Disusun Oleh :
Faris Najib Mahendra (2205026103)
Muhammad Azkal Azkiya’ (2205026105)
Rizqina Tahta Auliya (2205026120)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala atas segala
perlindungan dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul KETERKAITAN FIQIH RIBA DAN FIQIH ZAKAT DALAM EKONOMI
MAKRO dengan lancar.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah : Ekonomi makro syari’ah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Keterkaitan Larangan Riba Dan Zakat bagi para pembaca
dan jua bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada , bapak Dr.H Maltuf Fitri, M.Si selaku dosen mata
kuliah Ekonomi makro syari’ah yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuanya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
Namun, kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah kami, oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran sebagai semi perbaikan makalah ini kedepanya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan..................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
A. Pengertian Fiqih.........................................................................................................................5
B. Pengertian Riba dan Zakat.........................................................................................................7
C. Dalil dan ayat tentang diharamkannya riba...............................................................................8
D. Keterkaitan Riba Dan Zakat Dalam Ekonomi Makro..................................................................9
BAB III..................................................................................................................................................11
KESIMPULAN.......................................................................................................................................11
Daftar pustaka.....................................................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk
dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syari’at
Islam. Allah telah menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusiia
dengan cara yang telah dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang
mengandug riba. Diskursus mengenai riba dapat dikatakan telah “klasik” baik dalam
perkembangan pemikiran Islam maupun dalam peradaban Islam karena riba
merupakan permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini
disebabkan perbuatan riba sangat erat kaitannya dengan transaksi-transaksi dibidang
perekonomian (dalam Islam disebut kegiatan muamalah) yang sering dilakukan oleh
manusia dalam aktifitasnya sehari-hari. Pada dasarnya transaksi riba dapat terjadi dari
4
transaksi hutang-piutang, namun bentuk dari sumber tersebut bisa berupa qard 1.Riba
merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal, biasanya transaksi riba sering
dijumpai dalam transaksi hutang-piutang dimana kreditur meminta tambahan dari
modal asal kepada debitor. Tidak dapat dinafikkan bahwa dalam jual-beli juga sering
terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang tidak sejenis, melebihkan atau
mengurangkan timbangan atau dalam takaran. Riba hukumnya haram. Allah SWT
melarang untuk memakan riba.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian fiqih?
2. Apa Pengertian riba dan zakat?
3. Apa dalil dan ayat tentang diharamkannya riba?
4. Bagaimana Keterkaitan riba dan zakat dalam ekonomi makro?
C. Tujuan Pembahasan
1. Menjelaskan pegertian fiqih
2. Menjelaskan pengertian riba dan zakat
3. Menjelaskan dalil dan ayat tentang diharamkannya riba.
4. Menjelaskan keterkaitan riba dan zakat dalam ekonomi makro
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Fiqih
kata fiqih dalam Bahasa arab berasal dari kata faqiha-yafquhu-fiqhan yang
bermakna mengerti atau memahami2. Asal dari kata tersebut terdapat dalam Al-qur’an
surat at-taubah ayat 122 yang berbunyi:
1
1Qard yang berarti pinjaman. Lihat kamus al-Munawwir, kamus Arab Indonesia, cet. 14. (Yogyakarta: PP. Al-
Munawwir, 1997), hal. 1108. Menurut Abdurahman al-Jaziri qard adalah harta yang diambil oleh orang yang
meminjam karena orang yang meminjam trsebut memotong dari harta miliknya, dalam kitab alfiqh „alaal-
Mazahib al-Arba‟ah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1972), II:338.
2
Syafiq Gharbal,Al-Mausu’ah al-Mayussarah, (kairo: Dar al-Qalam,1965),h. 1304
5
Artinya: Tidak sepatutnya orang-orang mukmin pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi (tinggal bersama
Rasulullah) untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,agar meraka dapat menjaga dirinya?3.
Sedangkan definisi fiqih secara terminologi, para fuqoha’ (ahli fiqih)
memberikan artian sesuai dengan perkembangan dari fiqih itu sendiri. Tepatnya pada
abad ke-II telah lahir pemuka-pemuka mujtahid yang mendirikan madhab-madhab
yang tersebar di kalangan umat Islam. Yang pertama yaitu Abu Hanifah yang
memberikan Definisi fiqih meliputi semua aspek kehidupan, yaitu akidah, syari'ah
dan akhlak tanpa ada pemisahan di antara aspek-aspek tersebut. Pada masa imam
Syâfi'i4(150-204H/767-822M), para ulama’ Syafi’iyyah memberikan definisi yang
lebih spesifik, hal ini karena ilmu fiqih cukup berkembang seiring tuntutan kebutuhan
masyarakat dalam memperoleh jawaban atau kepastian hukum. Di antara definisi
tersebut adalah sebagai berikut, “Ilmu yang menerangkan segala hukum agama yang
berhubungan dengan perbuatan para mukallaf yang digali dari dalildalil yang jelas
(terperinci).” Pengertian fiqih yang dikemukakan tersebut lebih spesifik dari pada
yang diketengahkan oleh definisi fiqih pada masa sebelumnya, yaitu dengan
memunculkan term ahkam, af’aal al-mukallafin, dan istinbat yang tentunya hal ini
penting dalam mengngkap hakikat dari ilmu fiqih.
Secara istilah fiqih berarti Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat
amaliah yang digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dalam definisi ini,
fiqih diibaratkan ilmu karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu
tidak sama dengan ilmu seperti yang dijelaskan di atas, fiqh itu bersifat zhanni. Fiqh
yaitu apa yang di capai oleh mujtahid dengan zhannya, sedangkan ilmu tdidak bersifat
zhanni seperti fiqh. Namu karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada
ilmu;karenanya dalam definisi ini ilmu juga digunakan untuk fiqh.
Dalam definisi di atas terdapat batasan atau pasal yang disamping menjelaskan
hakikat dari fiqh itu, sekaligus juga memisahkan arti kata fiqh itu bukan dari kata fiqh.
Kata “hukuhm” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa hal hal yang berada di
luar apa yang di maksud dengan kata “hukum”, seperti zat, tidaklah termasuk ke
dalam pengertian fiqh. Bentuk jama’ dari hukum adalah ahkam. Di sebut dalam bentk
3
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemah,(Surabaya: Pustaka Agung Harapan, 2006),h. 277
4
Imam Syafi’i memiliki dua qoul, yaitu qadim (selama di Bagdad) yang dituangkan dalam kitab “al-Hujjah” dan
jadid (selama di Mesir) yang terhimpun dalam kitab “al-Um”. Lihat Asywadie Syukur, Pengantar Ilmu Fiqih dan
Ushul Fiqih, 35.
6
jama’, adalah untuk menjelaskan bahwa fiqh tu ilmu tentang seperangkat aturan yang
disebut hukum.
5
Muhammad Ali al-Shabuni Rawa’I,al-Bayan Tafsir al-Ahkam min al-Qur’an,jilid 1. Beirut: Daer al-fikr, t.tt,Hlm,
383
6
Ali bin Muhammad al-Jurjani, Kitab al-Tarifat,Beirut,Dar al-Kutub al- Ilmiyyah, t.tt, hlm109.
7
Perintah menunaikan zakat beriringan dengan perintah shalat karena keduanya
memiliki tujuan yang hampir sama, yaitu perbaikan kualitas kehidupan masyarakat.
Tujuan dari zakat adalah untuk membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan
mendorong manusia untuk bersikap dermawan serta simpati terhadap orang lain.
Sehingga kehidupan manusia akan terhindar dari sifat fakhsya (kejahatan) dan
mungkar (kerusakan).
C. Dalil dan ayat tentang diharamkannya riba
Pengharaman riba dan penghalalan jual beli tentunya tidak dilakukan tanpa
adanya "sesuatu" yang membedakannya, dan "sesuatu" itulah yang menjadi penyebab
keharamannya. Sebagaimana dalam firma-Nya Surat Al- Baqarah ayat 275:
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang- orang yang Telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
Telah diambilnya dahulu, (sebelumdatang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.(Q.S al- Baqarah ayat 275).
Allah SWT mengancam akan memerangi orang-orang yang tidak menuruti
perintah-Nya untuk meninggalkan riba. Allah berfirman:
"Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka
ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu." (QS Al Baqarah 279).
Atas ayat ini, Imam Al Qurthubi menjelaskan, ketika Imam Malik ditanya seseorang
yang mengatakan, "Istri saya tertalak jika ada yang masuk ke dalam rongga anak
Adam lebih buruk daripada khamr." Dia berkata," Pulanglah, aku cari dulu jawaban
pertanyaanmu! Keesokan harinya orang tersebut datang dan Imam Malik mengatakan
8
hal serupa. Setelah beberapa hari orang itu datang kembali dan imam Malik berkata,
"Istrimu tertalak. Aku telah mencari dalam seluruh ayat Alquran dan hadits Nabi tidak
aku temukan yang paling buruk yang masuk ke rongga anak Adam selain riba, karena
Allah memberikan sanksi pelakunya dengan berperang melawanNya."
7
Muhammad syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik, hlm 37.
8
Afzalur Rahman_Doktrin Ekonomi Ilam, hlm. 83
9
mengurangi tabungan. Zakat dapat dianalogikan sebagai pajak dalam kerangka model
kerangka model IS-LM.
Zakat sebagai alat kebijakan mampu mengurangi pengangguran, memperhalus efek
inflasi dan fluktuasi ekonomi.
Al-Jarhi berpendapat bahwa zakat mampu mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi dan tingkat keuntungan modal yang lebih tinggi, serta distribusi kekayaan
yang lebih merata.Dalam hal kemiskinan, zakat perlahan mengurangi tingkat
kemiskinan. OPZ menargetkan setiap tahunnya menurunkan 1% angka kemiskinan
dari total penduduk miskin di Indonesia. Maka secara umum zakat memiliki
kontribusi dalam pertumbuhan ekonomi dan membuatsirkulasi kekayaan menjadi
sehat sehingga menciptakan pertumbuhan dan kesejahteraan yang berkelanjutan
dalam sebuah perekonomian bangsa
10
BAB III
KESIMPULAN
Fiqih berarti Ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang
digali dan ditemukan dari dalil-dalil yang tafsili. Dalam definisi ini, fiqih diibaratkan
ilmu karena fiqih itu semacam ilmu pengetahuan. Memang fiqh itu tidak sama dengan
ilmu seperti yang dijelaskan di atas, fiqh itu bersifat zhanni. Fiqh yaitu apa yang di
capai oleh mujtahid dengan zhannya, sedangkan ilmu tdidak bersifat zhanni seperti
fiqh. Namu karena zhan dalam fiqh ini kuat, maka ia mendekati kepada
ilmu;karenanya dalam definisi ini ilmu juga digunakan untuk fiqh. bahwa riba
menurut istilah fuqaha adalah tambahan pada salah satu dua barang yang sejenis yang
ditukar tanpa adanya imbalan/imbangan terhadap tambahan tersebut. Dalam madzhab
Syafi‟i, riba dimaknai sebagai transaksi dengan imbalan tertentu yang tidak diketahui
kesamaan takarannya maupun ukuran waktunya kapan. Sedangkan zakat adalah nama
bagi sejumlah harta tertentu yang dikeluarkan, dan diwajibkan oleh Allah SWT untuk
diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq) dari orang-orang yang
wajib mengeluarkan (muzakki). Riba sangat berperan dalam mempengaruhi ekonomi
makro yang dapat dilihat dari fungsi investasi yakni tingkat bunga langsung
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya investasi atau bahkan dapat mematikan
investasi itu sendiri.
11
Daftar pustaka
https://www.researchgate.net/publication/335865240
RIBA_VS_ZAKAT_DALAM_PERPEKTIF_EKONOMI
https://books.google.com/books/about/Fiqh_dan_Ushul_Fiqh.html?
hl=id&id=MeFiDwAAQBAJ#v=onepage&q&f=false
https://www.kompasiana.com/kikinmutakin6115/5fdac6c18ede4879304e4a45/peran-
zakat-dalam-perekonomian-makro
12