Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERWAKAFAN DI INDONESIA
“Wakaf Produktif”

DosenPengampu : Rina El-Maza,MSI

Disusun Oleh :
Kelompok 7

1. Intan Putri Pertiwi (1804041081)


2. Kusnandi Setiawan (1804040057)
3. Lizza Umi Azzah (1804041095)

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
menjelaskan tentang “Wakaf Produktif” ini dengan baik meski pun banyak sekali
kekurangan di dalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, Banyak kekurangan yang
terdapat didalamnya. Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon kritik serta saran yang dapat kami
jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.

Metro, 22 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................` 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Wakaf Produktif............................................................. 3
B. Jenis-Jenis Wakaf Produktif.............................................................. 6
C. Pengelolaan Wakaf Produktif............................................................ 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wakaf merupakan ibadah maliyah yang erat kaitannya dengan pembangunan
kesejahteraan umat. Ia merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi. Dalam
sejarah, wakaf telah memiliki peran yang sangat besar dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, baik di bidang kegiatan keagamaan, bidang pendidikan,
pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pengembangan ilmu pengetahuan,
pengentasan kemiskinan, peningkatan sumber daya insani dan pemberdayaan
ekonomi umat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan umat serta peradaban
manusia.1
Perbincangan tentang wakaf sering kali diarahkan kepada wakaf benda tidak
bergerak seperti tanah, bangunan, pohon untuk diambil buahnya, sumur untuk
diambil airnya.2
Munculnya paradigma wakaf produktif, merupakan sebuah momentum sebagai
suatu upaya transformasi dari pengelolaan wakaf yang tradisional menjadi
pengelolaan wakaf yang professional untuk meningkatkan atau menambah
manfaat wakaf. Istilah wakaf produktif sendiri belum dikenal pada masa dahulu,
walaupun esensinya telah ada sejak adanya shari’ah wakaf pada masa Rasulullah
Saw. Pembahasan baru muncul pada abad pertengahan.3
Paradigma wakaf produktif lebih diarahkan pada pengembangan harta wakaf
dan memaksimalkan potensi wakaf secara ekonomi, hal ini juga diadopsi oleh
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang mengatur mengenai
berbagai hal yang memungkinkan wakaf dikelola secara produktif, sehingga untuk
mengembangkan wakaf produktif di Indonesia pada saat ini secara hukum sudah
tidak ada masalah lagilayanan kesehatan gratis atau riset ilmu pengetahuan.
Karena hal tersebut, merupakan bagian dari ibadah juga. Untuk bisa
1
Nazi,r Gagas 12.2018. Rekomendasi Wakaf Produktif. Jakarta. Hal 28
2
Choiriyah. Wakaf Produktif dan Tata Cara Pengelolaan. Jurnal Islamic Banking. Volume 2
Nomor
2 Februari 2017. Hal 26
3
Jaih Mubarok. 2008. Wakaf Produktif. Simbiosa Rekatama Media: Bandung. Hal 16

1
mengoptimalkan pengelolaan asset wakaf ke arah produktif, perlu adanya
persamaan persepsi atau sudut pandang tentang apa dan bagaimana pengembangan
wakaf di Indonesia. Sebab, selama ini pemahaman masyarakat masih berbeda-
beda dalam masalah perwakafan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Wakaf Produktif ?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Wakaf Produktif ?
3. Bagaimana Pengelolaan Wakaf Produktif ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Wakaf Produktif .
2. Untuk mengetahui Jenis-Jenis Wakaf Produktif .
3. Untuk mengetahui Pengelolaan Wakaf Produktif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian wakaf produktif


Sejak diundangkannya UU No. 41/2004 telah membawa paradigma baru
wakaf yang menjadi ruh undang-undang itu. Paragdima baru itu adalah paragdima
wakaf produktif. Paragdima inilah yang menjiwai PP No. 42/2006 dan Badan
Wakaf Indonesia (BWI) yang berdiri 13 Juli 2007. Wakaf produktif adalah harta
benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan
produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf
tanah untuk digunakan bercocok tanam, mata air untuk diambil airnya dan lain-
lain. Atau wakaf produksi juga dapat didefenisikan yaitu harta yang digunakan
untuk kepentingan produksi baik dibidang pertanian, Perindustrian, perdagangan
dan jasa yang menfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung, tetapi dari
keuntungan bersih dari hasil pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-
orang yang berhak sesuai dangan tujuan wakaf.
Wakaf produktif adalah sebuah skema pengelolaan donasi wakaf dari umat,
yaitu dengan memproduktifkan donasi tersebut, hingga mampu menghasilkan
surplus yang berkelanjutan. Donasi wakaf dapat berupa benda bergerak, seperti
uang dan logam mulia, maupun benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan.
Pada dasarnya wakaf itu produktif dalam arti harus menghasilkan karena
wakaf dapat memenuhi tujuannya jika telah menghasilkan dimama hasilnya
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya (mauquf alaih). Orang yang pertama
melakukan perwakafan adalah Umar bin al Khatthab mewakafkan sebidang kebun
yang subur di Khaybar. Kemudian kebun itu dikelola dan hasilnya untuk
kepentingan masyarakat. Tentu wakaf ini adalah wakaf produktif dalam arti
mendatangkan aspek ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Ironinya, di
Indonesia banyak pemahaman masyarakat yang mengasumsikan wakaf adalah

3
lahan yang tidak produktif bahkan mati yang perlu biaya dari masyarakat, seperti
kuburan, masjid.4
Wakaf produktif adalah wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
kegiatan produksi dan keuntungannya diberikan sesuai dengan tujuan wakaf.
wakaf produksi memiliki dua visi sekaligus yakni menghancurkan ketimpangan
struktur sosial dan menyediakan lahan subur untuk menyejahterakan umat. Wakaf
produktif sangat berdimensikan sosial. Wakaf jenis ini lebih cocok dengan realitas
umat islam saat ini yang menghadapi masalah kemiskinan, keterbelakangan dan
kebodohan. Wakaf produktif, dengan demikian merupakan pengembangan dari
penafsiran-penafsiran lama tentang wakaf. Seperti wakaf tanah untuk digunakan
bercocok tanam, mata air untuk diambil airnya dan lain-lain .5
Terminologi wakaf produksi dapat dipahami sebagai wakaf yang dilakukan
untuk memperoleh perioritas utama yang bertujuan sebagai upaya pengelolaan
wakaf yang lebih produktif dan menghasilkan. Bentuk-bentuk pengembangan
potensi wakaf secara produktif adalah dengan cara pengumpulan, investasi,
penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agrobisnis, pertambangan,
serta usaha-usaha produktif lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
Periode pengelolaan wakaf secara profesional ditandai dengan pemberdayaan
potensi masyarakat secara produktif. Keprofesionalan yang dilakukan dalam
pengelolaan wakaf produktif meliputi : Manajemen sumber daya manusia, pola
kemitraan usaha, bentuk pengelolaan benda / harta wakaf bergerak, seperti
saham dan sejenisnya serta dukungan political will pemerintah secara penuh yang
diimplementasikan dalam bentuk undang-undang dan peraturan pemerintah. 6
Semangat pemberdayaan potensi wakaf secara profesional dan produktif
dilakukan semata-mata untuk kesejahteraan umat, khususnya di Indonesia, untuk

4
Choiriyah. Wakaf Produktif dan Tata Cara Pengelolaan. Jurnal Islamic Banking. Volume 2
Nomor
2 Februari 2017. Hal 27.
5
Suhairi. 2014. Wakaf produktif. Kaukaba & STAIN Jurai Siwo Metro. Hal 39.
6
Faishal ,Haq. 2017. Hukum perwakafan di indonesia.PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Hal 92

4
itu dalam pengelolaannya paling tidak ada tiga filosofi dasar yang ditekankan
ketika hendak memberdayakan wakaf secara produktif yaitu :
1. Pola manajemen yang terintegrasi : aspek ini membutuhkan desain secara
komprehensif tidak parsial, sehingga seluruh fungsi dan tujuan yang telah
dirumuskan dapat dikelola secara optimal.
2. Asas kesejahteraan Nadzir : Nadzir merupakan faktor yang dominan
dalam pengembangan dan pemberdayaan harta wakaf secara produktif,
sebagai penghargaan atas amanah yang diemban tersebut selayaknya
posisi Nadzir diperhatikan secara optimal dengan memberikan
penghargaan secara proporsional sesuai dengan kapasitas dan tanggung
jawabnya dalam mengupayakan pengembangan wakaf produktif. Dengan
demikian, Nadzir dapat dikategorikan sebagai profesi alternatif yang dapat
diharapkan untuk mendapatkan kesejahteraan. Sebagai gambaran di Turki,
badan/lembaga pengelolaan Wakaf mendapatkan alokasi bagian 5% dari
net Income. Demikian juga di Bangladesh, di India The Central Waqf
Caoucil mendapatkan sekitar 6% dari net Income, sedangkan di Indonesia
mendapatkan 10% dari hasil bersih pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf produktif sebagaimana yang telah di atur dalam UU No. 41
Tahun 2004.
3. Asas Transparansi dan accountability : yaitu Badan Wakaf dan lembaga
yang dibantunya harus melaporkan secara berkala terkait dengan proses
pengelolaan dana kepada umat dalam audited financial report, termasuk
kewajaran dari masing-masing pos biayanya. 7
Wakaf di indonesia masih sangat sedikit yang produktif. Kunci
kelemahannya terletak pada nazhir dan tim manajemennya yang tidak
terorganisasi dengan baik. Riset Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Syahid
Jakarta (2005-2006) menyimpulkan bahwa kelemahan lembaga wakaf kita
terletak pada aspek manajemennya yang belum modern. Karenanya, dalam
rangka menumbuh kembangkan wakaf produktif dan mewujudkankan

7
Ibid, Hal.93

5
keadilan sosial, beberapa hal perlu dilakukan.8 Pertama, menyebarkan gagasan
bahwa wakaf murni keagamaan (misalnya masjid) dengan keadilan sosial
(beasiswa pendidikan) memiliki keutamaan yang setara. Kedua, menyiapkan
nazir yang profesional. Pengembangan wakaf dimasa depan menurut
keberadaan nazhir yang profesional dan terampil mengelola wakaf secara
produktif. Ketiga, menyediakan perangkat aturan (hukum). Dalam hal ini,
peran Negara sebagai penjamin kepastian hukum harus berfungsi, dan harus
menjaga agar wakaf tidak dijadikan sebagai instrumen politik penguasa.
Di indonesia, banyak aset wakaf masih belum produktif karena dikelola secara
tradisional dan cenderung di pergunakan untuk kepentingan tempat-tempat
ibadah. Para pengelola wakaf sebaiknya merubah manajemen penelolaan lebih
produktif. Salah satu sumber dana Investasi yang dapat dioptimalkan adalah
dengan cara cash waqf 9. Tetapi wakaf berbeda dengan zakat. Perbedaan yang
sangat menonjol adalah bahwa dana wakaf pokonya akan tetap utuh. Semakin
bertambah waktu akan semakin meningkat nilai ekonominya. Sementara zakat
akan lansung abis dalam satu tahun.10

B. Jenis-Jenis Wakaf Produktif


1. Wakaf uang
Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang sebagai salah satu solusi
yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif, Karena uang disini tidak
lagi dijadikan alat tukar menukar saja. Wakaf uang dipandang dapat
memunculkan suatu hasil yang lebih banyak.
Mazhab Hanafi dan Maliki mengemukakan tentang kebolehan wakaf
uang, sebagaimana yang disebut Al –Mawardi :

‫“عن ابو ثوروى الشا فعى جوازوقفها اى الد نا ىف والد رهم‬

8
Suhairi.2014. Wakaf produktif. Kaukaba & STAIN Jurai Siwo Metro. Hal 40.
9
Ibid.Hal 41.
10
Ibid. Hal 41.

6
saur meriwayatkan dari imam syafi’I tentang kebolehan wakaf dinar dant"
dirham.”
Dari Wahbah az-Zuhaily, dalam kitab Al- fiqh islamy wa adilatuhu
menyebutkan bahwa mazhab Hanafi membol ehkan wakaf uang karena uang
yang menjadi modal usaha itu, dapat bertahan lama dan banyak manfaatnya
untuk kemaslahatan umat .
Bahkan MUI juga telah mengeluarkan fatwa tentang wakaf tunai sebagai
berikut :
a. Wakaf uang (cash wakaf / waqf al-Nuqut) Adalah wakaf yang dilakukan
oleh sekelompok atau seseorang maupun badan hukum yang berbentuk
wakaf tunai.
b. Termasuk dalam pengertian uang adalah surat-surat berharga.
c. Wakaf yang hukumnya jawaz ( boleh ).
d. Wakaf yang hanya boleh disalurkan dan digunakan untuk hal-hal yang
dibolehkan secara syar‘i.
e. Nilai pokok wakaf yang harus dijamin kelestariannya, tidak boleh dijual,
dihibah kan atau diwariskan.11
Selain fatwa MUI diatas, pemerintah melalui DPR juga telah
mengesahkan undang-undang no 41 tahun 2004 tentang wakaf, yang
didalamnya juga mengatur bolehnya wakaf berupa uang.
2. Wakaf Uang Tunai
Secara umum definisi wakaf tunai adalah penyerahan asset wakaf berupa
uang tunai yang tidak dapat dipindah tangankan dan dibekukan untuk selain
kepentingan umum yang tidak mengurangi ataupun jumlah pokoknya.
Di Indonesia wakaf uang tunai relatif baru dikenal. Wakaf uang tunai
adalah objek wakaf selain tanah maupun bangunan yang merupakan harta tak
bergerak.Wakaf dalam bentuk uang tunai dibolehkan, dan dalam prakteknya
sudah dilaksanakan oleh umat islam. Manfaat wakaf uang tunai antara lain:

11
Choiriyah. Wakaf Produktif dan Tata Cara Pengelolaan. Jurnal Islamic Banking. Volume 2
Nomor 2 Februari 2017. Hal 29

7
a. Seseorang yang memiliki dana terbatas sudah bisa mulai memberikan
dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi tuan tanah terlebih
dahulu.
b. Melalui wakaf uang, asset-asset berupa tanah-tanah kosong bisa mulai
dimanfaatka dengan sarana yang lebih produktif untuk kepentingan
umat.
c. Dana wakaf tunai juga bias membantu sebahagian lembaga-lembaga
pendidikan islam. 12
3. Sertifikat wakaf tunai
Sertifikat wakaf tunai adalah salah satu instrument yang sangat potensial
dan menjanjikan, yang dapat dipakai untuk menghimpun dana umat dalam
jumlah besar. Sertifikat wakaf tunai merupakan semacam dana abadi yang
diberikan oleh individu maupun lembaga muslim yang mana keuntungan dari
dana tersebut akan digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
Sertifikat wakaf tunai ini dapat dikelola oleh suatu badan investasi sosial
tersendiri atau dapat juga menjadi salah satu produk dari institusi perbankkan
syariah. Tujuan dari sertifikat wakaf tunai adalah sebagai berikut:
1. Membantu dalam pemberdayaan tabungan sosial
2. Melengkapi jasa perbankkan sebagai fasilitator yang menciptakan
wakaf tunai serta membantu pengelolaan wakaf.

4. Wakaf Saham
Saham sebagai barang yang bergerak juga dipandang mampu
menstimulus hasil-hasil yang dapat didedikasikan untuk umat, Bahkan dengan
modal yang besar, Saham malah justru akan memberi kontribusi yang cukup
besar dibandingkan jenis perdagangan yang lain. 13

12
Ibid.Hal 30.
13
Ibid. Hal 31.

8
C. Pengelolaan Wakaf Produktif
Sampai saat ini pengelolaan wakaf diindonesia masih kurang maksimal.
Sebagai akibatnya cukup banyak harta wakaf terlantar dalam pengelolaannya,
bahkan ada harta wakaf yang hilang. Salah satu penyebabnya adalah umat islam
pada umumnya hanya mewakafkan tanah dan bangunan sekolah, dalam hal ini
wakif kurang memikirkan biaya operasional sekolah dan nazhirnya kurang
profesional. Oleh karera itu, kajian pengelolaan wakaf sangat penting. Kurang
berperannya wakaf dalam memberdayakan ekonomi umat diindonesia karena
wakaf tidak dikelola secara produktif dengan menggunakan mnajemen modern.
Untuk mengelola wakaf secara produktif, ada beberapa hal yang perlu dilakukan
sebelumnya. Selain memahami konsepsi fiqih wakaf dan perturan perundang-
undangan, nazhir harus profesional dalam mengembangkan harta yang
dikelolanya, apalagi jika harta wakaf tersebut berupa uang. Disamping itu, untuk
mengembangkan wakaf secara nasional, diperlukan badan khusus yang
mengkoordinasi dan melakukan pembinaan nazhir. Pada saat di Indonesia sudah
dibentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI). 14
Terkait dengan pengelolaan wakaf secara produktif, disini ada aspek yang
harus diperhatikan, ketiga aspek tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Aspek Kelembagaan Wakaf
Dalam rangka mengembangkan tanah wakaf secara produktif, satu hal
yang dilakukan olah pemerintah dalam program jangka pendek adalah
membentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI). Keberadaan badan wakaf
Indonesia mempunyai posisi yang sangat strategis dalam memperdayakan
wakaf secara produktif. Pembentukan BWI bertujuan untuk
menyelenggarakan koordinasi dengan nazhir dan Pembina manajemen wakaf
secara nasional maupun internasional. 15

14
Ahmad Sirojudin Munir. Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal Ummul
Qura. Vol VI, No 2, September 2015. Hal 102
15
Choiriyah. Wakaf Produktif dan Tata Cara Pengelolaan. Jurnal Islamic Banking. Volume 2
Nomor 2 Februari 2017.Hal 32

9
Disini BWI merupakan lembaga independen untuk mengembangkan
perwakafan di Indonesia yang dalam melaksanakan tugasnya bersifat bebas
dari pegaruh kekuasaan manapun serta bertanggung jawab kepada
masyarakat. Lembaga ini selain memiliki tugas-tugas konstitusi BWI harus
menganggap wilayah tugas sebagai berikut:
1) Merumuskan kembali fikih wakaf baru di Indonesia, agar wakaf dapat
dikelola lebih praktis, fleksibel dan modern tanpa kehilangan
wataknya sebagai lembaga islam yang kekal.
2) Membuat kebijakan dan strategi pengelolaan wakaf produktif,
mensosialisasikan bolehnya wakaf benda-benda bergerak dan
sertifikat tunai kepada masyarakat.
3) Menyusun dan mengusulkan kepada pemerintah regulasi bidang
wakaf kepada pemerintah.
Ketiga tugas diatas tentu merupakan tugas yang berat bagi BWI, oleh
karena itu orang-orang yang duduk dalam lembaga tersebut harus benar-
benar orang yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam mengelola
wakaf dan hal-hal yang terkait dengan wakaf.
2. Aspek Akuntansi
Dalam pegertian yang paling sederhana, akuntansi dapat dipahami
sebagai kegiatan pencatatan kegiatan usaha bisnis, baik komersial maupun
bukan, untuk tujuan tertentu. Berdasarkan tujuan dasar dan pola operasi
sebuah entitas, akuntansi dapat dipilah menjadi dua, yaitu: 16
1) Akuntansi untuk organisasi yang bermotifkan mencari laba (profit
oriented organization), ini biasanya diwakili oleh perusahaan-perusahaan
komersial, baik yang menjual jasa, perdagangan dan perusahaan manufaktur.
2) Akuntansi untuk organisasi nirlaba (non-profit oriented organization)
ini diwakili oleh organisasi pemerintahan disegala tingkatan (pusat, provinsi,
kabupaten dan seterusnya), lembbaga pendidikan,organisasi massa dan sosial

16
Ahmad Sirojudin Munir. Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal Ummul
Qura. Vol VI, No 2, September 2015. Hal 103

10
kemasyarakatan, termasuk organisasi dan badan hukum yang banyak
mengelola kekayaan wakaf.
Oleh karena itu, aspek akuntansi ini sangat dibutuhkan dalam
pengelolaan wakaf secara produktif sehingga apa yang menjadi tujuan dari
pemberdayaan benda wakaf tersebut tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Disamping itu, harus memperhatikan apa yang menjadi tuntutan akuntansi
yang dipandang lebih mendekati dengan prinsip syariah baik dari aspek tujuan
dan metode tekniknya.
3) Aspek Auditing
Auditing dalam bahasa indonesia biasanya diartikan sebagai
pemeriksaan dan secara harfiah yaitu bahwa pihak tertentu melaporkan secara
terbuka tugas atau amanah yang diberikan kepadanya, dan pihak yang
memberi amanah mendengarkan. Jadi, ini merupakan manifestasi pertanggung
jawaban piak tertentu yang diberi tanggung jawab kepada pihak yang
mmeberi amanah. Dalam kontek lembaga wakaf secara umum dibentuk dab
didirkan adalah mengelola sebuah atau sejumlah kekayaan wakaf, agar
manfaat maksimalnya dapat dicapai untuk kesejahteraab umat umumnya, dan
menlong mereka yang kurang mampu. Dalam proses auditing harus tidak
melanggar asas-asas syariah, walau sementara ini tujuan dan prosedur
auditing secara konvensional dapat dipakai. Namun, disini diperlukan segera
upaya untuk melakukan penyempurnaan agar bagian-bagian yang tidak islami
17
dapat dikurangi.

Oleh karena nazhir mempunyai peranan penting dalam mengelola harta wakaf
agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh wakif dan bisa dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat maka nazhir harus mempunyai progam-progam kerja baik
progam jangka pendek maupun progam jangka panjang yaitu:
1) Progam Jangka Pendek

17
Ibid. Hal 104

11
Dalam rangka mengembangkan wakaf secara produktif, maka pemerintah
membentuk Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang mempunyai tujuan untuk
menyelenggarakan koordinasi dengan nazhir dan pembinaan manajemen
wakaf secara nasional dan internasional. Pembuatan BWI itu sesuai
dengan UU No.41 Tahun 2004 tentang wakaf pasal 47 sampai pasal 161.
Adapun tugas-tugas BWI sebagai berikut:
a. Melakukan pembinaan terhadap nazhir dalam mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf.
b. Melakukan pengelolaan dan mengembangan harta benda wakaf
berskala nasional dan internasional. 18
c. Memberikan persetujuan dan atau izin asas perubahan peruntukan dan
status benda wakaf.
d. Memberhentikan dan mengganti nazhir.
e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf.
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan dibidang perwakafan (UU No.41 Tahun 2004)
Dengan adanya tugas-tugas diatas maka BWI harus diisi oleh sumberdaya
manusia yang berkualitas agar harta wakaf bisa bermanfaat bagi seluruh
umat manusia dan berguna juga untuk mengentaskan kemiskinan yang
selama ini menjadi fenomena yang belum bisa dituntaskan oleh
pemerintah.
2) Progam Jangka Menengah dan Panjang
Mengembangkan lembaga-lembaga nazhir yang sudah ada agar lebih
kredibel (profesional dan amanah) maka lembaga-lembaga tersebut harus
diarahkan, dibina dan diberikan stimulus (rangsangan) agar harta wakaf
tersebut dapat dikembangan secara produktif. Dengan demikian lembaga-
lembaga tersebut berjalan sesuai dengan rencana maka harus didukung
oleh beberapa hal sebagai berikut.

18
Dewi Sri Indriati. Urgensi Wakaf Produktif Dalam Pembangunan Ekonomi Masyarakat. Jurnal
Ilmiah Al-Syir’a .Vol.15 No. 2 Tahun 2017 Institut Agama Islam Negeri (IAIN Manado). Hal 106

12
a. Dukungan SDM Nazhir
Nazhir dalam wakaf merupakan sentral dalam pegelolaan wakaf,
maka eksistensi dan kualitas SDM-nya harus perlu betul-betul
diperhatikan. Agar kualitasnya benar-benar terwujud maka seorang
nazhir harus mempunyai syarat-syarat seperti diatas dengan melihat
aspek-aspek sebagai berikut:
1) Transparansi adalah aspek penting yang tak terpisah dalam
rangkaian kepemimpinan yang diajarkan oleh nilai-nilai
islam.
2) Publika accountability (Pertanggungjawaban)
3) Aspiratif ( Mau mendengar dan mengakomodisi seluruh
dinamika lembaga kenazhiran) 19
b. Dukungan Advokasi
Pembentukan advokasi bisa dilkukan oleh lembaga nazhir yang
bersangkutan dengan berkerja sama dengan BWI sebagai pihak
pengayom dan pembina secara kelembagaan. Advokasi berguna agar
tanah yang sudah diwakafkan tidak bisa diambil alih oleh orang-orang
yang sengaja ingin memiliki harta wakaf tersebut karena melihat ada
potensi yang terdapat dalam wakaf tersebut untuk kepentingannya
sendiri.
c. Dukungan Keuangan
Upaya pengembangan wakaf produktif sangat bergantung pada
dukungan uang yang memadai guna membiayai seluruh opersional
pengelolaan wakaf. Dukungan keuangan ini bisa dilakukan melalui
lembaga keuangan terkait khususnya lembaga perbankan syariah
dengan cara bagi hasil.
d. Dukungan Pengawasan
Dukungan ini diperlukan agar tidak terjadi penukaran harta wakaf dan
juga agar nazhir yang berhadapan langsung dengan harta wakaf dapat

19
Ibid. Hal 107

13
menjalankan tugasnya dengan baik dan benar sehingga mendapatkan
keuntungan yang memadai. Pengawasan ini meliputi manajmen
organisasi, manajemen keuangan, dan manajemen pelaporan kepada
pihak atau lembaga yang lebih tinggi (WaidyFarid dan
Musyid,2000:86).
Sebagaimana uraian diatas maka terlihat pentingnya pemberdayaan wakaf
produktif dalam upaya menciptakan masyarakat yang sejahtera. Dengan progam-
progam yang dibuat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjangan akan
memberikan gambaran perencanaan dan pelaksanaan yang sistematis yang tujuan
akhirnya adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat. 20
Di indonesia, pengelolaan wakaf mengalami masa yang cukup panjang.
Paling tidak ada tiga periode besar pengelolaan wakaf diindonesia. 21 Hingga saat
ini di indonesia wakaf yang dikelola secara produktif masih belum maksimal,
sebagian besar wakaf dikelola secara tradisional-konsumtif sehingga sulit untuk
berkembang dan dirasakan dampaknya secara luas oleh masyarakat.
Diindonesia masih terhitung sedikit masyarakat yang mewakafkan tanahnya
dalam bentuk tanah produktif. Dengan demikian diperlukan upaya untuk
pengelolaan harta wakaf yang ada agar dapat mendatangkan kemanfaatan secara
lebih luas yang tentunya harus dikembangkan secara produktif. Hal ini mendesak
dilakukan karena dalam kenyataan kondisi tanah wakaf yang ada cenderung tidak
terkelola sebagaimana mestinya sehingga tidak mendatangkan kemanfaatan yang
diharapkan sebagaimana tujuan yang diharapkan wakif sejak awal mewakafkan
harta bedannya. Untuk itu, upaya pengembangan harta benda wakaf khususnya
tanah-tanah wakaf yang telah terindentifikasi secara konkret agar dapat dikelola
secara produktif dan dapat diberdayakan melalui upaya :
1. Aset wakaf yang menghasilkan produk barang atau jasa.
Secara teoretis, islam mengakui bahwa tanah merupakan faktor
produksi penting yang mencakup semua sumber daya alam yang

20
Ibid. Hal 108
21
Suhairi.2014. Wakaf produktif. Kaukaba & STAIN Jurai Siwo Metro. Hal 41

14
digunakan dalam proses produksi, seperti, kesuburan tanah, sifat-sifat
sumber daya udara, air mineral, dan sebagainya. Oleh karena itu, tanah
wakaf yang di anggap strategis harus dikelola secara produktif dalam
rangka meningkatkan nilai wakaf untuk kesejahteraan masyarakat. Bentuk
pengelolaannya diwujudkan dalam bentuk-bentuk usaha yang dapat
menghasilkan keuntungan baik melalui produk barang atau jasa.
2. Aset wakaf yang berbentuk Investasi Usaha
Aset wakaf ini adalah kekayaan lembaga ke Nadziran dari hasil
pengelolaan usaha produktif yang menghasilkan keuntungan, sehingga
dapat berkembang melalui investasi kepada pihak ketiga atau lembaga
Nadzir yang lain, bentuk investasi usaha yang dilakukan tentunya harus
mengacu pada standar dan prinsip syariah. 22
Dalam mengelola, memberdayakan dan mengembangkan tanah wakaf
produktif dan strategis dimana semua hampir wakif yang menyerahkan
tannahnya kepada nadzir tanpa menyertakan dana untuk membiayai
operasional usaha produktif, tentu saja menjadi persoalan yang mendasar dan
serius. 23
Pilihan menganut manajemen modern menjadi niscaya dan harus dilakukan
serta kelaziman bahwa harta benda wakaf adalah hanya harta benda tak bergerak
harus segera diubah bahwa harta benda wakaf bergerak juga bisa diwakafkan dan
potensial untuk dikembangkan. Keterikatan dengan pemahaman yang diyakini dan
kualitas nadzir yang tidak futuristik dalam mengelola aset wakaf menyebabkan
potensi harta wakaf tidak berkembang semestinya. Terkait dengan itu, hal yang
harus dilakukan adalah:
1) Manajemen kenadziran dan profesionalitas nadzir, baik mengenai
kredibilitas terkait dengan kejujuran, profesionalitas terkait dengan
kapabilitas, maupun kompensasi terkait dengan upah pendayagunaan
sebagai implikasi profesionalitasnya.
22
Faishal ,Haq. 2017. Hukum perwakafan di indonesia.PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Hal 96
23
Ibid, hlm 97

15
2) Peruntukan aset wakaf, kemungkinan alih fungsi (rubah peruntukan) dan
relokasi menjadi kemestian yang harus dilakukan untuk pengembangan
aset wakaf yang boleh jadi juga terpengaruh oleh mekanisme pasar yang
mempengaruhi kebutuhan peruntukan aset wakaf agar lebih produktif.
Pengelolaan harta benda wakaf dilakukan secara produktif dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Kategori produktif yang dapat dilakukan antara lain: cara
pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan,
agrobisnis, pertambangan, perindustrian, pengembangan tekhnologi, pembangunan
gedung, apartemen, rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana
pendidikan, sarana kesehatan, usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan
syariah.
Dalam hal pengelolaan harta benda wakaf diperlukan penjamin, maka
diperlukan lembaga penjamin syariah. Lembaga tersebut adalah badan hukum
yang menyelenggarakan kegiatan penjamin atas suatu kegiatan usaha yang dapat
dilakukan antara lain melalui skim asuransi syariah atau skim lainnya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 24
Pengelolaan fungsi aset wakaf secara produktif merupakan upaya
menghidupkan kembali harta wakaf yang statis atau cenderung mati. 25

BAB III
PENUTUP

24
Ahmad Sirojudin Munir. Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal Ummul
Qura. Vol VI, No 2, September 2015. Hal 105
25
Ibid. Hal 106

16
A. Kesimpulan
Wakaf merupakan ibadah maliyah yang erat kaitannya dengan pembangunan
kesejahteraan umat. Munculnya paradigma wakaf produktif, merupakan sebuah
momentum sebagai suatu upaya transformasi dari pengelolaan wakaf yang
tradisional menjadi pengelolaan wakaf yang professional untuk meningkatkan atau
menambah manfaat wakaf. Wakaf produktif terbagi menjadi 4 macam yaitu wakaf
uang, wakaf uang tunai, sertifikat wakaf tunai dan wakaf saham.
Untuk mengoptimalkan potensi wakaf, dituntut kemmampuan dan kerja keras
kita untuk mewujudkannya. Terutama dalam upaya merubah paradigma terhadap
pengeolaan harta wakaf. Kesamaan persepsi dan cara pandang terhadap
pengelolaan wakaf produktif sangat penting, agar tumbuhnya dukungan
masyarakat guna terwujudnya perekonomian masyarakat yang kuat dan sejahtera.

DAFTAR PUSTKA

Faishal Haq. 2017. Hukum Perwakafan Di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo

17
Persada

Suhairi. 2014. Wakaf Produktif. Kaukaba& STAIN Jurai Siwo Metro

Nazi R Gagas. 2018. Rekomendasi Wakaf Produktf. Jakarta

Choiriyah. Wakaf Produktif dan Tata Cara Pengelolaan. Jurnal Islamic Banking.
Volume 2 Nomor 2 Februari 2017

Indriati Dewi Sri. Urgensi Wakaf Produktif Dalam Pembangunan Ekonomi


Masyarakat. Jurnal Ilmiah Al-Syir’a .Vol.15 No. 2 Tahun 2017 Institut Agama Islam
Negeri (IAIN Manado)

Munir Ahmad Sirojudin. Optimalisasi Pemberdayaan Wakaf Secara Produktif. Jurnal


Ummul Qura. Vol VI, No 2, September 2015

18

Anda mungkin juga menyukai