Anda di halaman 1dari 19

SHOLAT LIMA WAKTU; HUKUM DAN TATA CARANYA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih


Dosen Pengampu : Hj. Indri Silpiani, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Nama : Cep Akil Fikraattausi (10122090)

Nama : Rizki Kania Putri (10122047)

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI CIPASUNG


PRODI TEKNIK INDUSTRI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulisan makalah yang berjudul “ Sholat Lima Waktu; Hukum dan Tata caranya” ini dapat
diselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulisan makalah ini dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih. Penulis
menyadari dalam penulisan makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, segala kritik
yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Shalat merupakan salah satu ibadah wajib bagi umat muslim dan shalat merupakan sarana
komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya sebagai suatu bentuk ibadah yang di
dalamnya terdapat sebuah amalan yang tersusun dari beberapa ucapan dan perbuatan yang
diawali dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, dan dilakukan sesuai dengan syarat
maupun rukun shalat yang telah ditentukan (Imam Bashari Assayuthi, 30). Shalat terdiri dari
shalat fardhu (wajib) dan shalat sunnah. Shalat fardhu (wajib) sendiri terdiri atas 5 waktu antara
lain subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’. Shalat dapat membentuk kecerdasan spiritual bagi
siapa saja yang melakukannya (Agustian, 2001).

Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun Islam yang lain
sebab ia mempunyai pengaruh yang baik bagi kondisi akhlaq manusia. Sholat didirikan
sebanyak lima kali setiap hari, dengannya akan didapatkan bekas/pengaruh yang baik bagi
manusia dalam suatu masyarakatnya yang merupakan sebab tumbuhnya rasa persaudaraan dan
kecintaan diantara kaum muslimin ketika berkumpul untuk menunaikan ibadah yang satu di
salah satu dari sekian rumah milik Allah subhanahu wa ta'ala (SWT)

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari uraian latar belakang diatas dapat ditarik beberapa rumusan masalah, yaitu :
1) Pengertian Sholat
2) Syarat-Syarat Sholat
3) Rukun Sholat
4) Hukum Solat
5) Yang Membatalkan Sholat
6) Shunah Dalam Sholat
7) Waktu Pensyariatan Ibadah Shalat
8) Dalil-dalil Pensyariatan Shalat
9) Hukum Orang yang Meninggalkan Shalat
10) Makruh Sholat
11) Perbedaan laki-laki dan Wanita Dalam Sholat
12) Hal-hal yang Mungkin Dilupakan
13) sholat Dalam Berbagai Kondisi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat
Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa
shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan
pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat
tertentu.
Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan
tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim). Dari
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat adalah
suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syaratsyarat yang telah
ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam.
B. Dalil-dalil yang mewajibkan Sholat
Shalat diwajibkan dengan dalil yang qath`i dari Al-Quran, As- Sunnah dan Ijma’
umat Islam sepanjang zaman. Tidak ada yang menolak kewajiban shalat kecuali orang-
orang kafir atau zindiq. Sebab semua dalil yang ada menunjukkan kewajiban shalat
secara mutlak untuk semua orang yang mengaku beragama Islam yang sudah akil baligh.
Bahkan anak kecil sekalipun diperintahkan untuk melakukan shalat ketika berusia 7
tahun. Dan boleh dipukul bila masih tidak mau shalat usia 10 tahun, meski belum baligh.
1. Dalil dari Al-Qur’an
Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an Al-kariem :

َ ِ‫صاَل ةَ َويُْؤ تُوا ال َّز َكاةَ َو َذل‬


ُ ‫ك ِد‬
‫ين‬ ِ ِ‫َو َما ُأ ِمرُوا ِإاَّل لِيَ ْعبُ ُدوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ال ِّدينَ ُحنَفَاء َويُقِي ُموا ال‬
‫ْالقَيِّ َم ِة‬
Artinya : "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam agama yang lurus , dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."
(QS. Al-Bayyinah : 5)
‫صالَةَ ِإ َّن‬ ْ ‫اط َمْأنَنتُ ْم فََأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬ ْ ‫ُوا هّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَى ُجنُوبِ ُك ْم فَِإ َذا‬
ْ ‫صالَةَ فَ ْاذ ُكر‬ َ َ‫فَِإ َذا ق‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
‫َت َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِينَ ِكتَابًا َّموْ قُوتًا‬ْ ‫صالَةَ َكان‬ َّ ‫ال‬
Artinya : "Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman,
maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman." (QS. An-Nisa : 103)

ْ ‫وا ال َّز َكاةَ َوارْ َكع‬


َ‫ُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬ ْ ُ‫صالَةَ َوآت‬ ْ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ال‬
Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orangorang yang
ruku".(QS. Al-Baqarah : 43)

Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat Islam
melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz “aqiimush-shalata”
yang bermakna "dirikanlah shalat" dengan fi`il Amr (kata perintah) dengan perintah kepada
orang banyak (khithabul jam`i). Yaitu pada surat :

 Al-Baqarah ayat 43, 83 dan110


 Surat An-Nisa ayat 177 dan 103
 Surat Al-An`am ayat 72
 Surat Yunus ayat 87
 Surat Al-Hajj : 78
 Surat An-Nuur ayat 56
 Surat Luqman ayat 31
 Surat Al-Mujadalah ayat 13
 Surat Al-Muzzammil ayat 20.

Ada 5 perintah shalat dengan lafaz "aqimish-shalata" yang bermakna "dirikanlah shalat"
dengan khithab hanya kepada satu orang. Yaitu pada :

 Surat Huud ayat 114


 Surat Al-Isra ayat 78
 Surat Thaha ayat 14
 Surat Al-Ankabut ayat 45
 Surat Luqman ayat 17

2. Dalil dari As-Sunnah

Di dalam sunnah Raulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada banyak sekali perintah
shalat sebagai dalil yang kuat dan qath`I tentang kewajiban shalat. Diantaranya adalah
hadits-hadits berikut ini :

Dari Ibni Umar radhiyallahu‘anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu‘alaihi


wasallam bersabda, "Islam didirikan di atas lima hal. Sahadat bahwa tiada tuhan kecuali
Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, penegakan shalat, pelaksanaan zakat,
puasa di bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah bila mampu". (HR. Bukhari dan Muslim)

3. Dalil dari Ijma

Bahwa seluruh umat Islam sejak zaman nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hingga hari
ini telah bersepakat atas adanya kewajiban shalat dalam agama Islam. Lima kali dalam
sehari semalam. Dengan adanya dalil dari Quran, sunnah dan ijma` di atas, maka lengkaplah
dalil kewajiban shalat bagi seorang muslim. Maka mengingkari kewajiban shalat termasuk
keyakianan yang menyimpang dari ajaran Islam, bahkan bisa divonis kafir bila
meninggalkan shalat dengan meyakini tidak adanya kewajiban shalat.

C. Syarat-syarat Sholat
Syarat shalat terbagi menjadi dua; syarat wajib dan syarat sah.
a) Syarat Wajib
Syarat wajib ini maknanya, seseorang tidak dibebani kewajiban shalat ketika
salah satu dari syarat-syaratnya tak terpenuhi
 Beragama Islam
 Baligh
 Berakal sehat
 Tidak sedang haid atau nifas
 Mendengar informasi ihwal dakwah Islam (Ini nyaris tak ditemukan
sekarang)

b) Syarat Sah
 Beragama Islam
 Mumayyiz (syarat ini untuk mengecualikan orang gila dan anak kecil
yang belum mengerti apa-apa)
 Sudah masuk waktu shalat
 Mengetahui fardhu-fardhu shalat
 Tidak meyakini satu fardhu pun sebagai laku sunnah
 Suci dari hadats kecil dan besar
 Suci dari najis, baik pakaian, badan, maupun tempat shalat
 Menutup aurat (dengan batasan tertentu bagi perempuan dan laki-laki)
 Menghadap kiblat (kecuali bagi musafir yang melaksanakan shalat
sunnah, orang yang dalam kecamuk perang, dan orang yang buta arah
‘isytibahul qiblah’)
 Tidak berbicara selain bacaan shalat
 Tidak banyak bergerak selain gerakan shalat (Imam Syafi’i
membatasinya tiga gerakan)
 Tidak sambil makan dan minum
 Tidak dalam keraguan apakah sudah bertakbiratulihram atau belum
 Tidak berniat memutus shalat atau tidak dalam keraguan apakah akan
memutus shalatnya atau tidak
 Tidak menggantungkan kebatalan shalatnya dengan sesuatu apa pun

D. Rukun Sholat
Rukun sholat adalah setiap bagian sholat yang apabila ketinggalan salah satunya dengan
sengaja atau karena lupa maka sholatnya batal (tidak sah).

1. Berdiri bagi yang mampu, bila tidak mampu berdiri maka dengan duduk, bila tidak
mampu duduk maka dengan berbaring secara miring atau terlentang.
2. Niat
3. Takbiratul Ihram

‫َأهللُ َأ ْكبَر‬
Allâhu Akbar   
Artinya : “Allah Maha Besar”
4. Membaca surat Al Fatihah
5. Ruku’ (membungkukkan badan)
‫ُس ْب َحانَ َرب َِّى ْال َع ِظي ِْم َوبِ َح ْم ِد ِه‬
Subhana rabbiyal 'adhimi wa bihamdihi.
  Artinya: “ Maha Suci Rabbku yang maha Agung dan maha terpuji.”
6. Thuma’ninah (diam sebentar) waktu ruku’
7. I’tidal (berdiri setelah ruku’)

ُ‫َس ِم َع هللاُ لِ َم ْن َح ِم َده‬


Sami'allahu liman hamidah.
Artinya: “ Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”  
Kemudian saat berdiri dilanjutkan membaca: 

ِ ْ‫ت َو ِملْ َء اَأْلر‬


‫ض َو ِملْ َء َما ِشْئتَ ِم ْن َش ْي ٍء بَ ْع ُد‬ ِ ‫َربَّنَا لَكَ ْال َح ْم ُد ِملْ َء ال َّس َم َوا‬
Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min
syai-im ba’du.
Artinya: “ Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan
sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”
8. Thuma’ninah (diam sebentar waktu i’tidal)
9. Sujud dua kali
‫ُس ْب َحانَ َربِّ َى اَأل ْعلَى َوبِ َح ْم ِد ِه‬
Subhana rabbiyal a’laa wa bi hamdih
Artinya: “Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi dan pujian untuk-Nya”
10. Thuma’ninah (diam sebentar waktu sujud)
11. Duduk diantara dua sujud
ٌ ِ‫بِّ ا ْغفِرْ لِ ْى َوارْ َح ْمنِ ْى َواجْ بُرْ نِ ْى َوارْ فَ ْعنِ ْى َوا ُز ْقنِ ْى َوا ْه ِدن‬
‫ى َوعَا فِنِ ْى َواعْفُ َعنِّ ْى‬
Rabighfirlii, Warhamnii, Wajburnii, Warfa’ni, Warzuqnii, Wahdini, Wa’aafinii,
Wa’fuannii
Artinya," Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, perbaikilah aku, berikanlah aku
rezeki dan angkatlah derajatku."
12. Thuma’ninah (diam sebentar ketika duduk)
13. Tasyahud akhir
‫ات هَّلِل ِ ال َّساَل ُم َعلَيْك َأيُّهَا النَّبِ ُّي َو َرحْ َمةُ هَّللا ِ َوبَ َر َكاتُهُ ال َّساَل ُم َعلَ ْينَا‬
ُ َ‫ات الطَّيِّب‬
ُ ‫صلَ َو‬ ُ ‫َّات ْال ُمبَا َر َك‬
َّ ‫ات ال‬ ُ ‫التَّ ِحي‬
َ ‫ اللَّهُ َّم‬,ِ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل إلَهَ إاَّل هَّللا ُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللا‬, َ‫َو َعلَى ِعبَا ِد هَّللا ِ الصَّالِ ِحين‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد‬
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu'alaika
ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu'alaina wa'alaa
ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad
Rasuulullaah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad.
Artinya: “Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya
Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan
dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi tidak
ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi
Muhammad.”
14. Duduk diwaktu tasyahud.
15. Sholawat (kepada nabi)
َ‫ار ْكت‬ ِ ‫ َو َعلَى‬  ‫اركْ َع ٰلى م َُح َّم ٍد‬
َ ‫ َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َك َما َب‬  ‫آل‬ ِ ‫ َو َب‬،‫آل َس ِّي ِد َنا ِإب َْراهِي َم‬ِ ‫صلَّيْتَ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا ِإب َْراهِي َم َو َع ٰلى‬ ِ ‫َعلَى‬
َ ‫ َك َما‬،ٍ‫آل م َُح َّمد‬
‫ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد‬ ِ ‫ َو َع ٰلى‬، ‫ َع ٰلى َس ِّي ِد َنا ِإب َْراهِي َم‬ 
َ ‫فِى ْال َعا لَ ِمي َْن ِإ َّن‬  ،‫ َس ِّي ِد َنا ِإب َْراهِي َم‬  ‫آل‬
Wa alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibraahim
wa'alaa aali sayyidinaa ibraahim wabaarik 'alaa sayyidinaa muhammad wa 'alaa aali
sayyidina muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa ibraahiim wa 'alaa aali
sayyidina Ibraahiim fil'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya : "Ya Allah. Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad.
Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan
limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau
memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta
Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia".  
16. Salam
ِ ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬
‫هللا‬
Assalaamu alaikum wa rahmatullah
Artinya: "Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.
17. Tertib (berurutan sesuai urutannya)

E. Hukum Sholat

Melaksanakan sholat adalah wajib 'ain bagi setiap orang yang sudah mukallaf
(terbebani kewajiban syari'ah), baligh (telah dewasa/dengan ciri telah bermimpi), dan 'aqil
(berakal).

Allah SWT berfirman :

َّ ‫َو َمٓا ا ُ ِمر ُْٓوا ِااَّل لِ َيعْ ُب ُدوا هّٰللا َ م ُْخلِصِ ي َْن َل ُه ال ِّدي َْن ەۙ ُح َن َف ۤا َء َو ُيقِ ْيمُوا الص َّٰلو َة َويُْؤ ُتوا‬
‫الز ٰكو َة َو ٰذل َِك‬
‫ِديْنُ ْال َق ِّي َم ۗ ِة‬

Artinya : “Dan tidaklah mereka diperintah kecuali agar mereka hanya beribadah/
menyembah kepada Allah sahaja. Mengikhlaskan keta’atan Nya dalam (Menjalankan)
agama dengan hanif (lurus), agar mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat,
demikian itulah agama yang lurus. “( Surat Al-Bayyinah : 5 )

F. Yang Membatalkan Sholat


Sholat itu batal, apabila salah satu syarat rukunnya tidak dilaksanakan atau ditinggalkan
dengan sengaja. Dan sholat itu batal dengan hal-hal yang seperti berikut :

1. Berhadast
2. Berbicara ketika shoal
3. Tertawa
4. Makan dan minum
5. Berjalan terlalu banyak tanpa ada keperluan
6. Tersingkapnya aurat
7. Memalingkan badan dari kiblat
8. Menambah rukuk, sujud, berdiri atau duduk secara sengaja
9. Mendahului imam dengan sengaja
10. Terkena najis yang tidak dimaafkan

G. Yang Sunnah Dalam Sholat

Hal yang sunnah dalam sholat adalah bagian sholat yang tidak termasuk dalam rukun
maupun wajib, tidak membatalkan solat baik ditinggalkan secara sengaja maupun lupa.
Diantaranya yaitu :

 Membaca do’a iftitah


 Mengangkat kedua tangan ketika takbirratul ihram
Mengangkat kedua tangan ketika takbirratul ihram adalah sunnah. Berdasarkan
hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma ;
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kedua tangan
beliau sejajar dengan kedua bahu beliau ketika memulai shalat, dan jika bertakbir
untuk ruku’. Dan ketika bangkit dari ruku’, beliau mengangkat keduanya pula seraya
mengucapkan: ‘sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdu’. Dan beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak melakukan itu saat sujud.”
 Membaca ta'awudz ketika memulai qiro'ah (bacaan)
 Membaca surat dari Al-Qur'an setelah membaca Al-Fatihah pada dua raka’at awal
 Meletakkan dua tangan pada lutut selama rukuk
 Mengangkat kedua tangan saat hendak ruku’ dan bangkit dari ruku’ 
 Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri selama berdiri
 Mengarahkan pandangan mata ke tempat sujud selama sholat (kecuali waktu
tasyahud)

H. Waktu Pensyariatan Shalat


Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam dan parashahabat sudah melakukan ibadah shalat. Hanya saja
ibadah shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini. Barulah pada
malam mi`raj disyariatkan shalat 5 kali dalam sehari semalam yang asalnya 50 kali.

Persitiwa ini dicatat dalam sejarah terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun ke-5 sebelum
peristiwa hijrah nabi ke Madinah. Sebagaimana tertulis dalam hadits nabawi yang insya
allah artinya sebagai berikut :

Dari Anas bin Malik ra. "Telah difardhukan kepada Nabi shallallahu‘alaihi wasallam shalat
pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja.
Lalu diserukan ,"Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima
shalat ini sama bagi mu dengan 50 kali shalat".(HR. Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh
At-Tirmizy).

Sebagian dari mazhab Al-Hanafiyah mengatakan bahwa shalat disyariatkan pada


malam mi’raj, namun bukan 5 tahun sebelum hijrah, melainkan pada tanggal 17 Ramadhan
1,5 tahun sebelum hijrah nabi.

I. Makruh Shalat

Orang yang sedang sholat dimakruhkan :


 Menaruh telapak tangannya didalam lengan bajunya ketika takbiratul ihram, rukuk
dan sholat.
 Menutup mulutnya rapat-rapat
 Terbuka kepalanya
 Bertolak pinggang
 Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan
 Memejamkan mata
 Menengadah ke langit
 Menahan hadast
 Berludah
 Mengerjakan sholat diatas kuburan
 Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan sholat

K. Hal-hal yang Mungkin Dilupakan

Dalam melakukan sholat mungkin ada hal yang dilupakan misalnya :

1. Lupa melaksanakn yang Fardu


Jika yang dilupakan itu Fardu, maka tidak cukup diganti hanya dengan sujud Sahwi.
Jika orang telah ingat ketika ia sedang sholat, haruslah cepat-cepat ia
melaksanakannya, atau ingat setelah salam,sedang jarak waktunya masih sebentar,
maka wajiblah ia menunaikannya apa yang dilupakanya, lalu sujud sahwi (sujud
sunah karena lupa)
2. Lupa melaksanakan sunah ab’adh
Jika yang dilupakan itu sunah ab’adh, maka tidak perlu diulangi, yakni kita
meneruskan sholat itu hingga selesa, dan sebelum salam kita disunahkan sujud sahwi
3. Lupa melaksanakan sunah hai’at
Jika yang dilupkan itu sunah hai’at, maka tidak perlu diulangi apa yang dilupakan
itu, dan tidak perlu sujud sahwi.
Sujud sahwi itu hukumnya sunah, dan letaknya sebelum salam, dikerjakan dua kali
sebagaimana sujud biasa.

Bacaan Sujud sahwi : ‫ُس ْب َحانَ َم ْن اَل يَنَا ُم َواَل يَ ْسهُو‬

Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw.

Artinya: “Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa.”

L. Sholat Dalam Berbagai Kondisi


Shalat lima waktu adalah kewajiban / fardhu `ain bagi setiap muslim dan
muslimah. Allah telah menentukan waktu-waktunya. Sebagaimana Allah SWT juga telah
memberikan rukhsah / keringanan bagi musafir atau orang sakit dalam pelaksanaannya.
Namun rukhsah (keringanan) yang Allah berikan tidak berarti boleh dikerjakan sesukanya.
Tayammum misalnya, baru boleh dikerjakan bila memang tidak didapat air setelah berusaha
mencarinya.
Namun dalam kondisi seseorang berada di tengah peradaban atau kota, tidak bisa
dikatakan bahwa dia boleh bertayammum. Bukankah di tengah jalanan yang macet itu justru
banyak penjaja minuman kemasan? Apakah minuman kemasan bukan termasuk air?
Bukankah di kanan kiri jalan itu ada gedung yang pasti memiliki kran air? Karena itu
bertayammum di tengah kota yang berlimpah dengan air tidak dapat dibenarkan.
Begitu juga dengan menjama` shalat Maghrib dan Isya`. Waktu Maghrib memang
sangat sempit sehingga harus segera dikerjakan. Tetapi waktu `Isya` sangat panjang hingga
menjelang subuh. Karena itu tidak ada alasan untuk menjama` shalat Isya` dengan Maghrib.
Selain itu juga harus diperhatikan syarat dibolehkannya menjama` dua shalat yaitu
bila dalam keadaan safar atau perjalanan. Sedangkan dia masih dalam kategori bukan safar
karena masih berada di dalam kota. Safar adalah perjalanan keluar kota yang secara jarak
memang ada perbedaan para ulama dalam batas-batasnya. Namun tidak dikatakan safar bila
masih dalam kota sendiri. Ini adalah pendapat yang paling kuat.
Jadi yang harus diakukan adalah membuat perhitungan bagaimana agar bisa shalat
Maghrib tepat pada waktunya. Misalnya bila dalam perjalanan pulang harus berganti bus,
usahakan saat berganti bus itu untuk mencari tempat shalat.
Dalam hal ini tidak harus berupa masjid atau mushalla, tetapi sebuah tempat yang
bersih di mana saja asal bisa melakukan shalat.

M. Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat

Para ulama sepakat bahwa seorang muslim yang sudah akil baligh bila
meninggalkan shalat dengan mengingkari kewajibannya adalah kafir dan murtad (keluar)
dari agamaIslam, sehingga halal darahnya. Pihak pemerintah Islam melalui mahkama
syar`iyah berhak memvonis mati orang yang murtad karena mengingkari kewajiban shalat.
Namun bila seseorang tidak shalat karena malas atau lalai, sementara dalam keyakinannya
masih ada pendirian bahwa shalat itu adalah ibadah yang wajib dilakukan, maka dia adalah
fasik dan pelaku maksiat.

Demikian juga vonis kafir tidak bisa dijatuhkan kepada orang meninggalkan
shalat karena seseorang baru saja masuk Islam atau karena tidak sampai kepada mereka
dakwah Islam yang mengajarkan kewajiban shalat. Secara duniawi, hukuman seorang
muslim yang tidak mau mengerjakan shalat menurut para ulama antara lain :
 Al-Hanafiyah
Menurut kalangan Al-Hanafiyah, orang muslim yang tidak mau mengerjakan
shalat hukumannya di dunia ini adalah dipenjara atau dipukul dengan keras
hingga keluar darahnya. Hingga dia merasa kapok dan mau mengerjakan
shalat. Bila tidak mau juga, maka dibiarkan terus di dalam penjara hingga
mati. Namun dia tidak boleh dibunuh kecuali nyata-nyata mengingkari
kewajiban shalat. Seperti berkeyakinan secara sadar sepenuhnya bahwa di
dalam Islam tidak ada perintah shalat.
 Ulama Lainnya
Sedangkan para ulama lainnya mengatakan bahwa bila ada seorang muslim
yang malas tidak mau mengerjakan shalat tanpa ‘udzur syar`i, maka dia
dituntun untuk bertobat (yustatab) dengan masa waktu tiga hari. Artinya bila
selama tiga hari itu dia tidak bertaubat dan kembali menjalankan shalat, maka
hala darahnya dan boleh dibunuh.
 Al-Malikiyah dan Asy-Syafi`iyah
Mereka mengatakan kebolehan untuk dibunuhnya itu karena dasar hudud
(hukum dari Allah), bukan karena pelakunya kafir. Sehingga orang itu tidak
dianggap sebagai kafir yang keluar dari Islam. Kondisinya sama dengan
seorang muslim yang berzina, mencuri, membunuh dan sejenisnya. Mereka
ini wajib dihukum hudud mesk statusnya tetap muslim. Sehingga jasadnya
pun tetap harus dishalatkan dan dikuburkan di pekuburan Islam. Jumhur
ulama sepakat bahwa muslim yang tidak mengerjakan shalat bukan karena
jahd (sengaja tidak mengakui kewajiban shalat), tidak dianggap orang kafir.
Dasarnya adalah firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari itu, bagi siapa yang dikehendaki-
Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah
berbuat dosa yang besar”.(QS. An-Nisa : 48)

N. Hikmah Shalat
Sholat disyari'atkan sebagai bentuk tanda syukur kepada Allah, untuk
menghilangkan dosa-dosa, ungkapan kepatuhan dan merendahkan diri dihadapan Allah
menggunakan anggota badan untuk berbakti kepada-Nya yang dengannya bisa seseorang
terbersih dari dosanya dan tersucikan dari kesalahan kesalahannya dan terajarkan akan
ketaatan dan ketundukan. Allah telah menentukan bahwa sholat merupakan syarat asasi
dalam memperkokoh hidayah dan ketaqwaan. Sebagaimana disebut dalam firmannya :

" Alif Laaam Miiim kitab Al-qur’an tidak ada keraguan didalamnya, menjadi petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat
dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka." (QS. Al
Baqarah : 12).
Disamping itu Allah telah mengecualikan orang-orang yang senantiasa
memelihara sholatnya dari kebiasaanmanusia pada umumnya: berkeluh kesah dan kurang
bersyukur, disebutkan dalam firmannya "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh
kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan sholat yang mereka itu tetap
mengerjakan solat” (QS Al Ma'arij: 19-22)
BAB III
PENUTUP

Shalat merupakan salah satu sarana yang paling utama dalam hubungan antara manusia
dengan Allah SWT. Shalat juga merupakan sarana komunikasi bagi jiwa manusia dengan
Allah swt. Shalat juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dan mendasar dalam
Islam, yang tidak bisa disejajarkan dengan ibadah-ibadah yang lain. 
Diantara pentingnya Shalat dalam kehidupan adalah sebagai berikut:

1. Shalat adalah tolok ukur amal, yang berarti bahwa kualitas amal seseorang
ditentukan oleh Shalatnya. Hal ini seperti disebutkan dalam hadist Rasulullan yang
diriwayatkan Abu Dawud dan Tirdzi, “hal pertama yang akan dihisab kelak di hari
pembalasan adalah Shalat. Apabila baik Shalatnya, maka akan baik pula amal-
amal lainnya. Dan apabila Shalatnya rusak, maka akan rusak pula amal-amal
lainnya,”
2. Shalat adalah tiang agama. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Baihaqi “Shalat itu adalah tiang agama (Islam), maka
barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama; dan
barangsiapa meninggalkannya, maka sungguh ia telah merubuhkan agama”
3. Shalat adalah kunci surga. Hal ini disebutkan dalam hadist Rasulullah yang
diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir yang dikutip dari kitab Ihya Uumuddin karya
Imam Ghazali.
4. Shalat merupakan perintah langsung dari Allah swt tanpa perantara malaikat
kepada Nabi Muhhamad saw ketika perjalanan Isra dan Mi’raj.

DAFTAR REFERENSI

Kitab Safinattunajah
https://islam.nu.or.id/shalat/panduan-shalat-syarat-wajib-syarat-sah-dan-rukunnya-zRWzc
https://news.detik.com/berita/d-5585839/rukun-sholat-dilengkapi-bacaan-dan-
penjelasannya
https://jabar.nu.or.id/keislaman/tuntunan-shalat-lengkap-dengan-bacaannya-dari-takbir-
sampai-salam-mFPjA
https://www.al-feqh.com/id/kedudukan-dan-hukum-shalat#ix3
https://bekalislam.firanda.com/2949-sunnah-sunnah-dalam-shalat.html

Anda mungkin juga menyukai