Sukma Asti atau lebih akrab dipanggil Wulan dengan seorang putra pimpinan
adalah sosok perempuan yang pintar, cantik, berlesung pipi dengan gaya
Kisah mereka berawal dari pertemuan yang tidak disengaja saat Wulan
mengajak sahabatnya Tina yang juga merupakan putri dari pimpinan pondok
dengan maksud agar perizinannya menjadi lebih mudah. Malam itu, Wulan
dan Tina berangkat menuju rumah Kyai Rosyid. Aura wibawa Kyai Rosyid
laki-laki tersebut. Ternyata sosok itu adalah Fandi, kakak dari Tina sekaligus
sendiri heran mengapa nama itu terngiang. Padahal apa hubungan Fandi
salam dari Fandi lewat Tina. Bertahun-tahun hidup dipondok baru kali ini
Fandi pun kini mulai mendekati Wulan, Ia mengirim sms kepada wulan
malam. Ia juga mengirim surat yang dititipkan lewat adiknya untuk Wulan.
Fandi dan Wulan pun semakin dekat. Sampai suatu saat Fandi mengunjungi
awal karena ia selaku bagian humas. Fandi kecewa akan hal itu, namun Tina
memberi tahu kakaknya untuk datang pada acara malam api unggun jika ingin
Fandi datang bersama Ayah nya selaku pimpinan podok yang bertugas
sebagai pembuka acara. Sekilas tidak ada yang mencurigakan dari Fandi,
Ayah dan Ibunya juga tidak bertanya karena hal ini biasa jika malam api
unggun tiba, bedanya niat dalam hati yang tidak di ketahui secara kasat mata.
Tina, ayah Wulan sehat dan tidak mempunyai penyakit jutru ibunyalah yang
sakit-sakitan. Tentunya hal ini menjadi pukulan terhadap Wulan begitu pikir
Fandi.
Sudah dua minggu setelah wafatnya Ayah Wulan. Namun ia tak kunjung
memberi kabar ke Pondok. Padahal hanya satu minggu waktu yang diberikan
sebentar lagi akan ada ujian akhir di Pondok. Akhirnya Tina meminta bantuan
rumah Wulan. Fandi mengetuk pintu dan bertemu dengan Ibu Wulan.
Seorang yang duduk diatas kursi roda, berkerudung dan sudah mulai keriput.
Fandi dipersilahkan duduk oleh Ibu Wulan sambil menunggu Wulan datang.
Disaat itu Ibu Wulan mengajak Fandi berbincang sebentar. Ibu Wulan
bingung karena Wulan tidak mau kembali ke Pondok, Wulan beralasan ingin
menjaga Ibu padahal sudah ada Bibinya. Fandi memaklumi mengingat tinggal
bekas aliran air mata. Fandi mengutarakan maksudnya kepada Wulan, Fandi
tidak bisa meninggalkan Ibunya yang sakit dan Adik perempuannya yang
masih kecil. Wulan merasa Fandi terlalu ikut campur dengan keluarganya
sampai ia menangis. Fandi meminta maaf jika menyakiti hati Wulan. Saat itu
pula Fandi mengatakan perasaan hati yang sebernarnya kepada Wulan. Wulan
terkejut dan tertunduk bingung dengan pernyataan Fandi. Ibu Wulan datang
dan Wulan sontak meninggalkan ibunya dan Fandi ke belakang. Ibu Wulan
Wulan nanti bisa kembali ke pondok atau tidak, jika Wulan akhirnya kembali
dan Fandi pun mengiyakan permintaan tersebut. Setelah itu, Fandi pamit
pulang tanpa ada suatu kepastian Wulan kembali ke Pondok. Apalagi saat
adalah tanda perpisahan. Fandi takut jika tak dapat bertatap muka lagi dengan
ia berfikir bahwa itu tidak mungkin dan terlalu beresiko untuknya dan juga
Fandi, mengingat Fandi adalah seorang putra pimpinan pondok dan mereka
pun hidup dikalangan Pondok. Fandi mengatakan bahwa tidak apa-apa jika ia
berlinangan air mata. Karena hal tersebut, Fandi pamit pulang karena tidak
Ujian Akhir telah tiba. Bel tanda masuk telah berbunyi, sudah menjadi
dimulainya ujian agar tahu perihal kehadiran. “Wulandari Sukma Asti,” nama
itu pertama kali disebut. Semua membisu, saling pandang diam tanda
Wulan dari luar sambil mengucapkan salam. Semua peserta juga pengawas
seakan tidak percaya, namun itu benarlah seorang Wulan. Wulan kembali ke
Tak terasa satu minggu berlalu. Ujian telah usai, para santri memikirkan
kota. Bahkan Tina janji mentraktir Wulan makan makanan kesukaan Wulan.
melahap 4 suap, tidak lebih. Wulan izin ke kamar mandi. Tina melihat-lihat
itu ada disini. Tina tidak mau Wulan mengetahui bahwa kakaknya ada disini.
Namun belum sempat ia mengelak wulan telah keluar dari kamar mandi dan
memandang dengan tatapan penuh makna dan dilema. Tubuhnya seketika tak
Adam yang terbujuk untuk memakan buah khuldi demi kekalan di surga
terdiam sampai akhirnya Wulan ingin bicara empat mata dengan Fandi. Tina
merasa bukan bagian dari yang dimaksudkan Wulan, ia pun mohon pamit ke
sesuatu yang tak diinginkan jika pertemuan ini hanya ada dirinya dan Wulan.
berfikir bahwa yang dilakukan Fandi dulu hanyalah rayuan. Fandi beralasan
ia tak menghubungi Wulan karena pulsa nya habis. Wulan hanya ingin Fandi
prasangka yang hinggap didadanya. Fandi pun meminta maaf pada Wulan.
Mendadak Tina sakit perut. Ia mohon izin ke kamar mandi, kali ini Fandi
langkah kaki kecil, hanya saja hatinya diliputi kegalauan besar ketika melihat
sosok Ustadzah Farida masuk ke Restoran. Wulan dan Fandi tak sadar dengan
langkah lebih cepat dari Ustadzah Faridah dan bermaksud untuk duduk
memiliki hubungan, dengan kata lain “pacaran”. Padahal hal itu sangat
dilarang dan haram untuk didekati apalagi dilakukan. Namun Tina terlambat,
Wulan. Bagi Fandi, siapa yang berdiri memergoki mereka bukanlah seorang
terlihat di pelupuk mata, rasa pahit omelan sudah terbayang, rasa getir dicerca
berusaha Wulan raba, rasa sakit tertuduh terus menghantui hati, hingga seribu
alasan telah disiapkan jika mendapat seratus dua puluh ribu pertanyaan
menikam. Wulan memasuki kantor. Di sana sudah duduk diatas kursi Ibu
antara mereka tidak ada apa-apa. Namun, Fandi yang memulai mendekatinya.
Ibu Kost tetap menyalahkan Wulan karena siapa pun yang mulai tetap saja
semua salah. Wulan tertunduk dan tak bisa berkata apapun lagi. Ibu Kost
santri telah menulis surat pengakuan nama penulisnya akan tercemar sebagai
Sebelum itu Wulan bertanya pada Ibu Kost “Apakah ibu pernah jatuh cinta?”.
Ibu Kost marah mendengar pertanyaan Wulan. Wulan diseret keluar ruangan
Beberapa menit kemudian Fandi datang. Ia tak tega dengan apa yang
Fandi yang dilakukan Ustadzah Farida berlebihan. Ia tak mau Wulan yang
kereta. Fandi mencoba merayu Wulan untuk kembali ke Pondok. Wulan tak
Wulan dan Fandi sampai di stasiun Kediri. Disana dalam keadaan hujan.
Wulan menginginkan agar Fandi cepat kembali karena tak ingin sesuatu yang
besar terjadi padanya. Namun, Fandi tak mau karena ia khawatir dengan
keadaan Wulan. Akhirnya mereka bersama sampai hujan reda. Setelah itu,
pondok dan harus pergi ke Mesir untuk belajar di sana. Fandi tidak bisa
Wulan ia melihat ramai- ramai orang di rumah Wulan. Fandi bertanya pada
11
salah satu tetangga Wulan mengenai keadaan tersebut. Ternyata Ibu Wulan
telah meninggal dunia. Fandi tak menyangka hal ini terjadi secepat itu. Fandi
Wulan. Fandi pamit untuk pergi ke Mesir. Wulan seakan tidak menyangka
agar Fandi tidak pergi dan tetap bersama dengannya. Namun, Fandi tidak bisa
Fandi untuk selalu ingat dan setia kepadanya. Fandi pun berjanji akan selalu
memberikan kabar kepada Wulan. Wulan juga berjanji akan setia dan menanti
Fandi sampai dia kembali. Wulan memberikan Fandi sapu tangan biru
sebagai saksi agar Fandi selalu ingat kepadanya. Kini Fandi merasa tenang
untuk pulang, langkahnya pasti walau berat rasa hati meninggalkan gadis
penjaga hati.
saat Wulan didekati oleh guru Lala yaitu Pak Hadi. Wulan yang canti dan
kepribadiannya yang baik membuat Pak Hadi tertarik. Apalagi Wulan didesak
Bibinya untuk segera mencari pendamping. Namun, dihati Wulan hanya ada
Bibinya. Walaupun kini ia harus berjauhan dengan Fandi. Jarak dan waktu ini
menuntut percintaan mereka untuk bisa saling mengerti dan setia. Pengertian
dan kini Wulan pun sudah mengajar di TK pondok tersebut. Untuk pertama
datang. Bukan 1 bulan ia menanti tapi sudah 2 tahun lebih. Dan nama Fandi
semakin lama terkikis dalam fikiran meski kadang lamunan kenangan jutru
surat itu tak pernah sampai di tngannya. Surat itu ternyata selalu diterima oleh
pemilik Yayasan dimana ia bekerja. Wulan yang cantik jelita serta ulet dan
sabar itu ternyata juga diminati oleh pemilik Yayasan. Ia berharap Wulan bisa
mampu mengambil hati anak didiknya yang sulit dilumpuhkan oleh orang
Pak Saeful menjabat ketua dua Yayasan Ar-Rohman semakin kuat untuk
Yayasan. Wulan dengan rasa penasaran, kaget dan takut memenuhi panggilan
dan gundah. Bingung karena harus berbuat apa, karena Fandi selama ini tak
memilih hal yang sama-sama berat. Akhirnya, pak Saeful memberikan waktu
tawaran ketua Yayasan itu. Namun, hatinya masih sangat berat untuk
melangkah, pun iya harus melihat realita bahwa Fandi tak pernah memberi
pulang hari Rabu. Hari Rabu itu adalah hari menjelang acara resepsi
pernikahan Wulan dengan anak ketua Yayasan. Tina sangat bingung dan tak
tau perasaan apa yang akan terjadi ketika kakaknya, Fandi, tau jika
Hari Rabu yang ditunggu Tina dan keluarganya ternyata tak sesuai
rencana. Kepulangan Fandi diundur sampai besok malam. Ada urusan yang
bingung, kalut dan pusing. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan.
orang lain. Ia hanya ingin mengembalikan bukti cinta mereka, Sapu tangan
biru sebagai bukti janji cinta, dan ia ingin minta maaf ke Wulan karena ia
waktu bertemu Wulan. Ia hanya ingin mengembalikan Sapu tangan biru dan
kakaknya yang tak pernah berubah untuk mencintainya dan ia sangat setia.
Namun, Wulan tak percaya akan apa yang dikabarkan Tina. Seketika Wulan
semakin kalut dan isakan tangisnya menghebat. Suaminya tak mampu melihat
Wulan, untuk menemui Fandi. Ia tak ingin memiliki jasad Wulan namun hati
masalahnya. Ia minta maaf karena setiap surat Fandi kirim tidak pernah
tangis dan menunduk. Ia menjelaskan jika cintanya selalu ada untuk Fandi,
dan selama ini belum tersentuh oleh suaminya. Namun, setelah usai
penjelasan Wulan, Fandi tak mau tau masalah itu, karena dirinya merasa
Melihat itu, Wulan tak tahan untuk lama-lama berada di hadapan Fandi.
Ia keluar dari Restoran. Namun, Fandi tetap tak memperdulikan Wulan. Tina
dan Lala melihat Wulan lari keluar mereka langsung mengejarnya. Wulan
tubuh Wulan sudah akan digapai oleh Tina, tiba-tiba ada mobil kencang yang
Rumah sakit dimana Wulan di rawat. Ia tak menyangka kini Wulan sudah tak
sadarkan diri, apalagi kedua kakinya harus diamputasi. Jazil dan Bi Salma
juga tak seakan tak percaya Wulan harus kehilngan ke dua kakinya.
1. Tema
kesabaran dalam menjalani ujian yang diberikan Allah. Tema yang sesuai
2. Alur/Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita yang mempunyai hubungan sebab-
Alur maju dalam novel ini dimulai dari perkenalan tokoh Wulan dan
lain karena Fandi tak memberi kabar padanya. Wulan mengira Fandi
Wulan di masa kecil. Disamping itu Wulan juga selalu mengingat janji
2.1 Perkenalan
Karena hal ini Fandi harus menerima hukuman dari ayahnya untuk
pergi belajar ke Mesir sedangkan Wulan kini sudah tidak ingin lagi
lagi mendapat kabar dari Fandi. Setelah dua tahun, karena sabar dan
mencintai Fandi namun sudah dua tahun Fandi tidak mengirim kabar
akan apa yang dikabarkan Tina. Seketika Wulan tidak sadarkan diri.
cintanya selalu ada untuk Fandi, dan selama ini belum tersentuh oleh
suaminya. Namun, setelah usai penjelasan Wulan, Fandi tak mau tau
hadapan Fandi. Ia keluar dari tempat itu. Namun, Fandi tetap tak
tertabrak.
2.5 Penyelesaian
tak menyangka kini Wulan sudah tak sadarkan diri, apalagi kedua
dunia.
24
3.1.1 Pagi
3.1.3 Malam
3.2.4 Dapur
3.2.10 Terminal
3.2.14 Mobil
3.3.1 Menegangkan
3.3.2 Menyedihkan
3.3.3 Gelisah
3.3.4 Menakutkan
pamit.
peristiwa itu mampu menjalin cerita. Tanpa tokoh, alur tidak akan pernah
watak atau karakter seorang tokoh dapat dilihat dari tiga jenis segi, yaitu
yaitu :
Menghempas Cinta :
4.1.1.2 Terkenal
4.1.2 Fandi
4.1.2.2 Jahil
4.2.1 Tina
4.2.1.1 Peduli
33
4.2.1.2 Penolong
4.2.2.2 Tegas
4.2.3 Ida
4.2.3.1 Berkharisma
4.2.4 Fatimah
4.2.4.1 Usil
4.2.5 Siti
4.2.5.1 Peduli
4.2.6.1 Penyayang
4.2.7 Lala
4.2.7.1 Sopan
4.2.7.2 Cerdas
4.2.8.1 Tegas
4.2.9 Bi Salma
4.2.9.1 Peduli
4.2.11.1 Egois
4.2.12 Jazil
Cinta :
4.3.2.1 Tabah
5. Sudut Pandang
menyebut kata gantinya, seperti dia, ia, mereka dan nama tokoh.
6. Amanat
menyadarkan.
38
1. Kelebihan
kepada pembaca sebuah cerita sangat menarik. Cerita dalam novel ini
ini tidak membuat pembaca merasa bosan. Cerita yang sulit ditebak akhir
membaca novel tanpa melewati bagian cerita yang lainnya. Pembaca akan
dibawa penulis untuk lebih memasuki cerita yang ada sehingga dapat
Suasana yang ditampilkan dalam novel ini dapat menarik pembaca untuk
setiap kisah dari tokohnya. Pembawaan cerita yang baik dan dengan alur
yang jelas, menjadikan novel ini memilki nilai keindahan yang dapat
2. Kekurangan