Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap tuhannya dan

dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di Dunia

dan di Akhirat nanti. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti

Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.

Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah

baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan

bagaimanapun. Shalat merupkan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam

didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang

siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa

yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).

Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,

berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh

tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat mapun sakit, dalam keadaan susah

maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga

shalat sunat.

B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah yang kami rumuskan yaitu sebagai berikut :
a. Apa Pengertian Shalat ?
b. Apa Pengertian Shalat Berjamaah?
c. Bagaimana tatacara Shalat bagi yang bepergian atau Musafir?
d. Bagaimana Shalat Bagi Orang yang sakit?
e. Apa Pengertian Shalat Khauf?
f. Bagaimana Tatacara melaksanakan shalat Khauf?
C. Tujuan

Makalah Fiqih Page 1


a. Mengetahui Pengertian Shalat
b. Mengetahui Pengertian Shalat Berjamaah
c. Mengetahui tatacara shalat bagi yang bepergian atau Musafir
d. Mengetahui Shalat bagi orang yang sakit
e. Mengetaui Pengertian Shalat Khauf
f. Mengetahui tatacara melaksanakan shalat khauf

BAB II

Makalah Fiqih Page 2


PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti menghadap

jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya,

mengagungkan kebesarannya dengan khusyu'dah ikhlas dalam bentuk perkataan

dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Menurut

cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.

     


 
Artinya:
"Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku'lah bersama-
sama orang-orang yang ruku ".(Q.S. Al-Baqarah :43).

       


 
Artinya:
"Dan dirikanlah shalat oleh karena itu shalat mencegah kamu dari kejahatan dan
dari munkar (perkerjaan buruk-dan keji)." (QS.Al-ankabut : 45).
Shalat adalah ibadah yang paling utarna untuk membuktikan keislaman
seseorang. Islam memandang shalat sebagai tiang agama dan inti sari islam
terletak pada shalat, sebab dalarn shalat tersimpul seluruh rukun agama. Oleh
karena itu amalan shalat ini perlu sekali ditanamkan dalam jiwa anak-anak oleh
setiap orang tua. Harus melatih anaknya untuk mengerjakan shalat dan
memerintahkannya kala mereka berusia 7 tahun. Anak harus diperintah untuk
mengerjakan shalat dengan keras bila mereka telah mencapai usia 10 tahun.

(‫)رواه ابو دااودا‬.‫مروا اولداكم بالصلةا وهم ابناء سبع واضربو هم عليها وهم ابنا عشر‬
Makalah Fiqih Page 3
Artinya : Dari amri bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya. Nabi bersabda
perintahlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia mereka meningkat 7
tahun dan (dimana perlu) pukullah mereka meningkat 1 tahun. (H.R. Abu
Dawud).

B. Shalat Berjamaah
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-
sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih
fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat
jama'ah pada shalat jum'at. Padahal 27 derajat (kali) dibandingkan dengan shalat
sendirian.
Rasululah saw. Bersabda:

‫ قل رسول ال صلى ال عليه وسلم صلةا‬:‫عن ابن عمر رضي ال عنهما قال‬
(‫ )رواه البخار ومسلم‬.‫الماعة افضل من صلةا الفرض سبع وعشرين دارجة‬
Shalat adalah salah satu perintah Allah. Dan keutamaan dari shalat adalah
berjamaah. Bagi laki-laki perintah shalat berjamaah adalah wajib sedangkan bagi
wanita adalah sunnah. Rasulullah bersabda,”Shalat seorang laki-laki dalam
jamaah melebihi shalatnya sendirian sebanyak dua puluh tujuh derajat.” (HR.
Muslim). Dari Zaid bin Tsabit, Rasulullah bersabda,”Sebaik-baiknya shalat adalah
shalat (kalian) di rumah kalian, kecuali shalat fardhu.”

Dari shalat berjamaah itu, banyak hal yang akan didapatkan, diantaranya:

1) Menjadi syiar bagi masyarakat luas, dengan sholat berjamaah di masjid


bisa menjadi sarana dakwah kepada masyarakat luas. Memberikan edukasi
terkait Islam yang membuat masyarakat akan lebih paham.
2) Memperkuat ukhuwah islamiyah, salah satu yang terpenting dan yang
menjadi masalah dalam umat Islam adalah ukhuwah islamiyah
(hubungan). Berbeda pendapat, berbeda pemikiran bisa merusak

Makalah Fiqih Page 4


hubungan. Dan saat ini sangat penting adanya penguatan ukhuwah sesama
muslim. Karena dengan ukhuwah tersebut Islam akan menjadi semakin
kuat.

3) Meluaskan silahturrahim, dikehidupan ini, kita disibukkan oleh berbagai


masalah dan juga kegiatan. Waktu yang terbatas membuat kita sulit untuk
menyambung silahturrahim. Dengan sholat berjamaah memberikan kita
kesempatan untuk meluaskan dan mempererat silahturrahim dengan orang
terdekat kita atau bahkan orang baru.

4) Selalu siap menerima perbedaan, perbedaan adalah salah satu factor


pemecah belah. Terkadang dalam menunaikan sholat pun ada perbedaan,
contoh nyata ada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, dimana di sana
banyak orang yang datang dari berbagai negara dengan cara sholat mereka
yang kita lihat berbeda. Dengan sholat berjamaah, kita harus menerima
perbedaan itu.

5) Merasakan kesetaraan kedudukan di hadapan Allah, saat melakukan shalat


berjamaah, kita disatukan dengan berbagi suku, jabatan, kedudukan, harta.
Tidak ada diskriminasi dalam sholat berjamaah karena mereka harus
bersatu dalam shaf-shafnya. Karena dimata Allah semua sama, saat sholat
pun kita harus melupakan jabatan serta kedudukan duniawi.

6) Sarana mendisiplinkan diri, shalat berjamaan adalah salah satu cara untuk
melatih disiplin. Bagaimana kita harus tepat waktu saat sholat, mengikuti
gerakan imam sampai shalat berakhir.

Memang ada ikhtilaf ulama apakah Wajib Ain bagi laki-laki hukumnya
shalat berjamaah di masjid atau hukumnya sunnah saja. Akan tetapi pendapat
terkuat hukumnya wajib. Dengan beberapa alasan berikut:
1) Allah yang langsung memerintahkan dalam al-Quran agar shalat
berjamaah. Allah Ta’ala berfirman,
‫عع‬ ‫يوأيعقيعموا ال ر‬
‫صلييةا يويءاتعوا الرزيكايةا يوارريكععوا يميع الراكع ي‬
‫ي‬

Makalah Fiqih Page 5


“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.” (Al-Baqarah: 43)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,

‫ فل بد لقوله } مع الراكعي { من فائدةا أخرى وليست إل فعلها مع جاعة‬،


‫الصلي والعية تفيد ذلك‬

“makna firman Allah “ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’, faidahnya yaitu
tidaklah dilakukan kecuali bersama jamaah yang shalat dan bersama-sama.”

2) Saat-saat perang berkecamuk, tetap diperintahkan shalat berjamaah. Maka


apalagi suasana aman dan tentram. Dan ini perintah langsung dari Allah
dalam al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,

‫ك يولعييأرعخعذوا‬
‫صلييةا فينرلتْينعقرم يطآَئعيفةعع مرننعهم رميع ي‬
‫ت يلععم ال ر‬ ‫وإعيذا عكن ع‬
‫ت فيعهرم فيأيقيرم ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
‫ع ع‬ ‫ع ع‬ ‫ع‬
‫صلوا‬ ‫أيرسليحتْينعهرم فيعإيذا يسيجعدوا فينرلييعكونعوا من يويرآَئعكرم يولرتْيأرت يطآَئيفة أعرخيرى يلر يع ي‬
‫ك يولرييأرعخعذوا عحرذيرعهرم يوأيرسلعيحتْينعهرم يوردا الرعذيين يكيفعروا ليرو تينرغعفعلوين يعرن‬ ‫صلوا يميع ي‬
‫فينرليع ي‬
‫أيرسلعيحتْععكرم يوأيرمتْعيعتْععكرم فينييعميعلوين يعليريعكم ر رمينلية يواعحيدةةا يولي عجينايح يعليريعكرم عإن يكاين بععكرم‬
‫ضععوا أيرسلعيحتْيعكرم يوعخعذوا عحرذيرعكرم إعرن الي أييعرد‬ ‫ضى يأن تي ي‬ ‫أيةذى ممن رمطي ر أيرو عكنعتْم رمرر ي‬
‫لعرليكافععريين يعيذاةبا لمعهيةنا‬
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan
dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian
apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan satu
rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum shalat, lalu
shalatlah mereka denganmu.” (An-Nisa’ 102)

Makalah Fiqih Page 6


Ibnu Mundzir rahimahullah berkata,

‫ داليل على أن ذلك ف حال المن‬: ‫ففي أمر ال بإقامة الماعة ف حال الوف‬
. ‫أوجب‬
“pada perintah Allah untuk tetap menegakkan shalat jamaah ketika takut
(perang) adalah dalil bahwa shalat berjamaah ketika kondisi aman lebih wajib
lagi.”

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menjelaskan,


‫وف هذا داليل على أن الماعة فرض على العيان إذ ل يسقطها سبحانه عن‬
‫ ولو كانت الماعة سنة لكان أول العذار بسقوطها‬،‫الطائفة الثانية بفعل الول‬
‫ ولو كانت فرض كفاية لسقطت بفعل الطائفة الول …وأنه ل‬،‫عذر الوف‬
‫يرخص لم ف تركها حال الوف‬

“Ayat ini merupakan dalil yang sangat jelas bahwa shalat berjamaah hukumnya
fardhu ain bukan hanya sunnah atau fardhu kifayah, Seandainya hukumnya
sunnah tentu keadaan takut dari musuh adalah udzur yang utama. Juga bukan
fardhu kifayah karena Alloh menggugurkan kewajiban berjamaah atas
rombongan kedua dengan telah berjamaahnya rombongan pertama… dan Allah
tidak memberi keringanan bagi mereka untuk meninggalkan shalat berjamaah
dalam keadaan ketakutan (perang).“

3) Orang buta yang tidak ada penuntut ke masjid tetap di perintahkan shalat
berjamaah ke masjid jika mendengar adzan, maka bagaimana yang matanya
sehat?

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata,

‫س عل يقائعةد‬ ‫ي‬ ‫ي‬


‫ر‬‫ي‬‫ل‬ ‫ع‬‫ه‬‫ر‬‫ن‬‫صرلى اللرهع يعليريعه وسلرم رجل أيرعمى فينيقايل يا رسويل اللرعه إع‬
‫ي يع‬ ‫ي ي ي يع ة ي‬ ‫ب ي‬ ‫أييتى النرع ر‬
‫صلميي‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ينعقوداعن إعيل الرمسعجعد فيسأييل رسويل اللرعه صرلى اللره عليي ع‬
‫ص ليهع فينيع ي‬ ‫خ‬
‫م‬ ‫ر‬ ‫ن‬‫ي‬ ‫ن‬‫ر‬
‫ع ي ر ي ي ي عي ي‬‫أ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫س‬‫و‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ي يع‬ ‫ير‬ ‫ي ع‬
‫صيلعةا يقايل ننييعرم يقايل‬ ‫ص ليهع فينليرما يورل يدايعاهع فينيقايل يهرل تيرسيمعع النميداءي عبال ر‬ ‫عع‬
‫عف بنيريتْه فينيررخ ي‬
‫ع‬
‫فيأيج ر‬
‫ب‬

Makalah Fiqih Page 7


“Seorang buta pernah menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan berujar,
“Wahai Rasulullah, saya tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke
masjid.” Lalu dia meminta keringanan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam untuk shalat di rumah, maka beliaupun memberikan keringanan
kepadanya. Ketika orang itu beranjak pulang, beliau kembali bertanya, “Apakah
engkau mendengar panggilan shalat (azan)?” laki-laki itu menjawab, “Ia.”
Beliau bersabda, “Penuhilah seruan tersebut (hadiri jamaah shalat).”

Dalam hadits yang lain yaitu, Ibnu Ummi Maktum (ia buta matanya). Dia berkata,
‫ع ع‬ ‫ع‬
-‫صلى ال عليه وسلم‬- ‫ب‬ ‫ فينيقايل النرع ل‬.‫ييا يرعسويل اللره إعرن الريمدينيةي يكثييةاع ارلييوام يوالمسيباعع‬
.« ‫صليعةا يحرى يعيلى الريفليعح فييحرى يهلي‬ ‫» أيتيرسيمعع يحرى يعيلى ال ر‬
“Wahai Rasulullah, di Madinah banyak sekali tanaman dan binatang buas. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kamu mendengar seruan adzan
hayya ‘alash sholah, hayya ‘alal falah? Jika iya, penuhilah seruan adzan
tersebut”.”

4) Wajib shalat berjamaah di masjid jika mendengar adzan.


Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫صيليةا ليهع إعرل عمرن ععرذر‬ ‫عع‬ ‫ع‬
‫يمرن يسيع النميداءي فينليرم ييأرته فييل ي‬
“Barangsiapa yang mendengar azan lalu tidak mendatanginya, maka tidak ada
shalat baginya, kecuali bila ada uzur.”
5) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman kepada
laki-laki yang tidak shalat berjamaah di masjid dengan membakar rumah
mereka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‫صيلةاع الريفرجعر يوليرو ينيرعليعموين يما عفيعهيما‬ ‫ع ع‬ ‫عع‬ ‫إعرن أيثَرنيقل ر‬
‫صيلةاع الرعيشاء يو ي‬ ‫ي ي‬ ‫صيلةا يعيلى الرعمينافق ي‬
‫ي ي‬
‫صلميي عبالرناعس‬ ‫ي يلتينوعها وليو حبنوا ولييقرد يهمت أيرن آَمر عبال ر ع‬
‫صيلةا فينتْعنيقايم عثر آَعمير يرعجةل فينيع ي‬ ‫عي‬ ‫ر ي ي ر ير ة ي ي ر ع‬
‫ب إعيل قينرورم يل ييرشيهعدوين ال ر‬
‫صيليةا فيأعيحمريق‬ ‫عثر أينرطيلعيق يمععي بععريجارل يميععهم عحيزةم عمرن يحطي ر‬
‫ر‬
‫يعليريعهرم بنععيوتينعهرم عبالرناعر‬
“Shalat yang dirasakan paling berat bagi orang-orang munafik adalah shalat
isya dan shalat subuh. Sekiranya mereka mengetahui keutamaannya, niscaya
mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak. Sungguh aku
berkeinginan untuk menyuruh seseorang sehingga shalat didirikan, kemudian
kusuruh seseorang mengimami manusia, lalu aku bersama beberapa orang

Makalah Fiqih Page 8


membawa kayu bakar mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat,
lantas aku bakar rumah-rumah mereka.

Ibnu Mundzir rahimahullah berkata,


‫وف اهتْمامه بأن يرق على قوم تلفوا عن الصلةا بيوتم أبي البيان على وجوب‬
‫فرض الماعة‬
“keinginan beliau (membakar rumah) orang yang tidak ikut shalat berjamaah di
masjid merupakan dalil yang sangat jelas akan wajib ainnya shalat berjamaah di
masjid”

6) Tidak shalat berjamaah di masjid di anggap “munafik” oleh para sahabat.


Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dia berkata:

‫ف يعرننيها إعرل عمينافعةق يمرععلوعم النمنيفاعق يولييقرد يكاين الرعجعل ينعرؤيتى بععه‬
‫يولييقرد يريأيرنتْعنينا يويما ينيتْييخلر ع‬
‫ف‬
‫ص م‬ ‫ي الرعجلي ر ع‬
‫ي يحرت ينعيقايم عف ال ر‬ ‫ينعيهايداى بني ر ي‬
“Menurut pendapat kami (para sahabat), tidaklah seseorang itu tidak hadir
shalat jamaah, melainkan dia seorang munafik yang sudah jelas
kemunafikannya. Sungguh dahulu seseorang dari kami harus dipapah di antara
dua orang hingga diberdirikan si shaff (barisan) shalat yang ada.”
7) Shalat berjamaah mendapat pahala lebih banyak
Dalam satu riwayat 27 kali lebih banyak. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,

‫صيلعةا الريفمذ بعيسربرع يوععرشعريين يدايريجة‬ ‫صيلةاع ارلماععة أيفر ع‬


‫ضعل مرن ي‬
‫يي ي ي‬ ‫ي‬
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 27
derajat.”
diriwayat yang lain 25 kali lebih banyak:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫صيلعةا الريفمذ‬ ‫ع‬ ‫ع‬ ‫ع ع‬


‫صيلةاع ارلييمايعة تينرعدعل يخرةسا يوعرشعريين مرن ي‬
‫ي‬
“Shalat berjamaah itu lebih utama daripada shalat sendirian dengan 25
derajat.”
Banyak kompromi hadits mengenai perbedaan jumlah bilangan ini. Salah satunya
adalah “mafhum adad” yaitu penyebutan bilangan tidak membatasi.
8) Keutamaan shalat berjamaah yang banyak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Makalah Fiqih Page 9


‫صرلى الرععيشاءي يوالريفرجير عف‬ ‫من صرلى الرععيشاء عف يجاعرة يكاين يكعقياعم نع ع ر‬
‫صف يرلينلية يويمرن ي‬ ‫ي ر‬ ‫ي يي‬ ‫ير ي‬
‫جايعرة يكاين يكعقيياعم يرلينليرة‬
‫يي‬
“Barang siapa shalat isya dengan berjamaah, pahalanya seperti shalat setengah
malam. Barang siapa shalat isya dan subuh dengan berjamaah, pahalanya
seperti shalat semalam penuh.”

9) Tidak shalat berjamaah akan dikuasai oleh setan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫يما عمرن ثَييلثَيرة عف قينررييرة يويل بيردرو يل تنعيقاعم عفيعهرم ال ر‬


‫صيلةاع إعرل قيرد ارستْيرحيويذ يعليريعهرم الرشرييطاعن‬
‫ب الريقاعصييةي‬ ‫ع عر‬ ‫فينيعليري ي ع‬
‫ك بارلييمايعة فيإ ينا ييأرعكعل المذئر ع‬
“Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat
berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka.
Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu
hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).”

10) Amal yang pertama kali dihisab adalah shalat, jika baik maka seluruh
amal baik dan sebaliknya, apakah kita pilih shalat yang sekedarnya saja atau
meraih pahala tinggi dengan shalat berjamaah?
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫صيلةاع يقايل ينيعقوعل يربنلينا يجرل‬‫س بععه ينيرويم الرعقييايمعة عمرن أيرعيماعلعرم ال ر‬
‫ب الرنا ع‬‫إرن أيرويل يما عييايس ع‬
‫ع‬
‫وعرز لعميلئعيكتْععه وهو أيعليم انرظعروا عف ع ع‬
‫ت يتارمة‬ ‫صيها فيعإرن يكاني ر‬‫صيلةا يعربديِ أييتريها أيرم ننييق ي‬
‫ي‬ ‫يعي ر ع ع‬ ‫يي ي‬
‫ص عمرننيها يشريةئا يقايل انرظععروا يهرل لعيعربعديِ عمرن تيطيلورع فيعإرن‬ ‫ع‬
‫ت ليهع يتارمة يوإرن يكاين انرنتْينيق ي‬
‫ع‬
‫عكتْبي ر‬
‫ضتْيهع عمرن تيطيلوعععه عثر تنعرؤيخعذ ارليرعيماعل يعيلى يذاعكرم‬ ‫ع ع ع‬
‫يكاين ليهع تيطيلوعة يقايل أيتلوا ليعربديِ فيعري ي‬
“Sesungguhnya yang pertama kali akan dihisab dari amal perbuatan manusia
pada hari kiamat adalah shalatnya. Rabb kita Jalla wa ‘Azza berfirman kepada
para malaikat-Nya -padahal Dia lebih mengetahui, “Periksalah shalat hamba-
Ku, sempurnakah atau justru kurang?” Sekiranya sempurna, maka akan
dituliskan baginya dengan sempurna, dan jika terdapat kekurangan maka
Allah berfirman, “Periksalah lagi, apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat
sunnah?” Jikalau terdapat shalat sunnahnya, Allah berfirman,
“Sempurnakanlah kekurangan yang ada pada shalat wajib hamba-Ku itu dengan
shalat sunnahnya.” Selanjutnya semua amal manusia akan dihisab dengan cara
demikian.”

Makalah Fiqih Page 10


Khusus bagi yang mengaku mazhab Syafi’i (mayoritas di Indonesia),
maka Imam Syafi’i mewajibkan shalat berjamaah dan tidak memberi keringanan
(rukshah).

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,

‫وأما الماعة فل ارخص ف تركها إل من عذر‬


“Adapun shalat jama’ah, aku tidaklah memberi keringanan bagi seorang pun
untuk meninggalkannya kecuali bila ada udzur.”

C. Shalat Bagi Yang Bepergian Atau Musafir


Bagi yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama'
shalat-shalat fardhu.
1. Meringkas Shalat
Meringkas shalat (qoshor) dimana shalat empat rakaat diringkas menjadi
dua rakaat ketika safar disyariatkan. Dalil-dalil tentang masalah ini di antaranya:
Allah berfirman:

ً‫صيواًّ ْمُبمعن ْمُاًّلنصلعووبة ْمُباًّين ْمُبخيف د يت ْمُعاًّين ْمُي عيفبتنع د دك ْمُاًّ ن بلييعن ْمُعكعفدريواًّ ْمُباًّنن ْمُياًّلكبفبرييعن ْمُعكن ديواًّلعيدك ْمُععددوواًّممببييننا‬
‫ضبي د يت ْمُبف ْمُياًّعليربض ْمُفعلعييعس ْمُععلعيييدك ْمُدجنعاًحح ْمُعاًّين ْمُتعيق د د‬
‫عوباًّعذاًّ ع ع‬

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
meng-qoshor sholat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu musuh yang nyata bagimu.” (Qs. An Nisa’:
101)

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

‫ِنْفعأأبقنريت ْمُعصعلدة ْمُاًّلنسعفبرعوأأبتنميت ْمُعصعلدة ْمُاًّل ع ع ب‬،‫أأنن ْمُاًّلنصعلعة ْمُأأنودل ْمُعماًفدبرعضيت ْمُعريكعععت ي بي‬
‫ض‬

“Pertama kali sholat diwajibkan adalah dua raka’at, maka tetaplah sholat
musafir dua raka’at dan shalat orang yang muqim (menetap) sempurna (empat
raka’at).” (HR. Al Bukhari: 1090 dan Muslim:685)

Asy Syinqithi mengatakan, “Para ulama bersepakat atas disyariatkannya meng-


qoshor sholat empat raka’at ketika safar. Berbeda dengan orang-orang yang
mengatakan bahwa tidak ada qoshor kecuali ketika haji, umroh, atau ketika
keadaan mencekam. sesungguhnya perkataan seperti ini tidak ada dasarnya
menurut ahli ilmu.” (Adhwa’ul Bayan 1/265).

Makalah Fiqih Page 11


a. Shalat yang boleh diqoshor.
Merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama, shalat yang boleh
diringkas adalah shalat Zhuhur, Ashar, dan ‘Isya’. Imam Ibnul Mundzir berkata,
“Para ulama telah sepakat bahwa sholat Maghrib dan Shubuh tidak boleh
diqoshor.” (al-Ijma’ hal. 9)
b. Kapan seorang musafir boleh meringkas shalat?
Orang yang safar diperbolehkan meringkas shalatnya apabila telah
berangkat dan meninggalkan tempat tinggalnya. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,

.
‫عصل نييدت ْمُاًّلمظيهعر ْمُعمعع ْمُاًّلننببب ْمُ ببليعمبديينعبة ْمُأأيرب عنعاً ْمُعوببذىِ ْمُاًّليدحلعييعفبة ْمُعريكعععت بيي‬

“Aku shalat bersama Nabi di Madinah empat raka’at dan di Dzulhulaifah dua
raka’at.” (HR. Al Bukhari:1039 dan Muslim:690)

c. Apabila musafir bermakmum kepada muqim.


Kewajiban seorang musafir apabila bermakmum di belakang muqim
adalah tetap shalat secara sempurna mengikuti imamnya berdasarkan keumuman
hadits,
‫اًّن نعماً ْمُدجبععل ْمُياًّلعماًدم ْمُبلدييؤ ع نت ْمُببه‬
‫ل‬ ‫ل‬
“Sesungguhnya (seseorang) itu dijadikan imam untuk diikuti”. (HR. Al
Bukhari:722 dan Muslim:414)

Dan juga para shahabat shalat di belakang Amirul Mukminin ‘Utsman bin
‘Affan radhiyallahu ‘anhu, tatkala beliau shalat di Mina empat raka’at, maka para
shahabat tetap mengikutinya shalat empat raka’at. Oleh karena itu Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma ketika ditanya, “Mengapa seorang musafir kalau shalat
sendirian dia shalat dua raka’at tetapi kalau shalat bersama imam dia shalat empat
raka’at ?”, beliau menjawab, “Demikianlah sunnah Abul Qashim (Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam)”
2. Menjama’ (Menggabung) Dua Shalat
Termasuk kesempurnaan rahmat Allah bagi seorang musafir adalah diberi
keringanan untuk menjama’ dua shalat di salah satu waktunya. Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata,
‫ص ْمُاًّعذاًّ ْمُعكعن ْمُعععل ْمُعظيهبر ْمُعس ي يي ْمُعويعيعمدع ْمُب ع ي عي ْمُاًّليعميغبربب ْمُعوياًّلبععشاًبء‬
‫ا ْمُععلعييبه ْمُعو ْمُعس ن عل ْمُيعيعمدع ْمُب ع ي عي ْمُعصعلبة ْمُاًّلمظيهبر ْمُعواًّلعع ي ب‬
‫ا ْمُعصنل ْمُ د‬
‫عكعن ْمُعردسيودل ْمُ ب‬
‫ل‬

Makalah Fiqih Page 12


“Apabila dalam perjalanan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjama’
shalat Zhuhur dengan Asar serta Maghrib dengan ‘Isya’.” (HR. Al Bukhari:1107
dan Muslim:704)

Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Boleh menjama’ shalat Zhuhur dan Asar
di salah satu waktu keduanya sesuai kehendaknya. Demikian pula shalat Maghrib
dan ‘Isya’, baik safarnya jauh atau dekat.” (Syarh Shahih Muslim 6/331)
Imam Ibnu Qudamah rahimahulah berkata, “Boleh menjama’ antara Zhuhur dan
Asar serta Maghrib dan ‘Isya’ pada salah satu waktu keduanya.” (Al Muqni’ 5/84)
Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat Zhuhur dengan Asar serta shalat Maghrib
dengan ‘Isya’. Adapun shalat shubuh tidak boleh dijama’ dengan shalat yang
sebelumnya atau sesudahnya. Demikian pula tidak boleh menjama’ shalat asar
dengan maghrib. Anas radhiyallahu ‘anhu berkata,
‫ص ْمُ د نث ْمُيعيعمدع ْمُب عيي عندعماً ْمُعواًّعذاًّ ْمُعزاًّغعيت ْمُعصنل ْمُاًّلمظيهعر ْمُ د نث ْمُعربكعب‬
‫ل‬ ‫ل‬
.
‫عكعن ْمُاًّلنن ب مب ْمُاًّعذاًّ ْمُاًّير ع عتعل ْمُقعيبعل ْمُأأين ْمُتعبزييعغ ْمُاًّلنشيمدس ْمُأأنخعر ْمُاًّلمظيهعر ْمُاًّعل ْمُعويقبت ْمُاًّليعع ي ب‬
‫ل‬
“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila berangkat sebelum matahari
tergelincir maka beliau mengakhirkan shalat Zhuhur hingga Asar kemudian
menjama’ keduanya. Apabila beliau berangkat setelah Zhuhur maka beliau shalat
Zhuhur kemudian baru berangkat.” (HR. Al Bukhari:1111 dan Muslim:704)

Adapun tatacara menjama’ shalat adalah menggabungkan dua shalat dalam


salah satu waktu, baik diakhirkan maupun di kedepankan. Misalnya shalat Zhuhur
dan Asar dijama’ (digabung) dikerjakan pada waktu Zhuhur atau pada waktu Asar,
keduanya boleh. Hendaklah adzan untuk satu kali shalat dan iqomah pada setiap
shalat. yaitu satu kali adzan cukup untuk Zhuhur dan Asar dan iqomah untuk
setiap shalat (HR. Al Bukhari: 629).

3. Shalat Berjama’ah (Terutama Bagi Laki-Laki)


Shalat berjama’ah tetap disyariatkan ketika safar. Bahkan para ulama
mengatakan bahwa hukum shalat berjama’ah tidak berubah baik ketika safar
maupun muqim berdasarkan dalil-dalil berikut:

a. Al Qur’an. Allah berfirman,


﴿‫﴾ ْمُعوباًّعذاًّ ْمُدكينعت ْمُبف بيييم ْمُفععاًقعيمعت ْمُل عدهدم ْمُاًّلنصلعووعة ْمُفعليعتدقيم ْمُعطأ آ ْمُبئعفحة ْمُبم ينديم ْمُنمعععك ْمُعوليعيأأدخدذووياًّ ْمُعاًّيسبلعح عتديم‬
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu
hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan

Makalah Fiqih Page 13


dari mereka berdiri (sholat) besertamu dan menyandang senjata.” (Qs. An Nisa’:
102)

b. As-Sunnah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa tetap shalat berjama’ah
ketika safar sebagaimana dalam kisah tertidurnya beliau bersama para
shahabatnya ketika safar hingga lewat waktu shubuh. Sedangkan Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
‫عصل ميواًّ ْمُ ع عك ْمُعرأأييدتدميو ب ين ْمُأأعص ب يبل‬
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al Bukhari:631.
Lihat Syarh Al Mumthi’ 4/141)

4. Shalat di Atas Kendaraan


Pada asalnya, shalat wajib tidak boleh ditunaikan di atas kendaraan.
Hendaknya dikerjakan dengan turun dari kendaraan sebagaimana perbuatan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam terkecuali dalam keadaan terpaksa seperti khawatir
akan habisnya waktu shalat. Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma
mengatakan,
‫ا ْمُععلعييبه ْمُعو ْمُعس ن عل ْمُعكعن ْمُي دعص ب يل ْمُعععل ْمُعراًّبحلعتببه ْمُ ع ينعو ْمُاًّليعم ي ب‬
‫شبق ْمُفعاًعذاًّ ْمُأأعراًّعد ْمُأأين ْمُي دعص ب يل ْمُاًّليعميكدتيوب ععة ْمُنععزعل‬ ‫أأنن ْمُاًّلنن ب نب ْمُعصنل ْمُ د‬
‫ل‬
“Adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat (sunnah) di atas kendaraannya
ke arah timur. Apabila beliau hendak shalat wajib maka beliau turun dari
kendaraan kemudian menghadap kiblat”. (HR. Al Bukhari : 1099).

Adapun tatacara shalat di atas kendaraan, baik itu pesawat, bus, kereta,
atau kapal laut, adalah sebagai berikut:
Hendaklah shalat dengan berdiri menghadap kiblat apabila mampu. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang shalat di atas perahu. Beliau
menjawab,
‫عصبل ْمُقعاًئبنماً ْمُاًّين ْمُل عيم ْمُ ع عتيف ْمُياًّلعغعرعق‬
‫ل‬
“Shalatlah dengan berdiri kecuali apabila kamu takut tenggelam.” (HR. Al
Hakim 1/275, Daraqutni 1/395, Al Baihaqi dalam Sunan Kubro 3/155,
dishahihkan oleh Al Albani dalam Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/101)

Syaikh Al Albani rahimahullah mengatakan, “Hukum shalat di atas


pesawat itu seperti shalat di atas perahu. Hendaklah shalat dengan berdiri apabila
mampu. Jika tidak, maka shalatlah dengan duduk dan berisyarat ketika ruku’ dan
sujud” (Ashlu Shifat Shalat Nabi 1/102).

Makalah Fiqih Page 14


Berusahalah tetap shalat berjama’ah (terutama bagi laki-laki). Apabila
dalam kendaraan ada ruang yang bisa digunakan shalat berjama’ah maka shalatlah
dengan berjama’ah walaupun hanya dua orang. Bila tidak, maka shalatlah
berjama’ah dengan duduk.
Kerjakan shalat seperti biasa: niat dalam hati, takbiratul ihram, membaca
doa iftitah, membaca Al Fatihah, membaca surat dalam Al Qur’an, ruku’,
kemudian bangkit dari ruku’, lalu sujud. Bila tidak mampu ruku’, maka cukup
dengan menundukkan kepala dan engkau dalam keadaan berdiri. Bila tidak
mampu sujud, maka cukup dengan duduk seraya menundukkan kepala. Apabila
shalatnya dikerjakan dalam keadaan duduk, maka ketika ruku’ dan sujud cukup
dengan menundukkan kepala dan jadikan posisi kepala untuk sujud itu lebih
rendah. (Majma’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin 15/250)

D. Shalat Bagi Orang Yang Sakit


Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal
dan ingatanya masih sadar.
1. Kalau tidak dapat berdiri, boleh mengerjakanya sambil duduk.
2. Jika tidak dapat duduk, boleh mengerjakanya dengan cara; dua belah
kakinya diarahkan ke arah kiblat, kepalanya ditinggikan dengan alas
bantal dan mukanya diarahkan ke kiblat.
3. Jika duduk seperti biasa dan berbaring juga tidak dapat, maka boleh
berbaring dengan seluruh anggota badan dihadapkan ke arah kiblat.
4. Jika tidak dapat mengerjakan dengan cara berbaring seperti tersebut
diatas, maka cukup dengan isyarat, baik dengan kepala maupun dengan
mata.
Hukum-Hukum Berhubungan Dengan Shalat Orang Sakit
Di antara hukum-hukum shalat bagi orang yang sakit adalah sebagai berikut :
1. Orang yang sakit tetap wajib mengerjakan shalat pada waktunya dan
melaksanakannya menurut kemampuannya , sebagaimana diperintahkan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam firman-Nya:
‫فعاًت ندقواًّ ْمُاًّعنل ْمُعماً ْمُ ياًّسستععطيع يدت‬
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah Azza wa Jalla menurut kesanggupanmu”
[at-Taghâbun/ 64:16].

Makalah Fiqih Page 15


Dan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Imran Bin Husain
Radhiyallahu ‘anhu:
‫عكن عيت ْمُبب ْمُب ععواًّبسدي ْمُفععسأأليدت ْمُاًّلنن ب نب ْمُعصنل ْمُاًّدنل ْمُععلعييبه‬ُ‫عوعس ن عل ْمُععين ْمُاًّلنصعلبة ْمُفعقعاًعل ْمُعصبل ْمُقعاًبئنماً ْمُفعاًين ْمُل عيم ْمُ ع يتسسعتبطيع ْمُفعقعاًبعنداًّ ْمُفعاًين ْمُل عيم ْمُ ع يتسسعتبطيع ْمُفععععل ْمُعجينيب ْم‬
‫ل‬ ‫ل‬
“Pernah penyakit wasir menimpaku, lalu aku bertanya kepada Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang cara shalatnya. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu, maka
duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah” [HR al-Bukhari]

2. Apabila melakukan shalat pada waktunya terasa berat baginya, maka


diperbolehkan menjamâ’ (menggabung) shalat , shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib
dan ‘Isya` baik dengan jamâ’ taqdîm atau ta’khîr , dengan cara memilih yang
termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena
waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Di antara dasar kebolehan
ini adalah hadits Ibnu Abas Radhiyallahu ‘anhuma yang berbunyi :
‫ص ْمُعواًّليعميغبربب ْمُعواًّليبععشاًبء ْمُ ببليعمبدينعبة ْمُبف ْمُغع ي بي ْمُعخيويف ْمُعوعل ْمُعمعطير ْمُقعاًعل ْمُ)أأب ديو ْمُدكعريييب(ٍ ْمُدقليدت ْمُبليببن ْمُععبناًيس ْمُبلعم ْمُفععععل ْمُعذ ب عل ْمُقعاًعل‬
‫ععجعع ْمُعردسودل ْمُاًّ ن بل ْمُعصنل ْمُاًّدنل ْمُععلعييبه ْمُعوعس ن عل ْمُب ع ي عي ْمُاًّلمظيهبر ْمُعواًّليعع ي ب‬
‫ع يك ْمُعل ْمُيديبرعج ْمُأأنمتعده‬
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjama’ antara Zhuhur dan
Ashar, Maghrib dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu
Kuraib rahimahullah berkata: Aku bertanya kepada Ibnu Abas Radhiyallahu
‘anhu : Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau Radhiyallahu ‘anhu
menjawab: Agar tidak menyusahkan umatnya.” [HR Muslim]

Dalam hadits di atas jelas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


membolehkan kita menjamâ’ shalat karena adanya rasa berat yang menyusahkan
(Masyaqqah) dan sakit adalah Masyaqqah. Ini juga dikuatkan dengan
menganalogikan orang sakit dengan orang yang terkena istihâdhoh yang
diperintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengakhirkan shalat
Zhuhur dan mempercepat Ashar dan mengakhirkan Maghrib serta mempecepat
Isya’.
3. Orang yang sakit tidak boleh meninggalkan shalat wajib dalam segala
kondisi apapun selama akalnya masih baik.
4. Orang sakit yang berat shalat jama`ah di masjid atau ia khawatir akan
menambah dan atau memperlambat kesembuhannya jika shalat dimasjid, maka
dibolehkan tidak shalat berjama’ah. Imam Ibnu al-Mundzir rahimahullah
menyatakan: Tidak ada perbedaan pendapat di antara ulama bahwa orang sakit
dibolehkan tidak shalat berjama’ah karena sakitnya. Hal itu karena Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sakit tidak hadir di Masjid dan berkata:

Makalah Fiqih Page 16


‫دمدرواًّ ْمُأأعب ْمُبعيكير ْمُفعليديعصبل ْمُببلنناًبس‬
“Perintahkan Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu agar mengimami shalat”
[Muttafaqun ‘Alaihi]

E. Shalat Khauf
Shalat khauf adalah shalat dalam keadaan bahaya atau takut (suasana
perang). Shalat wajib dilakukan dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan
bahaya (perang). Shalat dalam keadaan bahaya dilakukan diwaktu perang
melawan musuh dan segala bentuk perang yang tidak haram seperti pertempuran
melawan pemberontak atau orang orang yang melawan pemerintahan yang sah
atau melawan perampok, penjahat dan teroris yang semuanya dibolehkan dalam
islam, sesuai dengan firman Allah:
ِ‫سيجندوُاا فياليينكوُننوُاا ممن‬ ‫طآَئمفيةة مماننهام مميعيك يوُالييأانخنذوُاا أي ا‬
‫سلميحتينهام فيإ ميذا ي‬ ‫صليةي فيالتيقنام ي‬ ‫ت مفيمهام فيأ يقيام ي‬
‫ت لينهنم ال م‬ ‫يوُإميذا نكن ي‬
‫صللوُاا يميعيك يوُالييأانخنذوُاا محاذيرنهام يوُأي ا‬
‫سلميحتينهام يوُمد الممذيِينِ يكفينروُاا لياوُ تياغفننلوُين‬ ‫طآَئمفيةة أناخيرىَ ليام يِن ي‬
‫صللوُاا فيالين ي‬ ‫يوُيرآَئمنكام يوُالتيأا م‬
‫ت ي‬
‫طرر أياوُ نكنتنام‬ ‫سلميحتمنكام يوُأيامتميعتمنكام فيييممينلوُين يعلياينكام ممايليةذ يوُامحيدةذ يوُلي نجيناَيح يعلياينكام مإن يكاَين بمنكام أيذذىَ ممنِ مم ي‬ ‫يعانِ أي ا‬
﴾١٠٢﴿ ‫اي أييعمد لماليكاَفممريِينِ يعيذاباَ ذ لممهيناَ ذ – النساء‬
‫سلميحتينكام يوُنخنذوُاا محاذيرنكام إممن م‬
‫ضنعوُاا أي ا‬
‫ضىَ يأن تي ي‬
‫ممار ي‬
Artinya: “Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (salat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang salat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang,
lalu bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga
dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap
senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus.
Dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat
sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-
siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan
bagi orang-orang kafir itu.”. (Qs an-nissa’ ayat: 102)
 Cara Shalat Khauf
 Cara Pertama:
Jika musuh berada di arah kiblat, petama-tama imam mengatur pasukan
menjadi dua shaf, shaf pertama dan shaf kedua. Kemudian imam melakukan
shalat bersama shaf pertama dan shaf kedua. Mereka bertakbir dan ruku’ bersama.
Kemudian imam dan shof pertama melakukan sujud sedang shaf kedua menjaga.
Setelah imam dan shaf pertama bangun dari sujudnya, shaf kedua sujud dan iman
dan shaf pertama menjaga. Demikain seterusnya mereka saling bergantian
menjaga musuh. Kemudian shalat diakhiri dengan memberi salam bersama sama.

Makalah Fiqih Page 17


Cara Ini sesuai dengan yang dilakukan Rasulallah saw dari Jabir bin
Abdullah ra, ia berkata:
‫صيلةي االيخاوُ م‬
،‫ف‬ ‫سلميم ي‬ ‫صملىَ م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫سوُمل م‬
‫ام ي‬ ‫ت يميع ير ن‬ ‫ ي‬: ‫ام رضي ا عنهماَ يقاَيل‬
‫شمهاد ن‬ ‫يعانِ يجاَبممر ابمنِ يعابمد م‬
َ‫صملى‬‫ فييكبمير النمبملي ي‬، ‫ يوُااليعندلوُ بياينييناَ يوُبيايينِ االقمابليمة‬، ‫سلميم‬ ‫صملىَ م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫ام ي‬ ‫سوُمل م‬ ‫ف ير ن‬ ‫ف يخال ي‬‫ص ف‬ ‫ ي‬: ِ‫صفمايمن‬ ‫صفميناَ ي‬ ‫في ي‬
‫ ثنمم اانيحيدير‬، َ‫ع يوُيرفياعيناَ يجمميذعا‬
‫سهن ممانِ اللرنكوُ م‬ ‫ ثنمم يرفييع يراأ ي‬، َ‫ ثنمم يريكيع يوُيريكاعيناَ يجمميذعا‬، َ‫سلميم يوُيكبماريناَ يجمميذعا‬ ‫م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬
‫سلميم‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫صملىَ م‬ ‫ضىَ النمبملي ي‬ ‫ فيليمماَ قي ي‬، ُ‫ف االنميؤمخنر مفي نياحمر االيعندمو‬ ‫ يوُيقاَيم ال م‬، ‫ف الممذيِ يِيمليمه‬
‫ص ل‬ ‫ص ل‬‫سنجوُمد يوُال م‬ ‫مباَل ل‬
‫ف االنميؤمخنر يوُتيأ يمخير‬
‫ص ل‬‫ ثنمم تيقيمديم ال م‬، ‫سنجوُمد يوُيقاَنموُا‬ ‫ف االنميؤمخنر مباَل ل‬ ‫ف الممذيِ يِيمليمه اانيحيدير ال م‬
‫ص ل‬ ‫ص ل‬ ‫سنجوُيد يوُيقاَيم ال م‬
‫ال ل‬
َ‫ع يوُيرفياعينا‬ ‫ ثنمم يرفييع يراأ ي‬، َ‫سلميم يوُيريكاعيناَ يجمميذعا‬
‫سهن ممانِ اللرنكوُ م‬ ‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫ ثنمم يريكيع النمبملي ي‬، ‫ف االنمقيمدنم‬
‫صملىَ م‬ ‫ص ل‬
‫ال م‬
‫ف االنميؤمخنر مفي‬‫ص ل‬ ‫ف الممذيِ يِيمليمه الممذيِ يكاَين نميؤمخذرا مفي المراكيعمة ا ن‬
‫ يوُيقاَيم ال م‬، َ‫لوُيلى‬ ‫ص ل‬ ‫ ثنمم اانيحيدير مباَل ل‬، َ‫يجمميذعا‬
‫سنجوُمد يوُال م‬
‫ف االنميؤمخنر‬
‫ص ل‬‫ف الممذيِ يِيمليمه اانيحيدير ال م‬‫ص ل‬ ‫سلميم ال ل‬
‫سنجوُيد يوُال م‬ ‫صملىَ م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫ضىَ النمبملي ي‬‫ فيليمماَ قي ي‬، ُ‫نننحوُمر االيعندمو‬
(‫سلماميناَ يجمميذعاَ )روُاه مسلم‬
‫سلميم يوُ ي‬ ‫صملىَ م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫ ثنمم ي‬، ‫سيجندوُا‬
‫سلميم النمبملي ي‬ ‫ في ي‬، ‫سنجوُمد‬
‫مباَل ل‬
Artinya :”Suatu ketika aku turut melakukan salat khauf bersama Rasulullah saw.
Beliau membagi kami menjadi dua barisan, satu barisan berada di belakang
Rasulullah saw. sedang musuh berada di antara kami dan kiblat. Ketika Nabi saw
takbir kami semua ikut takbir. Kemudian beliau ruku’, kami semua ikut ruku’.
Kemudian beliau mengangkat kepalanya dari ruku’, kami semua melakukan hal
yang sama. Kemudian beliau turun untuk sujud bersama barisan yang berada
langsung di belakang beliau. Sementara itu barisan yang terakhir tetap berdiri
menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud, dan barisan yang di belakangnya
berdiri, maka barisan yang terakhir tadi turun untuk melakukan sujud lalu
mereka berdiri. Lalu barisan yang di belakang maju, dan barisan yang di depan
mundur. Kemudian Nabi saw. ruku dan kami semua ikut ruku. Kemudian Nabi
mengangkat kepalanya, kami pun mengikutinya. Sementara barisan yang tadi
berada di belakang ikut turun sujud bersama beliau, barisan yang satunya lagi
tetap berdiri menjaga musuh. Ketika Nabi saw. selesai sujud bersama barisan
yang tepat di belakangnya, maka barisan yang di terakhir turun untuk sujud.
Setelah mereka selesai sujud, Nabi saw. mengucapkan salam dan kami semua ikut
salam. Jabir berkata: Seperti yang biasa dilakukan oleh para pasukan pengawal
terhadap para pemimpin mereka”. (HR. Muslim)
 Cara Kedua:
Jika musuh berada tidak di arah kiblat, Imam mengatur pasukan dan
membagi menjadi dua barisan, satu barisan bersholat bersama imam dan satu
barisan lagi menjaga musuh. Setelah barisan pertama selesai shalat maka barisan
kedua melakukan shalatnya bersama imam. dan penjagaan dilakukan oleh barisan
kedua yang telah selesai shalat. Jadi dalam hal ini imam bershalat dua kali, shalat
pertama dengan barisan pertama dan shalat kedua dengan barisan kedua.

Makalah Fiqih Page 18


ِ‫ف مباَلممذايِينِ يميعهن يراكيعتيايمن‬ ‫صملىَ ي‬
‫صليةي اليخاوُ م‬ ‫سلميم ي‬ ‫صملىَ ان يعليايمه يوُآَلممه يوُ ي‬‫ضيي ان يعانهن أيمن النيبممي ي‬ ‫يعانِ أيمبي بياكر ير م‬
‫سلميم أياربيذعاَ يوُلملممذايِينِ يجاَنؤا يراكيعتيايمنِ )أبوُ داوُد بإسناَد‬ ‫يوُمباَلممذايِينِ يجاَنؤا يراكيعتيايمنِ فييكاَنيات مللنمبممي ي‬
‫صملىَ ان يعليايمه يوُآَلممه يوُ ي‬
(‫صحيح‬
Hal ini sesuai dengan hadist dari Abu Bakar ra sesungguhnya Rasulallah saw
melakukan shalat khauf dua rakaat bersama satu kelompok. Lalu beliau
melakukan shalat dua rakaat lagi bersama kelompok lainnya. Jadi Rasulullah
saw. melakukan salat empat rakaat, sementara para sahabat hanya dua rakaat.
(HR. Abu dawud dengan isnad shahih)

 Cara ketiga:
Jika musuh berada tidak di arah kiblat, Imam mengatur pasukan dan
membagi menjadi dua barisan, satu barisan menjaga musuh dan satu barisan lagi
sholat bersama imam satu raka’at. Jika imam berdiri untuk raka’at yang kedua,
maka barisan yang pertama niat memutuskan shalat jama’ah bersama imam.
Mereka melanjutkan raka’at kedua tanpa imam (shalat sendiri-sendiri) sampai
selesai shalat dan salam. Lalu mereka pergi ke tempat dimana ada musuh.
Kemudian barisan kedua berihram dan shalat bersama imam yang pada saat itu
berada pada raka’at kedua dan ketika imam duduk untuk tasyahhud akhir, barisan
kedua bangun melanjutkan raka’at kedua dan imam menunggu sampai mereka
selesai melakukan raka’at kedua dan duduk bertasyahhud bersama sama imam
kemudian salam.
َ‫صملى‬
‫ ي‬:‫ع‬ ‫سلميم يِياوُيم يذا م‬
‫ت المريقاَ م‬ ‫صملىَ م‬
‫ان يعليايمه يوُ ي‬ ‫سوُيل م‬
‫ام ي‬ ‫ُ يعممانِ ي‬,‫ضيي ان يعاننه‬
‫شمهيد ير ن‬ ‫ح ابمنِ يخموُا ر‬
‫ت ير م‬ ‫صاَلم م‬
‫يعانِ ي‬
‫ت يقاَئمذماَ يوُأيتيلموُا‬ ‫ُ في ي‬, ُ‫طاَئمفيةة موُيجاَهي االيعندمو‬
‫صملىَ مباَلممتي يميعهن يراكيعةذ ثنمم ثيبي ي‬ ‫ُ يوُ ي‬, ‫صفمات يميعهن‬ ‫ف أيمن ي‬
‫طاَئمفيةذ ي‬ ‫صيلةي االيخاوُ م‬ ‫ي‬
ِ‫صملىَ بممهنم المراكيعةي الممتي بيقمييات ممان‬ ‫طاَئمفيةن االناخيرىَ في ي‬
‫ت ال م‬ ‫صيرنفوُا في ي‬
‫ُ يوُيجاَيء م‬, ُ‫صلفوُا موُيجاَهي االيعندمو‬ ‫مليانفن م‬
‫ُ ثنمم اان ي‬, ‫سمهام‬
(‫سلميم بممهام )الشيخاَن‬ ‫ساَ يوُأيتيلموُا مليانفن م‬
‫سمهام ثنمم ي‬ ‫ُ ثنمم ثيبي ي‬, ‫صيلتممه‬
‫ت يجاَلم ذ‬ ‫ي‬
Dari Shalih bin Khawwat ra, dari orang yang pernah melaksanakan
shalat (khauf) bersama Nabi saw ketika hari (peperangan) Dzata riqa, yaitu:
Sekolompok membikin shaf bersama Rasulullah saw, sedangkan kelompok yang
lain bersiaga untuk menghadapi musuh. Kemudaian beliau shalat dengan
kelompok yang bersamanya satu raka’at. Kemudian beliau tetap berdiri dan shaf
pertama tadi menyempurnakan shalat tersebut secara sendiri-sendiri, kemudian
beralih dan membuat shaf menghadapi musuh,. Lalu datang kelompok yang lain
(yang belum shalat), kemudian beliau shalat dengan mereka satu raka’at yang
tersisa. Beliau tetap duduk, sedangkan mereka menyempurnakan shalatnya
masing-masing, kemudian beliau melaksanakan salam dengan mereka. (HR
Muttafaqun ‘alaih).

Makalah Fiqih Page 19


 Cara keempat:
Jika dalam keadaan gawat dan imam tidak bisa mengatur, maka masing
masing bisa melakukan shalat sebisa-bisanya, dalam keadaan berjalan kaki, berlari
atau mengendarai kuda (tank), dengan menghadap atau tidak menghadap kiblat.
Yang penting shalat harus dilakukan dan caranya bebas tanpa ikatan. Allah
berfirman:
﴾٢٣٩ ﴿ ‫فيإ مان مخافتنام فيمريجاَلذ أياوُ نراكيباَذناَ – البقرة‬
Artinya: ”Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka salatlah sambil
berjalan atau berkendaraan.” (Qs Al-Baqarah ayat: 239)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Pengertian Shalat
Menurut bahasa, shalat berarti do'a sedang menurut syara' berarti
menghadap jiwa dan raga kepada Allah; karena taqwa hamba kepada tuhannya,
mengagungkan kebesarannya dengan khusyu'dah ikhlas dalam bentuk perkataan
dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
 Shalat Berjamaah
Shalat berjama'ah ialah shalat yang dilakukan oleh orang banyak bersama-
sama, sekurang-kurangnya dua orang, seorang diantaranya mereka yang lebih
fasih bacaannya dan lebih mengerti tentang hukum Islam dipilih menjadi imam.
Shalat berjama'ah hukumnya sunnah mu'akkad kecuali shalat
jama'ah pada shalat jum'at.
 Shalat Bagi Yang Bepergian Atau Musafir
Bagi yang bepergian (musafir) dibolehkan mengqashar atau menjama'
shalat-shalat fardhu.
 Shalat Bagi Orang Yang Sakit
Orang yang sedang sakit wajib pula mengerjakan shalat, selama akal
dan ingatanya masih sadar.

Makalah Fiqih Page 20


 Shalat Khauf
Shalat khauf adalah shalat dalam keadaan bahaya atau takut (suasana
perang). Shalat wajib dilakukan dalam keadaan apapun termasuk dalam keadaan
bahaya (perang). Shalat dalam keadaan bahaya dilakukan diwaktu perang
melawan musuh dan segala bentuk perang yang tidak haram seperti pertempuran
melawan pemberontak atau orang orang yang melawan pemerintahan yang sah
atau melawan perampok, penjahat dan teroris yang semuanya dibolehkan dalam
islam,
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masaih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harapkan guna perbaikan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Ya’kub
1993 Etika Islam, Diponegoro, Bandung.
Moh. Rifa’i
1976 Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Thoha Putra, Semarang.
Sulaiman Rasjid
2000 Fiqh Islam, Sinar Baru, Bandung.
Zakiyah Daradjat
1982 Ilmu Fiqh, IAIN, Bandung.

Makalah Fiqih Page 21

Anda mungkin juga menyukai