Anda di halaman 1dari 21

1

MAKALAH
RIBA DALAM PESPEKTIF AGAMA DAN SEJARAH

DiAjuKAn untuK MeMenuHi tugAs MAtA KuLiAH HuKuM PeRBAnKAn


Dosen Pembimbing : Solihin Gultom, M.HI

Disusun Oleh :

DEWI MUSTIKA SARI 1912460001

ABDI FAISAL SITORUS 1912460013

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PANCA BUDI


PERDAGANGAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang mana pada kesempatan ini masih diberikan-Nya kenikmatan
sehat lahir dan batin sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Riba dalam
perspektif agama dan sejarah”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada manusia pilihan, pembawa risalah islam yaitu Nabi
Muhamad SAW. Beserta para keluarga, sahabat dan kita semua pengikutnya. Pemakalah sadari bahwa
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,kekeliruan ataupun kesalahan. Maka dari itu,
kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan makalah ini
dimasa mendatang.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan wawasan,
serta pengetahuan. Oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi
kemajuan di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pemakalah
khususnya, dan bagi pembaca umumnya.

Perdagangan, 22 oktober 2021

Penulis

2
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………………….4
Rumusan Masalah…………………………………………..………………….4
Tujuan Peneli tian …………………………………………………… .. 5
Manfaat Penelitian…………………………………………………………5

BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………6

BAB III KESIMPULAN


Simpulan.............................................................................................................. 20

3
4

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh manusia untuk

dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas dalam syariat Islam. Allah

telah menurunkan rizki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan cara yang telah

dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan yang mengandung riba. Diskursus

mengenai riba dapat dikatakan telah "klasik" baik dalam perkembangan pemikiran Islammaupun

dalam peradaban Islam karena riba merupakan permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada

masyarakat, hal ini disebabkan perbuatan riba sangat erat kaitannya dengan transaksi-transaksi

di bidang perekonomian (dalam Islam disebut kegiatan muamalah) yang sering dilakukan oleh

manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Pada dasarnya, transaksi riba dapat terjadi dari transaksi

hutang piutang, namun bentuk dari sumber tersebut bisa

B. Rumusan Masalah

1. Definisi dan jenis-jenis riba

2. Jenis-jenis barang ribawi

3. Konsep riba dalam perspektif non muslim

4. Alasan pembenaran pengambilan riba

5. Perbedaan antara investasi dan membungakan uang

6. Larangan riba dalam al-quran dan sunnah

7. Alasan pembenaran pengambilan riba

8. Dampak negatif riba

4
5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ada beberapa tujuan dan kegunaan yang ingin dicapai

oleh peneliti, yaitu:

1. Untuk mengetahui pemahaman atau pengetahuan Riba yang sering terjadi namun tidak

disadari.

2. Untuk menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya praktek Riba agar jelas status

Hukumnya.

3. Sebagai sumbangan informasi ilmiah dan juga pengembangan bagi kajian sosial keagamaan

dan diharapkan dapat menambahkan ilmu pengetahuan dalam kajian-kajian ilmiah khususnya

sosial keagamaan

D. Manfaat Penelitian

Dapat menjadi rujukan dan informasi ilmiah untuk melakukan pendalaman, dan

pengkajian lebih lanjut untuk mendalami mengenai Riba. Secara praktis, sebagai referensi bagi

masyarakat dan umat Islam pada umumnya.

5
6

BAB 2
PENDAHULUAN

1.Definisi dan Jenis-jenis Riba

 Pengertian Riba

perlu dipahami setiap muslim. Baik itu dalam persoalan hutang piutang maupun jual beli,
diperlukan pemahaman agar kamu tidak terjerumus ke dalam riba. Dalam Islam, riba secara
khusus menunjuk pada kelebihan yang diminta dengan cara yang khusus.

Dalam pengertian bahasa, riba berarti tambahan (dalam bahasa Arab azziyadah). Kata riba
dalam bahasa Arab dapat berarti tambahan meskipun sedikit di atas jumlah uang yang
dipinjamkan, hingga mencakup sekaligus riba dan bunga.

Jenis-jenis riba dibagi menjadi riba tentang piutang dan riba jual beli. Dalam ilmu ekonomi, riba
merujuk pada kelebihan dari jumlah uang pokok yang dipinjamkan oleh si pemberi pinjaman dari
si peminjam.

Sebelum mengenal jenis-jenis riba, kamu tentunya perlu memahami pengertian riba. Dari
berbagai definisi, dapat disimpulkan bahwa riba adalah suatu kegiatan pengambilan nilai tambah
yang memberatkan dari akad perekonomian, seperti jual beli atau utang piutang, dari penjual
terhadap pembeli atau dari pemilik dana kepada peminjam dana, baik diketahui bahkan tidak
diketahui, oleh pihak kedua.Riba dapat pula dipahami hanya sebatas pada nilai tambah dari nilai
pokok dalam suatu akad perekonomian. Setelah mengetahui definisi riba, maka penting untuk
mengetahui jenis-jenis riba dan pengertiannya.Secara garis besar, jenis-jenis riba dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba yang berkaitan dengan utang piutang dan riba yang
berhubungan dengan jual beli. Dengan mengetahui jenis-jenis riba dan pengertiannya kamu bisa
mengetahui mengapa riba tidak diperbolehkan dalam agama Islam.

 Jenis-Jenis Riba
Secara garis besar jenis-jenis riba dibagi menjadi dua, yaitu riba tentang piutang dan riba jual
beli. Jenis-jenis riba hutang piutang terbagi lagi menjadi riba Qard dan riba Jahiliyah. Sedangkan
jenis-jenis riba jual beli terbagi menjadi riba Fadhl dan riba Nasi'ah.

1. Riba Hutang Piutang

Riba hutang piutang terbagi menjadi 2 macam, yaitu riba Qard dan riba Jahiliyah.

- Riba Qard

Riba Qard yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berhutang.Misalnya: Putra memberikan pinjaman dana tunai pada Faozan sebasar Rp 1.000.000
dan wajib mengembalikan pokok pinjaman dengan bunga sebesar Rp 1.500.000 pada saat jatuh
tempo dan kelebihan dana pengembalian ini tidak dijelaskan tujuannya untuk apa.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

6
7

- Riba Jahiliyah

Riba Jahiliyah yaitu hutang yang dibayar lebih dari pokoknya, karena si peminjam tidak mampu
bayar hutangnya pada waktu yang ditetapkan.

Contoh: Fulan meminjam Rp 700.000 pada Fulana dengan tempo dua bulan. Pada waktu yang
ditentukan, Fulan belum bisa membayar dan meminta keringanan. Fulana menyetujuinya, tapi
dengan syarat Fulan harus membayar Rp 770.000.

2. Riba Jual Beli

Riba jual beli terbagi juga menjadi 2, yaitu riba Fadhl dan riba Nasi'ah.

- Riba Fadhl

Riba Fadhl yaitu pertukaran antara barang-barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda dan barang yang dipertukarkan termasuk dalam jenis 'barang ribawi'.

Contohnya adalah 3 kg gandum dengan kualitas baik ditukar dengan 4 kg gandum berkualitas
buruk atau yang sudah berkutu.

- Riba Nasi'ah

Riba Nasi'ah yaitu penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi dengan jenis
barang ribawi lainnya.

Contoh: Fahri meminjam dana kepada Juki sebesar Rp 300.000 dengan jangka waktu atau tenor
selama 1 bulan, apabila pengembalian dilakukan lebih dari satu bulan, maka cicilan pembayaran
ditambah sebesar Rp 3.000.

Dengan mengenali dan memahami jenis-jenis riba ini, kamu bisa lebih berhati-hati dalam
menjalankan kegiatan jual beli dan menghindari perilaku riba yang menyebabkan dosa

2. Jenis-jenis Barang Ribawi


Dalam macam-macam riba, ada enam jenis barang yang masuk dalam
kategori barang ribawi, yakni emas, perak, gandum halus, gandum kasar, kurma dan
garam. Jenis riba ini terjadi tatkala terjadi kegiatan jual beli atau pertukaran barang-
barang ribawi namun dengan kadar atau takaran yang berbeda.

Harta ribawi yang tidak boleh dipertukarkan secara langsung apabila berbeda ukuran
lantaran berbeda kualitas hanya terbatas pada benda tertentu saja.

Yang umumnya disepakati para ulama termasuk ke dalam al-mal ar-ribawi setidaknya enam jenis barang.
Keenam barang itu adalah emas, perak, gandung, terigu, kurma dan garam.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

7
8

Dalil sesuai yang disebutkan di dalam hadits Nabi SAW.

‫شع َي‬
ُ َ ّ ‫ب ِييُ يُ ََال‬ ِ ُ‫ي‬뮮
ِ ‫ ِيل‬뮮 ُ ‫ّ ِِ ََال‬ ِ ُِّ
ّ ‫ ِيل ِف‬뮮 ّ ‫ب ََال ِف‬ ِ ََ ّّ‫ ِيل‬뮮 ُ َّّ‫ال‬
ِ ‫َب‬
ّ ‫ ِيل‬뮮
‫َ ِشع ِ َي‬ ِ ‫َ ََاءا‬ ِ ‫ ِي ِلِ لِِْ ِمالا‬뮮
َ ٍ‫ ِيث ل‬뮮 ِ ُِ ْ‫الِ ل‬
ِ ََ ِِ ِ‫لت‬
‫ ِي ل‬뮮ِ ُِ ِ‫الت‬
‫َ ََاءل يادا ََ ل‬
َ ‫ب‬
‫لَ ِِ لْ ت لْ إََا ََاََ يادا بع لد‬َ ََْ ‫ناُ فبْشَا‬ُ ْ ‫ْ ََ ِّ ِِ ال ل‬ ‫ْ لف َ ل‬ ‫بْ لٍ فإََا ل‬
َ ْ‫ا‬
Dari Ubadah bin Shamait berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:” Emas dengan emas, perak dengan
perak, gandum dengan gandum, terigu dengan terigu, korma dengan korma, garam dengan garam harus
sama beratnya dan tunai. Jika jenisnya berbeda maka juallah sekehendakmu tetapi harus tunai (HR
Muslim).

Dari dalil di atas, maka tukar menukar sesama jenis harta dari salah satu keenam harta itu menjadi haram,
kalau berbeda ukurannya.

Emas
Barter emas dengan emas hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, emas 10 gram
24 karat tidak boleh ditukar langsung dengan emas 20 gram 23 karat. Kecuali setelah dikonversikan
terlebih dahulu masing-masing benda itu.

Perak
Barter perak dengan perak hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, perak 100 gram
dengan kadar yang tinggi tidak boleh ditukar langsung dengan perak200 yang kadarnya lebih rendah.
Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.

Gandum
Barter gandum dengan gandum hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 100 Kg
gandum kualitas nomor satu tidak boleh ditukar langsung dengan 150 kg gandum kuliatas nomor dua.
Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu

Terigu
Demikian juga barter terigu dengan teriguhukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya,
100 Kg terigu kualitas nomor satu tidak boleh ditukar langsung dengan 150 kg terigu kuliatas nomor dua.
Kecuali setelah dikonversikan terlebih dahulu masing-masing benda itu.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

8
9

Kurma
Barter kurma dengan kurma hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 1 Kg kurma
ajwa (kurma nabi) tidak boleh ditukar langsung dengan 10 kg kurma Mesir. Kecuali setelah dikonversikan
terlebih dahulu masing-masing benda itu

Garam
Barter garam dengan dengan garam hukumnya haram, bila kadar dan ukurannya berbeda. Misalnya, 1 Kg
garam tipe A tidak boleh ditukar langsung dengan 3 kg garam tipe B, kecuali setelah dikonversikan
terlebih dahulu masing-masing benda itu.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

9
10

3. Konsep Riba Dalam Perspektif Non Muslim


Riba bukan hanya merupakan persoalan masyarakat Islam, tetapi berbagai kalangan di luar Islam
pun memandang serius persoalan ini. Karenanya, kajian terhadap masalah riba dapat dirunut
mundur hingga lebih dari dua ribu tahun silam. Masalah riba telah menjadi bahan bahasan
kalangan Yahudi, Yunani, demikian juga Romawi. Kalangan Kristen dari masa ke masa juga
mempunyai pandangan tersendiri mengenai riba.

Karena itu, sepantasnya bila kajian tentang riba pun melihat perspektif dari kalangan nonmuslim
tersebut. Ada beberapa alasan mengapa pandangan dari kalangan nonmuslim tersebut perlu dikaji.

Pertama, agama Islam mengimani dan menghormati Nabi Ibrahim,Ishak,Musa,dan Isa. Nabi-nabi
tersebut diimani juga oleh Yahudi dan Nasrani. Islam juga mengakui kedua kaum ini sebagai Ahli
Kitab karena kaum Yahudi di karuniai Allah SWT kitab Taurat, sedangkan kaum Kristen
dikaruniai kitab Injil.

Kedua, pemikiran kaum Yahudi dan Kristen perlu dikaji karena sangat banyak tulisan mengenai
bunga yang dibuat para pemuka agama tersebut.

Ketiga, pendapat orang-orang Yunani dan Romawi juga perlu diperhatikan karena mereka
memberikan konstribusi yang besar pada peradaban manusia. Pendapat mereka juga banyak
mempengaruhi orang-orang Yahudi dan Kristen serta Islam dalam memberikan argumentasi
sehubungan dengan riba.

4. Larangan Riba dalam Al-Qu’an dan Sunnah


Umat Islam dilarang mengambil riba dan melibatkan diri dengan riba. Keharamannya yang sudah
jelas bersumber dari beberapa surah di Al-qur’an dan Hadist Rasulullah Saw. Allah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba, dan setiap kegiatan usaha haruslah berdasarkan prinsip syariah
dan kehati-hatian. Pembahasan mengenai riba tersebut menjadi topik bahasan dalam Webinar
Series on Islamic Economics yang diadakan oleh Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu
Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII), pada Selasa (17/11).
Webinar yang diadakan secara daring ini menghadirkan dua narasumber yaitu Dosen Academy of
Contemporary Islamic Studies Universiti Teknologi MARA, Malaysia, Dr. Mohd Asmadi Bin
Yakob dan Dosen Program Studi Ekonomi Islam FIAI UII, Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Sh.Ec.
Disampaikan Dr. Asmadi, selain sebagai petunjuk bagi umat manusia tujuan Alqur’an diturunkan
oleh Allah kepada nabi Muhammd Saw yaitu islahul maali (memperbaiki ekonomi). Konsep riba
yang dilarang oleh Allah memiliki keterkaitan dengan harta yang dikelola manusia. Turunnya ayat
yang melarang riba terjadi pada saat Kota Makkah menjadi pusat perdagangan antar bangsa yang
menghubungkan negeri Syam di utara dan Yaman di selatan. Letak strategis kota Makkah
mendorong suku Quraisy sebagai penduduk mayoritas di kota Makkah, memilih profesi sebagai
pedagang dan melibatkan diri pada kesibukan pernaigaan.
Dr. Asmadi menegaskann bahwa hal ini sangat erat hubungannya dengan peminjaman modal.
Sehingga di sebagian kalangan pemberi modal menetapkan harga tertentu sebagai tambahan atas
pengembaliannya, dan hal itulah yang disebut riba. Para pedagang sering mengkreditkan modal
kepada orang lain dengan cara riba termasuk kepada salah satu suku, yaitu suku Saqif dengan
harapan memperoleh keuntungan dalam jumlah yang lebih besar. Kebiasaan riba jahiliyah inilah
yang dipraktikkan secara luas oleh banyak pedagang di Makkah yang menjadi sasaran keharaman
riba di dalam Alqur’an.
10
11

“Ayat-ayat tentang riba ini diturunkan, disebabkan riba yang mendarahdaging di kalangan
pedagang kota Makkah, dan riba sangat sulit disingkirkan. Sehingga kemudian diturunkan ayat-
ayat tentang mu’amalah seperti hutang-piutang, gadai dan lain sebagainya. Barulah setelah ayat
ini turun umat islam dibersihkan dari perbuatan riba,” tuturnya.
Dr. Nur Kholis menyebutkan di dalam alqur’an ayat riba berada di empat surat, yaitu surat Ar-
Rum, An-Nisa’, Al-Baqoroh, Ali-Imron. Hal inilah yang menandakan bahwa ayat-ayat tentang
riba sudah jelas bagaimana hukumnya. Urgensi pembahasan riba salah satunnya sebagai pemicu
lahirnya ekonomi Islam memasuki sejarah baru, dikarenakan sensitifitas umat Islam terhadap
sesuatu yang haram. “Riba termasuk dosa besar maka harus dihindari seoptimal mungkin, dan
terbukti bahwa Islam secara keseluruhan telah memberikan guidence dalam menjalankan
perekonomian,” imbuhnya.
Selanjutnya, Turunnya ayat riba yang terbagi di empat surat menggambarkan bahwa sisetiap
turunnya ayat, Allah mengajak umatnya untuk berfikir, akan bahaya dan dampaknya. “larangan
riba tidak tiba-tiba langsung diharamkan begitu saja, tapi ada proses rasionalisasi. Umat islam
diajak untuk berfikir, diajak berdialog oleh yang maha Kuasa. Menalar, jadi melakukan penalaran
terkait dengan bahayanya riba dan dampaknya,” ucapnya.
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, dari sinilah harus berhenti
(mengambil harta riba).Orang yang mengambil riba maka orang itu adalah penghuni neraka.
Mereka kekal di dalamnya. Allah Swt. berfirman di dalam Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 275-
276 “Orang-orang yang makan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kerasukan syetan lantaran tekanan penyakit gila”. (HA/RS)

5. Alasan Pembenaran Pengambilan Riba


Sudah jelas pengambilan uang riba itu diharamkan. Tapi tetap saja masih ada cendekiawan yang
mencoba untuk memberikan pembenaran atas pengambilan bunga uang. Padahal ayat-ayat dan
hadits riba sudah sangat jelas dan sharih menjelaskan haramnya pengambilan uang riba tersebut.

Berikut di antaranya alasan cendekiawan yang memmbenarkan akan pengambilan riba:

Pertama. Dalam keadaan darurat, bunga halal hukumnya.

Kedua. Hanya bunga yang berlipat ganda saja dilarang, sedangkan suku bunga yang “wajar” dan
tidak mendzalimi, diperkenankan.
Ketiga. Bank, sebagai lembaga, tidak termasuk dalam kategori miukallaf. Dengan demikian, tidak
terkena khitab ayat-ayat dan hadits riba.
1. Darurat
Untuk memahami pengertian darurat, kita seharusnya melakukan pembahasan yang komprehensif
tentang pengertian darurat seperti yang dinyatakan syara’ (Alah dan Rasul-Nya), bukan
pengertian sehari-hari terhadap istilah ini.

Imam Suyuti dalam bukunya, al-Asybah wan Nadzair menegaskan bahwa “darurat adalah suatu
keadaan emergency dimana jika seseorang tidak segera melakukan tindakan dengan cepat, akan
membawanya ke jurang kehancuran atau kematian.”

Dalam literatur klasik, keadaan emergency ini sering dicontohkan dengan seorang yang tersesat di
hutan dan tidak ada makanan lain kecuali daging babi yang diharamkan. Dalam keadaan darurat
demikian Allah menghalalkan daging babi dengan dua batasan.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah
11
12

2. Berlipat Ganda
Ada pendapat bahwa bunga hanya dikategorikan riba bila sudah berlipat ganda dan memberatkan,
sedangkan bila kecil dan wajar-wajar saja dibenarkan. Pendapat ini berasal dari pemahaman yang
keliru atas firman Allah dalam surah Ali-Imran ayat 130,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertaqwalah kepada Allah supaya kalian mendapat keberuntungan.”

Sepintas, surat Ali Imran ayat 130 itu memang hanya melarang riba yang berlipat ganda. Akan
tetapi, jika memahami kembali ayat tersebut secara cermat, termasuk mengaitkannya dengan ayat-
ayat riba lainnya secara komprehensif, serta pemahaman terhadap fase-fase pelarangan riba secara
menyeluruh, akan sampai pada kesimpulan bahwa riba dalam segala bentuk dan jenisnya mutlak
diharamkan.

Kriteria berlipat ganda dalam ayat ini harus dipahami sebagai hal atau sifat dari riba dan sama
sekali bukan merupakan syarat. Syarat berarti kalau terjadi pelipatgandaan maka riba, jika kecil
maka tidak riba.

Menanggapi hal ini, Dr. Abdullah Draz, dalam salah satu konferensi fiqih Islami di Paris tahun
1978, menegaskan kerapuhan asumsi syarat tersebut. Ia menjelaskan secara linguistik arti
“kelipatan”. Sesuatu berlipat minimal 2 kali lebih besar daripada semula.

Dengan demikian, menurutnya, kalau berlipat ganda itu dijadikan syarat maka sesuai dengan
konsekuensi bahasa, minimum harus 6 kali atau bunga 600%. Secara operasional dan nalar sehat,
angka itu mustahil terjadi dalam proses perbankan maupun simpan pinjam.

6.Perbedaan antara Investasi dan Membungakan Uang

1. Investasi adalah yang mengandung risiko karena berhadapan dengan unsur


ketidakpastian. Dengan demikian, perolehan kembaliannya (return) tidak pasti dan tidak
tetap.
2. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko karena
perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap.

7.Berbagai Fatwa tentang Riba

HAMPIR semua majelis fatwa ormas Islam berpengaruh di Indonesia, seperti


Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, telah membahas masalah riba.

Pembahasan itu sebagai bagian dari kepedulian ormas-ormas Islam tersebut terhadap
berbagai masalah yang berkembang di tengah umatnya. Untuk itu, kedua organisasi
tersebut memiliki lembaga ijtihad, yaitu Majlis Tarjih Muhammadiyah dan Lajnah Bahsul
Masa’il Nahdlatul Ulama.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

12
13

Majlis Tarjih Muhammadiyah


 Majelis Tarjih Sidoarjo (1968) memutuskan :
 Riba hukumnya haram dengan nash shahih al-qur’an dan as-sunnah
 Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba hukumnya halal
 Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para nasabahnya atau
sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara musytabihat
 Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk mengusahakan terwujudnya
konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga perbankan,yang sesuai dengan
kaidah islam.
 Majelis Tarjih Wiradesa (1972) memutuskan :
 Mengamanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk segera dapat memenuhi
keputusan majelis tarjih di Sidoarjo tahun 1968 tentang terwujudnya konsepsi sistem
perekonomian, khususnya lembaga perbankan yang sesuai dengan kaidah islam
 Mendesak Majelis Tarjih PP Muhammadiyah untuk dapat mengajukan konsepsi
tersebut dalam muktamar yang akan datang
 Majelis tarjih di Garut (1976), menyangkut pembahasan mengenai pengertian uang
atau harta, hak milik, dan kewajiban pemilik uang menurut Islam.
 Majelis Tarjih di Malang (1989), memutuskan bahwa koperasi simpan pinjam
hukumnya adalah mubah karena tambahan pembayaran pada koperasi simpan
pinjam bukan termasuk riba. Disini juga Majelis Tarjih PP Muhammadiyah
mengeluarkan satu tambahan keterangan yaitu bahwa tambahan atau jasa yang
diberikan oleh peminjam bukanlah riba. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya,
hendaknya tambahan pembayaran (jasa) tidak melampaui laju inflasi.

1.Lajnah Bahsul Masa’il Nahdlatul Ulama


Menurut lajnah, hukum bank dan hukum bunganya sama seperti hukum gadai. Terdapat
tiga pendapat ulama mengenai masalah ini.

Haram, sebab termasuk utang yang dipungut rente.


Halal, sebab tidak ada syarat pada waktu akad, sedangkan adat yang berlaku tidak dapat
begitu saja dijadikan syarat.
Syubhat, sebab para ahli hokum berselisih pendapat tentangnya.Keputusan Lajnah Bahsul
Masa’il yang lebih lengkap tentang masalah bank ditetapkan pada sidang di Bandar
Lampung (1982). Kesimpulan sidang yang membahas tema Masalah Bank Islam tersebut
antara lain sebagai berikut.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

13
14

 Para Musyawirin masih berbeda pendapat tentang hukum bunga bank konvensional,
dimana ada yang menyamakan antara bunga bank dengan riba, ada juga yang tidak
menyamakannya, dan ada juga yang menyatakan syubhat.
 Lajnah memandang perlu mencari jalan keluar menentukan sistem perbankan yang
sesuai dengan hokum Islam, yakni bank tanpa bunga.
 Munas mengamanatkan kepada PBNU agar membentuk suatu tim pengawas dalam
bidang syariah, sehingga dapat menjamin keseluruhan operasional bank NU
tersebut sesuai dengan kaidah-kaidah muamalah islam.
 Para musyawirin mendukung dan menyetujui berdirinya bank Islam NU dengan
sistem tanpa bunga.
 Sidang Organisasi Konferesnsi Islam ( OKI )

Dua hal utama yang disepakati oleh peserta sidang OKI Kedua di Karachi, Pakistan,
Desember 1970, yaitu sebagai berikut:

 Untuk Praktik bank dengan sistem bunga adalah tidak sesuai dengan syariah islam.
 Perlu segera didirikan bank-bank alternative yang menjalankan operasinya sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.

2.Mufti Negara Mesir
Sekurang-kurangnya sejak tahun 1900 hingga 1989, Mufti Negara Republik Arab Mesir
memutuskan bahwa bunga bank termasuk salah satu bentuk riba yang diharamkan.

3.Konsul Kajian Islam Dunia


Dalam konferensi II KKID ( Konsul Kajian Islam Dunia) yang diselenggarakan di
Universitas Al-azhar, Kairo, pada bulan Muharam 1385 H/Mei 1965 M, ditetapkan bahwa
tidak ada sedikit pun keraguan atas keharaman praktik pembungaan uang seperti yang
dilakukan bank-bank konvensional.
Ulama-ulama besar yang hadir pada saat itu ialah Syekh Azhar Prof. Abu Zahra, Prof.
Abdullah Draz, Prof. Dr. Mustafa Ahmad Zarqa, Dr. Yusuf Qardhawi, dan sekitar tiga
ratus ulama besar lainnya.

4.Fatwa lembaga-lembaga lain


Selain dari lembaga-lembaga islam dunia di atas, beberapa lembaga berikut ini juga
menyatakan bahwa bunga bank adalah salah satu bentuk riba yang diharamkan.
Lembaga-lembaga tersebut antara lain :

1.Akademi Fiqh Liga Muslim Dunia


2.Pimpinan Pusat Dakwah, Penyuluhan, Kajian Islam, dan Fatwa, Kerajaan Saudi Arabia.

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

14
15

8.Dampak Negatif Riba


(1) Riba memberikan dampak negatif bagi akhlak dan jiwa pelakunya. Jika diperhatikan, maka
kita akan menemukan bahwa mereka yang berinteraksi dengan riba adalah individu yang secara
alami memiliki sifat kikir, dada yang sempit, berhati keras, menyembah harta, tamak akan
kemewahan dunia dan sifat-sifat hina lainnya.

(2) Riba merupakan akhlaq dan perbuatan musuh Allah, Yahudi. Allah ta’ala berfirman:

ََ‫اِ ٍِ َََ َ لْت َ لٍََا ِل لْ ََافِ ِِي‬


ِ َ‫اِ بِ لالب‬
ِ ّ‫ْ لنُُ َََ َ لَ ِْ ِِ لْ َ َ لم ََا َل الن‬ ‫َََ َ لْ ِّ َِ ُْ ِ ر‬
َ ‫الِبَا ََََ لٍ َُ َُِا‬
‫َّْابما َ َ ِلْ مِا‬
َ ْ‫ِم لن ُِ ل‬
“Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang
daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil, Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (QS. An
Nisaa’: 161)

(3) Riba merupakan akhlak kaum jahiliyah. Barang siapa yang melakukannya, maka sungguh dia
telah menyamakan dirinya dengan mereka.

(4) Pelaku (baca: pemakan) riba akan dibangkitkan pada hari kiamat kelak dalam keadaan seperti
orang gila. Allah ta’ala berfirman:

ّ‫اَ ِمََ لال َِ ِ ر‬ ُ َ َ ْ‫َ ل‬


ّ ‫َُُ ال‬ ُ ّ‫الِبَا ل يََُُ ُمَََ ِإل ََ َِا يََُُ ُُ الِّّي يَت َ َخب‬ ‫الِّّيََ يَْ ل ََََُُْ ِ ر‬
ُِ‫الِبَا فَ َِ لَ ََا َء‬ ‫لُ لالبَ لْ ََ ََ َح ِّ َُ ِ ر‬
ّ ٍّ ‫الِبَا َََ َ َح‬‫ََ ِل ََ ِبََّْ ُِ لْ ََالَُا ِإَّ َِا لالبَ لْ َُ ِمال ٍُ ِ ر‬
뮮‫ا‬
ُ ََ ْ ‫ْادَ فََُْلَِِ ََ َ َ ل‬َ َ‫لِ ََ َم ل‬ ّ ‫َ َََ َ لم ُُِِ إِلَى‬ َ ‫َِة ِم لَ ََبِر ُِ فَا لَت َ َِى فََُُْ َما‬
َ َ َْ َ ِْ َ‫َم ل‬
ٍَََُ‫اَ َُ لْ ِفْ َِا َْا ِل‬ ِ ّ‫الن‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah: 275)

(5) Seseorang yang bergelut dan berinteraksi dengan riba berarti secara terang-terangan
mengumumkan dirinya sebagai penentang Allah dan rasul-Nya dan dirinya layak diperangi oleh
Allah dan rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman:

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

15
16

ََْ‫الِبَا ِإ لَ َُ لنت ُ لْ ُمْل ِم ِن‬‫ع ِمََ ِ ر‬َ ُِ َ‫لَ ََََ ََُا َما ب‬ ّ ‫ يَا ََيي َِا الِّّيََ آ َمنَُا اتَُُّا‬. ْ‫فَإِ لَ لَ ل‬
‫َِ َ َ لم ََا ِل َُ لْ ل ت َ ل‬
َََُِ ِْ َ ُ ‫ََ ِل ُِ ََ ِإ لَ ت ُ لبت ُ لْ فََْ َُ لْ َُ ُء‬ ‫ت َ لفشََُْا فَْلََََُا ِب ََ لِ ل‬
ّ ََ‫ ِم‬뮮
ُ ََ ََ ِ‫ل‬
َََُِ ََْ‫ََل ت ُ ل‬
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan
jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 278-279)

Maka keuntungan apakah yang akan diraih bagi mereka yang telah mengikrarkan dirinya sebagai
musuh Allah dan akankah mereka meraih kemenangan jika yang mereka hadapi adalah Allah dan
rasul-Nya?!

(6) Memakan riba menunjukkan kelemahan dan lenyapnya takwa dalam diri pelakunya. Hal ini
menyebabkan kerugian di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman:

ََََُ ِْ ‫لَ لَشَّْ َُ لْ ت ُ لف‬


ّ ‫ْفَِم ََاتَُُّا‬
َ ‫ّا‬ ‫الِبَا َ َ ل‬
َ ‫ْشَافما ُم‬ ‫ ي َيا ََيي َِا الِّّيََ آ َمنَُا ل تَْ ل ََُُْا ِ ر‬.
‫اَ الّ ِتع َ ُ ٍِْ ل‬
ََ‫ّْ ِل لْ ََا ِف ِِي‬ َ ّ‫ ََاتَُُّا الن‬. َََُِ ‫ََ َل لَشَّْ َُ لْ ت ُ لِ َح‬ ّ ََ َ‫ل‬
ُ ِ‫ال‬ ّ ‫َََ َ ِِْشَُا‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu
dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul,
supaya kamu diberi rahmat.” (QS. Ali Imran: 130-132)

(7) Memakan riba menyebabkan pelakunya mendapat laknat dan dijauhkan dari rahmat Allah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun melaknat pemakan riba, yang memberi riba, juru
tulisnya dan kedua saksinya, beliau berkata, “Mereka semua sama saja.” (HR. Muslim: 2995)

(8) Setelah meninggal, pemakan riba akan di adzab dengan berenang di sungai darah sembari
mulutnya dilempari dengan bebatuan sehingga dirinya tidak mampu untuk keluar dari sungai
tersebut, sebagaimana yang ditunjukkan dalah hadits Samurah radliallahu ‘anhu (HR. Bukhari
3/11 nomor 2085)

(9) Memakan riba merupakan salah satu perbuatan yang dapat menghantarkan kepada kebinasaan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan!”
Para sahabat bertanya, “Apa sajakah perkara tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Syirik, sihir, membunuh jiwa yan diharamkan Allah kecuali dengan cara yang hak, memakan
riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan pertempuran dan menuduh wanita mukminah
berzina.” (HR. Bukhari nomor 2615, Muslim nomor 89)

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

16
17

(10) Riba merupakan perbuatan maksiat kepada Allah dan rasul-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman,

ََََُّْْ َ َ ‫لُ الِّّيََ يَت‬


ّ ُْ َْ‫ّا ََ لٍ يَ لش‬ ‫ّ َُ لْ بَ لش م‬ ِ ‫اء بَ لش‬ ِ َْ ٍََُ ْ‫ََ ِل بَ لْنَ َُ ل‬ َ ُ‫ل ت َ لْشََُْا د‬
ّ ‫ْا َء‬
ُ ِ‫ال‬
‫ّْ َ ة‬
뮮‫ا‬ َ ْ‫ِْبَ ُِ ل‬ ِ ُ‫ِْبَ ُِ لْ فِتلنَِة َ َ لَ ي‬ِ ُ ‫ْ لَ َ َ لم ِِ ِِ َ َ لَ ت‬َ َََُ‫ِم لن َُ لْ ِل ََاَما فَ لَْْ لََّ َِ الِّّيََ يُخَا ِلف‬
ْ‫َ َ ِلْ ة‬
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih.” (QS. An Nuur: 63)

‫ّْ َ ة‬
‫ ُم ِِ ة‬뮮‫ا‬
َْ ‫ََلَُُ ََيَتَشٍَّ ُحٍَُدَُِ يُ لٍ ِْ لُُْ َ م‬
َ َُُ‫َاَا َْا ِلٍما ِفْ َِا ََل‬ ِ ‫َ َي َم لَ يَ لش‬
ّ ِ
ُ ََ ََ َ‫ل‬
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-
Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan
baginya siksa yang menghinakan.” (QS. An Nisaa: 14)

َ‫ََلُُُ َ َ لم مِا َ َ لَ يَ ََََُ لَ ُِ ُْ لال ِخَْ َُِ ُ ِم ل‬ ّ ‫ّى‬


ُ ََ ََ ُ‫ل‬ َ ََ ‫ََ َما ََاََ ِل ُِْل ِم لَ ََل ُمْل ِمنَ لِ ِإََا‬
‫ْلل ُم ِبْنما‬ َ ٍّ ْ َ ٍ‫ََلَُُ فََُ ل‬ ُ ََ ََ َ‫ل‬ ّ ِ ِ ‫َ َ لم ِِ َِ لْ ََ َم لَ يَ لش‬
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka
sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzaab: 36)

‫َاَ ََ َِنّ َْ َْا ِلٍِيََ فِْ َِا ََبٍَما‬


َ َ َُُ‫ََلَُُ فَإِ َّ ل‬ ِ ‫ََ َم لَ يَ لش‬
ّ ِ
ُ ََ ََ َ‫ل‬
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka Sesungguhnya baginyalah neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS. Al Jin: 23)

(11) Pemakan riba diancam dengan neraka jika tidak bertaubat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

ّ ‫اَ ِمََ لال َِ ِ ر‬ ُ َ َ ْ‫َ ل‬


ّ ‫َُُ ال‬ ُ ّ‫الِبَا ل يََُُ ُمَََ ِإل ََ َِا يََُُ ُُ الِّّي يَت َ َخب‬ ‫الِّّيََ يَْ ل ََََُُْ ِ ر‬
َ‫البَْلَي‬ ‫لُ ل‬ ّ ٍّ ‫الِبَا َََ َ َح‬ ‫الِبَا فَ َِ لَ ََا َءُِ ََ ِل ََ ِبََّْ ُِ لْ ََالَُا ِإَّ َِا لالبَ لْ َُ ِمال ٍُ ِ ر‬
‫ََ َح ِّ َُ ِ ر‬
뮮‫ا‬
ُ ََ ْ ‫ْادَ فََُْلَِِ ََ َ َ ل‬ َ َ‫لِ ََ َم ل‬ ّ ‫َ َََ َ لم ُُِِ ِإلَى‬ َ َ ََْ ‫َِة ِم لَ ََبِر ُِ فَا لَت َ َِى فََُُْ َما‬
َ ِْ َ‫َم ل‬
ٍَََُ‫اَ َُ لْ ِفْ َِا َْا ِل‬ ِ ّ‫الن‬
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka
baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah: 275)

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

17
18

(12) Allah tidak akan menerima sedekah yang diperoleh dari riba, karena Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak akan menerima sesuatu
kecuali yang baik.” (HR. Muslim 2/3 nomor 1014)

(13) Do’a seorang pemakan riba tidak akan terkabul. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah menceritakan bahwa ada seorang yang bersafar kemudian menengadahkan tangannya ke
langit seraya berdo’a, “Ya Rabbi, ya Rabbi!” Akan tetapi makanan dan minumannya berasal dari
yang haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan oleh barang yang haram. Maka bagaimana bisa
do’anya akan dikabulkan?! (HR. Muslim nomor 1014)

(14) Memakan riba menyebabkan hati membatu dan memasukkan “ar raan” ke dalam hati. Allah
ta’ala berfirman,

َ‫ي‬ََُ‫َْْى ََُُْ ِب ِِ لْ َما ََاََُا يَ لَ َِب‬


َ ََ‫ََل بَ لٍ ََا‬
“Sekali-kali tidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka.” (QS. Al Muthaffifin: 14)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah di dalam jasad terdapat sepotong
daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh badan. Namun jika ia rusak, maka rusaklah seluruh
badan. Ketahuilah sepotong daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari 1/19 nomor 52, Muslim nomor
1599)

(15) Memakan riba adalah bentuk kezhaliman dan kezhaliman merupakan kegelapan di hari
kiamat. Allah ta’ala berfirman,

ُ ‫الَا ِل َََُِ ِإَّ َِا يُ َْ ِ رْ ُِ َُ لْ ِلَْ لَ لُ ت َ لَخ‬


ُِ ِْ‫َِ ف‬ ّ ٍُ َِ ‫ْ ِّا يَ لش‬ َ ‫لَ غَافِل‬ ّ َّ َ‫َب‬ َ َ‫َ َيل ت َ ل‬
َ‫ا‬
ُ ِ َ ‫ ال لب‬. ‫ِ لِفُ ُِ لْ َََ َ لف ٍَِِت ُ ُِ لْ َ َََا ةء‬
َ ْ‫ُم لِ َِ ِشََْ ُم لُ ِن ِشع َُ ُءَ َِ ِِ لْ ل يَ لِتٍَي ِإلَ لْ ِِ ل‬
“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang
diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka
sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. Mereka datang bergegas-gegas
memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip
dan hati mereka kosong.” (QS. Ibrahim: 42-43)

(16) Pelaku riba biasanya jarang melakukan berbagai kebajikan, karena dirinya tidak memberikan
pinjaman dengan cara yang baik, tidak memperhatikan orang yang kesulitan, tidak pula
meringankan kesulitannya bahkan dirinya mempersulit dengan pemberian pinjaman yang disertai
tambahan bunga. Padahal Allah telah menerangkan keutamaan seorang yang meringankan
kesulitan seorang mukmin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa
meringankan satu kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitannya di dunia , maka Allah
akan meringankan kesulitan dari berbagai kesulitan yang akan dihadapinya pada hari kiamat kelak.
Barangsiapa yang memeri keringanan bagi orang yang kesulitan, maka Allah akan memberi
keringanan baginya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menyembunyikan aib seorang muslim,
maka Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat.” (HR. Muslim nomor 2699)

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

18
19

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Barangsiapa memperhatikan orang yang
ditimpa kesulitan dan menghilangkannya, maka Allah akan menaunginya dalam naungan-Nya.”
(HR. Muslim nomor 3006)

(17) Riba melunturkan rasa simpati dan kasih sayang dari diri seseorang. Karena seorang rentenir
tidak akan ragu untuk mengambil seluruh harta orang yang berhutang kepadanya. Oleh karena itu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ل تنزع الِحِِ إل مَ ُِع‬


“Tidaklah sifat kasih sayang itu diangkat kecuali dari seorang yang celaka.” (HR. Abu Dawud
nomor 4942, Tirmidzi nomor 1923 dan hadits ini dishahihkan oleh al ‘Allamah Al Albani dalam
Shahih Tirmidzi, 2/180)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Allah tidak akan menyayangi seseorang
yang tidak sayang kepada sesama manusia.” (HR. Bukhari nomor 7376, Muslim nomor 2319)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Orang yang memiliki sifat kasih sayang akan
disayangi oleh Ar-Rahman. Sayangilah makhluk yang ada di bumi, niscaya Dzat yang ada di
langit akan menyayangi kalian.” (HR. Abu Dawud nomor 1941, Tirmidzi nomor 924 dan hadits
ini dishahihkan oleh Imam Al Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/180)

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

19
20

KESIMPULAN

Dari uraian makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa riba merupakan kegiatan eksploitasi

dan tidak memakai konsep etika atau moralitas, Allah mengharamkan transaksi yang

mengandung unsur ribawi, hal ini disebabkan mendhalimi orang lain dan adanya unsur

ketidakadilan. Para ulama sepakat dan menyatakan dengan tegas tentang pelarangan riba, dalam

hal ini mengacu pada kitabullah dan sunnah rasul serta ijma’ para ulama.

Transaksi riba biasanya sering terjadi dan ditemui dalam transaksi hutang piutang dan

jual beli. Hutang piutang merupkana transaksi yang rentan akan riba, di mana kreditor meminta

tambahan kepada debitur atas modali awal yang telah dipinjamkan sebelumnya.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

http://cilacap.kemenag.go.id/fiqh/read/riba-dalam-perspektif-agama-dan-sejarah

https://www.elangproperty.com/inilah-17-dampak-negatif-riba-bagi-anda-mengerikan/

21

Anda mungkin juga menyukai