUSTAKA