Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

Dosen Pengampu

Ikhwan Padli Nasution, MM

Disusun Oleh Kelompok 2 :

 Feby Prya Azzahra 20.01.0006


 Dinda Devira Lubis 20.01.0007
 Muhamad Ridho 20.01.0005
 Sosro Fiqri Prayuda 20.01.0002

FAKULTAS DAKWAH

PRODI KOMUNIKASI PENYIAR ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM UISU

2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “ KEWIRAUSAHAAN SOSIAL ’’untuk
memenuhi salah satu tugas KEWIRAUSAHAAN.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dari beberapa referensi sehingga
dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “ KEWIRAUSAHAAN SOSIAL”


ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pematang Siantar ,10 Maret 2021

Kelompok 2

i
Daftrar Isi

Kata Pengantar ........................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3

2.1 Sejarah dan Pengertian Social Entrepreneur .............................................. 3


2.2 karakteristik Social Entrepreneur .............................................................. 8
2.3 Tantangan Implementasi Social Entrepreneur ........................................... 9
2.4 Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat .............................................. 13

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 15

Kesimpulan .................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dimasa sekarang egaraurership atau kewirausahaan sangat sering di bicarakan di


berbagai forum dan media, Terbukti berbagai metode pendidikan dan pelatihan sekarang ini
semakin giat juga menawarkan skill ini untuk bisa di implementasikan masyarakat secara
luas. Tetapi melahirkan wirausaha bukanlah suatu perkara yang mudah, apalagi di era dimana
kesenjangan egara sangat tinggi dan kontras serta kemakmuran menjadi barang eksklusif,
maka kehadiran para Social Enterpreneur sangat dibutuhkan sebagai bagian dari solusi
masalah egara di masyarakat.
Dimasa sekarang egaraurership atau kewirausahaan sangat sering di bicarakan di
berbagai forum dan media, Terbukti berbagai metode pendidikan dan pelatihan sekarang ini
semakin giat juga menawarkan skill ini untuk bisa di implementasikan masyarakat secara
luas. Tetapi melahirkan wirausaha bukanlah suatu perkara yang mudah, apalagi di era dimana
kesenjangan egara sangat tinggi dan kontras serta kemakmuran menjadi barang eksklusif,
maka kehadiran para Social Enterpreneur sangat dibutuhkan sebagai bagian dari solusi
masalah egara di masyarakat.
Secara istilah Social Entrepreneur adalah sosoknya wirausaha yang social driven,
bergerak tidak dimotivasi profit, melainkan misi mengatasi problem egara yang ada. Mereka
adalah orang-orang yang berupaya menciptakan perubahan positif atas persoalan yang
menimpa masyarakat: baik itu pendidikan, kesehatan, atau masalah kemasyarakatan lain,
terutama ekonomi secara entrepreneurially, atau dengan kata lain wirausaha yang ulet dan
berani ambil risiko.
Social Entrepreunership atau bisa kita terjemahkan Kewirausahaan sosial menurut
pengertiaannya adalah melihat atau mengidentifikasi masalah sebagai peluang untuk
membentuk sebuah model bisnis baru yang bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat
sekitar. Hasil yang ingin dicapai bukan keuntungan materi atau kepuasan pelanggan,
melainkan bagaimana gagasan yang diajukan dapat memberikan dampak baik bagi
masyarakat. Mereka seperti seseorang yang sedang menabung dalam jangka panjang karena
usaha mereka memerlukan waktu dan proses yang lama untuk dapat terlihat hasilnya.
Wirausaha sosial menjadi fenomena sangat menarik saat ini karena perbedaan-
perbedaannya dengan wirausaha tradisional yang hanya fokus terhadap keuntungan materi

1
dan kepuasan pelanggan serta signifikansinya terhadap kehidupan masyarakat. Kajian
mengenai kewirausahaan sosial melibatkan berbagai ilmu pengetahuan dalam pengembangan
serta praktiknya di lapangan. Lintas ilmu pengetahuan yang diadopsi kajian kewirausahaan
sosial merupakan hal penting untuk menjelaskan serta membuat pemikiran-pemikiran baru.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Sejarah dan Pengertian Social Entrepreneur ?
b. Apa Karakteristik Social Entrepreneur ?
c. Apa Tantangan Implementasi Social Entrepreneur?
d. Apa Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat ?

1.3.Tujuan Makalah

a. Untuk Mengetahui Sejarah dan Pengertian Social Entrepreneur.


b. Untuk Mengetahui Apa Saja Karakteristik Entrepreneur.
c. Untuk Mengetahui Apa Saja Tantangan Implementasi Social Entrepreneur.
d. Untuk Mengetahui Peranan Social Entrepreneur Bagi Masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Social Entrepreneur

Istilah social entrepreneurship digunakan pertama dalam literatur mengenai perubahan


sosial di tahun 1960-an dan 1970-an. Istilah ini mulai digunakan secara luas pada 1980-an
dan 1990-an, dipromosikan oleh Bill Drayton pendiri Ashoka: Inovator untuk Publik, dan
lain-lain. Dari tahun 1950 hingga 1990-an Michael Young, promotor terkemuka perusahaan
sosial dan pada tahun 1980 digambarkan oleh Profesor Daniel Bell di Harvard sebagai
'pengusaha paling sukses di dunia kewirausahaan sosial 'karena perannya dalam menciptakan
lebih dari enam puluh organisasi baru di seluruh dunia, termasuk Sekolah Pengusaha Sosial
(SSE) yang ada di Inggris, Australia dan Kanada dan dia juga mendukung individu untuk
mewujudkan potensi mereka dan sekaligus untuk mendirikan, menimbang dan
mempertahankan, perusahaan dan bisnis sosial. Dan masih ada wirausahawan sosial lainnya.
Walaupun Istilah Social Entrepreneurship ini relatif baru dikenal, namun sebenarnya ide
yang terkandung dalam istilah tersebut merupakan sebuah konsep lama, bisa jadi sejak
munculnya peradaban manusia yang bersosial terhadap lingkungannya, untuk berbagi dan
memakmurkan lingkungan sekitarnya. Intinya adalah untuk berbagi manfaat. Hal ini bisa
juga kita lihat dalam literatur agama samawi seperti dalam Islam.
Dalam literatur Islam, nabi Muhammad S.A.W. sendiri diutus ke dunia untuk menjadi
rahmat bagi semesta alam (Q.S. Al-Anbiyaa:107). Pengertian tersebut bisa diterjemahkan
bahwa misi beliau bukan hanya semata-mata membawa agama yang berisi ritual
penyembahan terhadap Tuhan yang Esa, namun kebih daripada itu membawa sistem
kehidupan manusia (way of life) yang komprehensif. Hubungan interaksi antar manusia
termasuk didalamnya adab terhadap lingkungan alam sekitar juga diatur, yang disebut dengan
istilah "mu'amalah", yang berisi syari'at (aturan) hubungan sosial antar sesama
manusia, termasuk alam (seperti hewan dan tanaman). Dalam mu'amalah yang berkaitan
dengan mencari harta diatur cara dan etika bagaimana mencari harta yang halal dan
memakmurkan bumi (masyarakat dan lingkungan). Contoh dalam Islam menghalalkan jual-
beli (perdagangan), mewajibkan zakat, menganjurkan infaq, sedekah, hadiah, wakaf,
membantu orang yang berhutang, dan yang lainnya, dan juga melarang mengambil harta
secara bathil seperti mencuri, mengurangi timbangan (curang), riba, judi, gharar, dan

3
sejenisnya. Cukup banyak dalil-dalil dalam al-Qur'an dan hadits nabi yang membahas tentang
mu'malah ini.

Berkenaan dengan tema social enterpreneurship, ada sebuah hadits dalam literatur Islam
yang bisa kita petik pelajaran kebijaksanaan dalam mengelola usaha dan bermanfaat bagi
lingkungan sosialnya. Al-Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya
Rasulullah S.A.W. bersabda:

Ketika seorang laki-laki berada di sebuah tanah lapang yang sunyi, dia mendengar
sebuah suara di angkasa, “Berilah air pada kebun si Fulan!” Awan itu pun bergerak lalu
mencurahkan airnya di satu bidang tanah yang berbatu hitam. Ternyata saluran air dari
beberapa buah jalan air yang ada telah menampung air tersebut seluruhnya. Dia pun
mengikuti air itu. Ternyata dia sampai kepada seorang pria yang berdiri di kebunnya sedang
mengubah aliran air dengan cangkulnya.

Laki-laki tadi berkata kepadanya, “Wahai hamba Allah, siapa namamu?”


Petani itu menjawab, “Nama saya Fulan.” Dia menyebutkan nama yang tadi didengar oleh
lelaki pertama dari angkasa.

Si petani bertanya kepadanya, “Wahai hamba Allah, mengapa Anda menanyakan nama
saya?”
Kata lelaki itu, “Sebetulnya, saya tadi mendengar sebuah suara di awan yang airnya baru
saja turun dan mengatakan, ‘Berilah air pada kebun si Fulan!’ menyebut nama Anda.
Apakah yang Anda perbuat dengan kebun ini?”

Petani itu berkata, “Baiklah, kalau Anda mengatakan demikian. Sebetulnya, saya selalu
memerhatikan apa yang keluar dari kebun ini, lalu saya menyedekahkan sepertiganya,
sepertiga berikutnya saya makan bersama keluarga saya, dan sepertiga lagi saya kembalikan
(untuk modal cocok tanam)….”

Dengan sanad hadits ini juga, dari Wahb bin Kaisan sampai kepada Abu Hurairah ra,
tetapi (dalam riwayat ini) petani itu berkata, “Saya mengalokasikan sepertiganya untuk orang
miskin, peminta-minta, dan para perantau (ibnu sabil).”

Perhatikanlah bagaimana Allah menggiring rezeki untuk manusia, binatang ternak,


burung-burung, tanah, dan gunung-gunung, kemudian rezeki itu sampai kepadanya karena
besarnya kebutuhan mereka, pada waktu-waktu yang telah ditentukan.

4
Perhatikanlah bagaimana Allah menundukkan angin agar menggiring awan sampai turun
hujan. Di dalam hadits ini dijelaskan keutamaan sedekah dan berbuat baik kepada orang
miskin dan ibnu sabil. Dijelaskan pula keutamaan seseorang makan dan memberi nafkah
kepada keluarga dari hasil usahanya sendiri. Di sini, petani itu memisahkan sepertiga
hartanya untuk keluarga, sepertiga yang kedua untuk sedekah, dan sepertiga berikutnya untuk
modal menanam lagi.
Dari hadits di atas dapat diambil pelajaran bahwa apapun yang kita usahakan dan kita
berikan kepada lingkungan akan mendapat imbal balik dari lingkungan sekitar kita pula yang
setimpal. Jadi apabila kita memberikan nilai positif kepada lingkungan sekitar maka nilai
positif itu akan kembali kepada diri sendiri, begitu pula sebaliknya, hal ini
adalah sunnatullah. Istilah tersebut mungkin mirip dengan istilah dalam Hindu yang sering
disebut "hukum karma", atau istilah lain di masyarakat umum disebut hukum alam.

Pengertian Social Entrepreneur


Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari kewiraushaan. Gabungan
dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan, dan entrepreneurship yang aritnya
kewirausahaan. Pengertian sederhana dari social entrepreneur adalah seseorang yang
mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk
melakukan perubahan sosial (Social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan
(welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare) (Santosa,2007).

Kamus Oxford mengartikan kata entrepreneur sebagai “seseorang yang bertanggung


jawab atas sebuah bisnis dengan memikul resiko untung atau rugi”. Entrepreneur dapat
digolongkan kedalam dua kelompok, yaitu :

1. Bussines Entrepreneur, keuntungan yang diperoleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi


usaha.
2. Social entrepreneur, keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya)
diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan “masyarakat berisiko”.

Namun dalam tren global, dikotomi semacam itu kian kabur, sebab mereka (bussines
entrepreneur dan social entrepreneur) sesungguhnya berbicara dalam bahasa yang sama,
yaitu inovasi, manajemen, efektivitas, mutu, dan kompetensi.

Social entrepreneur adalah orang-orang yang berupaya menciptakan perubahan positif


atas persoalan yang menimpa masyarakat, masalah pendidikan, masalah kesehatan, atas

5
masalah ekonomi. Menariknya, kewirausahaan sosial belakangan terbukti kian mampu
menyelesaikan berbagai macam persoalan tersebut.

Masyarakat social entrepreneur adalah mereka yang berjuang merajut hidup demi dan
atas nama kemaslahatan sosial. Mereka berikhtiar membentangkan serangkaian tindakan
untuk membentu penciptaan masyarakat sosial yang makmur dan bermartabat.

Kemampuan – kemampuan yang harus dimiliki untuk menjadi entrepreneur adalah :

1. Kemampuan yang inovatif


2. Toleransi terhadap suatu prinsip yang berbeda
3. Keinginan untuk berprestasi
4. Kemampuan yang mempunyai perencanaan yang realistis
5. Kepemimpinan yang berorientasi pada tujuan
6. Objekfitas
7. Tanggung jawab
8. Kemampuan berdaptasi
9. Tingkat komitmennya tinggi
10. Kemampuan sebagai pemodal
11. Kemampuan menganalisa

Tipe – tipe kemampuan yang dibutuhkan entrepreneur :


1. Kemampuan Entrepreneur seseorang :

 Mempunyai disiplin
 Percaya diri
 Berani memulai
 Inovator
 Perubahan
 Teguh / Pantang Menyerah
 Visi
 Kemampuan untuk memimpin
 Network building
 Mempunyai tim

6
 Inter personal

2. Bisnis Management Skill :

 Berani membuat keputusan


 Human person
 Marketing / Pemasaran
 Accounting / Akutansi
 Management
 Kontrol
 Negosiasi
 Pengembangan usaha
 Pengembangan management

Secara luas, kita dapat mengatakan bahwa social entrepreneurship merupakan istilah dari
segala bentuk aktivitas yang bermanfaat secara sosial. Entrepreneur sosial adalah orang -
orang yang mampu menciptakan sesuatu yang dapat mempengaruhi paradigma dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam kepentingan nirlaba maupun prolaba, entrepreneur
sosial bergerak dengan tujuan menyelesaikan masalah sosial.
Social entrepreneurship atau kewirausahaan social merupakan suatu usaha/bisnis yang
dibuat oleh orang kemungkinan besar dibidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan
dibidang lain yang membutuhkan manusia. Menurut J. Gregory Dees kewirausahaan sosial
menggabungkan semangat misi sosial dengan citra disiplin bisnis seperti, inovasi, dan
penetapan umumnya yang terkait.
Seorang wirausahawan social berbeda dengan seorang wirausaha bisnis karena
entrepreneur social bukan hanya untuk mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga merubah
masyarakat menjadi lebih baik. Jadi yang terpenting adalah factor sosialnya yaitu masyarakat.
Seorang entrepreneur social sangat memperhatikan dampak apa yang akan terjadi bukan
pada penciptaan kekayaan. Kekayaan hanya sarana untuk mencapai tujuan bagi para
pengusaha sosial. Namun pada seorang wirasuaha bisnis yang selalu dituntut oleh pasar untuk
menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka peroleh dari hasil usaha sebagai
ukuran keberhasilan mereka.

7
Menurut Karen Braun , wirausahawan sosial adalah seseorang yang mengenali masalah
sosial dan menggunakan strategi kewirausahaan untuk memberanikan diri menghadapi risiko
sebagai pemimpin perubahan sosial ke arah positif.
Social Entrepreneurship tersusun atas dasar 3 aspek:
1. Voluntary Sector bersifat suka rela.
2. Public Sector menyangkut kepentingan publik bersama.
3. Private Sector adalah unsur pribadi atau individual yang bersangkutan, bisa termasuk
unsur kepentingan profit.

2.2 Karakteristik Social Entrepreneur

Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur menurut Borstein (2006) dijelaskan


sebagai berikut:
1. Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalah masalah
kemasyarakatan sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan yang sangat
kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.
2. Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur, konsultan
manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
3. Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan
baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan
misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-orang yang sungguh-
sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan
gagasannya sejauh mereka mampu.
4. Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus
memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
5. Orang yang memajukan perubahan sistemik: bagaimana mereka mengubah pola
perilaku dan pemahaman.
6. Pemecah masalah paling kreatif.
7. Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang
jauh lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat
inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.

8
8. Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalahmasalah yang
telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang ada.
9. Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan) dan terdorong untuk
menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
10. Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan memilih keterlibatan yang lebih
produktif.

Ditambahkan lagi oleh Emerson (dalam Nicholls 2006) juga mendefinisikan tipe dari
pelaku social entrepreneurship, yakni:

1. Civic innovator (Inovator dari kalangan sipil)


2. Founder of a revenue generating social enterprise (Pendiri social enterprise yang
mampu meningkatkan penerimaan)
3. Launcher of a related revenue generating activity to create a surplus to support
social vision. (Para aktor yang melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan
peningkatan penerimaan yang menciptakan surplus untukmendukung visi sosial).

2.3 Tantangan Implementasi Social Entrepreneur

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh Social Entrepreuners antara lain adalah
masalah pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin dimasa mendatang yang menyadari
tentang pentingnya social entrepreneurship, dan kurangnya insentif yang diberikan oleh
pemerintah untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial. Oleh
karena itu Social Entrepreneurs harus didukung oleh Social Investor agar inovasinya dapat
diwujudkan(Kusumah,2011).
Tetapi haruslah disadari bahwa Social Entrepreneurship bukanlah satu-satunya obat
untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi, karena dalam kenyataannya sangat
dipengaruhi oleh kerangka dan struktur perekonomian yang berlaku di suatu negara. Namun
seharusnya muncul keberanian untuk mulai membentuk change makers sehingga setiap setiap
individu harus diupayakan untuk dapat menjadi change maker di lingkunganya (Kusumah,
2011). Lebih lanjut Austin dkk (dalam Nicholls. 2006) mengemukakan sejumlah tantangan
perusahaan dalam menjalankan Corporate Social Entrepreneurship, yaitu: Leadership;
dengan tiga dimensi penting yaitu :

9
 Visi, pemimpin harus memiliki visi dimana dimensi sosial merupakan pusat dan
bagian integral dari kehidupan perusahaan
 Legitimasi, pemimpin harus menciptakan lingkungan internal yang tepat dan sesuai
harapan dari proses Social Entrepreneurship diperusahaan
 Pemberdayaan, pemimpin harus memberi peluang pemimpin dan agen
perubahanlainnya di perusahaan agar mampu membangun dan memutuskan suatu
proses.

1. Strategy; dengan tiga elemen untuk Social Entrepreneurship di perusahaan, yaitu:

 Alignment, dimensi sosial dan dimensi bisnis dalam strategi perusahaan harus seiring
satu sama lainnya.
 Leveraging core competencies, fokus pada menemukan upaya kreatif dalam
memobilisasi dan menyebarluaskan aset kunci perusahaan, komponen keberhasilan
bisnis, sehingga akan tercipta hubungan nilai sosial dan bisnis yang berlipat ganda
untuk terciptanya nilai ekonomi dan sosial yang lebih besar lagi.
 Partnering, bermitra dan menciptakan aliansi dengan entitas usaha lainnya akan lebih
memperkuat proses Socio Enteprenurship di perusahaan.

2. Structures; struktur yang dibuat harus mengikuti strategi yang dipilih,


sehingga Corporate Social Entrepreneur harus membuat bentuk organisasi yang
inovatif dalam perusahaan dalam rangka memajukan dimensi sosial baru.

3. Systems; sistem yang dibuat harus mengikuti struktur, sehingga CSE dapat
membentuk seperangkat sistem yang:
 Meningkatkan pembelajaran mengenai proses pembuatan keputusan mengenai
dimensi sosial dan ekonomi;
 Memungkinkan eksekusi yang efektif
 Suatu proses efektifitas komunikasi nilai-nilai ekonomi dan sosial

Bagi social entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya)


diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan "masyarakat berisiko".Tantangan paling krusial

10
dan paling mendesak untuk dipecahkan adalah bagaimana mencetak entrepreneur itu sendiri.
Sosiolog David McClelland menyebut, bila ingin menjadi negara maju, maka 2 persen warga
harus menjadi entrepreneur, dengan rumus; satu orang wirausaha member pekerjaan kepada
8 orang lainnya.
seseorang yang dapat melihat tantangan sebagai peluang dan memperjuangan penciptaan
nilai multidimensi dalam setiap bentuk usaha mereka. 2% telah menjadi patokan banyak
orang mengenai jumlah entrepreneur di Indonesia. Stereotip yang memaku pikiran kita dan
menantikan berjuta perusahaan besar yang akan menciptakan lapangan kerja raksasa bagi
masyarakat Indonesia. Perusahaan besar yang akan menambah jumlah buruh dan pekerja,
dari perbudakan modern hingga proletarisasi. Menganggap kaum proletariat akan selamanya
menjadi objek yang butuh lapangan pekerjaan dan hidup mengabdi pada perusahaan besar
selamanya tanpa suksesi yang berarti.Tidak bisa kita pungkiri, meski dalam pengertian
positif, jiwa entrepreneur telah terbentuk dengan sifat dasar inovatif, penuh akal, praktis, dan
oportunis.
Masalah sosial adalah tantangan bagi mereka yang memiliki jiwa gabungan, entrepreneur
dan kepedulian sosial. Merekalah yang akan memperjuangkan nilai multidimensi (sosial,
ekonomi, lingkungan) di setiap aspek yang mereka tekuni. Potensi besar yang akan
menciptakan perubahan. Kemampuan mereka menganalisis kondisi akan sangat berguna
untuk menciptakan keharmonisan bagi dunia. Kemampuan dan tindakan yang dilakukan oleh
seorang entrepreneur sosial.
Potensi tersebut yang di tahun 1998 dirangkum dan dikembangkan oleh Profesor Klaus
Scwab (Pendiri dan komisaris eksekutif World Economic Forum) ketika mendirikan Scwab
Foundation for Social Entrepreneurship. Usaha serupa juga telah dilakukan oleh Ashoka serta
Muhammad Yunus dengan Grameen Group yang dimulai di tahun 1974. Segala usaha
tersebut yang berjasa menyebarkan dan menegaskan istilah entrepreneur sosial yang bahkan
hingga tahun 1998 belum ada di kamus bahasa Perancis dan Jerman.
Secara luas, kita dapat mengatakan bahwa social entrepreneurship merupakan istilah dari
segala bentuk aktivitas yang bermanfaat secara sosial. Entrepreneur sosial adalah orang -
orang yang mampu menciptakan sesuatu yang dapat mempengaruhi paradigma dan
memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam kepentingan nirlaba maupun prolaba, entrepreneur
sosial bergerak dengan tujuan menyelesaikan masalah sosial.
Pada intinya, entrepreneur yang hanya menciptakan kapitalisme baru, termasuk
didalamnya technopreneur dan creativepreneur tanpa tujuan sosial, hanya akan menambah

11
riwayat panjang yang menjebak rakyat terhadap pencarian kerja, tanpa sedikitpun mendapat
kesempatan menjadi aktor dalam peningkatan ekonomi negara.
Social entrepreneurship atau kewirausahaan social merupakan suatu usaha/bisnis yang
dibuat oleh orang kemungkinan besar dibidang pendidikan, kesehatan, lingkungan dan
dibidang lain yang membutuhkan manusia. Menurut J. Gregory Dees kewirausahaan sosial
menggabungkan semangat misi sosial dengan citra disiplin bisnis seperti, inovasi, dan
penetapan umumnya yang terkait.
Seorang wirausahawan social berbeda dengan seorang wirausaha bisnis karena
entrepreneur social bukan hanya untuk mendapatkan suatu keuntungan tetapi juga merubah
masyarakat menjadi lebih baik. Jadi yang terpenting adalah factor sosialnya yaitu masyarakat.
Seorang entrepreneur social sangat memperhatikan dampak apa yang akan terjadi bukan
pada penciptaan kekayaan. Kekayaan hanya sarana untuk mencapai tujuan bagi para
pengusaha sosial. Namun pada seorang wirasuaha bisnis yang selalu dituntut oleh pasar untuk
menghasilkan seberapa besar nilai tambah yang mereka peroleh dari hasil usaha sebagai
ukuran keberhasilan mereka.
Jika banyak dari perusahaan-perusahaan yang memberikan charity (bantuan), maka
wirausahawan sosial menggantikan bantuan jangka pendek dengan solusi bantuan yang
berkelanjutan.Ia lebih kepada memberdayakan masyarakat Entrepreneur social melakukan
kewirausahannya yang diawali dengan gagasan, kepekaan mereka terhadap masalah social
yang berada disekitar mereka sehingga menghasilkan sebuah gagasan yang terkadang tidak
dipikirkan oleh orang lain.Usaha mereka melibatkan masyarakat dan masyarakat sekitarnya
mendapat pengaruh dari apa yang seorang entrepreneur social usahakan. Seorang
entrepreneur Social melakukan usaha mereka berdasarkan tanggung jawab mereka terhadap
lingkungannya dimaksudkan agar usaha yang mereka lakukan dapat membawa perubahan
yang baik bagi lingkungannya.
Seorang entrepreneur social memainkan peran agen-agen perubahan di sektor sosial,
seperti:
 Mengadopsi misi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai sosial (tidak
hanya nilai pribadi),
 Mengenali dan terus-menerus mengejar peluang baru untuk melayani misi (social)
tersebut.
 Terlibat dalam proses inovasi yang berkelanjutan, adaptasi, dan belajar.
 Bertindak berani tanpa dibatasi oleh sumber daya yang dimiliki saat ini, dan

12
 Menunjukkan rasa akuntabilitas yang tinggi kepada konstituen yang dilayani dan
sumberdaya yang bekerja sama
Seorang entrepreneur social adalah reformis dan revolusioner, tapi dengan misi
sosial. Mereka melakukan perubahan mendasar dalam sektor sosial. Visi mereka yang
terpenting. Mereka mencari penyebab masalah, bukan hanya mengobati gejala. Mereka
berusaha untuk menciptakan perubahan sistemik dan perbaikan berkelanjutan. Meskipun
mereka dapat bertindak secara lokal, tindakan mereka memiliki potensi untuk merangsang
perbaikan global di arena yang mereka pilih, apakah itu adalah pendidikan, perawatan
kesehatan, pembangunan ekonomi, lingkungan, seni, sektor atau bidang sosial lainnya.

2.4 Peran Social Entrepreneur Bagi Masyarakat

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh Social Entrepreuners antara lain adalah
masalah pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin dimasa mendatang yang menyadari
tentang pentingnya social entrepreneurship, dan kurangnya insentif yang diberikan oleh
pemerintah untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak dibidang sosial. Oleh
karena itu Social Entrepreneurs harus didukung oleh Social Investor agar inovasinya dapat
diwujudkan (Kusumah, 2011).
Tetapi haruslah disadari bahwa Social Entrepreneurship bukanlah satu-satunya obat
untuk mengatasi permasalahan sosial yang dihadapi, karena dalam kenyataannya sangat
dipengaruhi oleh kerangka dan struktur perekonomian yang berlaku di suatu negara. Namun
seharusnya muncul keberanian untuk mulai membentuk change makers sehingga setiap setiap
individu harus diupayakan untuk dapat menjadi change maker di lingkunganya (Kusumah,
2011). Lebih lanjut Austin dkk (dalam Nicholls. 2006) mengemukakan sejumlah tantangan
perusahaan dalam menjalankan Corporate Social Entrepreneurship, yaitu: Leadership;
dengan tiga dimensi penting yaitu :

 Visi, pemimpin harus memiliki visi dimana dimensi sosial merupakan pusat dan
bagian integral dari kehidupan perusahaan
 Legitimasi, pemimpin harus menciptakan lingkungan internal yang tepat dan sesuai
harapan dari proses Social Entrepreneurship diperusahaan

13
 Pemberdayaan, pemimpin harus memberi peluang pemimpin dan agen
perubahanlainnya di perusahaan agar mampu membangun dan memutuskan suatu
proses.

1. Strategy; dengan tiga elemen untuk Social Entrepreneurship di perusahaan, yaitu:


 Alignment, dimensi sosial dan dimensi bisnis dalam strategi perusahaan harus seiring
satu sama lainnya.
 Leveraging core competencies, fokus pada menemukan upaya kreatif dalam
memobilisasi dan menyebarluaskan aset kunci perusahaan, komponen keberhasilan
bisnis, sehingga akan tercipta hubungan nilai sosial dan bisnis yang berlipat ganda
untuk terciptanya nilai ekonomi dan sosial yang lebih besar lagi.
 Partnering, bermitra dan menciptakan aliansi dengan entitas usaha lainnya akan lebih
memperkuat proses Socio Enteprenurship di perusahaan.

2. Structures; struktur yang dibuat harus mengikuti strategi yang dipilih,


sehingga Corporate Social Entrepreneur harus membuat bentuk organisasi yang
inovatif dalam perusahaan dalam rangka memajukan dimensi sosial baru.

3. Systems; sistem yang dibuat harus mengikuti struktur, sehingga CSE dapat
membentuk seperangkat sistem yang:
 Meningkatkan pembelajaran mengenai proses pembuatan keputusan
mengenai dimensi sosial dan ekonomi;
 Memungkinkan eksekusi yang efektif
 Suatu proses efektifitas komunikasi nilai-nilai ekonomi dan sosial

14
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

jika kita memperjelas definisi dan meluaskan pandangan, social entrepreneurship


telah mencakup segala bidang yang dapat diaplikasikan dan bermanfaat bagi setiap manusia.
Teknologi, seni, dan ilmu pengetahuan apapun dapat menjadi pembangun negeri jika
dipertemukan oleh para entrepreneur dengan kepedulian sosial, sociopreneur. Solusi yang
perlu dikembangkan oleh generasi muda yang sadar akan perkembangan dunia. Solusi yang
siap dikembangkan di Indonesia dengan segala sumber daya yang mendukung pembangunan.
Socio entrepreneur memiliki tujuan menciptakan nilai sosial bagi pelanggan perlu mendapat
dukungan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta maupun akademisi. Socio entrepreneur
sangat bermanfaat dan akan selalu dibutuhkan masyarakat luas dalam menanggulangi
permasalahan sosial yang selama ini masih terkesan terabaikan. Melalui kegiatan socio
entrepreneur diharapkan kesejahteraan masyarakat baik dibidang ekonomi, pendidikan
maupun kesehatan meningkat secara signifikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Borstein, D. (2006). How to change the world. Socio entrepreneurs and the power of new
ideas.

Dees, J.G. (1998). The meaning of “Socio Entrepreneurship”. Fitriati, R. Socio


entrepreneurship-kewirausahaan social. Presentasi FISIP UI. Hulgard, L.
(2010).Discourses of socio entrepreneurship-variations of the same theme? EMES
European Research Network 2010

Kusumah, H. M. (2011). Social-entrepreneurship: Membangun Negara dan Menyejahterakan


Bangsa.

Mort, G.S., & Weerawardena, J. (2003). Socio entrepreneurship: Toward conceptualisation.


International Journal of Nonprofit and Voluntary Sector Marketing. Vol.8,1, pg.76
Jurnal Manajemen, Vol.11, No.1, November 2011; Universitas Kristen Maranatha,
ISSN 1411-9293 7

Nicholls, A. (2006). Playing the Field: A New Approach to the Meaning of Social
Entrepreneurship. Social Enterprise Journal, 2.1, pp. 1–5; Santosa, S.P. (2007). Peran
socio entreprenurship dalam pembangunan. Makalah dipaparkan dalam acara dialog “
Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju Indonesia Yang Inovatif, Inventif dan
Kompetitif” diselenggarakan oleh Himpunan IESPFE-Universitas Brawijaya Malang,
14 Mei 2007.

16

Anda mungkin juga menyukai