Hebry Afrianda
12204041
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga
makalah makalah dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam saya haturkan kepada
Rasulullah SAW, yang telah membawa manusia dari zaman kegelapan menuju zaman yang
kaya akan ilmu pengetahuan yakni dengan adanya islam dan iman yang bisa di rasakan saat
ini.
Ucapan terimakasih saya ucapkan kepada bapak Kawakib, M.H selaku dosen
pengampu Fikih Perwakafan yang telah banyak memberikan bimbingan kepada kami di
kelas. Tak lupa kepada teman-teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini
yang saling membantu dan solidaritas antar sesama yang membuat kami menyelesaikan tugas
ini tepat pada waktunya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................................5
A. Pengertian Wakaf produktif.......................................................................................................5
B. Filosofis Wakaf Produktif...........................................................................................................5
C. Pengembangan wakaf produktif di indonesia............................................................................7
D. Hambatang dalama pengembangan wakaf produktif..............................................................10
BAB III..................................................................................................................................................11
PENUTUPAN.........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila berbicara masalah wakaf dalam perspektif sejarah Islam (al-târih al-islâmi),tidak
dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang perkembangan hukum Islam danesensi misi
hukum Islam. Untuk mengetahui perkembangan sejarah perkembanganhukum Islam perlu
melakukan penelitian dengan cara menelaah teks (wahyu) dankondisi sosial budaya
masyarakat di mana hukum Islam itu berasal. Sebab hukum Islammerupakan perpaduan
antara wahyu Allah Swt. dengan kondisi masyarakat yang ada pada saat wahyu itu
diturunkan. Misi hukum Islam sebagai aturan untukmengejawantahkan nilai-nilai keimanan
dan aqidah mengemban misi utama yaitumendistribusikan keadilan bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik keadilan hukum,keadilan sosial maupun keadilan ekonomi.
Rasa keadilan adalah suatu nilai yang abstrak, tetapi itu menuntut suatu tindakandan
perbuatan yang konkrit dan positif. Pelaksanaan ibadah wakaf adalah sebuahcontoh yang
konkrit atas rasa keadilan social, sebab wakaf merupakan pemberiansejumlah harta benda
yang sangat dicintai diberikan secara cuma-cuma untuk kebajikanumum. Si wakif dituntut
dengan keikhlasan yang tinggi agar harta yang diberikansebagai harta wakaf bisa
memberikan manfaat kepada masyarakat banyak, karenakeluasan ekonomi yang dimilikinya
merupakan karunia Allah yang sangat tinggi.
Dengan latar belakang di atas penyusun tertarik untuk mencoba membahas persoalan
tersebut dalam sebuah makalah yang berjudul Wakaf Produktif.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Wakaf produktif juga dapat didefinisikan yaitu harta yang dapat digunakan untuk
kepentingan produksi baik dibidang pertanian, perindustrian, perdagangan dan jasa yang
manfaatnya bukan pada benda wakaf secara langsung tetapi dari keuntungan bersih dari hasil
pengembangan wakaf yang diberikan kepada orang-orang yang berhak sesuai tujuan wakaf2
Wakaf produktif merupakan skema pengelolaan donasi wakaf dari umat, yaitu dengan
memproduktifkan donasi tersebut sehingga mampu menghasilkan manfaat yang
berkelanjutan. Dimana donasi wakaf ini dapat berupa harta benda bergerak seperti uang dan
logam mulia, maupun benda tidak bergerak seperti tanah dan bangunan. Keuntungan dari
wakaf produktif ini diharapkan dapat mendukung dan membiayai fungsi pelayanan sosial
wakaf.
pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara produktif antara lain dengan cara
pengumpulan, investasi, penanaman modal, produksi, kemitraan, perdagangan, agro bisnis,
pertambangan, perindustrian, pengembangan teknologi, pembangunan gedung, apartemen,
rumah susun, pasar swalayan, pertokoan, perkantoran, sarana pendidikan, sarana kesehatan,
dan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan syari’ah
1
Dr. Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, 5
2
Agustiano, Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat, 77
5
menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang perwakafan di Indonesia, yaitu
Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang Wakaf. Untuk melengkapi Undang-undang
tersebut, pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-undang nomor 41 tahun 2004.
Menurut Al-Quran
Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar yang
digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini didasarkan pada
keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang infaq fi sabilillah. Di antara
ayat-ayat tersebut antara lain: “Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang
Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267)
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran (3): 92)
Menurut Hadis
Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang
menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh tanah di
Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut, Nabi
menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan hasilnya. Hadis tentang
hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di Khaibar, lalu dia bertanya
kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah, saya telah memperoleh tanah di
Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya
dari padanya. Apa yang baginda perintahkan kepada saya untuk melakukannya?
6
Sabda Rasulullah: “Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat atau
faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan, atau
dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk keluarga, untuk
memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan Allah, orang musafir dan
para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan dengan cara yang sesuai oleh pihak
yang mengurusnya, seperti memakan atau memberi makan kawan tanpa
menjadikannya sebagai sumber pendapatan.”
1. Aset wakaf yang menghasilkan produk barang atau jasa. Secara teoritis, Islam
mengakui bahwa tanah merupakan faktor produksi penting yang mencakup semua
sumber daya alam yang digunakan dalam proses produksi, seperti, kesuburan tanah,
sifat-sifat sumber daya udara, air mineral dan sebagainya. Oleh karena itu tanah wakaf
yang dianggap strategis harus dikelola secara produktif dalam rangka meningkatkan
nilai wakaf untuk kesejarteraan masyarakat. Bentuk pengelolaannya diwujudkan
dalam bentuk-bentuk usaha yang dapat menghasilkan keuntungan baik melalui
produk barang atau jasa.
2. Aset Wakaf yang berbentuk Investasi Usaha Aset wakaf ini adalah kekayaan lembaga ke
Nadziran dari hasil pengelolaan usaha produktif yang menghasilkan keuntungan, sehingga
7
dapat dikembangkan melalui investasi kepada pihak ketiga atau lembaga Nadzir yang lain,
bentuk investasi usaha yang dilakukan tentunya harus mengacu kepada standar dan prinsip
syari’ah, yaitu:
a. Akad Musyarakah; akad ini merupakan bentuk partisipasi usaha yang melibatkan
kedua belah pihak atau lebih ( termasuk Nadzir Wakaf ) dalam satu usaha tertentu
dengan menyerahkan sejumlah modal dengan pembagian keuntungan sesuai dengan
kesepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian akan ditanggung oleh kedua belah
pihak secara proporsional.
b. Akad Mudlarabah; yaitu kontrak/akad yang memuat penyerahan modal oleh pemilik
modal (Sohibul Mal) untuk dikelola oleh pihak kedua yang digunakan untuk usaha
produktif. Selain modal tersebut pemilik modal tidak terlibat dalam manajemen
usaha, adapun keuntungan akan dibagi sesuai dengan perjanjian menurut nisbah
yang disepakati oleh kedua belah pihak. Manakala terjadi kerugian, yang
menanggung adalah pemilik modal.
3. Menurut Hukum Islam
1) Penyusunan Program Wakaf Produktif: Identifikasi sektor-sektor ekonomi atau
sosial yang dapat dijadikan sasaran wakaf produktif, seperti pendidikan,
kesehatan, atau usaha mikro.
8
4. Menurut hukum positif
Pengembangan wakaf produktif dalam hukum positif akan bergantung pada regulasi
dan kebijakan hukum yang berlaku di suatu negara. Beberapa langkah umum yang
dapat diambil meliputi:
2) Kerjasama dengan Otoritas Wakaf: Jalin kerjasama dengan otoritas wakaf atau
lembaga yang mengawasi urusan wakaf di negara tersebut. Pastikan kepatuhan
terhadap regulasi yang ada dan perizinan yang diperlukan.
9
7) Pemenuhan Persyaratan Pajak: Patuhi persyaratan pajak yang berlaku terkait
dengan wakaf produktif. Pemahaman yang baik tentang insentif pajak atau
keringanan pajak untuk kegiatan wakaf dapat menjadi insentif bagi para wakif.
Potensi dan pengembangan wakaf produktif oleh sebagian ulama masih dianggap
sebagai hasil interpretasi radikal yang mengubah definisi atau pengertian
mengenai wakaf.
Potensi dan pengembangan wakaf produktif sangat potensial sebagai salah satu
instrument untuk memperdayakan ekonomi umat Islam akan tetapi belum
dieksplorasi semaksimal mungkin.
Potensi dan pengembangan wakaf produktif merupakan dana publik karena
dihimpun dari masyarakat luas yang seyogyanya dimanfaatkan untuk kepentingan
masyarakat secara luas, akan tetapi hal ini belum terlaksana secara maksimal.
10
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan yang telah penulis paparkan di babsebelumnya, penulis dapat
menyimpulkan bahwa:
1. Wakaf produktif adalah harta benda atau pokok tetap yangdiwakafkan untuk
dipergunakan dalam kegiatan produksi danhasilnya di salurkan sesuai dengan
tujuan wakaf, seperti wakaftanah yang digunakan untuk bercocok tanam.
2. Ada beberapa bahkan banyak problematika yang harus Indonesiahadapi
mengenai persoalan wakaf atau pewakafan salah satunyayaitu kurangnya
sosialisasi secara lebih luas terhadap paradigma baru untuk pengembangan
wakaf secara produktif.
3. Startegi pengembangan wakaf diantaranya yaitu dengan adanyaundang-undang
wakaf dan badan wakaf indonesia, serta adanyakemitraan antara pewakaf
(wakif) dengan nazir.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ghofar, Abdullah. “Nadzir dan Management Pendayagunanan Tanah Wakaf”, dalam
Mimbar Hukum. Vol. I, No. 41, Tahun 2004. Jakarta: Al-Hikmah dan
Ditbinperta Islam, 1999.
Mannan, M. Abd. Ekonomi Islam Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti
Wakaf, 1993.
Ali, Muhammad Daud. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,
t.t. Kahlany, Muhammad Ismâil. Subulus Salam. Bandung: Dahlan, 1982.
12