PENDAHULUAN
Islam memandang umat manusia sebagai satu keluarga oleh karena itu,
manusia sama derajatnya di hadapan Allah SWT, kecuali yang membedakan diantara
kebersamaan harus ada kerja sama dan tolong menolong, konsep persaudaraan dan
perlakuan yang sama terhadap seluruh anggota masyarakat di muka hukum tidaklah
mempunyai arti kalau tidak disertai dengan keadilan ekonomi, dengan begitu
dimungkinkan setiap orang akan memiliki hak yang sama atas sumbangan terhadap
masyarakat.
Wakaf telah mengakar dan telah menjadi tradisi umat Islam di seluruh dunia.
Wakaf telah dikenal oleh masyarakat sejak agama Islam masuk ke Indonesia. Tetapi
karena wakaf ditangani oleh umat Islam secara pribadi, tidak ada campur tangan dari
pemerintah.1
meningkatkan peran wakaf untuk dapat membangun berbagai macam sarana ibadah
dan sosial dan juga memiliki kekuatan ekonomi sehingga perlu dikembangkan
pemanfaatannya sesuai dengan syariat. Praktek wakaf yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat belum sepenuhnya berjalan tertib dan efesien, sehingga dalam berbagai
1
?
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. I, (Jakarta: UI-Press,
2006), hal. 79.
1
2
fungsinya atau jatuh ke pihak ketiga dengan cara melawan hukum. “Kendala dalam
kurang peduli atau kurang memahami status benda wakaf yang seharusnya dilindungi
demi untuk kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, fungsi peruntukan wakaf.”2
harta kepada tempat yang dibolehkan yang bisa dimanfaatkan dalam keadaan
barangnya masih tetap utuh.”3 Seperti tanah, rumah, tempat belajar dan lain
sebagainya. Artinya suatu benda atau harta yang telah diwakafkan pada jalan Allah
mewakafkan harta yang dimilikinya bukan berdasarkan unsur paksaan atau intimidasi
dari pihak tertentu, akan tetapi dorongan tersebut timbul dari niat serta kesadaran
harta dalam Islam, di samping beberapa upaya lainnya, seperti zakat. Secara
sederhana wakaf dapat dipahami sebagai menahan harta yang dapat di ambil
seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya guna
2
?
Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal.149.
3
?
Zainuddin Malibari, Fathul Mu’in, Jilid III, (Semarang: Hikmah Keluarga, 1999), hal. 157.
4
?
Farid Wadjdy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat, (Yogyakarta: Pustaka belajar,
2007), hal. 29
3
kepentingan ibadah atau keperluan umum lainnya berdasarkan ajaran Islam”.5 Harta
wakaf itu harus yang memiliki daya tahan yang tidak hanya sekali pakai dan bernilai
wakaf) sebidang tanah baik yang bersifat seorangan maupun kelompok tertentu
tempat ibadah seperti masjid atau mushalla akan melahirkan suatu ketetapan hukum
syariat tidak boleh diganggu gugat lagi harta yang telah diwakafkan tersebut, karena
segala hak pewakaf telah berpindah kepada orang yang diberi wakaf (maukuf alaih)
maka harta yang telah diwakafkan tersebut tidak boleh diperjualbelikan, dihibbahkan,
diwariskan dan tidak boleh dialihkan ke tempat yang lain walaupun sudah hancur
karena masih bisa diambil manfaat, seperti masjid yang sudah rusak masih bisa
iktikaf dan pada kayu yang sudah kering masih bisa dijadikan untuk pintu jika tidak
mungkin disewakan.
terhadap statusnya yang telah diijab kabul, apakah siwakif sendiri yang merubah
status dan kedudukan harta wakaf tersebut ataupun yang melakukan perubahan
nadhir (pengelola dan pengurus harta wakaf). Dasar ketentuan hukum Islam dalam
hal perubahan harta wakaf tidak dibenarkan, karena setiap harta benda yang telah
diwakafkan sipemilik harta telah melepaskan hak kepemilikan dari harta tersebut dan
5
?
Departemen Agama R.I., Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta, Direktorat Pembinaan Badan
Peradilan Agama Islam, Departemen Agama, 2000), hal. 99.
4
masyarakat. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya pemahaman dan pengertian
Hal seperti itu seharusnya dapat di atasi segera, agar fungsi tanah wakaf
sesuai dengan statusnya. Berkaitan dengan permasalahan yang tersebut di atas maka
penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “Alih Fungsi Tanah Wakaf
Ditinjau Menurut Hukum Islam (Studi Kasus di Kec. Kembang Tanjong, Kab.
Pidie).”
Fenomena yang ada sampai sekarang ini sering kita jumpai di tengah
lingkungan masyarakat Desa Lancang Teungoh adalah banyak status atau kedudukan
harta wakaf yang telah diijab kabul telah beralih fungsi, baik itu secara kegunaan dan
manfaat maupun dari segi hak dan kepemilikan. Misalnya tanah wakaf yang pada
fungsinya untuk membangun balai nelayan yang terletak di sebelah kanan masjid
lebih kurang sekitar 10 meter dari kompleks masjid. Sarana masjid yang sudah
memadai sehingga tanah wakaf tersebut untuk sementara tidak digunakan karena
masjid sedang dalam tahap perluasan. Dibangunnya balai nelayan pada tanah wakaf
tersebut karena para nelayan menggunakan balai majelis ta’lim yang ada di halaman
negatif yaitu kenyamanan dan kebersihan halaman masjid sangat terganggu. Setelah
dibangunnya balai nelayan pada tanah wakaf tersebut, balai nelayan yang digunakan
oleh para nelayan cuma beberapa bulan saja, setelah itu para nelayan kembali
menggunakan balai majelis ta’lim yang ada di halaman masjid. Akibat peristiwa
tersebut terjadi percekcokan antara masyarakat dan nadhir (pengelola atau pengurus
dalam proses penetapan status dan kedudukan harta wakaf dalam satu permasalahan
yang bersifat pokok menurut hukum Islam bahwa masalah perubahan status harta
wakaf merupakan permasalahan yang perlu dibahas secara tuntas dan bukan masalah
yang biasa yang tidak perlu dituntaskan, karena permasalahan tersebut mempunyai
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi alasan penulis
b. Bagaimana tingkat kesesuaian alih fungsi tanah wakaf dengan hukum Islam
6
?
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Cet. I, (Jakarta: UI-Press,
2006), hal. 87.
6
C. Penjelasan istilah
1. Wakaf
seseorang, sekelompok orang atau badan hukum dengan cara memisahkan sebagian
harta benda milik dan itu dilembagakan untuk selamanya-lamanya bagi kepentingan
pemberian harta oleh seseorang kepada orang lain dengan maksud tertentu yang
2. Alih Fungsi
Alih adalah “pindah, ganti, tukar dan ubah.”8 Sedangkan pengertian fungsi
berhubungan.”9
3. Hukum Islam
7
?
Rachmadi Usman, Hukum…, hal. 66.
8
?
Dessy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Amelia, 2005), hal. 22.
9
?
Ibid, hal. 105.
10
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, (Jakarta: Balai Pustaka,
?
hukum Islam berasal dari kata, yaitu hukum dan Islam. Pengertian hukum menurut
lughah :
خطا ب اهلل املتعلق باء فعال املكلفني باال قتضاء او التخيري او الوضع
Artinya : “Titah Allah yang mengatur amal perbuatan orang-orang mukallaf, baik
والشر يعة النظم الىت شرعها اهلل او شرع اصوهلا لي)اء خ))ذ االءنس)ان هبا نفس))ه يف عال قت))ه ب)ر ب))ه و عال
kehidupannya.”13
yang disyariatkan Allah untuk para muslim, baik yang disyariatkan itu dengan Al-
11
?
Abdul Hamid Hakim, Al Baiyan, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hal. 8.
12
?
H. Satria Efendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2005), hal. 36.
13
?
Mahmud Syaltut, Al-Islam ‘Aqidah Wa Syariah, (Mesir : Dar-Al-Qalam, 1966), hal. 9.
8
qur’an maupun dengan Sunnah Rasul.14 Selanjutnya menurut Mustafa Ahmad Zarqa
والش))ر يع))ة االءس))ال مي))ة هي جمموع))ة االٴوام))د واالٴحك))ام االءعتقادي))ة والعملي))ة ال))يت ي))وجب االءس))الم
Dari rumusan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah titah atau
firman Allah SWT yang berhubungan dengan perbuatan orang-orang mukallaf, baik
pengertian Syariat Islam adalah rangkaian norma-norma hukum Allah SWT yang
disampaikan oleh Rasul-Nya Muhamad SAW kepada umat manusia agar menjadi
1. Tujuan Penelitian
Kembang Tanjong
14
?
T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, pengantar Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1968), hal.17.
15
Mustafa Ahmad Zarqa, Al-Madkhal Al-Fiqh Al-‘Am, Juz I, (Damaskus : Mathba’ah Alif-Ba
?
2. Manfaat Penelitian
peneliti serta kreatifitas bagi para penulis sendiri dalam ketentuan hukum
E. Metode Penelitian
ini adalah :
fakta yang ada pada saat sekarang dan melaporkan seperti apa yang akan
c. Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, Jakarta,
a. Data primer yakni data authentik atau data langsung dari tangan pertama
?
Ibid, hal. 6.
18
?
Ibid, hal. 42.
11
b. Data sekunder yakni data yang mengutip dari sumber lain atau buku-
buku sehingga tidak bersifat authentik sudah diperoleh dari tangan kedua,
ketiga, dan selanjutnya. Dengan demikian, data ini disebut juga data tidak
asli.19
Desa Lancang Teungoh, tokoh masyarakat, nadhir dan wakif serta para
nelayan.
tanah wakaf.
4. Teknik Penulisan
19
?
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, Cet. XII, (Yogyakarta: Gajah Mada
University Press, 2007), hal. 85.
20
?
Ibid, hal. 79.
12
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
Tuntunan Menulis Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Syariah yang diterbitkan oleh