Anda di halaman 1dari 9

Makalah fiqih

Shalat Lima Waktu


Dikerjakan oleh :
Aquilani Al-Hafizh
Syakir
Nathan

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ISLAM TERPADU


DAARUSSALAM
CIBITUNG
2023
Kata Pengantar

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cibitung,31 Juli 2023

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Tujuan Penulisan ……………………………………………….. 1

2.1 Batasan Masalah ……………………………………………….. 1

BAB II KETENTUAN SHALAT LIMA WAKTU …………………………… 2


2.1 Pengertian dan hukum shalat lima waktu ………………………..
2.2 Syarat wajib shalat ………………………………………………
2.3 Syarat sah shalat ………………………………………………...
2.4 Rukun shalat …………………………………………………….
2.5 Sunah-sunah shalat ……………………………………………...
2.6 Hal-hal yang membatalkan shalat ………………………………
2.7 Hal-hal yang dimakruhkan Ketika shalat ……………………….

BAB III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ketentuan dari shalat lima waktu.


2. Untuk mengetahui hikmah dari shalat lima waktu.
3. Memberikan pelajaran terhadap penulis tentang shalat lima waktu.

2.1 BATASAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis hanya membahas mengenai tentang shalat lima waktu. Penulis
tidak membahas mengenai hal-hal yang tidak berhubungan dengan shalat lima waktu.

1
BAB II
KETENTUAN SHALAT LIMA WAKTU
2.1 Pengertian dan hukum shalat lima waktu.
Menurut bahasa, kata shalat merupakan bentuk masdar dari kata salla -yusalli – sala tan
yang berarti doa atau rahmat. Pengertian shalat secara bahasa sesuai dengan firman Allah Swt.
Dalam surah At-Taubah ayat 103 sebagai berikut :
‫ك َس َك ٌن لَّهُ ْم‬
َ َ‫صلَ ٰوت‬
َ ‫…ِإ َّن‬
Artinya :
“….Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan ketenteraman jiwa bagi mereka)…” ( Q.S. At-
Taubah/9: 103)

Shalat menurut istilah adalah suatu amal ibadah yang terdiri atas perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat dan
rukun tertentu.
Kewajiban untuk melaksanakan shalat telah ditegaskan oleh Allah Swt. Dalam Al-Qur’an
dan ditegaskan secara rinci oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam hadits. Adapun ayat Al-Qur’an
yang menjelaskan tentang perintah shalat salah satunya terdapat dalam surah Al-Baqarah ayat 43
sebagai berikut :
۟ ‫وا ٱل َّز َك ٰوةَ َوٱرْ َكع‬
َ‫ُوا َم َع ٱل ٰ َّر ِك ِعين‬ ۟ ُ‫صلَ ٰوةَ َو َءات‬ ۟ ‫َوَأقِي ُم‬
َّ ‫وا ٱل‬
Artinya :
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk'.”
(Q.S. Al-Baqarah/2: 43)

Berdasarkan ayat tersebut bahwa shalat lima waktu hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan yang sudah mukallaf. Dalam ayat tersebut, kata yang
menunjukan bahwa shalat itu wajib adalah lafal aqimus salah yang artinya laksanakanlah shalat.
Kata aqimu yang artinya laksanakanlah merupakan bentuk fi’il amra tau perintah yang
menunjukan arti wajib.
Adapun hadist Nabi Muhammad Saw. Yang menjelaskan tetntang perintah shalat fardhu
adalah sebagai berikut :
‫س َشهَا َد ِة َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هللاُ َوَأ َّن‬
ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم بُنِ َي اِإْل ْساَل ُم َعلَى خَ ْم‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ َما قَا َل قَا َل َرسُو ُل هللا‬
ِ ‫ع َْن اب ِْن ُع َم َر َر‬
]‫ [رواه البخاري‬. َ‫ضان‬ َ ‫صاَل ِة َوِإيتَا ِء ال َّز َكا ِة َو ْال َح ِّج َو‬
َ ‫صوْ ِم َر َم‬ َّ ‫ُم َح َّمدًا َرسُو ُل هللاِ َوِإقَ ِام ال‬
Artinya :

Ibnu Umar R.A. berkata, Rasulullah Saw. Bersabda: “Islam didirikan atas lima perkara,
yaitu: bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad Saw.
Adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa
di bulan Ramadhan.” (H.R. Bukhari)

Hadist tersebut menjelaskan bahwa Islam terdiri atas lima pilar atau pondasi, salah
satunya adalah melaksanakan shalat. Setiap muslim wajib melaksanakan kelima pilar tersebut
dan jika meninggalkan kelima pilar tersebut atau salah satunya berarti ia telah melakukan dosa
besar kepada Allah Swt. Karena telah meninggalkan perintah-Nya.

2.2 Syarat wajib shalat.

Agar shalat yang kita lakukan sah, hendaknya memenuhi syarat-syaratnya, baik syarat
wajib maupun syarat sahnya. Adapun yang termasuk syarat wajib shalat adalah sebagai
berikut :

a. Beragama Islam.
b. Suci (dari haid dan nifas).
c. Berakal dan sudah balig.
d. Telah sampai ajaran Islam kepadanya.
e. Jaga atau tidak tidur.

2.3 Syarat sah shalat.

Adapun yang termasuk syarat sah shalat antara lain sebagai berikut :

a. Suci dari hadas besar dan hadas kecil.


b. Suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk shalat.
c. Menutup aurat
d. Telah masuk waktu shalat. Shalat yang dilakukan sebelum waktunya hukumnya tidak
sah.
e. Menghadap kiblat.

2.4 Rukun shalat.

Rukun shalat adalah hal-hal yang apabila tidak terpenuhi, shalatnya tidak sah. Adapun
yang termasuk rukun shalat antara lain sebagai berikut :
a. Niat
b. Berdiri
c. Takbiratul ihram
d. Membaca surah Al-Fatihah
e. Rukuk dengan tuma’ninah
f. I’tidal dengan tuma’ninah
g. Sujud dua kali dengan tuma’ninah
h. Duduk diantara dua sujud dengan tuma’ninah
i. Duduk tasyahud akhir
j. Membaca tasyahud akhir
k. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Saw.
l. Salam
m. Tertib

2.5 Sunah-sunah shalat

Sunah shalat ada dua yaitu sunah hai’at dan sunah ab’ad.

a. Sunah hai’at

Yaitu sunah yang apabila tidak dikerjakan baik karena lupa atau disengaja tidak
disunahkan untuk melakukan sujud sahwi. Berikut yang termasuk sunah hai’at.

1. Mengangkat kedua tangan pada empat tempat: 1). Ketika takbiratul ihram, 2).
Ketika ruku’, 3). Ketiak i’tidal, dan 4). Ketika bangun dari tasyahud awal.
2. Meletakan tangan kanan beserta jari-jarinya di atas tangan kiri dengan
menyejajarkan kedua pergelangan tangan dan menempatkannya di bawah dada.
3. Melihat ke tempat sujud.
4. Membuka kedua matanya dan dimakruhkan memejamkannya.
5. Melakukan jeda dengan ukuran baca lafadz subhanallah di enam tempat: 1). Antara
takbiratul ihram dan doa iftitah, 2). Antara doa iftitah dan ta’awudz, 3). Antara
ta’awudz dan surat al-Fatihah, 4). Antara akhir surat al-Fatihah dan lafadz amin. 5).
Antara amin dan membaca surat, dan 6). Antara surat dan ruku.
6. Membaca doa iftitah
7. Membaca ta’awudz
8. Membaca “Amin” setelah selesai membaca surat al-Fatihah
9. Membaca ayat/surat dari al-Qur’an. Yang lebih utama adalah tiga ayat atau lebih,
satu surat lebih utama daripada sebagian surat walaupun sebagian surat itu lebih
panjang.
10. Diam mendengarkan bacaan imam ketika shalat berjama’ah, tanpa membaca
apapun kecuali surah Al-Fatihah.
11. Membaca dengan nyaring pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca nyaring
dan membaca dengan pelan pada sholat-sholat yang disunnahkan membaca pelan.
12. Memanjangkan bacaan pada rokaat pertama atas rokaat kedua.
13. Membaca takbir intiqal (perpindahan) dari tiap-tiap rukun kecuali i’tidal.
14. Meletakkan telapak tangan di atas lutut ketika rukuk.
15. Membaca tasbih ketika rukuk dan sujud.
16. Membaca tasmi’ (sami’allahu liman hamidah) ketika i’tidal.
17. Duduk istirahah ketika bangun dari sujud sebelum berdiri.
18. Duduk iftirosy pada setiap duduk dalam sholat kecuali duduk tasyahud akhir.
19. Duduk tawaruk pada duduk tasyahud akhir.
20. Berhias diri dengan: 1) Memmakai imamah atau kopiah, 2). Memakai sorban, 3).
Memakai jubah, 4). Memakai cincin (bagi laki-laki disunnahkan dari perak dan
diharamkan dari emas), 5). Memakai wangi-wangian.
21. Membaca salam yang kedua.

b. Sunah ab’ad

Suatu amalan sunah yang apabila tidak dikerjakan karena lupa maka diperintahkan untuk
melakukan sujud sahwi dan jika dilakukan dengan sengaja dapat membatalkan shalat.
Adapun yang termasuk sunah ab’ad antara lain sebagai berikut :

1) Duduk tasyahud awal.


2) Membaca tasyahud awal.
3) Membaca shalawat untuk nabi pada tasyahud awal.
4) Membaca shalawa atas keluarga Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir.
5) Membaca doa qunut pada waktu shalat subuh.

2.6 Hal-hal yang membatalkan shalat.

Hal-hal yang membatalkan shalat antara lain sebagai berikut :


1. Dalam keadaan hadas besar atau kecil.
2. Sebagian aurat terbuka saat shalat.
3. Berbicara dengan sengaja. Berbicara dapat membatalkan shalat terutama apabila
dilakukan secara sengaja. Apabila tidak diengaja maka masih sah shalatnya.
4. Banyak bergerak. Melakukan gerakan diluar shalat yang dilakukan tiga kali secara
berturut – turut dapat membatalkan shalat.
5. Makan dan minum. Baik disengaja atau tidak, makan dan minum dapat membatalkan
puasa.
6. Meninggalkan salah satu rukun atau secara sengaja memutuskan rukun sebelum
sempurna.
7. Terdapat najis pada pakaian.
8. Mengurangi rukun shalat
9. Tertawa dengan keras, berdahak, atau batuk tanpa disengaja,
10. Memiliki niat membatalkan shalat.

2.7 Hal-hal yang dimakruhkan ketika shalat.

Hal-hal yang dimakruhkan ketika shalat antara lain sebagai berikut :


 Memalingkan muka ke kanan dan ke kiri.
 Memejamkan mata.
 Menengadah ke langit.
 Menutup mulut rapat-rapat.

Anda mungkin juga menyukai