Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“Konsep Aspek Operasional Dalam Bisnis”

Disususn untuk memenuhi mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis


Dosen Pengampu : Uly Mabruroh Halida, M.E

Disusun Oleh :

Muhammad Wildan Firdausi (21383021029)

Iqma Nuriyana (21383022020)

Putri Aprilia Rahayu (21383022034)

Refadatul Annika (21383022116)

Kelas : C

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayahnya,
sehinngga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Aspek
Operasional Dalam Bisnis” dengan selesai dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Bisnis. Dan makalah ini bertujuan untuk menambah
wawasan kita mengenai manajemen sumber daya manusia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Uly Mabruroh, M.E selaku dosen yang
telah memberikan tugas ini dan telah membimbing kami sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran dan materinya. Penulis sangat
berharap semoga makalah ini bisa pembaca praktekkan di dalam kehidupan sehari – hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Pamekasan, 07 Maret 2023

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Aspek Operasional ........................................................................................ 3

B. Tujuan Aspek Operasional .............................................................................................. 4

C. Merencanakan Produk .................................................................................................... 6

D. Perencanaan Kebutuhan Material ................................................................................. 10

E. Lokasi Distribusi ........................................................................................................... 13

F. Model-model Penilaian Lokasi ........................................................................................ 14

G. Pengendalian Produksi .................................................................................................. 15

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 17

A. Kesimpulan ................................................................................................................... 17

B. Saran ............................................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi aspek ini penting sebelum sebuah bisnis dapat dijalankan, karena
sangat teknis / operasional, dan dapat berakibat fatal di masa depan jika tidak
dianalisis. Dalam perusahaan jasa berbeda arti aspek ini terhadap perusahaan
manufaktur. Di zaman perdagangan e-commerce saat ini bagaimana pemahaman
dalam aspek ini. Apakah perlu layout tempat? Produksi peralatan pabrik kecil maupun
ringan. Jawabnnya adalah penyesuaian aspek teknis tersebut. Jika dalam bidang jasa
seperti perhotelan, sekolah sampai bisnis UKM (Salon, toerba mini, cafe, dan
sejenisnya). Penyesuaian aspek ini perlu dilakukan. Teori-teori yang akhirnya menjadi
jawabn aspek ini patut dipertimbangkan Ada beberapa hal yang perlu dilakukan di
bidang ini, termasuk penentuan lokasi, ruang lingkup produksi, lay-out, tata letak
peralatan pabrik dan proses produksi termasuk pemilihan teknologi, metode
persediaan, dan sistem informasi manajemen.

Aspek teknis / operasional dari studi ini sangat tergantung pada jenis
pekerjaan yang dilakukan. Dengan demikian analisis ini dilakukan untuk menilai
kesiapan perusahaan untuk melakukan bisnisnya dengan menilai akurasi lokasi, area
produksi dan lay-out serta kesiapan mesin dan teknologi, metode inventaris dan
sistem informasi manajemen yang akan digunakan. Istilah operasional umumnya
mengacu pada kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa dan merupakan fungsi
inti dari setiap perusahaan. Dalam praktiknya, fungsi operasi sangat dibutuhkan
seperti halnya fungsi lainnya, seperti fungsi finansial dan pemasaran. Dalam sistem
operasi ada input yang energi, material, tenaga kerja, modal, dan informasi. Semua
input ini ditransformasikan menjadi barang dan / atau jasa melalui teknologi proses,
yang merupakan metode spesifik yang digunakan untuk mentransformasikannya.
Perubahan teknologi akan mengubah cara satu input (input) digunakan di atas yang
lain, dan tentu saja produk (output) dapat diubah. Jenis input yang digunakan dalam
perusahaan / industri dengan perusahaan / industri lain tentu berbeda. Operasi dalam
industri sepeda motor memerlukan input dalam bentuk modal dan energi untuk mesin,
fasilitas dan peralatannya, tenaga kerja untuk mengoperasikan dan memelihara
1
peralatan dan bahan untuk dikonversi dari bahan baku menjadi bahan baku.
Sementara beroperasi di industri jasa seperti e-commerce membutuhkan input dalam
bentuk modal untuk penyediaan sistem informasiyang handal, tenaga kerja yang
sangat terlatih (dibidang digital temasuk marketing dan keunagnnyal), tenaga kerja
reguler, dan sejumlah strategi digital marketing dan permodalan lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aspek Operasional ?

2. Apa Saja Tujuan Aspek Operasinal ?

3. Bagaimana Strategi dalam Merencanakan Produk ?

4. Jelaskan Bagaimana Perencanaan Kebutuhan Material ?

5. Bagaimana menentukan letak lokasi ?

6. Apa saja model model penilaian lokasi ?

7. Bagaimana cara pengendalian produk ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian Aspek Operasional

2. Untuk mengetahui Tujuan Aspek Operasinal

3. Untuk mengetahui Strategi dalam Merencanakan Produk

4. Untuk mengetahui Perencanaan Kebutuhan Material

5. Untuk mengetahui menentukan letak lokasi

6. Untuk mengetahui model model penilaian lokasi

7. Untuk mengetahui cara pengendalian produk

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Aspek Operasional
Aspek operasi atau teknis juga disebut sebagai aspek produksi. Hal yang perlu
diperhatiakan dalam aspek ini meliputi masalah penentuan lokasi, luas produksi, tata
letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk
pemilihan teknologi.1

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah masalah penentuan
lokasi, luas produksi, tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses
produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat
tergantung dari jenis usaha yang akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki
prioritas tersendiri.

Jadi, analisis dari aspek operasi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan
dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi dan
layout serta kesiagaan mesin – mesin yang akan digunakan.Penentuan lokasi misalnya
perlu dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Pemilihan lokasi terdiri untuk kantor pusat, cabang, gudang dan pabrik. Dalam
kaitannya dengan studi kelayakan bisnis hal yang paling kompleks dan rumit adalah
penentuan lokasi pabrik, mengingat banyaknya pertimbangan yang harus
diperhitungkan sebelum suatu lokasi pabrik diputuskan. Pertimbangannya adalah
apakah dekat bahan baku atau dekat pasar atau dekat konsumen. Kemudian, dalam
melakukan pertimbangan adalah faktor biaya yang harus dikeluarkan untuk suatu
lokasi. Penilaian lokasi pabrik nantinya dapat dilakukan dengan hasil penilaian value,
perbandingan biaya, atau analisis ekonomi (economic analysis). Tergantung dari
keingian pihak yang melakukannya.

1
Sunarji Harahap, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara : FEBI UIN-SU Press,
September 2018) hal.141

3
B. Tujuan Aspek Operasional
Secara umum tujuan yang hendak di capai dalam penilaian aspek teknis adalah
sebagai berikut:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.

2. Agar peruasahaan dapat menetukan layout yang sesuai dengan proses produksi

3. Yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik


dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan
dimasa yang akan datang.

Schroeder (2013) memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan produksi dan


operasi pada 3 hal yaitu:

1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa.

2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa.

3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen


operasi.

Keputusan yang diambil oleh sebuah organisasi mengenai produk yang


ditawarkan mempunyai dampak penting terhadap kinerja perusahaan. Sebagian
keputusan bisnis mempunyai dampak yang cukup luas, misalnya pilihan mengenai
produk baru dan pengembanganpengembangan produk.

Keputusan-keputusan seperti ini menyentuh setiap bidang fungsional dan


mempengaruhi segala lapisan organisasi. Ada empat macam pengambilan keputusan
yang sering dihadapi dalam manajemen operasional.

1. Peristiwa yang Pasti (Certainty)

2. Peristiwa Tidak Pasti (Uncertainty)

4
3. Peristiwa dengan Risiko (Under Risk)

4. Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga (Institutional Conflict)

Pola pengambilan keputusan umumnya seperti diuraikan pada gambar di atas ini.
Data yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di
dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalui prosedur untuk
dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang diperoleh akan merupakan kumpulan
alternatif kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Produksi biasanya timbul setelah dilakukan riset atau penelitian terhadap


konsumen, produk apa yang sedang diinginkan konsumen serta sesuai dengan
kebutuhan. Perencanaan dan pengembangan produk pada hakikatnya adalah meliputi
berbagai macam aktivitas marketing dan hal tersebut merupakan sebuah fungsi yang
berorientasi pada konsumen. misalnya Hewlett - Packard (HP) adalah perusahaan
pembuat komputer terbesar pertama yang melaksanakan strategi bersaing di zaman
komputer baru tahun 1990-an. Manajemen perusahaan ini melaksanakan strategi
ganda yakni memperkenalkan perbaikan produk dan penekanan biaya melalui skala
ekonomi. perusahaan ini mempunyai strategi produk yang telah sukses di pasar
komputer yang sangat kompetitif. Perusahaan yang memproduksi komputer ini tetap
memberi kepuasan kepada konsumennya dengan produk-produk inovatif bermutu
tinggi, terus-menerus meningkatkan citra mereknya yang kuat, dan secara efektif
mengelola cara kerja semua lini, komputer mini,printer, serta perangkat perangkatnya.

Analisis dalam aspek produksi adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam
menjalankan usahanya dengan menilai ketetapan lokasi dan layout serta kesiagaan
mesin yang digunakan. Menurut Kasmir (2003) Tujuan yang hendak dicapai dalam
penilaian aspek produksi adalah:

1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat.

2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi
yang dipilih, sehingga memberikan efisiensi.

3. Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang tepat dalam menjalankan


produksinya.

5
4. Agar perusahaan dapat menentukan metode perusahaan yang paling baik.

5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga karja yang dibutuhkan sekarang dan di
masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Purba (2002) studi aspek produksi dalam studi kelayakan
bisnis dilakukan untuk menjawab pertanyaan: “Apakah proyek mampu untuk
menghasilkan produk setiap tahun sesuai dengan permintaan pasar selama umur
proyek ditinjau dari segi kuantitas, kualitas, kontinuitas, maupun harga “.2

C. Merencanakan Produk
Merencanakan produk tidaklah mudah, selain dimulai dari awal berpikir
kreatif dan invovatif, sekaligus melihat keinginan pasar bukanlah perkerjaan yang
mudah. Era industri 4.0 ditandai dengan munculnya produk-produk terbarukan seperti
kecerdasan buatan yang sering dimanfaatkan bisnis digital, sampai era robotic yang
sudah mendekati bisnis UKM. Wirausahawan harus memikirkan kualitas produk
tergantung pada berbagai aspek termasuk desainnya. Sebelum merencanakan desain
atau kualitas produk, untuk ukuran rencana produk yang paling sederhana pun kita
perlu tahu atribut produk yang mana: bentuk produk, warna, kemasan, merek, label,
prestise perusahaan, layanan perusahaan, dan sebagainya. Atribut produk selalu
memiliki 2 aspek yaitu aspek berwujud yaitu aspek teknis tercermin dalam bentuk
fisik produk dan aspek tidak berwujud dari aspek sosial dan budaya, tercermin dalam
respons masyarakat terhadap penggunaan produk.3 Dalam merencanakan produk yang
akan diproduksi, penting untuk mencatat beberapa hal:

a. Atribut Produk

Aspek nyata produk terkait dengan kemampuan teknis produk, seperti


pengawetan sepeda motor, selera musik, selera makanan, dan sebagainya. Aspek
non-teknis adalah aspek intangible persepsi konsumen terhadap suatu produk
tertentu.

2
Sunarji Harahap, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara : FEBI UIN-SU Press,
September 2018) hal.141-143
3
T. Syahril Daoed dan Muhammad Amri Nasution, Studi Kelayakan Bisnis (Teori dan Aplikasi Keuangan
Dalam Bisnis) (Medan : Undhar Press, Maret 2021) hal.86

6
b. Posisi Produk

Ini adalah persepsi konsumen tentang posisi produk yang ditawarkan


perusahaan kepada mereka. Ada produk yang menguntungkan dan ada produk
yang tidak disukai konsumen, ini dapat dianalisis menggunakan "Analisis Posisi
Produk". Analisis ini mengidentifikasi faktor penentu utama kepemilikan
konsumen atas suatu produk. Dalam menentukan posisi produk, manajemen harus
memperhatikan produk lain, terutama produk potensial. Penempatan produk yang
tepat akan memberi Anda gambaran tentang posisi produk yang dipasarkan dalam
peta persaingan dengan produk lain, serta menjelaskan kekuatan dan kelemahan
produk dibandingkan dengan pesaingnya.

c. Siklus Hidup Produk

Setiap produk akan jatuh ke dalam harapan hidup yang berbeda. Beberapa
produk jangka panjang, beberapa sangat pendek. Produkmodis memiliki siklus
hidup yang singkat. Jadi siklus hidup produk adalah siklus hidup produk dari waktu
itu dirilis oleh perusahaan untuk membenci konsumen. siklus produk dibagi
menjadi 4 fase, termasuk:

 Tingkat Pendahuluan

Pada tahap penjualan ini perusahaan masih sangat lambat, keuntungan masih
rendah dan kadang-kadang rugi, karena sangat sulit untuk memperkenalkan
produk baru kepada konsumen.

 Tingkat Pertumbuhan

Tahap ini merupakan kelanjutan dari fase pengantar yang sukses. Level ini
ditandai oleh fitur-fitur berikut:

- Tingkat keuntungan tinggi.

- Harga tetap atau naik.

- Biaya promosi ditetapkan atau sedikit ditingkatkan untuk

7
- menghadapi pesaing.

- Penjualan meningkat tajam.

- Biaya produksi per unit berkurang.

 Tingkat Kematangan

Tahap ini merupakan masa kejenuhan di mana konsumen sudah bosan,


sehingga sulit untuk meningkatkan penjualan produk. Ini tercermin dalam
garis siklus yang belum pernah terjadi sebelumnya.

 Tingkat Penurunan

Pada tahap ini publik tidak lagi tertarik pada produk dan penjualan
akan menurun tajam. Ada beberapa alasan mengapa penjualan pada fase ini
turun:

- Faktor-faktor kemajuan teknologi.

- Faktor-faktor yang mengubah selera konsumen.

- Faktor-faktor dalam kompetisi di dalam dan luar negeri.

d. Portofolio Produk

Portofolio produk adalah situasi di mana perusahaan memiliki berbagai


macam produk yang diproduksi dan dipasarkan ke masyarakat umum. Dalam
analisis portofolio ini semua produk yang dipasarkan akan dianalisis bersama,
sehingga dari pasar produk tersebut, akan ada produk yang berada di satu posisi
dan yang lain di posisi yang berbeda.

Berikut akan disajikan perbedaaan karakteristik manufaktur dan jasa, sebelum


merencanakan produk kedua jenis tersebut. Dalam karakteristik manufaktur :

a. Produk yang dihasilkan dapat dilihat secara visual atau dalam bentuk.

b. Konsumen tidak memiliki peran dalam proses produksi perusahaan


manufaktur.

8
c. Konsumen dapat mengevaluasi suatu produk sebelum menggunakannya atau
setelah menggunakannya.

d. Untuk proses pengiriman ke konsumen, ini dapat dilakukan tanpa perlu kontak
fisik.

e. Ada ketergantungan konsumen pada produk yang ada.

Dengan demikian, produsen memiliki otoritas absolut untuk memasok barang


di pasar.

Karakteristik Jasa/ Layanan:

a. Tidak berwujud (tidak ada)

Layanan berbeda dari barang. Ketika suatu objek adalah objek, perangkat, atau
objek; maka layanan adalah tindakan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja, atau
upaya. Oleh karena itu, layanan tidak dapat dilihat, dirasakan, dibaui, didengar,
atau dirasakan sebelum dibeli dan dikonsumsi. Untuk pelanggan, ketidakpastian
dalam membeli layanan tinggi karena kualitas pencarian yang terbatas, yang
merupakan karakteristik fisik yang pembeli dapat evaluasi sebelum pembelian
dilakukan. Adapun layanan apa, kualitas apa dan bagaimana konsumen akan
merespons, umumnya tidak diketahui sebelum layanan dikonsumsi.

b. Ketidakterpisahan (tidak dapat dipisahkan)

Barang-barang umum diproduksi, kemudian dijual, dan dikonsumsi.


Sementara layanan umum pertama kali dijual, kemudian diproduksi dan
dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

c. Variabilitas / Heterogenitas (variabel)

Layanan adalah variabel dalam hal itu adalah keluaran yang tidak standar,
yang berarti banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan
dan di mana layanan diproduksi. Ini karena layanan melibatkan elemen manusia
dalam proses produksi dan konsumennya cenderung tidak dapat diprediksi dan
cenderung tidak konsisten dalam hal sikap dan perilaku mereka.

d. Daya tahan binasa (tidak tahan lama)


9
Layanan tidak tahan lama dan tidak bisa diselamatkan. Kursi pesawat kosong,
kamar hotel kosong, atau saluran telepon yang tidak digunakan akan hilang atau
hilang karena tidak dapat disimpan. Dan untuk berbagai layanan dapat
dikelompokkan sebagai berikut: Layanan Personalisasi,Layanan Keuangan,
Hiburan, dan Layanan Hotel.4

D. Perencanaan Kebutuhan Material


Perencanaan kebutuhan material (material requarment planning) adalah suatu
konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam
perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang
dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. MRP dapat
mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan manufaktur,
seperti teknik, produksi, dan pengadaan. Oleh karena itu, hal yang menarik dari MRP
tidak hanya fungsinya sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan, melainkan
keseluruhan peranannya dalam kegiatan perusahaan.

Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan dan


produksi dilakukan melalui pendekatan reaktif sebagai berikut:

a. Reorder point policy, di mana persediaan secara kontinu diawasi pengadaan


dilakukan apabila jumlah barang persediaan sudah sampai pada tingkat yang
ditentukan.

b. Periodic order cycle policy, di mana persediaan diawasi dan pada setiap periode
tertentu sejumlah barang ditambahkan agar jumlah persediaan tetap berada pada
tingkat persediaan yang telah ditentukan.5

MRP sangat bermanfaat bagi perencanaan kebutuhan material untuk


komponen yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh komponen lain. Sistem MRP
mengendalikan agar komponen yang diperlukan untuk kelancaran produksi dapat
tersedia sesuai dengan yang dibutuhkan.

4
T. Syahril Daoed dan Muhammad Amri Nasution, Studi Kelayakan Bisnis (Teori dan Aplikasi Keuangan
Dalam Bisnis) (Medan : Undhar Press, Maret 2021) hal.86-90
5
Sunarji Harahap, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara : FEBI UIN-SU Press,
September 2018) hal.146

10
a. Tujuan MRP

Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai


berikut:

1) Meminimalkan persediaan. Dengan menggunakan metode ini, pengadaan


(pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat
dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya
persediaan.

2) Mengurangi risiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman. MRP


mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi
jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun
pembelian komponen, sehingga memperkecil risiko tidak tersedianya bahan yang
akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.

3) Komitmen yang realistis. Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat


dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang
dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan
kepercayaan konsumen.

4) Meningkatkan efisiensi. MPR juga mendorong peningkatan efisiensi karena


jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat
direncanakan lebih baik sesuai dengan jadwal induk produksi.

b. Komponen MRP

Komponen MRP terdiri atas jadwal induk produksi, daftar material, dan
catatan persediaan.

1) Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi (master production schedule, MPS) merupakan


gambaran atas periode perencanaan dari suatu permintaan, termasuk peramalan,

11
backlog, rencana suplai/penawaran, persediaan akhir, dan kuantitas yang
dijanjikan tersedia (available to promise, ATP).

Ketetapan MPS bervariasi berdasarkan jangka waktu perencanaannya.


Perencanaan jangka pendek harus lebih akurat, mengingat biasanya berisi
pesanan yang sudah pasti (fixed order), kebutuhan distribusi pergudangan, dan
kebutuhan suku cadang. Semakin jauh jangka waktu perencanaan, ketepatan MPS
biasanya semakin berkurang.

2) Daftar Material

Definisi yang lengkap tentang suatu produk akhir meliputi daftar barang atau
material yang diperlukan bagi perakitan, pencampuran atau pembuatan produk
akhir tersebut. Setiap produk mungkin memiliki sejumlah komponen, tetapi
mungkin juga memiliki ribuan komponen. Setiap komponen sendiri dapat terdiri
atas sebuah barang (item) atau berbagai jenis barang.

3) Catatan Persediaan

Sistem MRP harus memiliki dan menjaga suatu data persediaan yang up to
date untuk setiap komponen barang. Data ini harus menyediakan informasi yang
akurat tentang ketersediaan komponen dan seluruh transaksi persediaan, baik
yang sudah terjadi maupun yang sedang direncanakan. Data itu mencakup nomor
identifikasi, jumlah barang yang terdapat di gudang, jumlah yang akan
dialokasikan, tingkat persediaan minimum (safety stock level), komponen yang
sedang dipesan dan waktu kedatangan,serta waktu tenggang (procurement lead
time) bagi setiap komponen.

c. Proses MRP

Kebutuhan untuk setiap komponen yang diperlukan dalam melaksanakan MPS


dihitung dengan menggunakan prosedur sebagai berikut:

1) Netting, yaitu menghitung kebutuhan bersih dari kebutuhankasar dengan


memperhitungkan jumlah barang yang akan diterima, jumlah persediaan yang
ada, dan jumlah persediaan yang akan dialokasikan.

12
2) Konversi dari kebutuhan bersih menjadi kuantitas-kuantitas pesanan.

3) Menempatkan suatu pelepasan pemesanan pada waktu yang tepat dengan cara
menghitung waktu mundur (backward scheduling) dari waktu yang dikehendaki
dengan memperhitungkan waktu tenggang, agar memenuhi pesanan komponen
yang bersangkutan.

4) Menjabarkan rencana produksi produk akhir kebutuhan kasar.6

E. Lokasi Distribusi
Tujuan umum menentukan letak lokasi adalah meminimumkan biaya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang yang diakibatkan oleh lokasi tertentu. Selain
itu juga tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan faktor-faktor lainnya, baik
faktor primer maupun sekunder. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada dasarnya dapat
dikelompokkan biaya yang bersifat obyektif dan subeyektif. Biaya yang bersifat
objektif :

- Biaya bahan

- Biaya pemasaran

- Biaya tenaga kerja

- Biaya bangunan

- Biaya saran

Sedangkan biaya yang bersifat Subyektif :

- Kegiatan serikat buruh / pekerja

- Fasilitas rekreasi

- Perumahan

- Perkembangan masa depan

- Fasilitas pendidikan
6
Sunarji Harahap, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara : FEBI UIN-SU Press,
September 2018) hal.147-149

13
Adapun faktor primer yang dipertimbangan dalam pemilihan lokasi yakni :

- Keadaan bahan mentah

- Letak pasar yang dituju

- Tenaga listrik dan air

- Supply tenaga kerja

- Fasilitas transportasi

Faktor sekunder pemilihan lokasi adalah :

§ Keadaan bahan mentah

§ Letak pasar yang dituju

§ Tenaga listrik dan air

§ Supply tenaga kerja

§ Fasilitas transportasi

Faktor sekunder pemilihan lokasi adalah

- Keamanan dan lingkungan

- Kemungkinan Pengembangan7

F. Model-model Penilaian Lokasi


Model penilaian ada 3 (tiga) macam yakni :

a. Metode kualitatif , yaitu melakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang


mempengaruhi pemilihan lokasi. Penilaian kualitatif terhadap faktor yang
dianggap penting dan berpengaruh. Masing-masing diberi skor nilai tertentu atau
bila perlu diberi bobot tertentu pula kemudian yang mempunyai skor akhir total
paling besar dipilih. Metode ini walaupun sederhana tetapi sulitdalam
pelaksanaannya terutama pada saat memberikan penilaian terhadap faktor-faktor
yang dianggap penting.

7
Reza Nurul Ichsan, S.E.M.M, Lukman Nasution, SE.I.,MM. dan Dr. Sarman Sinaga, SE., MM., Studi
Kelayakan Bisnis (Business Feasibility Study) (Medan : CV. Manhaji, Desember 2019) hal.44 - 45

14
b. Metode transportasi, metode ini digunakan terutama bila perusahaan memilih
beberapa lokasi dan gedung. Metode ini pada dasarnya merupakan teknik riset
operasi yang penyelesaiannya dapat melalui beberapa cara : VAM dan MODI.
Metode ini terutama digunakan bila perusahaan telah memiliki beberapa pabrik
dan beberapa gudang bermaksud menambah kapasitas serta pabriknya.

c. Metode Analisa Biaya, konsepnya berdasarkan pada pemanfaatan biaya tetap dan
biaya variabel untuk membantu pemilihan alternatif lokasi.8

G. Pengendalian Produksi
a. Konsep PDCA

Siklus PDCA juga dikenal dikenal dengan dua nama lain yang ada kaitannya
dengan para penggagasnya yaitu Siklus Shewhart dan Siklus Demings. Adalah
Walter A. Shewhart yangpertama kali berbicara tentang konsep PDCA dalam
bukunya yang berjudul “Statistical Method from the Viewpoint of Qualitiy
Control” pada tahun 1939 Shewhart menyatakan bahwa siklus itu
menggambarkan bahwa strukturnya berasal dari pengertian tentang evaluasi yang
konstan mengenai praktik manajemen, seperti halnya juga kesediaan manajemen
untuk menerima dan tidak memperhatikan gagasan yang tidak ditopang atau tidak
diterima yang semuanya itu merupakan kunci bagi pengembangan yang berasal
dari perubahan yang berhasil (Tague, 1945).

W. Edward Demings adalah orang pertama yang menggunakan istilah


“Shewhart Cycle” atau siklus Shewhart untuk PDCA dan pemberian nama itu
dilakukan setelah ia menjadi mentor dan juga guru pada Bell Laboratories di New
York.

Siklus PDCA atau PLTC terdiri dari empat langkah dalam upaya
peningkatan atau upaya melakukan perubahan.

a. Merencanakan (Plan): Menyadari adanya peluang danmerencanakan


perubahan untuk mewujudkan agar peluang itu menjadi kenyataan.

8
Reza Nurul Ichsan, S.E.M.M, Lukman Nasution, SE.I.,MM. dan Dr. Sarman Sinaga, SE., MM., Studi
Kelayakan Bisnis (Business Feasibility Study) (Medan : CV. Manhaji, Desember 2019) hal.45 - 46

15
b. Melakukan (Do): Melakukan tes atau pengujian terhadapperubahan yang
diinginkan.

c. Mengecek (Check): Mereview tes yang telah dilakukan, meng-analisa


hasilnya dan mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang dapat dipetik
untuk dijadikan pelajaran.

d. Bertindak (Act): Lakukan tindakan-tindakan berdasarkan apa yang telah


dipelajari pada langkah pengecekan (langkah 3). Apabila perubahan
memang berhasil, maka susunlah pelajaran-pelajaran yang dapat ditarik
dan berasal dari tes tersebut, lalu masukkanlah ke dalam perubahan yang
lebih luas. Jika tidak demikian halnya, maka anda perlu melakukan lagi
langkah-langkah lebih lanjut sesuai siklus PDCA dengan rencana yang
berbeda tentunya.

Penjelasan siklus PDCA adalah:

a. Mengembangkan rencana perbaikan merupakan langkah setelah dilakukan


pengujian ide perbaikan masalah.

b. Melaksanakan rencana (do).

c. Memeriksa atau meneliti hasil yang dicapai (check atau study).

d. Melakukan tindakan penyesuaian bila diperlukan.9

9
Sunarji Harahap, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara : FEBI UIN-SU Press,
September 2018) hal.159-160

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Aspek operasi atau teknis juga disebut sebagai aspek produksi. Hal yang perlu
diperhatiakan dalam aspek ini meliputi masalah penentuan lokasi, luas produksi,
tata letak (layout), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya
termasuk pemilihan teknologi.

2. Secara umum tujuan yang hendak di capai dalam penilaian aspek teknis adalah
sebagai berikut:

- Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi
pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.

- Agar peruasahaan dapat menetukan layout yang sesuai dengan proses


produksi

- Yang dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.

- Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang paling baik


dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.

- Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan
dimasa yang akan datang.

3. Merencanakan produk tidaklah mudah, selain dimulai dari awal berpikir


kreatif dan invovatif, sekaligus melihat keinginan pasar bukanlah perkerjaan
yang mudah. Era industri 4.0 ditandai dengan munculnya produk-produk
terbarukan seperti kecerdasan buatan yang sering dimanfaatkan bisnis digital,
sampai era robotic yang sudah mendekati bisnis UKM.

4. Perencanaan kebutuhan material (material requarment planning) adalah suatu


konsep dalam manajemen produksi yang membahas cara yang tepat dalam
perencanaan kebutuhan barang dalam proses produksi, sehingga barang yang
dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. MRP dapat

17
mengkoordinasikan kegiatan dari berbagai fungsi dalam perusahaan
manufaktur, seperti teknik, produksi, dan pengadaan.

5. Tujuan umum menentukan letak lokasi adalah meminimumkan biaya, baik


jangka pendek maupun jangka panjang yang diakibatkan oleh lokasi tertentu.
Selain itu juga tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan faktor-faktor
lainnya, baik faktor primer maupun sekunder. Biaya-biaya yang dikeluarkan
pada dasarnya dapat dikelompokkan biaya yang bersifat obyektif dan
subeyektif.

6. Model penilaian ada 3 (tiga) macam yakni : metode kualitatif, transportasi, dan
analisa biaya.

7. Siklus PDCA juga dikenal dikenal dengan dua nama lain yang ada kaitannya
dengan para penggagasnya yaitu Siklus Shewhart dan Siklus Demings. Adalah
Walter A. Shewhart yangpertama kali berbicara tentang konsep PDCA dalam
bukunya yang berjudul “Statistical Method from the Viewpoint of Qualitiy
Control” pada tahun 1939 Shewhart menyatakan bahwa siklus itu
menggambarkan bahwa strukturnya berasal dari pengertian tentang evaluasi
yang konstan mengenai praktik manajemen, seperti halnya juga kesediaan
manajemen untuk menerima dan tidak memperhatikan gagasan yang tidak
ditopang atau tidak diterima yang semuanya itu merupakan kunci bagi
pengembangan yang berasal dari perubahan yang berhasil (Tague, 1945).

B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami sebagai penulis berharap para pembaca
dapat memahami dan mengetahui materi ini. Kami berharap agar para pembaca dapat
menbaca lebih banyak referensi tentang “Konsep Aspek Operasional Dalam Bisnis”.
Demikianlah makalah yang kami dapat sampaikan.kami sebagai pemakalah
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.untuk akhir
kata pemakalah meminta maaf apabila terdapat kesalahan baik berupa penulisan isi
dari makalah ini.

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Harahap Sunarji, M.M, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Integratif ( Sumatera Utara :
FEBI UIN-SU Press, September 2018) hal.141-143

Muhammad Amri Nasution dan T. Syahril Daoed, Studi Kelayakan Bisnis (Teori dan
Aplikasi Keuangan Dalam Bisnis) (Medan : Undhar Press, Maret 2021) hal.86

Lukman Nasution, SE.I.,MM, Reza Nurul Ichsan, S.E.M.M,. dan Dr. Sarman Sinaga, SE.,
MM., Studi Kelayakan Bisnis (Business Feasibility Study) (Medan : CV. Manhaji,
Desember 2019) hal.44 - 45

20

Anda mungkin juga menyukai