Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

WAKAF PRODUKTIF MELIPUTI : TINJAUAN UMUM WAKAF


PRODUKTIF
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih dan Hukum Perwakafan
Dosen Pengampuh:
Kawakib, M. H.

Hebry Afrianda
12204041

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga
makalah makalah dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada
Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang
kaya akan ilmu pengetahuan yakni dengan adanya islam dan iman yang bisa di rasakan saat
ini.

Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada bapak Kawakib, M.H selaku dosen
pengampu Fikih Perwakafan yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami di
kelas. Tak lupa kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
yang saling membantu dan solidaritas antar sesama yang membuat kami menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya.

1. ‫َاِإْل ْيَثاُرِفى اْلُقْر ِب َم ْك ُر ْو ٌه َو ِفى َغ ْيرَها َم ْح ُب‬


Semoga makalah ini bermanfaat, dalam proses pembelajaran akademik ataupun
kegiatan di luar akademik. Terimakasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. Pengertian Wakaf produktif.......................................................................................................5
B. Filosofis Wakaf Produktif...........................................................................................................5
C. Pengembangan wakaf produktif di indonesia............................................................................7
D. Hambatang dalama pengembangan wakaf produktif..............................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUPAN.........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila berbicara masalah wakaf dalam perspektif sejarah Islam (al-târih al-islâmi),tidak
dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang perkembangan hukum Islam danesensi misi
hukum Islam. Untuk mengetahui perkembangan sejarah perkembanganhukum Islam perlu
melakukan penelitian dengan cara menelaah teks (wahyu) dankondisi sosial budaya
masyarakat di mana hukum Islam itu berasal. Sebab hukum Islammerupakan perpaduan
antara wahyu Allah Swt. dengan kondisi masyarakat yang ada pada saat wahyu itu
diturunkan. Misi hukum Islam sebagai aturan untukmengejawantahkan nilai-nilai keimanan
dan aqidah mengemban misi utama yaitumendistribusikan keadilan bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik keadilan hukum,keadilan sosial maupun keadilan ekonomi.

Rasa keadilan adalah suatu nilai yang abstrak, tetapi itu menuntut suatu tindakandan
perbuatan yang konkrit dan positif. Pelaksanaan ibadah wakaf adalah sebuahcontoh yang
konkrit atas rasa keadilan social, sebab wakaf merupakan pemberiansejumlah harta benda
yang sangat dicintai diberikan secara cuma-cuma untuk kebajikanumum. Si wakif dituntut
dengan keikhlasan yang tinggi agar harta yang diberikansebagai harta wakaf bisa
memberikan manfaat kepada masyarakat banyak, karenakeluasan ekonomi yang dimilikinya
merupakan karunia Allah yang sangat tinggi.

Dengan latar belakang di atas penyusun tertarik untuk mencoba membahas persoalan
tersebut dalam sebuah makalah yang berjudul Wakaf Produktif.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian dari wakaf produktif?


b. Apa dasar filosopis wakaf produktif?
c. Bagaimana pengembangan wakaf produktif di indonesia?
d. Apa hambatan dalam pengembangan wakaf produktif?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wakaf produktif


Wakaf produktif merupakan bentuk pengembangan paradigma wakaf. Wakaf produktif
adalah harta benda atau pokok tetap yang diwakafkan untuk dipergunakan dalam kegiatan
produksi dan hasilnya di salurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Seperti wakaf tanah untuk
digunakan bercocok tanam, mata air untuk dijual airnya dan lain-lain1

Wakaf produktif juga dapat didefinisikan yaitu harta yang dapat digunakan untuk
kepentingan produksi baik dibidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung tetapi dari keuntungan bersih dari hasil
pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai tujuan wakaf2

Wakaf produktif merupakan skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan
memproduktifkan donasi tersebut sehingga mampu menghasilkan manfaat yang
berkelanjutan. Dimana donasi wakaf ini dapat berupa harta benda bergerak seperti uang dan
logam mulia, maupun benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Keuntungan dari
wakaf produktif ini diharapkan dapat mendukung dan membiayai fungsi pelayanan sosial
wakaf.

Muhammad Syafi’i Antonio mengatakan bahwa wakaf produktif adalah pemberdayaan


wakaf yang ditandai dengan ciri utama, yaitu pola manajemen wakaf yang terintegratif, asas
kesejahteraan nazhir dan asas transformasi dan tanggungjawab

pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara
pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agro bisnis,
pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen,
rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan,
dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari’ah

B. Filosofis Wakaf Produktif


Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf sudah dilaksanakan oleh masyarakat
Muslim Indonesia sejak sebelum merdeka. Oleh karena itu pihak pemerintah telah

1
Dr. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, 5
2
Agustiano, Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat, 77

5
menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu
Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi Undang-undang
tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 tahun 2004.

 Menurut Al-Quran

Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara
ayat-ayat tersebut antara lain: “Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa
yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
(Q.S. al-Baqarah (2): 261) Ayat-ayat tersebut di atas menjelaskan tentang anjuran
untuk menginfakkan harta yang diperoleh untuk mendapatkan pahala dan kebaikan.
Di samping itu, ayat 261 surat al-Baqarah telah menyebutkan pahala yang berlipat
ganda yang akan diperoleh orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah.

 Menurut Hadis

Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang
menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di
Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi
menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya. Hadis tentang
hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya
kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di
Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya
dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk melakukannya?

6
Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat atau
faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau
dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga, untuk
memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah, orang musafir dan
para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak
yang mengurusnya, seperti memakan atau memberi makan kawan tanpa
menjadikannya sebagai sumber pendapatan.”

C. Pengembangan wakaf produktif di indonesia


Meskipun wakaf telah terbukti menjadi solusi alternatif strategis dalam pembangunan
masyarakat muslim sepanjang sejarah perkembangan Islam, akan tetapi kenyataan dan fakta
yang ada problematika perwakafan khususnya di Indonesia belum terselesaikan secara
maksimal dari segi administrasi, pengembangan dan pemanfaatannya. Untuk itu analisa dan
penerapan problem solving terkait strategi pengelolaan dalam rangka pengembangan wakaf
secara produktif dan berkesinambungan, khususnya yang terkait dengan perwakafan tanah.
Di Indonesia masih terhitung sedikit masyarakat yang mewakafkan tanahnya dalam bentuk
tanah produktif, dengan demikian diperlukan upaya untuk pengelolaan harta wakaf yang ada
agar dapat mendatangkan kemanfaatan secara lebih luas yang tentunya harus dikembangkan
secara produktif. Hal ini mendesak dilakukan karena dalam kenyataannya kondisi tanah
wakaf yang ada cenderung tidak terkelola sebagaimana mestinya sehingga tidak
mendatangkan kemanfaatan yang diharapkan sebagaimana tujuan yang diharapkan wakif
sejak awal mewakafkan harta bendanya. Untuk itu upaya pengembangan harta benda wakaf
khususnya tanah-tanah wakaf yang telah teridentifikasi secara konkrit agar dapat dikelola
secara produktif dan dapat diberdayakan melalui upaya :

1. Aset wakaf yang menghasilkan produk barang atau jasa. Secara teoritis, Islam
mengakui bahwa tanah merupakan faktor produksi penting yang mencakup semua
sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi, seperti, kesuburan tanah,
sifat-sifat sumber daya udara, air mineral dan sebagainya. Oleh karena itu tanah wakaf
yang dianggap strategis harus dikelola secara produktif dalam rangka meningkatkan
nilai wakaf untuk kesejarteraan masyarakat. Bentuk pengelolaannya diwujudkan
dalam bentuk-bentuk usaha yang dapat menghasilkan keuntungan baik melalui
produk barang atau jasa.
2. Aset Wakaf yang berbentuk Investasi Usaha Aset wakaf ini adalah kekayaan lembaga ke
Nadziran dari hasil pengelolaan usaha produktif yang menghasilkan keuntungan, sehingga

7
dapat dikembangkan melalui investasi kepada pihak ketiga atau lembaga Nadzir yang lain,
bentuk investasi usaha yang dilakukan tentunya harus mengacu kepada standar dan prinsip
syari’ah, yaitu:
a. Akad Musyarakah; akad ini merupakan bentuk partisipasi usaha yang melibatkan
kedua belah pihak atau lebih ( termasuk Nadzir Wakaf ) dalam satu usaha tertentu
dengan menyerahkan sejumlah modal dengan pembagian keuntungan sesuai dengan
kesepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian akan ditanggung oleh kedua belah
pihak secara proporsional.
b. Akad Mudlarabah; yaitu kontrak/akad yang memuat penyerahan modal oleh pemilik
modal (Sohibul Mal) untuk dikelola oleh pihak kedua yang digunakan untuk usaha
produktif. Selain modal tersebut pemilik modal tidak terlibat dalam manajemen
usaha, adapun keuntungan akan dibagi sesuai dengan perjanjian menurut nisbah
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Manakala terjadi kerugian, yang
menanggung adalah pemilik modal.
3. Menurut Hukum Islam
1) Penyusunan Program Wakaf Produktif: Identifikasi sektor-sektor ekonomi atau
sosial yang dapat dijadikan sasaran wakaf produktif, seperti pendidikan,
kesehatan, atau usaha mikro.

2) Kepastian Hukum (Syariah): Pastikan bahwa seluruh proses pengembangan


wakaf produktif sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, termasuk dalam hal
pemilihan proyek, pendayagunaan hasil wakaf, dan distribusi manfaatnya.

3) Transparansi dan Akuntabilitas: Implementasikan transparansi dalam


pengelolaan dana wakaf serta pertanggungjawaban penggunaannya. Ini
penting untuk membangun kepercayaan masyarakat dan pihak-pihak yang
terlibat.

4) Partisipasi Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan


pengembangan proyek wakaf produktif dapat memastikan proyek sesuai
dengan kebutuhan dan potensi lokal.

5) Pengelolaan Risiko: Adopsi praktik pengelolaan risiko yang baik untuk


meminimalkan potensi kerugian dalam pelaksanaan proyek wakaf produktif.

8
4. Menurut hukum positif
Pengembangan wakaf produktif dalam hukum positif akan bergantung pada regulasi
dan kebijakan hukum yang berlaku di suatu negara. Beberapa langkah umum yang
dapat diambil meliputi:

1) Studi Kelayakan Hukum: Lakukan studi kelayakan hukum untuk memastikan


bahwa pengembangan wakaf produktif sesuai dengan ketentuan hukum positif
yang berlaku. Hal ini melibatkan pemahaman terhadap peraturan wakaf,
perbankan, dan investasi.

2) Kerjasama dengan Otoritas Wakaf: Jalin kerjasama dengan otoritas wakaf atau
lembaga yang mengawasi urusan wakaf di negara tersebut. Pastikan kepatuhan
terhadap regulasi yang ada dan perizinan yang diperlukan.

3) Pembentukan Badan Pengelola Wakaf: Bentuk badan pengelola wakaf yang


sesuai dengan hukum positif. Badan ini dapat bertanggung jawab atas
pengumpulan, pengelolaan, dan distribusi hasil wakaf produktif.

4) Penyusunan Perjanjian Wakaf: Sertakan aspek hukum dalam penyusunan


perjanjian wakaf, termasuk hak dan kewajiban pihak-pihak terkait, serta
mekanisme penggunaan dan pemeliharaan aset wakaf.

5) Transparansi dan Pelaporan: Patuhi persyaratan transparansi dan pelaporan


sesuai dengan hukum positif. Ini melibatkan pelaporan keuangan, penggunaan
dana wakaf, dan manfaat yang dihasilkan.

6) Perlindungan Hukum bagi Wakif dan Mustahiq: Pastikan bahwa hukum


memberikan perlindungan yang memadai bagi pemberi wakaf (wakif) dan
penerima manfaat (mustahiq), serta menetapkan mekanisme penyelesaian
sengketa yang adil.

9
7) Pemenuhan Persyaratan Pajak: Patuhi persyaratan pajak yang berlaku terkait
dengan wakaf produktif. Pemahaman yang baik tentang insentif pajak atau
keringanan pajak untuk kegiatan wakaf dapat menjadi insentif bagi para wakif.

6) Kerjasama dengan Lembaga Keuangan Islam: Jalin kerjasama dengan


lembaga keuangan Islam untuk mendukung pengelolaan dana wakaf, termasuk
pembiayaan dan investasi yang sesuai dengan prinsip syariah.

7) Edukasi Masyarakat: Lakukan edukasi terhadap masyarakat terkait manfaat


dan tujuan dari wakaf produktif, sehingga dapat meningkatkan pemahaman
dan partisipasi mereka.

D. Hambatan dalam pengembangan wakaf produktif


Wakaf produktif sebagai dana publik merupakan suatu istilah baru dalam perkembangan
perwakafan di Indonesia, oleh karena itu dalam peaksanaannya pasti ada kendala-kendala
yang dapat menghambat kelancaran pelaksanaan wakaf produktif sebagai dana publik, antara
lain:

 Potensi dan pengembangan wakaf produktif oleh sebagian ulama masih dianggap
sebagai hasil interpretasi radikal yang mengubah definisi atau pengertian
mengenai wakaf.
 Potensi dan pengembangan wakaf produktif sangat potensial sebagai salah satu
instrument untuk memperdayakan ekonomi umat Islam akan tetapi belum
dieksplorasi semaksimal mungkin.
 Potensi dan pengembangan wakaf produktif merupakan dana publik karena
dihimpun dari masyarakat luas yang seyogyanya dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat secara luas, akan tetapi hal ini belum terlaksana secara maksimal.

10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di babsebelumnya, penulis dapat
menyimpulkan bahwa:

1. Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yangdiwakafkan untuk
dipergunakan dalam kegiatan produksi danhasilnya di salurkan sesuai dengan
tujuan wakaf, seperti wakaftanah yang digunakan untuk bercocok tanam.
2. Ada beberapa bahkan banyak problematika yang harus Indonesiahadapi
mengenai persoalan wakaf atau pewakafan salah satunyayaitu kurangnya
sosialisasi secara lebih luas terhadap paradigma baru untuk pengembangan
wakaf secara produktif.
3. Startegi pengembangan wakaf diantaranya yaitu dengan adanyaundang-undang
wakaf dan badan wakaf indonesia, serta adanyakemitraan antara pewakaf
(wakif) dengan nazir.

11
DAFTAR PUSTAKA
Ghofar, Abdullah. “Nadzir dan Management Pendayagunanan Tanah Wakaf”, dalam
Mimbar Hukum. Vol. I, No. 41, Tahun 2004. Jakarta: Al-Hikmah dan
Ditbinperta Islam, 1999.

Anizar. Implementasi Konsep Wakaf: Analisis terhadap Peran Nadzir dalam


Pendayagunaan Tanah Wakaf di Kecamatan Bahorok. ttp: t.p, t.t. Hendry,
Arisson dkk. Perbandingan Syari‘ah Prespektif Praktisi. Jakarta: Muamalat
Institute, 1999.

Departemen Agama RI. Ilmu Fiqh. Jakarta: Ditbinperta Islam, 1999.

Halim, Abdul. Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Mannan, M. Abd. Ekonomi Islam Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1993.

Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,
t.t. Kahlany, Muhammad Ismâil. Subulus Salam. Bandung: Dahlan, 1982.

12

Anda mungkin juga menyukai