Anda di halaman 1dari 21

Literature Review Mengenai Wakaf Produktif

dan Wakaf Tunai


Kelompok 4
 Alfha Sa’idah (132)
 M. Bagus Ardiansyah (014)
 M. Ikhsan Abdul Gani (036)
 Aulia Rahma Lika (055)
 Izah Taufiqi Fitriana R (110
 M. Doni Taufiqqurrahman (008)
 Nabil Zaidan Muharram (125)
Buku 1 “Wakaf Produktif”
Penulis : Prof. Dr. Jaih Mubarok. M. Ag.
Tahun : 2008
Penerbit : Simbiosa Rekatama Media
Jumlah
Halaman : 286
ISBN : 979-379-244-7

Wakaf merupakan salah satu ibadah kebendaan yang penting yang tidak memiliki rujukan yang ekspilit dalam kitab
suci Al-Qur’an. Oleh karena itu, ulama telah melakukan identifikasi untuk mencari "induk kata" sebagai sandaran hukum
dengan istilah-istilah yang terkandung dalam wakaf, yaitu al-khayr, al-ahbas, al-awqaf dan shadaqah jariyah.
Al-khayr digunakan untuk menunjukkan wakaf karena wakaf termasuk ibadah maliyah yang dilakukan oleh pihak yang
memiliki harta banyak . Al-ahbas digunakan untuk menunjukkan wakaf karena harta wakaf harus abadi atau tidak habis sekali
pakai. Shadaqah jariyah digunakan untuk menunjukkan wakaf karena diyakini oleh umat Islam dengan bersandar pada hadis
Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa pahala wakaf akan senantiasa mengalir meskipun wakif/pelakunya
telah meninggal dunia.
Dalam UU No 41 Tahun 2004 tentang wakaf telah diatur mengenai objek wakaf, yakni benda tidak bergerak, dan benda
bergerak. Objek wakaf berupa benda bergerak yang tidak habis karena dikonsumsi diatur dalam Undang-Undang, sedangkan
objek wakaf berupa benda bergerak yang habis karena dimanfaatkan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dalam peraturan
pemerintah ditetapkan bahwa : (1) benda bergerak yang tidak habis karena pemakaian dapat diwakafkan, dan (2) benda
bergerak yang habis karena pemakaian tidak dapat diwakafkan kecuali air dan bahan bakar minyak yang persediannya
berkelanjutan. Dalam penjelasan peraturan pemerintah ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan air dan bahan bakar minyak
yang persediannya berkelanjutan tidak termasuk sumber daya air dan sumber minyak.
Wakaf produktif adalah upaya untuk meningkatkan fungsi-fungsi wakaf agar dapat memenuhi kebutuhan para pihak
yang berhak menerima manfaatnya. Dengan terpenuhinya kebutuhan para pihak, berarti wakaf dalam batas-batas tertentu
telah berfungsi untuk menyejahterakan masyarakat. Dasar hukum wakaf produktif di indonesia adalah UU No 41 Tahun 2006
tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan UU No 41 Tahun 2004 tentang Wakaf.
Untuk membentuk wakaf produktif, setidaknya diperlukan pengurus badan wakaf Indonesia yang memiliki potensi untuk
mengembangkan sumber daya nazhir. Dalam UU No 41 Tahun 2004 bahwa pembentukan badan wakaf di daerah dilakukan
setelah badan wakaf Indonesia berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat.

Kelebihan buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan memperkaya khazanah intelektual hukum Islam
mengenai wakaf produktif yang dapat berguna bagi masyarakat Islam pada umumnya, terutama bagi para penyelenggara dan
pelaksana hukum wakaf dan perbankan sistem syariah.

Kelemahan buku ini masih ada beberapa pasal yang masih perlu ditafsirkan ulang karena para perumus Undang-
Undang Wakaf dan Peraturan Pemerintah tentang wakaf sangat ‘bersemangat’ mengembangkan objek wakaf sehingga air
dan bahan bakar minyak dapat dijadikan objek wakaf, padahal air dan bahan bakar minyak habis sekali pakai. Air dan bahan
bakar minyak dihasilkan dari sumbernya (sumur).
Buku 2 “Buku Panduan Pengelolaan Wakaf
Tunai
Penulis : H. Fauzie Amnur. Lc.
Tahun : 2013

Sejak awal, perbincangan tentang wakaf kerap diarahkan kepada wakaf benda tidak bergerak seperti
tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya dan sumur untuk diambil airnya, sedang wakaf benda bergerak baru
mengemuka belakangan. Di antara wakaf benda bergerak yang ramai dibincangkan belakangan adalah wakaf yang dikenal
dengan istilah cash waqf (wakaf tunai).
Dalam sistem ekonomi Islam, wakaf belum banyak dieksplorasi semaksimal mungkin, padahal wakaf sangat
potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan ekonomi umat Islam. Karena itu institusi wakaf menjadi
sangat penting untuk dikembangkan. Apalagi wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak
pernah putus, walau yang memberi wakaf telah meninggal dunia.
Sepanjang sejarah Islam, wakaf telah memerankan peran yang sangat penting
dalam pengembangan kegiatan- kegiatan sosial, ekonomi dan kebudayaan
masyarakat Islam. Selain itu keberadaan wakaf juga telah banyak memfasilitasi para
sarjana dan mahasiswa dengan berbagai sarana dan prasarana yang memadai untuk
melakukan riset dan pendidikan, sehingga dapat mengurangi ketergantungan dana
pada pemerintah. Kenyataan menunjukkan, institusi wakaf telah menjalankan
sebagian dari tugas-tugas institusi pemerintah atau kementerian-kementerian
khusus, seperti Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Sosial.
Sejak awal harus disadari bahwa wakaf, tidak terkecuali wakaf tunai
merupakan dana publik. Karena dana wakaf dihimpun dari masyarakat luas yang
dengan suka rela menyisihkan hartanya untuk diwakafkan. Wakaf seyogyanya
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat luas pula. Karena itu, agar
pemanfaatkan wakaf untuk kepentingan luas maksimal, pengelolaannya harus
dilakukan secara profesional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Tiga
syarat ini (profesional, transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan) tidak bisa
ditawar lagi dalam pengelolaan wakaf, lebih-lebih wakaf tunai.
Dalam catatan sejarah Islam, wakaf tunai (cash waqf) ternyata sudah
dipraktikkan sejak awal abad kedua hijriyah. Sebagaimana dijelaskan oleh M Syafii
Antonio yang mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dijelaskan
bahwa Imam az Zuhri (w. 124 H) salah seorang ulama terkemuka dan peletak dasar
kodifikasi hadits (tadwin al-hadits) memfatwakan, dianjurkannya wakaf dinar dan
dirham untuk pembangunan sarana dakwah, sosial, dan pendidikan umat Islam.
Adapun caranya adalah dengan menjadikan uang tersebut sebagai modal usaha
kemudian menyalurkan keuntungannya sebagai wakaf
JURNAL 1
Judul : Efektifitas Zakat Produktif Terhadap
Pengentasan Tingkat Kemiskinan Studi Kasus
Baznas Kabupaten Bengkalis.
Jurnal : Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita
Vol.&Hal. : Vol.9, No.1:44-53
Tahun : 2020
Penulis : Sri Wahyuningsih
Abstrak
Jurnal yang berjudul “Efektifitas Zakat Produktif Terhadap Pengentasan Tingkat
Kemiskinan Studi Kasus Baznas Kabupaten Bengkalis” ini langsung menuju ke topik
pembahasan yang akan dibahas oleh penulis, sehingga pembaca semakin mudah untuk
memahami jurnal ini. Abstrak dari jurnal ini berisi tentang bagaimana cara untuk mengetahui
seberapa efektif zakat produktif terhadap pengentasan tingkat kemiskinan dan ketepatan
sasaran. Kemudian untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan zakat produktif terhadap
penerima zakat produktif dari BAZNAS Kabupaten Bengkalis.
Hasil Penelitian :

Hasil penelitian dari jurnal ini menyatakan bahwa zakat produktif belum berjalan
secara efektif dalam mengentaskan tingkat kemiskinan. Hal ini di sebabkan
karena kurangnya pendampingan secara intensif dan terbatasnya pengetahuan
dan sumber daya manusia pengelola, serta tidak tepat sasaran dalam hal
pendistribusian zakat produktif.Tidak tepat sasaran dan keterbatasn sumber
daya pengelolala di BAZNAS tidak jarang pengelola terlewatkan dengan
langkahlangkah dalam pendistribusian zakat produktif yaitu:

(1) Focasting yaitu pengelola zakat memberikan taksiran sebelum pemberian zakat baik dalam
jumlah dana ataupun lainnya.
(2) Planning yaitu perencanaan yang paling penting dalam melakukan tindakan, karena apabila
gagal dalam membuat perencanaan berarti sama kita merencanakan kegagalan, sehingga
proses ini sangat penting baik dari membentuk strukturnya hingga menentukan mustahik
yang berhak menerima dana.
(3) Organizing. Pembentukan aturan-aturan yang baku dalam struktur organisasi dan juga
mengumpulkan elemen-elemen penting organisasi.
(4) Controlling suatu kegiatan tidak akan bisa berjalan pada garisnya jika tidak ada
pengontrolan, baik pengontrolan dari sisi pengelola dan yang lebih penting adalah terhadap
si mustahik
Perkembangan usaha yang telah dijalankan oleh 100 orang mustahik penerima zakat
produktif tidak berpengaruh terhadap status sosial penerima zakat, hal ini di sebabkan
karena kurangnya pendampingan secara intensif dan terbatasnya pengetahuan dan
sumber daya manusia pengelola, serta tidak tepat sasaran dalam hal pendistribusian zakat
produktif.
Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, bahwa efektifitas zakat produktif
terhadap pengentasan tingkat kemiskinan pada BAZNAS Kabupaten bengkalis tidak
berpengaruh secara signifikan Bagi para pengurus maupun yang terlibat dalam distribusi
zakat produktif ini hendaknya mampu melakukan pengawasan serta bimbingan kepada
mustahik penerima zakat. Bagi para mustahik hendaknya mampu melakukan yang terbaik
agar usaha yang dijalankan berkembang sebagaimana yang diharapkan.
Kekuatan :

Kelebihan yang dapat ditarik dari jurnal ini adalah sebagai berikut :
1. Keseluruhan bahasa yang mudah dipahami.
2. Dinilai dari segi penulisan cukup teoritis, sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan
3. Pokok kajian yang sesuai dengan tema dan judul
4. Tidak banyak poin-poin yang tidak perlu

Argumen utama dalam jurnal ini membahas sebuah program yang dikelola oleh BAZNAS tentang
pengentasan kemiskinan dengan perantara penyaluran zakat produktif kepada kaum yang
membutuhkan di kabupaten Bengkalis. Dimana penyaluran di wilayah ini tergolong belum maksimal
dikarenakan banyak faktor yang diantaranya kurangnya pendampingan secara intensif dan
terbatasnya pengetahuan dari SDM pengelola.
Kelemahan :

Kelemahan yang dapat penulis temukan dari jurnal ini adalah :


1. Kurang sederhananya data penelitian yang terdapat pada bab di jurnal ini karena
tidak diterangkan data tersebut didapat dari mana dan alasan dipakainya metode
metode tersebut.
2. Tidak ada data perbandingan kondisi masyarakakat kabupaten bengkalis sebelum
saat adanya program BAZNAS dilaksanakan.

Kesimpulan :

Perkembangan usahayang telah dijalankan oleh 100 orang mustahik penerima zakat
produktiftidak berpengaruh terhadap status sosial penerima zakat, hal ini di sebabkan
karenakurangnya pendampingan secara intensif dan terbatasnya pengetahuan dan
sumber daya manusia pengelola, serta tidak tepat sasaran dalam hal pendistribusian
zakat produktif. Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan, bahwa efektifitas
zakat produktif terhadap pengentasan tingkat kemiskinan pada BAZNAS Kabupaten
bengkalis tidak berpengaruh secara signifikan.Bagi para pengurus maupun yang
terlibat dalam distribusi zakat produktif ini hendaknyamampu melakukan
pengawasanserta bimbingan kepada mustahik penerima zakat. Bagi para mustahik
hendaknya mampu melakukan yang terbaik agar usaha yang dijalankan berkembang
sebagaimana yang diharapkan.
Jurnal 2
Judul : Wakaf Tunai Perspektif Syariah
Penulis : M. Tho 'in dan Iin Emy Prastiwi
Vol.&Hal. : Vol.01, No. 01 Hal. 14
Tahun : 2015
Hasil Penelitian:

Wakaf tunai (Cash Waqf) adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok
orang, dan lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai. Sistem wakaf
merupakan konsep yang tidak secara jelas dan tegas disebutkan dalam al Qur ‟an
maupun hadits, berbeda dengan zakat yang secara jelas disebutkan didalam Al
Qur‟an. Wakaf tunai dalam era sekarang ini terkesan sangat baru, sehingga
membutuhkan sosialisasi yang sangat mendasar terhadap pemahaman masyarakat
tentang wakaf tunai tersebut. Para ulama mengemukakan beberapa ayat yang
sifatnya umum yang dijadikan landasan hukum wakaf tunai diantaranya ada lima
rukun yang harus ada Ketika melakukan wakaf yaitu : 1. Al Wakif (orang yang
melakukan wakaf), 2. Al-Mauquf (harta/benda yang diwakafkan), 3. Al-mauquf
alaih sasaran yang berhak menerima wakaf, 4. Sighah yaitu pernyataan pemberian
wakaf.

a. Dalam Al-qur’an Surat Al-Baqarah (2): 267 Allah Swt berfirman, ” ...wahai orang-
orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukkmu....” Kemudian dalam
ayat lain, Ali Imran (3): 92 Allah swt berfirman, ”Kamu tidak akan memperoleh
kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai...” Dalam
ayat ini Allah Swt memerintahkan manusia untuk membelanjakan (menyedekahkan )
hartanya yang baik.
b.Sumber Hadist, Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “apabila anak
Adam (manusia) meninggal dunia, maka putuslah amalnya, kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah,
ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan orangtuanya” (H.R. Muslim) Para ulama
menafsirkan kata “shadaqah jariyah” yang akan terus mengalir pahalanya dalam hadits tersebut
dengan “wakaf”. Nash-nash diatas merupakan nash yang jelas yang secara khusus dijadikan
landasan utama adanya syari‟ah wakaf.

c. Pendapat para Ulama, Wakaf tunai sebenarnya sudah menjadi pembahasan ulama terdahulu.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum wakaf tunai oleh beberapa ulama. Imam al Bukhari
(wafat tahun 2526 H) mengungkapkan bahwa Imam Az Zuhri (wafat tahun 124 H) berpendapat dinar
dan dirham (keduanya mata uang yang berlaku ditimur tengah) boleh diwakafkan. Cara ini ialah
dengan menjadikan dinar dan dirham ini sebagai modal usaha (dagang), kemudian menyalurkannya
keuntungan sebagai wakaf. Wahbah Az Zuhaili juga mengungkapkan bahwa mahzab hanafi juga
membolehkan wakaf tunai sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bi al „urfi, karena sudah
banyak dilakukan masyarakat. Mahzab hanafi memang berpendapat bahwa hukum yang ditetapkan
berdasarkan urf (adat kebiasaan) mempunyai kekuatan yang sama dengan hukum yang ditetapkan
berdasarkan nash (teks).
Menurut saya kekurangan dari Jurnal ini adalah :
1. Penjelasan yang ada didalam jurnal sulit dipahami karena tidak adanya contoh secara langsung
dari penjelasan yang ada di dalam isi jurnal mengenai wakaf tunai prespektif syariah.
2. Penulis dalam menyampaikan isi materinya terlalu bertele-tele dan tidak terperinci.
3. Ayat-ayat al-qur’an dan juga hadist yang dipakai juga tidak ditulis dalam junal ini.

Kelebihan:
1. Isi dari Jurnal sudah sanggat lengkap.
2. Sumber-sumber yang dipakai dalam penulisan jurnal juga sudah disebutkan secara detail Typo
dalam penulisan kata juga tidak ada sehingga pembaca lebih mudah memahami.
JURNAL 3
Judul : Pengelolaan Wakaf Tunai Di Lembaga
Pengelolaan Wakaf Dan Pertanahan Pengurus
Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Jurnal : Jurnal DPR RI
Vol.&Hal. : Vol. 6 No.1, hal. 27-36
Tahun : 2015
Penulis : Achmad Muchaddam Fahham
Hasil Penelitian:

Wakaf uang dapat dilakukan oleh siapa pun dan dari tingkat strata ekonomi apa pun. Sehingga
dapat dikatakan bahwa berwakaf tidak harus menunggu orang menjadi kaya. Penyimpanan wakaf
tunai di bank tersebut dilakukan berdasarkan keputusan Menteri Agama RI Nomor 81 Tahun 2010
tentang Penetapan Bank BPD DIY Syariah sebagai lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang.
Uang yang diwakafkan tidak berkurang sepeser pun, justru sebaliknya dana itu akan berkembang
melalui investasi yang dijamin aman, dengan pengelolaan yang amanah, yakni bertanggung jawab,
profesional, dan transparan. Hasil dari investasi dana itu akan bermanfaat untuk peningkatan
prasarana ibadah dan sosial serta kesejahteraan masyarakat. Penghimpunan wakaf uang yang
dilakukan dengan dua tahapan, yakni sosialisasi dan pemberian sertifikat wakaf. Dalam sosialisasi
itu, upaya pertama yang dilakukan oleh LWP PW NU DIY adalah merangkul pemuka agama lokal
untuk mendorong masyarakat agar mau mengeluarkan hartanya. Upaya kedua adalah memotivasi
Jemaah Nahdliyiin untuk berwakaf tunai meskipun nilai wakaf tunainya kecil
JURNAL 4
Judul : Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf Produktif
Vol.&Hal. : Vol. 9 No.1, hal. 1-16
Penulis : Veithzal Rival Zainal
Subjek Penelitian:

Wakaf merupakan ibadah sosial yang cukup penting, dalam perkembangannya


Wakaf dapat meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin di bidang pendidikan,
kesehatan, kepentingan umum, pengetahuan, pelayanan sosial, serta peradaban umat.
Wakaf memiliki metode yang beragam tidak hanya tanah, rumah, dan benda yang
dijadikan bangunan yang sifatnya tidak bergerak. Wakaf kian berkembang
mengimbangi kebutuhan zaman dan sosial, seperti adanya Wakaf Produktif.
Wakaf produktif di Indonesia harus dikembangkan secara luas, karena Wakaf tidak
hanya ibadah, mengabdikan harta kekayaan untuk jalan ketuhanan. Landasan Utama
dalam wakaf Produktif adalah berdimensikan sosial untuk prokemanusiaan dan
kemaslahatan umat. Wakaf Produktif adalah skema pengelolaan harta Wakaf sehingga
menghasilkan sumber dana yang berkelanjutan. Macam Macam Wakaf Produktif :
Uang, Saham, Emas, Mata Air, Perkebunan, dll.
Kekurangan Jurnal:

Dalam Jurnal Ini Penulis membahas salah satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih
produkti, yakni wakaf Uang. Uang tidak lagi menjadi alat tukar menukar saja, Uang merupakan
komoditas yang bisa memproduksi dangam hal pengembangan yang lain. Penulis mencontohkan
operasional wakaf uang yang dipelopori oleh M.A Manan (Social Investmen Bank) Yang Di Jalankan
oleh Negara Banglades menghasilkan masalah karena hasil dari wakaf itu sendiri tidak cukup sebagai
biaya memelihara harta wakaf. Apalagi kalau wakaf uang diimplementasikan di Indonesia yang
perkembangannya belum ideal.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai