Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH FIKIH ZAKAT DAN WAKAF

“Pemberdayaan Dan Pengembangan Wakaf”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah : Fikih Zakat Dan
Wakaf)

Dosen Pengampu: Dr. Iskandar,M.Sy

OLEH

KELOMPOK IX

1. Sarifudin Achmad (2011211026)


2. Muhammad Akbar (2011211010)

PROGRAM STUDI AHWAL ASY-SYAKHSIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUPANG
2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segenap limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah pengantar hukum keluarga islam dengan tema saksi.

Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yaitu
Addinul Islam.

Kami menyadari bahwa didalam penulisan makalah ini masih banyak


kekurangan, jadi kami memohon kepada para pembaca untuk setidaknya memberikan
masukan dan kritik yang membangun agar makalah ini semakin baik kedepannya.

Kupang, 22 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I : Pendahuluan..........................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II : Pembahasan..........................................................................................3
A. Pemberdayaan Wakaf.............................................................................3
B. Pengembangan Wakaf............................................................................7
C. Pembinaan Wakaf………………………………………………………10
BAB III : Penutup...............................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah wakaf merupakan masalah yang sampai saat ini kurang dibahas
secara intensif. Hal ini disebabkan karena umat Islam hampir melupakan kegiatan-
kegiatan yang berasal dari lembaga perwakafan. Masalah mis-management dan
korupsi diperkirakan menjadi penyebab utama, sehingga kegiatan lembaga
perwakafan ini kurang diminati atau bahkan ditinggalkan oleh umat Islam kurang
seabad yang lalu.1
Wakaf mempunyai peran penting sebagai salah satu instrumen dalam
memberdayakan ekonomi umat. Dalam sejarah, wakaf telah memerankan peran
penting dalam pengembangan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Hal-hal yang
paling menonjol dari lembaga wakaf adalah peranannya dalam membiayai berbagai
pendidikan Islam dan kesehatan. Kesinambungan manfaat hasil wakaf dimungkinkan
oleh berlakunya wakaf produktif yang didirikan untuk menopang berbagai kegiatan
sosial dan keagamaan. Wakaf Produktif pada umumnya berupa tanah pertanian atau
perkebunan, gedung-gedung komersial, dikelola sedemikian rupa sehingga
mendatangkan keuntungan yang sebagian hasilnya dipergunakan untuk membiayai
berbagai kegiatan tersebut. Sehingga dengan demikian harta wakaf benar-benar
menjadi sumber dana dari masyarkat untuk masyarakat.2
Saat ini bangsa Indonesia menghadapi dua tantangan pokok dalam usaha
menjalankan roda pembangunan. Kesenjangan yang semakin melebar antara golongan
kaya dan golongan miskin di satu sisi, dan kecenderungan meningkatnya
ketergantungan kaum miskin kepada pemilik modal dan ketergantungan Indonesia
kepada negara maju di sisi yang lain. Adi Sasono menambahkan, sedikitnya ada
empat permasalahan dasar pergerakan dakwah Islam. Pertama, masalah kemiskinan
baik dari sisi ekonomi maupun keterbatasan sarana dan kebutuhan fisik yang pada
urutannya melahirkan budaya kemiskinan. Kedua, sebagai akibat dari lilitan
kemikinan mendorong munculnya gejala keterbelakangan. Ketiga, munculnya sikap

1 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Panduan


Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hlm.,45
2 Muhammad Yusuf, Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Semarang:
Badan Wakaf Nusantara, 2009)

1
eksklusif dan involutif. Terakhir, lemahnya kelembagaan penampung partisipasi dan
lemahnya mekanisme kerjasama untuk melancarkan perjuangan sistematis.3

B. Rumusan Masalah
dari latar belakang diatas ada beberapa hal yang menjadi rumusan asaah dalal
makalah ini diantaranya :
1. Bagaimana upaya pemberdayaan wakaf ?
2. Bagaimana proses pengembangan wakaf ?
3. Dan apa upaya yang dilakukan dalam pembinaan wakaf ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk memuhi tugas mata kuiah fikih
zakat dan wakaf,selain tujuan diatas ada beberapa tujuan lain diantarnya;
1. Mahasiswa mampu memahami pemberdayaan wakaf
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengembangan waka
3. Mahasiswa mampu memahami pembinaan wakaf

BAB II
3 Marpuji Ali, Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, 2009

2
PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Wakaf
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pemberdayaan wakaf maka kita harus
mengetahui lebih dahulu pengertian pemberdayaan. Istilah pemberdayaan mengacu
kepada kata empowerment yang berarti penguatan, yaitu sebagai upaya untuk
mengaktualisasikan potensi yang sudah dimilki sendiri oleh masyarakat.4
Pengertian pemberdayaan (empowerment) tersebut menekankan pada aspek
pendelegasian kekuasaan, memberi wewenang, atau pengalihan kekuasaan kepada
individu atau masyarakat sehingga mampu mengatur diri dan lingkungannya sesuai
dengan keinginan, potensi, dan kemampuan yang dimiliki.5
Pemberdayaan ini menyangkut beberapa segi yaitu: Pertama, penyadaran
tentang peningkatan kemampuan untuk mengidentifikasi persoalan dan permasalahan
yang ditimbulkan serta kesulitan hidup atau penderitaan. Kedua, meningkatkan
sumber daya yang telah ditemukan, pemberdayaan memerlukan upaya advokasi
kebijakan ekonomi politik yang pada pokoknya bertujuan untuk membuka akses
golongan bawah, lemah, dan tertindas tersebut terhadap sumber daya uang dikuasai
oleh golongan kuat yang terkungkung oleh peraturan pemerintah dan pranata sosial.6
Dalam upaya pemberdayaan wakafa tentunya kita harus memahami masalah
yang sering muncul daam upaya pemberdayaan wakaf. Karena masalah wakaf
merupakan masalah yang sampai saat ini kurang dibahas secara intensif karena umat
Islam hampir melupakan kegiatan-kegiatan yang berasal dari lembaga perwakafan.
Masalah mis-management dan korupsi diperkirakan menjadi penyebab utama,
sehingga kegiatan lembaga perwakafan ini kurang diminati atau bahkan ditinggalkan
oleh umat Islam kurang seabad yang lalu.7
Jika dilihat dari peran dan pemanfaatannya maka wakaf mempunyai peran
yang penting sebagai salah satu instrumen dalam memberdayakan ekonomi umat.
Dalam sejarah, wakaf telah memerankan peran penting dalam pengembangan sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat. Hal-hal yang paling menonjol dari lembaga wakaf
adalah peranannya dalam membiayai berbagai pendidikan Islam dan kesehatan.

4 Misbahul Ulum, Zulkifli Lessy Dkk, Model-model Ksejahteraan Islam (Yogyakarta: Fakultas Dakwah, 2007),
79.
5 M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (Bandung: Alfabeta, 2013), 49.
6 Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 355.
7 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Panduan
Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2007), hlm.,45

3
Adapun upaya yang dilakukan untuk meningkatkan dan menambah daya
pemanfaatan wakaf dalam masyarakat salah satunya yaitu diberlakukannya wakaf
produktif yang didirikan untuk menopang berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Wakaf Produktif pada umumnya berupa tanah pertanian atau perkebunan, gedung-
gedung komersial, dikelola sedemikian rupa sehingga mendatangkan keuntungan
yang sebagian hasilnya dipergunakan untuk membiayai berbagai kegiatan tersebut.
Sehingga dengan demikian harta wakaf benar-benar menjadi sumber dana dari
masyarkat untuk masyarakat.8
Wakaf yang menjadi salah satu alternatif diharapkan mampu memberikan
solusi dalam penyelesaian masalah tersebut. Maka perlu pengelolaan secara optimal
terhadap benda wakaf. Namun saat ini banyak harta wakaf yang tidak dikelola secara
optimal.9
Hal ini menunjukkan sempitnya pemahaman masyarakat terhadap harta yang
diwakafkan, yaitu benda yang tidak bergerak dan hanya untuk kepentingan yang
bersifat ibadah, seperti masjid, musholla, madrasah, pemakaman, dan lain-lain.
Padahal tanah wakaf tersebut dapat dikelola secara produktif.
Selain itu, dalam upaya pengelolaan tanah wakaf secara produktif, peran
nazhir wakaf yaitu orang atau badan hukum yang diberi tugas untuk mengelola wakaf
sangat dibutuhkan. Nazhir merupakan salah satu dari rukun wakaf yang mempunyai
tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga, dan mengembangkan wakaf
serta menyalurkan hasil dan manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf. Sering kali
harta wakaf dikelola oleh nadzir yang tidak mempunyai kemampuan memadai,
sehingga harta wakaf tidak dikelola secara maksimal dan tidak memberikan manfaat
bagi sasaran wakaf.
Ketika harta wakaf dikelola secara optimal dan nazhir sebagai pengelola
wakaf mempunyai kemampuan memadai, maka perlu adanya dukungan politik
pemerintah dalam pemberdayaan Civil Society. Potensi besar yang dimiliki oleh
wakaf sebagai salah satu variabel penting dalam memberdayakan kesejahteraan
masyarakat banyak didorong oleh pemerintah secara politik dengan peraturan
perundang-undangan wakaf agar wakaf dapat berfungsi secara produktif. Dompet
Dhuafa Republika yang merupakan inovasi dari kalangan civil society merupakan

8 Muhammad Yusuf, Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat, (Semarang:
Badan Wakaf Nusantara, 2009)
9 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Opcit, hlm.,37

4
bentuk dari kepedulian yang muncul dari masyarakat. Dalam hal ini umat Islam
memiliki kebebasan untuk mengelola kekayaan yang dimiliki sesuai dengan sistem
keuangan syari’ah. Sistem ini tidak hanya menguntungkan masyarakat akan tetapi hal
ini mendukung program pemerintah. Dengan keadaan seperti ini akan membuka
peluang bagi pemberdayaan wakaf produktif sebagai upaya dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Demi terwujudnya tujuan utama wakaf yaitu untuk mengoptimalkan fungsi
harta wakaf sebagai prasarana untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan
sumber daya insani, maka perlu dilakukan perubahan terhadap pemahaman umat
Islam yang menganggap harta wakaf hanya sebatas harta tidak bergerak yang tidak
dapat diproduktifkan seperti kuburan, masjid, yayasan, pesantren dan sebagainya.
sebagaimana regulasi Peraturan Perundang-undangan Perwakafan berupa UU No. 41
Tahun 2004 tentang wakaf dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 tentang
pelaksanaannya. Kedua Peraturan Perundang-undangan tersebut memiliki urgensi,
yaitu selain untuk kepentingan ibadah mahdhah, juga menekankan perlunya
pemberdayaan wakaf secara produktif untuk kepentingan sosial (kesejahteraan umat).
Jika kita mengulas sejarah bahwa pada jaman kejayaan Islam, wakaf sudah pernah
mencapai kejayaan walaupun pengelolaannya masih sangat sederhana. Pada abad ke-8 dan
ke-9 Hijriyyah dipandang sebagai jaman keemasan perkembangan wakaf. Sebagai contoh
bentuk keberhasilan pemberdayaan wakaf diantaranya :
1. Turki
Pengelolaan wakaf di Turki tidak hanya dikelola oleh mutawalli, tapi
juga oleh lembaga Direktorat Jenderal Wakaf. Direktoral Jenderal Wakaf tidak
hanya mengelola wakaf tapi juga memberikan supervisi dan kontrol (auditing)
terhadap wakaf yang dikelola oleh mutawalli. Sedangkan sebuah lembaga
yang memobilisasi sumber-sumber wakaf untuk membiayai bermacam-macam
jenis proyek joint venture adalah Waqf Bank & Finance Corporation. Sejauh
ini ada dua pelayanan yang diberikan oleh Oirektoral Jenderal Wakaf, yaitu
pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan dan sosial. Pelayanan
kesehatan diberikan melalui wakaf-wakaf rumah sakit. Salah satu diantaranya
adalah rumah sakit yang didirikan pada tahun 1823 di Istambul oleh ibu dari
Sultan Abdul Mecit.
Sejauh ini ada berbagai macam harta yang telah dikelola Badan Wakaf.
Antara lain harta yang dikhususkan pemerintah untuk anggaran umum; barang

5
yang menjadi jaminan utang, hibah, wasiat, dan sedekah : dokumen,
uang/harta yang harus dibelanjakan dan benda lain yang berguna untuk
meningkatkan dan mengembangkan harta wakaf. Agar harta-harta ini
produktif dan bermanfaat bagi masyarakat luas, Badan Wakaf menetapkan
beberapa kebijakan. Pertama, menitipkan hasil harta wakaf di bank Islam agar
dapat berkembang. Kedua, melalui Wizaratu Auqaf, Badan Wakaf
berpartisipasi dalam mendirikan bank-bank Islam dan mengadakan kerjasama
dengan beberapa perusahaan. Ketiga, memanfaatkan tanah-tanah kosong
untuk dikelola secara produktif dengan cara mendirikan lembagalembaga
perekonomian bekerjasama dengan berbagai perusahaan. Keempat, membeli
saham dan obligasi perusahaan-perusahaan penting.
2. Mesir
Sama halnya dengan pemerintah Turki, pemerintah Mesir menempuh
langkah menertibkan tanah wakaf dan harta wakaf lainnya, dengan menjaga
dan mengawasi serta mengarahkan harta wakaf untuk tujuan-tujuan kebaikan
sesuai dengan garis Undang-undang. Awalnya, persoalan wakaf ini ditangani
oleh sebuah departemen. Namun, masalah-masalah terus bermunculan.
Sampai pada tahun 1971 dibentuk sebuah Badan Wakaf yang khusus
menangani masalah wakaf dan pengembangan-nya.
Untuk lebih mengoptimalkan upaya pengelolaan serta pemberdayaan
wakaf maka badan wakaf Mesir menetapkan beberapa kebijakan yaitu
Pertama, menitipkan hasil harta wakaf di bank Islam agar dapat berkembang.
Kedua, melalui Wizaratu Auqaf, Badan Wakaf berpartisipasi dalam
mendirikan bank-bank Islam dan mengadakan kerjasama dengan beberapa
perusahaan. Ketiga, memanfaatkan tanah-tanah kosong untuk dikelola secara
produktif dengan cara mendirikan lembagalembaga perekonomian
bekerjasama dengan berbagai perusahaan. Keempat, membeli saham dan
obligasi perusahaan-perusahaan penting.

3. Di Indonesia
Cerita keberhasilan wakaf di negara-negara muslim ternyata tidak
terjadi di Indonesia. Padahal kalau dilihat dari jumlahnya, harta wakaf di
seluruh tanah air terbilang cukup besar. Sebagian besar dari wakaf itu berupa

6
atau dibangun untuk rumah ibadah, lembaga pendidikan Islam, pekuburan dan
lain-lain yang rata-rata tidak produktif. Untuk itu, keadaan wakaf di Indonesia
saat ini perlu mendapat perhatian khusus, karena wakaf yang ada selama ini
pada umumnya berbentuk benda yang tidak bergerak, yang sesungguhnya
mempunyai potensi yang cukup besar seperti tanah-tanah produktis strategis
untuk dikelola secara produktif. Harta wakaf agar mempunyai bobot produktif
harus dikelola dengan manajemen yang baik dan moderen, namun tetap
berdasarkan Syari'at Islam oleh suatu badan yang dikoordinir oleh Badan
Wakaf Indonesia (BWI).
Dan pemberdayaan harta wakaf tersebut mutlak diperlukan dalam
rangka menjalin kekuatan ekonomi umat demi meningkatkan kesejahteraan
masyarakat banyak. Tentu saja pemberdayaan yang dimaksud membutuhkan
kerja sama dengan semua pihak, khususnya dunia perbankan yang mempunyai
kekuatan dana untuk memberikan pinjaman atau lembaga-lembaga pihak
ketiga lainnya yang tertarik dengan pengembangan wakaf. Kerja sama
kemitraan ini memerlukan dukungan dan komitmen oleh semua pihak seperti
pemerintah, ulama, kaum professional, cendekiawan, pengusaha, arsitektur,
perbankan, lembaga-lembaga bisnis, lembaga penjamin dan keuangan Syari'
ah serta masyarakat umum, khususnya umat Islam di seluruh Indonesia.
Sehingga potensi wakaf akan mempunyai peranan yang cukup penting dalam
tatanan ekonomi nasional, terlebih di saat Indonesia sedang mengalami krisis
yang sangat memprihatinkan.

B. Pengembangan Wakaf
Sebagaimana disinggung di atas, bahwa dalam rangka meningkatkan peran
wakaf dalam bidang ekonomi, yang harus terus dikembangkan adalah berupa wakaf
tunai (uang). Karena wakaf tunai memiliki kekuatan yang bersifat umum dimana
setiap orang bisa menyumbangkan harta tanpa batas-batas tertentu.

Dilihat dari segi pemanfaatan, wakaf tunai sangat relevan memberikan model
mutual fund melalui mobilisasi dana abadi yang digarap melalui tantangan
professionalme yang amanah dalam fund managementnya di tengah keraguan
terhadap pengelolaan dana wakaf serta kecemasan krisis investasi domestik dan
sindrom capital flight. Ia sangat tepat merangsang kembalinya iklim investasi

7
kondusif yang dilatari motivasi emosional teologis berupa niat amal jariyah disamping
pertimbangan hikmah rasional ekonomis kesejahteraan sosial. Ia sekaligus sebagai
tantangan untuk mengubah pola dan preferensi konsumsi umat dengan filter moral
kesadaran akan solidaritas sosial sehingga tidak berlaku bagi konsep pareto optimum
yang tidak mengakui adanya solusi yang membutuhkan pengorbanan dari pihak
minoritas (kaya) guna meningkatkan kesejahteraan pihak yang mayoritas (miskin).
Salah satu upaya yang bisa dilakuakn untuk meningkatkan potensi dana wakaf
adalah dengan memberikan kredit mikro melalui mekanisme kontrak investasi
kolektif (KIK) semacam reksadana Syari'ah yang dihimpun melalui Sertifikat Wakaf
Tunai (SWT) kepada masyarakat menengah dan kecil agar memiliki peluang usaha
dan sedikit demi sedikit bangkit dari kemiskinan dan keterpurukan akibat krisis
berkepanjangan.
Kehadiran sertifikat wakaf tunai merupakan alternatif pembiayaan yang
bersifat sosial dan bisnis serta partisipasi aktif dari seluruh warga negara yang kaya
untuk berbagi kebahagiaan dengan saudaranya dalam menikmati pendidikan,
kesehatan dan kesejahteraan sosial lainnya dengan baik. Dengan tidak terlalu
menggantungkan diri dengan anggaran pemerintah dan pinjaman asing maka
diharapkan dengan penerapan instrumen sertifikat wakaf tunai ini mampu menjadi
alternatif sumber pendanaan sosial. Efek kemaslahatan dari SWT tersebut yang sudah
mulai terasa di Bangladesh adalah fasilitas pendidikan dan kesehatan masih lebih baik
dibandingkan dengan Indonesia, walaupun negara tersebut masih tergolong miskin.
Dari berbagai paparan di atas, keberadaan model wakaf tunai melalui SWT
dirasakan perlu dan mendesak sebagai instrumen keuangan alternatif yang dapat
mengatasi kekurangan-kekurangan badan sosial yang telah ada.
Oleh karena itu, wakaf tunai, saham dan surat berharga lainnya sudah saatnya
mendapat porsi yang seimbang dalam rangka memberikan wawasan akan pentingnya
sebuah instrumen keuangan dalam rangka ikut serta secara aktif mengentaskan
kemiskinan di Indonesia dan mewujudkan kesejahteraan sosial.
Namun yang jelas, dalam mengembangkan model wakaf jenis ini diperlukan
profesionalisme dan integritas pengelola wakaf (nadzir) yang didukung oleh semua
pihak yang berkepentingan, khususnya pemerintah yang memegang seluruh kebijakan
strategis, lembaga-lemabaga nadzir dan komponen sosial lainnya agar wakaf dapat
memberikan dampak langsung dalam perbaikan sosial. Sehingga dengan demikian
wakaf bukan saja menjadi rangkaian doktrin keagamaan yang tak tersentuh oleh
8
sebuah penafsiran baru, namun wakaf mampu menjawab berbagai problematika sosial
yang dialami oleh umat manusia.
Selain upaya diatas ada juga upaya lain yang bisa dilakukan yaitu penerapan
wakaf produktif. Upaya penerapan wakaf prduktif diharapkan dapat memberikan
kemudahan bagi pengeola wakaf untuk melakukan upaya pengembangan wakaf guna
membangun kesejahteraan umat.
Kehadiran wakaf produktif memang bukanlah hal yang baru, namun
pelaksanaan selama ini lebih banyak pada benda-benda wakaf tak bergerak serta
peruntukkannya lebih banyak untuk kepentingan ibadah mahdhah, seperti masjid,
musholla, pesantren, kuburan. Secara ekonomi, wakaf diharapkan dapat membangun
harta produktif melalui kegiatan investasi dan produksi saat ini, untuk dimanfaatkan
hasil bagi generasi yang akan datang. Wakaf juga mengorbankan kepentingan
sekarang untuk konsumsi demi tercapainya pengembangan harta produktif yang
berorientasi pada sosial, dan hasilnya juga akan dirasakan secara bersama oleh
masyarakat yang akan datang.10
Untuk lebih mudah dalam mekukan pengembangan wakaf maka kita harus
terebih dahulu membagi wakaf dalam dua bentuk yakni:
1. Harta wakaf yang menghasilkan pelayanan berupa barang untuk dikonsumsi
langsung oleh orang yang berhak atas wakaf, seperti rumah sakit, sekolah,
rumah yatim piatu, pemukiman. Hal ini dapat dikategorikan sebagai wakaf
langsung.
2. Harta wakaf yang dikelola untuk tujuan investasi dan memproduksi barang
atau jasa pelayanan yang secara syara‟ hukumnya mubah, apapun bentuknya
dan bisa dijual di pasar, agar keuntungannya yang bersih dapat disalurkan
sesuai dengan tujuan wakaf yang telah ditentukan wakif. Wakaf ini
dikategorikan sebagai wakaf produktif.

Jika dilihat dari hasil kekayaan yang dimiliki oleh negara Indonesia dengan
adanya kekayaan tanah dan bangunan yang jumlahnya sangat besar dan memiki
potensi tinggi. Karena jika dilihat dari segi letaknya Indonesia berada dikawasan yang
paling strategis dengan berada digaris katulistiwa dan sumber daya alam yang sangat
mendukung maka tidak heran jika kekayaan alam Indonesia seringkali menjadi
rebutan bangsa barat.

10 Qahaf, Mundzir, Ibid hlm 60

9
Untuk lebih menguatkan pemerintah dan badan yang mengurus dibidang
wakaf maka perlu diadakan aturan yang mendukung guna melancarkan kerja
pemerintah badan wakaf dalam membangun kesejahteraan umat maka dikeluarkannya
Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, kata pengelolaan dan
pengembangan terdapat pada BAB V yakni pengelolaan dan pengembangan harta
benda wakaf. Bahkan pada pasal 43 ayat (2), dibarengi juga dengan kata produktif.
Sedangkan pengembangan wakaf produktif adalah hasil wakaf produktif yang
dikelola dan dapat menjadikan harta wakaf tersebut menjadi bertambah banyak atau
bertambah luas. Bahkan dapat membentuk harta benda wakaf baru.

C. Pembinaan Wakaf
Dalam rangka pembinaan wakaf agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya,
hal-hal yang harus dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas dan
kewenangan, khususnya pemerintah, lembaga kenadziran, lembaga swadaya
masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pemberdayaan wakaf dan pihak terkait
lainnya adalah : Pertama, segera diundangkannya UU Wakaf.
Kehadiran UU Wakaf sangat penting bagi perlindungan tanah-tanah wakaf
yang selama ini terdata oleh Departemen Agama dan sebagai regulasi pemberdayaan
potensi wakaf secara lebih optimal, baik berupa benda bergerak maupun tidak
bergerak. Peraturan perundangan tentang wakaf selama ini masih bersifat sporadis
dan belum dibentuk dalam sebuah UU yang integral dan komprehensif. Sehingga
perlindungan, pemanfaatan dan pemberdayaan harta wakaf secara maksimal masih
mengalami hambatan yang sangat serius. Untuk itu, kehadiran UU Wakaf merupakan
keniscayaan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi.
Sehingga dengan demikian, kendala-kendala formil dalam pengelolaan,
pemberdayaan, pengembangan dan pembinaan harta wakaf dapat dilakukan secara
optimal. Kedua, membenahi kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang duduk
dalam lembaga-lembaga kenadziran. Karena lembaga kenadziran memiliki peran
sentral dalam pengelolaan harta wakaf secara umum. Untuk itu eksistensi dan kualitas
SDM nya harus betul-betul diperhatikan.

Tugas nazhir yang tercantum dalam pasal 11 UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf yakni :

1. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf

10
2. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
fungsi dan peruntukannya

3. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf

4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia

Pada poin 3 dinyatakan bahwa tugas nazhir juga mencakup mengawasi dan
melindungi harta benda wakaf. Pengawasan dan perlindungan terhadap harta benda
wakaf dimaksudkan untuk menjaga berkurangnya nilai harta benda wakaf, baik
karena peristiwa-peristiwa force majeur maupun karena kerugian/kegagalan investasi.

Bahkan menurut Dr. Idris Khalifah, Ketua Forum Ilmiyah di Tethwan


Magribi, dalam hasil penelitiannya yang berjudul Istitsmar Mawarid al Awqaf bahwa
tugas nazhir wakaf di antaranya adalah memperbaiki aset wakaf yang rusak sehingga
kembali bermanfaat, serta bertanggung jawab atas kerusakan harta wakaf yang
disebabkan kelalaiannya11.

Secara garis umum, kemampuan SDM nadzir dalam pengelolaan wakaf dapat
terarah dan terbina secara optimal. Dan yang paling penting selain professional adalah
dapat dipercaya (amanah).
Setidaknya, lembaga nadzir itu dapat dikatakan sebagai lembaga yang amanah
jika dapat memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Tanggung jawab

Tanpa adanya rasa tanggung jawab pada badan pengelola atau nadzir,
maka harta yang dipercayakan kepadanya akan terbengkelai dan tidak terurus.
Aspek tanggung jawab oleh seorang nadzir menjadi kunci yang paling pokok
dari seluruh rangkaian dunia perwakafan. Kalau rasa tanggung jawab ini tidak
dimiliki oleh orang atau lembaga nadzir, maka wakaf hanya sebagai institusi
keagamaan yang tidak berfungsi apapun, bahkan akan menjadi beban
masyarakat (umat Islam).

b. Efisien.
Salah satu dari inti pengelolaan organisasi atau kelembagaan adalah
efisiensi. Tanpa adanya efisiensi lembaga kenadziran tidak akan optimal
dalam pengelolaan dan pemberdayaan wakaf. Efisiensi disini meliputi
penggunaan biaya administrsi dan kegiatan yang tarkait dengan aspek
11 http://rol.republika.co.id, akses Kamis, 15 April 2013

11
pembiayaan dalam pengelolaan harta wakaf. Sehingga dengan pola yang
efisien, maka akan tercipta lembaga yang professional.
c. Rasional
Penalaran merupakan prinsip pokok dalam ketatalaksanaan organisasi.
Demikian juga dalam pengelolaan dan pemberdayaan harta wakaf. Oleh
karena itu, rasionalitas kebijakan dan pengambilan keputusan dalam
pengelolaan harta wakaf menjadi hal tidak bisa dihindarkan.Salah satu aspek
rasional yang tidak kalah pentingnya adalah menempatkan SDM sesuai
dengan kapasitas bidang yang dimiliki, bukan didasarkan pada hubungan
emosional tanpa mempertimbangkan kualitas.

Ketiga, mengamankan seluruh kekayaan wakaf, baik pada tingkat pusat


maupun daerah. Upaya pengamanan ini agar harta yang berstatus wakaf tidak
diganggu gugat oleh pihakpihak yang tidak beratanggung jawab. Oleh karena itu, jika
harta wakaf berupa tanah, maka yang harus dilakukan adalah:

1. Segera memberikan sertifikat tanah wakaf yang ada di seluruh pelosok tanah
air.
2. Melakukan dukungan advokasi terhadap tanah-tanah wakaf yang masih
sengketa. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa tanah-tanah wakaf yang
diserahkan kepada nadzir wakaf sebelum PP No. 28 Tahun 1977 banyak yang
tidak mempunyai bukti wakaf, sehingga tanah wakaf yang seharusnya menjadi
milik Allah dan hak masyarakat banyak berpindah ke tangan-tangan orang
yang tidak bertanggung jawab.
Menurut beberapa pengurus nadzir lembaga-lembaga keagamaan
seperti Muhammadiyah, NU, Persis dan lain-lain, bahwa tanah wakaf yang
diserahkan kepada lembaga-lemaga tersebut banyak yang digugat oleh ahli
waris dari si wakif. Apalagi misalnya tanah-tanah wakaf tersebut mempunyai
potensi strategis yang cukup besar terhadap pengembangan ekonomi di masa
depan, seperti di pinggir jalan, dekat pasar atau pusat perbelanjaan dan
sebagainya. Tugas pembentukan tim advokasi ini bisa dilakukan oleh
lembaga-lembaga nadzir yang bersangkutan dengan bekerjasama dengan
Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai pihak yang memberikan pengayoman
dan pembinaan secara kelembagaan.

12
3. Pemanfaatan dan pemberdayaan tanah wakaf secara produktif. Di samping
pengamanan di bidang hukum, pengamanan dalam bidang peruntukan dan
pengembangannya harus juga dilakukan. Pemanfaatan dan pemberdayaan
tanah,tanah wakaf yang harus diprioritaskan adalah tanah,tanah wakaf yang
memiliki potensi ekonomi yang besar, yaitu tanah,tanah yang berlokasi
strategis secara ekonomis, seperti di pinggir jalan, pasar atau tempat
keramaian lainnya.

Keempat, mengadakan pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan


pengelolaan harta wakaf. Dukungan ini diperlukan agar harta-harta wakaf, khususnya
tanah wakaf produktif strastegis yang ada menjadi aman karena dirasakan adanya
upaya pihak-pihak tertentu, termasuk oknum nadzir yang ingin menukar dengan
tanah-tanah yang tidak strategis. Dukungan pengawasan yang bersifat internal sudah
menjadi keharusan, bersamaan dengan kepedulian masyarakat sekitar terhadap
keutuhan tanah,tanah wakaf.

Disamping pengawasan yang bersifat umum tersebut, juga diperlukan


pengawasan pengelolaan agar para pelaksana kenadziran yang mengurusi langsung
terhadap tanah,tanah wakaf tersebut dapat menjalankan perannya secara baik dan
benar, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai.

Kelima, menstimulasi atau mendorong secara lebih luas kepada masyarakat


agar lebih peduli terhadap pentingnya harta wakaf di tengah kehidupan sosial
kemasyarakatan. Melalui upaya sosialisasi wakaf secara optimal diharapkan
masyarakat semakin bergairah dalam mewakafkan sebagian harta untuk kepentingan
masyarakat banyak.

Selain kriteria diatas ada juga beberapa kriteria yang patut dipenuhi oleh
Nadzir wakaf untuk disebut sebagai nadzir profesional. Nazhir wakaf yang
profesional adalah jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Ahli di bidangnya. Keahlian dan keterampilan khusus ini umumnya dimiliki


berkat pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Oleh karenanya nazhir
professional dapat mengenali dengan cukup cepat dan tepat persoalan yang
dihadapi serta solusi yang tepat.

13
2. Meluangkan seluruh waktu, tenaga, perhatian untuk pekerjaannya atau
fulltimer. Sebagai konsekuensinya ia dibayar dengan gaji yang tinggi. Di
Indonesia bagian untuk nazhir adalah paling tinggi yakni 10 % dari hasil bersih
pengelolaan wakaf.

3. Komitmen pribadi yang mendalam yang menghasilkan tanggung jawab yang


besar atas pekerjaan.

Ada harapan yang besar akan lahirnya para nazhir wakaf yang professional.
Yakni boomingnya sistem ekonomi syariah tentu berdampak kepada kebutuhan
akan sumber daya manusia yang bekerja dan ditempatkan di lembaga keuangan
syariah. Atau dibutuhkan SDM dalam mengembangkan sistem ekonomi tersebut.
Maka banyak bermunculan sekolah tinggi ekonomi Islam atau universitas yang
membuka program ekonomi Islam maka semakin besar pula potensi wakaf untuk
dikembangkan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya pertambahan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis
kemiskinan bukanlah karena persoalan kekayaan alam yang tidak sebanding dengan
jumlah penduduk, akan tetapi karena persoalan distribusi pendapatan dan akses
ekonomi yang tidak adil diakibatkan tatanan sosial yang buruk serta rendahnya rasa

14
kesetiakawanan diantara sesama anggota masyarakat ataupun sebuah sistem
pengelolaan dan pemberdayaan harta umat Islam yang tidak transparan, akuntabel dan
tepat sasaran sehingga menyebabkan ketimpangan sosial yang paten diantara bangsa
dan umat Islam sendiri.
Salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai upaya pengentasan
kemiskinan adalah dengan partisipasi aktif dari pihak non pemerintah dalam hal ini
adalah masyarakat. Apabila potensi masyarakat (kaya) ini dapat dikoordinasikan serta
dikelola dengan baik, maka hal ini dapat memberikan alternatif kontribusi
penyelesaian positif atas masalah kemiskinan. Alternatif yang dapat diambil adalah
melalui pemberdayaan wakaf produktif. Wakaf merupakan salah satu lembaga
keuangan Islam di samping zakat, infak dan shadakah yang berurat berakar di bumi
Indonesia. Islam sebagai pesan keagamaan sangat menekankan solidaritas sesama
manusia, persaudaraan, kesamaan nasib sebagai makhluk Allah Swt, dan kesamaan
tujuan dalam menyembah-Nya. Salah satu manifestasinya adalah melalui lembaga
keuangan dan ekonomi dengan tujuan membantu sesama manusia dan sesama umat
beriman.

Salah satu hal yang mendasar dari akan akan persoalan pengelolaan wakaf
yaitu diakibatkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia yang
memandang wakaf hanya sebatas pada pemberian berbentuk barang tidak bergerak,
seperti tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat ibadah, kuburan,
pondok pesantren, rumah yatim piatu dan pendidikan semata. Pemanfaatan benda
wakaf masih berkisar pada hal-hal yang bersifat fisik, sehingga tidak memberikan
dampak ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Banyaknya
harta benda wakaf yang ada di masyarakat Indonesia belum mampu mengatasi
masalah kemiskinan.

B. Saran

Untuk lebih mengoptimalkan pengelolaan serta pemanfaatan wakaf agar lebih


bisa dirasakan oleh masyarakat umum maka hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Pertama, Pentingnya peran pemerintah dalam mensosialisakan akan peran dan fungsi
wakaf yang sesungguhnya agar masyarakat agar kiranya bisa meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam memahami akan manfaat dan tujuan wakaf. Kedua, Keikutsertaan

15
aparat non pemerintah sangat diperlukan guna meringankan kinerja pemerintah dalam
pengelolaan wakaf. Ketiga, Hal yang paling mendasar yaitu peran dan fungsi badan
wakaf sangat dibutuhkan dalam mengelola dan memanfaatkan wakaf sesuai
kebutuhan masyarakat. Tentunya dibutuhkan badan wakaf yang memiliki profesiona
yang tinggi sehingga wakaf bisa dirasakan oleh masyarakat umum. Terakhir, Kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu saran
dan masukan yang membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan agar makalah
ini bisa dikatakan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Panduan


Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2007), hlm.,45
Muhammad Yusuf, Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat,
(Semarang: Badan Wakaf Nusantara, 2009)
Marpuji Ali, Wakaf dan Pemberdayaan Ekonomi Umat, 2009

16
Misbahul Ulum, Zulkifli Lessy Dkk, Model-model Ksejahteraan Islam (Yogyakarta: Fakultas
Dakwah, 2007), 79.
M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat di Era Global (Bandung: Alfabeta, 2013), 49.
Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999), 355.
Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Panduan
Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Strategis di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama RI,
2007), hlm.,45

Muhammad Yusuf, Pemberdayaan Wakaf Produktif Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat,


(Semarang: Badan Wakaf Nusantara, 2009)

Direktorat PemberdayaanWakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Opcit,


hlm.,37

Qahaf, Mundzir, Ibid hlm 60

http://rol.republika.co.id, akses Kamis, 22 Maret 2022

17

Anda mungkin juga menyukai