PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap tuhannya dan
dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang
siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunat.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang kami rumuskan yaitu sebagai berikut :
a. Apa Pengertian Shalat ?
b. Apa Pengertian Shalat Berjamaah?
c. Bagaimana tatacara Shalat bagi yang bepergian atau Musafir?
d. Bagaimana Shalat Bagi Orang yang sakit?
e. Apa Pengertian Shalat Khauf?
f. Bagaimana Tatacara melaksanakan shalat Khauf?
C. Tujuan
BAB II
A. Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap
jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya,
dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut
()رواه ابو دااودا.مروا اولداكم بالصلةا وهم ابناء سبع واضربو هم عليها وهم ابنا عشر
Makalah Fiqih Page 3
Artinya : Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda
perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7
tahun dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun. (H.R. Abu
Dawud).
B. Shalat Berjamaah
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-
sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih
fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat
jama'ah pada shalat jum'at. Padahal 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat
sendirian.
Rasululah saw. Bersabda:
قل رسول ال صلى ال عليه وسلم صلةا:عن ابن عمر رضي ال عنهما قال
( )رواه البخار ومسلم.الماعة افضل من صلةا الفرض سبع وعشرين دارجة
Shalat adalah salah satu perintah Allah. Dan keutamaan dari shalat adalah
berjamaah. Bagi laki-laki perintah shalat berjamaah adalah wajib sedangkan bagi
wanita adalah sunnah. Rasulullah bersabda,”Shalat seorang laki-laki dalam
jamaah melebihi shalatnya sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR.
Muslim). Dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah bersabda,”Sebaik-baiknya shalat adalah
shalat (kalian) di rumah kalian, kecuali shalat fardhu.”
Dari shalat berjamaah itu, banyak hal yang akan didapatkan, diantaranya:
6) Sarana mendisiplinkan diri, shalat berjamaan adalah salah satu cara untuk
melatih disiplin. Bagaimana kita harus tepat waktu saat sholat, mengikuti
gerakan imam sampai shalat berakhir.
Memang ada ikhtilaf ulama apakah Wajib Ain bagi laki-laki hukumnya
shalat berjamaah di masjid atau hukumnya sunnah saja. Akan tetapi pendapat
terkuat hukumnya wajib. Dengan beberapa alasan berikut:
1) Allah yang langsung memerintahkan dalam al-Quran agar shalat
berjamaah. Allah Ta’ala berfirman,
عع يوأيعقيعموا ال ر
صلييةا يويءاتعوا الرزيكايةا يوارريكععوا يميع الراكع ي
ي
“makna firman Allah “ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu
tidaklah dilakukan kecuali bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.”
ك يولعييأرعخعذوا
صلييةا فينرلتْينعقرم يطآَئعيفةعع مرننعهم رميع ي
ت يلععم ال ر وإعيذا عكن ع
ت فيعهرم فيأيقيرم ي ي ي
ع ع ع ع ع
صلوا أيرسليحتْينعهرم فيعإيذا يسيجعدوا فينرلييعكونعوا من يويرآَئعكرم يولرتْيأرت يطآَئيفة أعرخيرى يلر يع ي
ك يولرييأرعخعذوا عحرذيرعهرم يوأيرسلعيحتْينعهرم يوردا الرعذيين يكيفعروا ليرو تينرغعفعلوين يعرن صلوا يميع ي
فينرليع ي
أيرسلعيحتْععكرم يوأيرمتْعيعتْععكرم فينييعميعلوين يعليريعكم ر رمينلية يواعحيدةةا يولي عجينايح يعليريعكرم عإن يكاين بععكرم
ضععوا أيرسلعيحتْيعكرم يوعخعذوا عحرذيرعكرم إعرن الي أييعرد ضى يأن تي ي أيةذى ممن رمطي ر أيرو عكنعتْم رمرر ي
لعرليكافععريين يعيذاةبا لمعهيةنا
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan
dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian
apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu
rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu
shalatlah mereka denganmu.” (An-Nisa’ 102)
داليل على أن ذلك ف حال المن: ففي أمر ال بإقامة الماعة ف حال الوف
. أوجب
“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika takut
(perang) adalah dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih wajib
lagi.”
“Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya
fardhu ain bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya
sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan
fardhu kifayah karena Alloh menggugurkan kewajiban berjamaah atas
rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama… dan Allah
tidak memberi keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah
dalam keadaan ketakutan (perang).“
3) Orang buta yang tidak ada penuntut ke masjid tetap di perintahkan shalat
berjamaah ke masjid jika mendengar adzan, maka bagaimana yang matanya
sehat?
Dalam hadits yang lain yaitu, Ibnu Ummi Maktum (ia buta matanya). Dia berkata,
ع ع ع
-صلى ال عليه وسلم- ب فينيقايل النرع ل.ييا يرعسويل اللره إعرن الريمدينيةي يكثييةاع ارلييوام يوالمسيباعع
.« صليعةا يحرى يعيلى الريفليعح فييحرى يهلي » أيتيرسيمعع يحرى يعيلى ال ر
“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan
hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan
tersebut”.”
ف يعرننيها إعرل عمينافعةق يمرععلوعم النمنيفاعق يولييقرد يكاين الرعجعل ينعرؤيتى بععه
يولييقرد يريأيرنتْعنينا يويما ينيتْييخلر ع
ف
ص م ي الرعجلي ر ع
ي يحرت ينعيقايم عف ال ر ينعيهايداى بني ر ي
“Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir
shalat jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas
kemunafikannya. Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara
dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.”
7) Shalat berjamaah mendapat pahala lebih banyak
Dalam satu riwayat 27 kali lebih banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
10) Amal yang pertama kali dihisab adalah shalat, jika baik maka seluruh
amal baik dan sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau
meraih pahala tinggi dengan shalat berjamaah?
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
صيلةاع يقايل ينيعقوعل يربنلينا يجرلس بععه ينيرويم الرعقييايمعة عمرن أيرعيماعلعرم ال ر
ب الرنا عإرن أيرويل يما عييايس ع
ع
وعرز لعميلئعيكتْععه وهو أيعليم انرظعروا عف ع ع
ت يتارمة صيها فيعإرن يكاني رصيلةا يعربديِ أييتريها أيرم ننييق ي
ي يعي ر ع ع يي ي
ص عمرننيها يشريةئا يقايل انرظععروا يهرل لعيعربعديِ عمرن تيطيلورع فيعإرن ع
ت ليهع يتارمة يوإرن يكاين انرنتْينيق ي
ع
عكتْبي ر
ضتْيهع عمرن تيطيلوعععه عثر تنعرؤيخعذ ارليرعيماعل يعيلى يذاعكرم ع ع ع
يكاين ليهع تيطيلوعة يقايل أيتلوا ليعربديِ فيعري ي
“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia
pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada
para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui, “Periksalah shalat hamba-
Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan
dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka
Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat
sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman,
“Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan
shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara
demikian.”
ًصيواًّ ْمُبمعن ْمُاًّلنصلعووبة ْمُباًّين ْمُبخيف د يت ْمُعاًّين ْمُي عيفبتنع د دك ْمُاًّ ن بلييعن ْمُعكعفدريواًّ ْمُباًّنن ْمُياًّلكبفبرييعن ْمُعكن ديواًّلعيدك ْمُععددوواًّممببييننا
ضبي د يت ْمُبف ْمُياًّعليربض ْمُفعلعييعس ْمُععلعيييدك ْمُدجنعاًحح ْمُعاًّين ْمُتعيق د د
عوباًّعذاًّ ع ع
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
meng-qoshor sholat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. An Nisa’:
101)
ِنْفعأأبقنريت ْمُعصعلدة ْمُاًّلنسعفبرعوأأبتنميت ْمُعصعلدة ْمُاًّل ع ع ب،أأنن ْمُاًّلنصعلعة ْمُأأنودل ْمُعماًفدبرعضيت ْمُعريكعععت ي بي
ض
“Pertama kali sholat diwajibkan adalah dua raka’at, maka tetaplah sholat
musafir dua raka’at dan shalat orang yang muqim (menetap) sempurna (empat
raka’at).” (HR. Al Bukhari: 1090 dan Muslim:685)
.
عصل نييدت ْمُاًّلمظيهعر ْمُعمعع ْمُاًّلننببب ْمُ ببليعمبديينعبة ْمُأأيرب عنعاً ْمُعوببذىِ ْمُاًّليدحلعييعفبة ْمُعريكعععت بيي
“Aku shalat bersama Nabi di Madinah empat raka’at dan di Dzulhulaifah dua
raka’at.” (HR. Al Bukhari:1039 dan Muslim:690)
Dan juga para shahabat shalat di belakang Amirul Mukminin ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhu, tatkala beliau shalat di Mina empat raka’at, maka para
shahabat tetap mengikutinya shalat empat raka’at. Oleh karena itu Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma ketika ditanya, “Mengapa seorang musafir kalau shalat
sendirian dia shalat dua raka’at tetapi kalau shalat bersama imam dia shalat empat
raka’at ?”, beliau menjawab, “Demikianlah sunnah Abul Qashim (Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)”
2. Menjama’ (Menggabung) Dua Shalat
Termasuk kesempurnaan rahmat Allah bagi seorang musafir adalah diberi
keringanan untuk menjama’ dua shalat di salah satu waktunya. Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata,
ص ْمُاًّعذاًّ ْمُعكعن ْمُعععل ْمُعظيهبر ْمُعس ي يي ْمُعويعيعمدع ْمُب ع ي عي ْمُاًّليعميغبربب ْمُعوياًّلبععشاًبء
ا ْمُععلعييبه ْمُعو ْمُعس ن عل ْمُيعيعمدع ْمُب ع ي عي ْمُعصعلبة ْمُاًّلمظيهبر ْمُعواًّلعع ي ب
ا ْمُعصنل ْمُ د
عكعن ْمُعردسيودل ْمُ ب
ل
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Boleh menjama’ shalat Zhuhur dan Asar
di salah satu waktu keduanya sesuai kehendaknya. Demikian pula shalat Maghrib
dan ‘Isya’, baik safarnya jauh atau dekat.” (Syarh Shahih Muslim 6/331)
Imam Ibnu Qudamah rahimahulah berkata, “Boleh menjama’ antara Zhuhur dan
Asar serta Maghrib dan ‘Isya’ pada salah satu waktu keduanya.” (Al Muqni’ 5/84)
Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat Zhuhur dengan Asar serta shalat Maghrib
dengan ‘Isya’. Adapun shalat shubuh tidak boleh dijama’ dengan shalat yang
sebelumnya atau sesudahnya. Demikian pula tidak boleh menjama’ shalat asar
dengan maghrib. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,
ص ْمُ د نث ْمُيعيعمدع ْمُب عيي عندعماً ْمُعواًّعذاًّ ْمُعزاًّغعيت ْمُعصنل ْمُاًّلمظيهعر ْمُ د نث ْمُعربكعب
ل ل
.
عكعن ْمُاًّلنن ب مب ْمُاًّعذاًّ ْمُاًّير ع عتعل ْمُقعيبعل ْمُأأين ْمُتعبزييعغ ْمُاًّلنشيمدس ْمُأأنخعر ْمُاًّلمظيهعر ْمُاًّعل ْمُعويقبت ْمُاًّليعع ي ب
ل
“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berangkat sebelum matahari
tergelincir maka beliau mengakhirkan shalat Zhuhur hingga Asar kemudian
menjama’ keduanya. Apabila beliau berangkat setelah Zhuhur maka beliau shalat
Zhuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Al Bukhari:1111 dan Muslim:704)
b. As-Sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa tetap shalat berjama’ah
ketika safar sebagaimana dalam kisah tertidurnya beliau bersama para
shahabatnya ketika safar hingga lewat waktu shubuh. Sedangkan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
عصل ميواًّ ْمُ ع عك ْمُعرأأييدتدميو ب ين ْمُأأعص ب يبل
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al Bukhari:631.
Lihat Syarh Al Mumthi’ 4/141)
Adapun tatacara shalat di atas kendaraan, baik itu pesawat, bus, kereta,
atau kapal laut, adalah sebagai berikut:
Hendaklah shalat dengan berdiri menghadap kiblat apabila mampu. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shalat di atas perahu. Beliau
menjawab,
عصبل ْمُقعاًئبنماً ْمُاًّين ْمُل عيم ْمُ ع عتيف ْمُياًّلعغعرعق
ل
“Shalatlah dengan berdiri kecuali apabila kamu takut tenggelam.” (HR. Al
Hakim 1/275, Daraqutni 1/395, Al Baihaqi dalam Sunan Kubro 3/155,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/101)
E. Shalat Khauf
Shalat khauf adalah shalat dalam keadaan bahaya atau takut (suasana
perang). Shalat wajib dilakukan dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan
bahaya (perang). Shalat dalam keadaan bahaya dilakukan diwaktu perang
melawan musuh dan segala bentuk perang yang tidak haram seperti pertempuran
melawan pemberontak atau orang orang yang melawan pemerintahan yang sah
atau melawan perampok, penjahat dan teroris yang semuanya dibolehkan dalam
islam, sesuai dengan firman Allah:
ِسيجندوُاا فياليينكوُننوُاا ممن طآَئمفيةة مماننهام مميعيك يوُالييأانخنذوُاا أي ا
سلميحتينهام فيإ ميذا ي صليةي فيالتيقنام ي ت مفيمهام فيأ يقيام ي
ت لينهنم ال م يوُإميذا نكن ي
صللوُاا يميعيك يوُالييأانخنذوُاا محاذيرنهام يوُأي ا
سلميحتينهام يوُمد الممذيِينِ يكفينروُاا لياوُ تياغفننلوُين طآَئمفيةة أناخيرىَ ليام يِن ي
صللوُاا فيالين ي يوُيرآَئمنكام يوُالتيأا م
ت ي
طرر أياوُ نكنتنام سلميحتمنكام يوُأيامتميعتمنكام فيييممينلوُين يعلياينكام ممايليةذ يوُامحيدةذ يوُلي نجيناَيح يعلياينكام مإن يكاَين بمنكام أيذذىَ ممنِ مم ي يعانِ أي ا
﴾١٠٢﴿ اي أييعمد لماليكاَفممريِينِ يعيذاباَ ذ لممهيناَ ذ – النساء
سلميحتينكام يوُنخنذوُاا محاذيرنكام إممن م
ضنعوُاا أي ا
ضىَ يأن تي ي
ممار ي
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang,
lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga
dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap
senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus.
Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat
sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-
siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan
bagi orang-orang kafir itu.”. (Qs an-nissa’ ayat: 102)
Cara Shalat Khauf
Cara Pertama:
Jika musuh berada di arah kiblat, petama-tama imam mengatur pasukan
menjadi dua shaf, shaf pertama dan shaf kedua. Kemudian imam melakukan
shalat bersama shaf pertama dan shaf kedua. Mereka bertakbir dan ruku’ bersama.
Kemudian imam dan shof pertama melakukan sujud sedang shaf kedua menjaga.
Setelah imam dan shaf pertama bangun dari sujudnya, shaf kedua sujud dan iman
dan shaf pertama menjaga. Demikain seterusnya mereka saling bergantian
menjaga musuh. Kemudian shalat diakhiri dengan memberi salam bersama sama.
Cara ketiga:
Jika musuh berada tidak di arah kiblat, Imam mengatur pasukan dan
membagi menjadi dua barisan, satu barisan menjaga musuh dan satu barisan lagi
sholat bersama imam satu raka’at. Jika imam berdiri untuk raka’at yang kedua,
maka barisan yang pertama niat memutuskan shalat jama’ah bersama imam.
Mereka melanjutkan raka’at kedua tanpa imam (shalat sendiri-sendiri) sampai
selesai shalat dan salam. Lalu mereka pergi ke tempat dimana ada musuh.
Kemudian barisan kedua berihram dan shalat bersama imam yang pada saat itu
berada pada raka’at kedua dan ketika imam duduk untuk tasyahhud akhir, barisan
kedua bangun melanjutkan raka’at kedua dan imam menunggu sampai mereka
selesai melakukan raka’at kedua dan duduk bertasyahhud bersama sama imam
kemudian salam.
َصملى
ي:ع سلميم يِياوُيم يذا م
ت المريقاَ م صملىَ م
ان يعليايمه يوُ ي سوُيل م
ام ي ُ يعممانِ ي,ضيي ان يعاننه
شمهيد ير ن ح ابمنِ يخموُا ر
ت ير م صاَلم م
يعانِ ي
ت يقاَئمذماَ يوُأيتيلموُا ُ في ي, ُطاَئمفيةة موُيجاَهي االيعندمو
صملىَ مباَلممتي يميعهن يراكيعةذ ثنمم ثيبي ي ُ يوُ ي, صفمات يميعهن ف أيمن ي
طاَئمفيةذ ي صيلةي االيخاوُ م ي
ِصملىَ بممهنم المراكيعةي الممتي بيقمييات ممان طاَئمفيةن االناخيرىَ في ي
ت ال م صيرنفوُا في ي
ُ يوُيجاَيء م, ُصلفوُا موُيجاَهي االيعندمو مليانفن م
ُ ثنمم اان ي, سمهام
(سلميم بممهام )الشيخاَن ساَ يوُأيتيلموُا مليانفن م
سمهام ثنمم ي ُ ثنمم ثيبي ي, صيلتممه
ت يجاَلم ذ ي
Dari Shalih bin Khawwat ra, dari orang yang pernah melaksanakan
shalat (khauf) bersama Nabi saw ketika hari (peperangan) Dzata riqa, yaitu:
Sekolompok membikin shaf bersama Rasulullah saw, sedangkan kelompok yang
lain bersiaga untuk menghadapi musuh. Kemudaian beliau shalat dengan
kelompok yang bersamanya satu raka’at. Kemudian beliau tetap berdiri dan shaf
pertama tadi menyempurnakan shalat tersebut secara sendiri-sendiri, kemudian
beralih dan membuat shaf menghadapi musuh,. Lalu datang kelompok yang lain
(yang belum shalat), kemudian beliau shalat dengan mereka satu raka’at yang
tersisa. Beliau tetap duduk, sedangkan mereka menyempurnakan shalatnya
masing-masing, kemudian beliau melaksanakan salam dengan mereka. (HR
Muttafaqun ‘alaih).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti
menghadap jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya,
mengagungkan kebesarannya dengan khusyu'dah ikhlas dalam bentuk perkataan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Shalat Berjamaah
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-
sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih
fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat
jama'ah pada shalat jum'at.
Shalat Bagi Yang Bepergian Atau Musafir
Bagi yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama'
shalat-shalat fardhu.
Shalat Bagi Orang Yang Sakit
Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal
dan ingatanya masih sadar.
Hamzah Ya’kub
1993 Etika Islam, Diponegoro, Bandung.
Moh. Rifa’i
1976 Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Thoha Putra, Semarang.
Sulaiman Rasjid
2000 Fiqh Islam, Sinar Baru, Bandung.
Zakiyah Daradjat
1982 Ilmu Fiqh, IAIN, Bandung.