Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri,
di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
103. Apabila kalian -wahai orang-orang mukmin- selesai menunaikan salat, maka berzikirlah
kepada Allah dengan membaca tasbih, tahmid, dan tahlil dalam keadaan apa pun, sambil
berdiri, duduk, dan berbaring. Apabila ketakutan itu sudah hilang dan kalian merasa aman,
maka tunaikanlah salat secara sempurna dengan menjalankan rukun-rukunnya, hal-hal yang
wajib, dan sunah-sunahnya sebagaimana yang diperintahkan kepada kalian. Sesungguhnya
salat itu adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang mukmin. Tidak
boleh menunda-nunda salat hingga melewati batas waktunya kecuali ada uzur. Ketentuan ini
berlaku di waktu mukim (tinggal di kampung kalian). Sedangkan di waktu safar kalian boleh
melaksanakan salat secara jamak dan qasar.
103. dan jika kalian telah menjalankan salat dengan cara yang seperti ini maka ingatlah Allah
dalam diri kalian dengan mengingat janji-Nya akan kemenangan yang akan diberikan bagi
orang-orang yang menolong agama-Nya di dunia dan pahala yang besar di akhirat dan
dengan senantiasa membaca takbir, tahmid, dan doa; demikianlah hendaknya keadaan
kalian di setiap waktu baik itu ketika kalian berdiri saat bertarung, ketika duduk untuk
melempar anak panah, atau ketika berbaring saat sedang terluka. Hal ini karena mengingat
Allah merupakan amalan yang dapat memperkuat hati, meninggikan semangat, dan
membuat kesusahan dunia menjadi ringan dan mudah, serta memberikan kalian keteguhan
dan kesabaran yang dapat berbuah kemenangan. Dan apabila hati kalian telah terbebas dari
rasa takut dan keadaan telah kembali aman setelah peperangan berakhir, maka dirikanlah
salat dengan memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya; dan janganlah kalian lalai dalam
menyempurnakan gerakan-gerakan salat, tidak sebagaimana diperbolehkan bagi kalian
melakukan itu ketika dalam keadaan takut.
Sesungguhnya salat merupakan hukum Allah yang wajib dijalankan pada waktu-waktu yang
telah ditentukan, maka maka harus dijalankan kan pada waktu-waktu tersebut sebisa
mungkin; dan menjalankannya pada waktu-waktu yang telah ditentukan dengan syarat yang
kurang sempurna lebih baik daripada mengakhirkannya meskipun dilakukan dengan
sempurna.
وب ُك ْم
ِ هللا ق ِٰيمًا َوقُعُو ًدا َو َع َل ٰى ُج ُن
َ ُوا۟ ( ۚ َف ْاذ ُكرingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu
berbaring.)
Yakni telah merasa aman dan tidak ada lagi musuh yang membuat kalian takut.
Yakni dirikanlah shalat yang telah datang waktunya dengan cara yang telah disyariatkan
seperti zikir dan doa-doa, rukun-rukun shalat, dan thuma’ninah.
Yakni telah ditetapkan dengan waktu tertentu, yang tiap-tiap shalat memiliki waktu awal dan
akhirnya dan tidak boleh mendahulukannya atau mengakhirkannya. Karena Allah
mewajibkan hamba-hamba-Nya shalat dan menentukan waktu-waktunya, maka tidak boleh
seorangpun menjalankannya diluar waktu yang telah ditentukan kecuali sebab halangan
syar’i seperti, tertidur, begadang, atau yang lainnya. Dan karena waktu yang telah ditentukan
inilah Allah memerintahkan kalian untuk mendirikan shalat khauf dengan menyandang
senjata dan dengan cara-cara tertentu dan tidak mengizinkan kalian untuk mengakhirkannya
diluar waktu shalat tersebut.
103 Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat, senantiasa ingatlah Allah di segala
keadaanmu bahkan ketika perang. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka
dirikanlah shalat itu sebagaimana biasa secara sempurna. Sesungguhnya shalat itu adalah
suatu kewajiban atas orang-orang yang beriman yang telah ditentukan waktunya baik awal
masuk atau akhirnya, tidak boleh dipercepat maupun ditundaApabila kalian telah
menyelesaikan shalat} kalian telah usai shalat {berzikirlah kepada Allah, baik dalam keadaan
berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kalian telah merasa aman} aman dan rasa takut
telah menghilang {dirikanlah shalat itu} laksanakanlah shalat dengan sempurna sebagaimana
kalian diperintahkan {Sesungguhnya shalat itu atas orang-orang mukmin merupakan
kewajiban yang waktunya telah ditentukan} kewajiban yang telah ditentukan
waktu-waktunya
103. Maksudnya, apabila kalian telah menyelesaikan shalat khauf kalian atau yang lainnya,
maka berdzikirlah kepada Allah dalam berbagai kondisi dan keaadaan kalian, akan tetapi
dikhusukan shalat khauf dengan hal tersebut adalah karena beberapa faidah, di antaranya:
~ Bahwa dalam hal itu tergambar hakikat keimanan dan isyarat-isyarat keyakinan yang
membuat Allah harus mewajibkan shalat atas hamba-hambaNya setiap sehari semalam, dan
telah diketahui bahwa di dalam shalat Khauf tidak didapatkan tujuan-tujuan yang terpuji
tersebut disebabkan oleh sibuknya hati dan tubuh serta rasa takut, maka Allah
memerintahkan untuk menutupinya dengan dzikir setelahnya.
~ Bahwasanya takut itu mengakibatkan ketegangan hati dan perasaan khawatir yang
menghadapkannya kepada kelemahan, dan bila hati telah lemah, niscaya tubuh pun akan
lemah dalam menghadapi musuh, dan memperbanyak dzikir kepada Allah adalah di antara
pemicu kekuatan yang terbesar bagi hati.
~ bahwa dzikir kepada Allah disertai bersabar dan teguh adalah sebab dari kemenangan dan
keberuntungan dari musuh sebagaimana Allah berfirman, (Al-Anfal:45)
Allah memerintahkan untuk memperbanyak dzikir kepadaNya dalam kondisi seperti ini. Dan
banyak lagi faidah-faidah lainnya.
Dan firmanNya, “Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu
(sebagaimana biasa),” maksudnya apabila kalian telah merasa aman dari rasa takut dan hati
serta tubuh kalian telah merasakan ketenangan, maka sempurnakanlah shalat kalian secara
penuh, baik lahir maupun batin dengan menegakkan rukun-rukunnya, syarat-syaratnya,
kekhusyu’annya dan seluruh hal yang melengkapinya. “Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman,” maksudnya
diwajibkan pada waktu-waktunya.
Hal tersebut menunjukkan kewajiban shalat, dan bahwa shalat itu memiliki waktu di mana
shalat itu tidak sah kecuali pada waktunya, yaitu waktu-waktu yang telah diketahui oleh
kaum Muslimin, baik anak kecil, orang tua, ulama maupun orang bodoh mereka, di mana
mereka mendapatkan hal tersebut dari Nabi mereka Muhammad sholallohu 'alaihi wasallam
dengan sabdanya "sholatlah kalian seperti melihatku sedang sholat".
Firman Allah, “Atas orang-orang yang beriman” menunjukkan bahwa shalat itu adalah
barometer keimanan, dan menurut keimanan nseorang hambalah shalatnya tegak dan
sempurna. Yang menunjukkan hal itu adalah bahwa kaum kafir –walaupun mereka konsisten
terhadap hukum-hukum kaum Muslimin seperti ahli dzimmah- tidaklah diwajibkan dengan
cabang-cabang agama seperti shalat, mereka tidak diperintahkan untuk mengerjakannya,
bahkan hal itu bila mereka lakukan juga tidaklah sah selama mereka masih dalam kekufuran,
dan mereka tetap akan disiksa karena hal itu dank arena hukum-hukum lain di akhirat nanti.
Surat An-Nisa ayat 103: Lantas apabila kamu telah selesaikan sembahyang itu, maka
hendaklah kamu ingat kepada Allah sambil berdiri dan sambil duduk, dan sambil (berbaring)
atas rusuk- rusuk kamu. Tetapi apabila kamu telah tenteram, maka hendaklah kamu dirikan
sembahyang (seperti biasa), karena sesungguhnya shalat itu adalah atas Mu'minin satu
kewajiban yang ditentukan waktunya.
Yakni dalam setiap keadaan. Hal itu, karena baiknya hati, beruntung dan bahagianya terletak
pada kembalinya mereka kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, mencintai-Nya dan
memenuhi hati dengan mengingat dan memuji-Nya. Yang demikian dapat dilakukan, salah
satunya –bahkan yang paling besarnya- adalah dengan shalat secara sempurna, di mana
shalat itu pada hakikatnya merupakan penghubung antara seorang hamba dengan
Tuhannya.
Dalam shalat khauf yang ringkas tersebut tujuan dari shalat tidak tercapai karena hati dan
badan ketika itu disibukkan oleh perkara lain, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala
memerintakan untuk menutupi kekurangan tersebut dengan dzikrullah dalam setiap
keadaan. Manfaat dzikrullah sangat banyak; hati dan badan yang sebelumnya lemah karena
memerangi musuh menjadi segar kembali dengannya, karena memang dzikrullah
merupakan makanan bagi hati. Demikian juga dzikrullah dengan sikap sabar dan teguh
merupakan sebab keberuntungan dan kemenangan, sebagaimana firman Allah, "Wahai
orang-orang yang beriman! Apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh
hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung." (Terj. Al
Anfaal: 45), dan hikmah-hikmah lainnya yang begitu banyak.
Referensi : https://tafsirweb.com/1635-surat-an-nisa-ayat-103.html
ٰ
َ ت ۚ ٰ َذل َِك ذ ِْك َر ٰى ل َِّلذك ِِر
ين ِ ار َو ُز َل ًفا م َِّن ٱلَّي ِْل ۚ ِإنَّ ْٱل َح َس ٰ َن
ِ ت ي ُْذ ِهب َْن ٱل َّس ِّيـَٔا ِ ى ٱل َّن َه َّ َوَأق ِِم ٱل
ِ ص َل ٰو َة َط َر َف
Artinya: Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada
bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang
yang ingat.
114. Dan selalu dirikanlah shalat, kerjakanlah pada pagi dan petang hari, yaitu shalat subuh,
dhuhur, dan ashar; dan kerjakanlah pada waktu malam untuk mendekatkan diri kepada
Allah, yaitu shalat maghrib, isya’, dan shalat malam. Sesungguhnya dengan shalat dan
seluruh amal kebaikan lainnya Allah menghapus kesalahan-kesalahan. Demikianlah pelajaran
bagi orang-orang yang senantiasa mengambil pelajaran dan mendapat manfaat darinya.
📚 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris
tafsir Universitas Islam Madinah
ِ ى ال َّن َه
114. ار َّ ( َوَأق ِِم الDan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang)
ِ ص َل ٰو َة َط َر َف
Yaitu shalat subuh dan ashar. Namun pendapat lain mengatakan, yakni shalat subuh dan
maghrib.
Yakni waktu shalat di malam hari. Atau yang dimaksud adalah shalat Isya’.
Pendapat lain mengatakan yakni menghapus dosa-dosa kecil saja, ia menghapusnya sampai
seakan-akan tidak pernah dilakukan.
ٰ
َ ( ٰذل َِك ذ ِْك َر ٰى ل ِّلذك ِِرItulah peringatan bagi orang-orang yang ingat)
ين
114 Allah memerintahkan untuk mendirikan shalat secara sempurna, ”pada kedua tepi siang
(pagi dan petang)” yakni diawal dan diakhirnya, termasuk dalam hal ini shalat shubuh,
zhuhur dan ashar. ”dan pada bagian permulaan dari malam” termasuk didalamnya shalat
maghrib dan isya, dan itu juga mencakup shalat malam karena ia termasuk yang
mendekatkan seorang hamba kepada Allah. ”sesungguhnya perbuatan perbuatan yang baik
itu menghapuskan (dosa) perbuatan perbuatan yang buruk” maksudnya, shalat lima waktu
ini dan shalat shalat sunnah yang mengikutinya adalah termasuk kebaikan yang paling besar,
di samping ia adalah kebaikan yang mendekatkan kepada Allah dan mengundang pahala
Allah, ia juga menghapus keburukan dan menghilangkannya, yang dimaksud dengan itu
adalah dosa dosa kecil sebagaimana hadits hadits shahih dari Nabi membatasinya demikian.
Seperti sabda nabi, ”shalat lima waktu, shalat jum’at ke jum’at (berikutnya) Ramadhan ke
ramadhan (berikutnya) adalah pelebur (dosa) yang terletak diantaranya, selama dosa dosa
besar dijauhi”
Bahkan seperti yang dikhusukan dalam surat An-Nisaa yaitu firman Allah ta'ala : "jika kamu
menjauhi dosa besar yang kalian dilarang darinya, kami akan hapus dosa-dosa mu dan kami
masukan kamu ke tempat yang mulia"
“itulah” bisa jadi isyaratnya kembali kepada semua yang disebutkan berupa istiqamah diatas
jalan yang lurus, tidak melanggar dan melampaui batasnya, tidak rukun kepada orang orang
zhalim, perintah menegakan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan itu melenyapkan
keburukan, semua itu adalah “peringatan bagi orang orang yang ingat” mereka memahami
apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah dengannya, dan menaati perintah yang baik
itu yang membuahkan kebaikan yang menangkal keburukan dan kejahatan.
Makna kata :
ِ ) َط َر َفيِ ٱل َّن َهtharafayinnahaari : subuh pada awal yang pertama, kemudian zhuhur, ashar
(ار
pada bagian kedua.
( ) َو ُز َل ٗفا م َِّن ٱلَّ ۡي ۚ ِلwa zulafam minal lail : jam-jam malam, yaitu shalat maghrib dan isya.
Makna ayat :
Ayat ini masih menceritakan arahan untuk Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan
orang-orang beriman, serta petunjuk bagi mereka menuju kesempurnaan dan kebahagiaan.
َّ ) َوَأق ِِم ٱلDirikanlah shalat di waktu yang lima
ِ ص َل ٰو َة َط َر َفيِ ٱل َّن َه
Allah ta’ala berfirman : (ار َو ُز َل ٗفا م َِّن ٱلَّ ۡي ۚ ِل
ini yaitu: Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib, dan ‘Isya. Tunaikanlah shalat dengan sempurna,
sehingga ia menjadi kebaikan yang Allah akan menghapus dengannya keburukan.
َ ٰ perkara yang diperintahkan serta konsekuensinya, ( )ذ ِۡك َر ٰىpelajaran (ين ٰ
Firman-Nya : ()ذل َِك َ )ل َِّلذك ِِر
bagi orang-orang yang mau mengambil pelajaran.
• Penjelasan waktu-waktu shalat. Dua penghujung siang: pagi, yaitu shalat Subuh, serta
petang, yaitu shalat Zhuhur dan Ashar, dan permulaan malam: yaitu shalat Maghrib dan Isya.
• Pernjelasan ketentuan Allah ta’ala bahwa kebaikan menghapus keburukan, dan dalam
َ ارةٌ لِ َما َب ْي َن َها َما َل ْم َت ْغ
َ ش ال َك َب
hadits, “اِئر َ صالَ ِة َك َّف َ صاَل ةُ ِإ
َّ لى ال َّ “ ”الSholat ke sholat yang lain adalah
penghapus dosa di antara keduanya.”Yakni shalat Subuh, Zhuhur dan ‘Ashar.
Yaitu Maghrib dan Isya. Termasuk ke dalamnya shalat malam, karena ia dapat mendekatkan
diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala berdasarkan lafaz “wa zulafam minal lail.”
Seperti shalat yang lima waktu dan shalat-shalat sunat.
Yakni dosa-dosa kecil, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
َ ب ْال َك َب
« اِئر َ ات َما َب ْي َنهُنَّ ِإ َذا اجْ َت َن
ٌ ان ُم َك ِّف َر
َ ض َ ات ْال َخمْ سُ َو ْال ُجم َُع ُة ِإ َلى ْال ُجم َُع ِة َو َر َم
َ ضانُ ِإ َلى َر َم ُ ص َل َو
َّ » ال.
“Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at yang satu ke shalat Jum’at berikutnya, dan Ramadhan
yang satu ke Ramadhan berikutnya mengapuskan dosa-dosa antara keduanya apabila ia
menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
Kata “itu” di sini bisa tertuju kepada perintah-perintah sebelumnya, yaitu tetap istiqmah di
atas jalan yang lurus, tidak melampaui batas, tidak cenderung kepada orang-orang zalim,
mendirikan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan-kebaikan dapat menghapuskan
kesalahan-kesalahan.Dengannya mereka dapat memahami perintah dan larangan Allah, dan
mereka bisa mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang membuahkan kebaikan dan
menghindarkan keburukan. Akan tetapi, perbuatan tersebut butuh usaha keras dari dalam
diri manusia dan kesabaran, oleh karenanya pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan
bersabar.
Referensi : https://tafsirweb.com/3606-surat-hud-ayat-114.html
Surah al isra adalah salah satu surah yang tergolong kedalam surah makkiyyah . Surah Al isra
terletak pada urutan ke 17 dalam mushaf Al Qur'an. Surah al isra terdiri dari 111 ayat. Surah
al isra ayat 78 menjelaskan tentang kewajiban shalat lima waktu. Surah al isra ayat 79
menjelaskan tentang shalat tahajjud.
Pembahasan
Artinya: "Seandainya mereka mengetahui keutamaan yang ada pada shalat Isya' dan shalat
Shubuh, tentu mereka akan mendatanginya sambil merangkak." (HR Bukhari).
Nabi Muhammad SAW dalam hadits juga telah mengingatkan umatnya yang malas sholat
subuh,
ًِيه َما َأل َت ْو ُه َما َو َل ْو َحبْوا َ َو َل ْو َيعْ َلم، صالَ ِة ال َفجْ ِر َوال ِع َشا ِء
ِ ُون َما ف َ صالَةٌ ْأث َق َل َع َلى ال ُم َنا ِفق
َ ِْين مِن َ َلي
َ ْس
Artinya: "Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan
shalat 'Isya'. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut,
tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak." (HR Bukhari).