Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

RIBA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pengantar Fikih Muamalah”

Disusun oleh:
Kelompok 7
Aldo Oktafendra Ramadhan : 2213040078
Bella Anggelia : 2213040058
Riza Putri : 2213040100
Yolva Ramadani : 2213040060

Dosen Pembimbing:
Drs. Burhanuddin, M. Ag

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah diucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik hendaknya. Kemudian shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW. Makalah ini membahas tentang “RIBA”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pengantar Fikih
Muamalah yang merupakan suatu pelatihan bagi mahasiswa, juga berfungsi sebagai suatu
kegiatan untuk meningkatkan kreatifitas mahasiswa.

Ucapan terimakasih pemakalah ucapkan kepada bapak Drs. Burhanuddin, M. Ag


selaku dosen pengampu. Juga kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Namun pemakalah menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu pemakalah harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 04 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama rahmat yang penuh dengan petunjuk untuk mencapai
kebahagiaan dunia maupun akhirat. Islam juga Agama yang penuh dengan petunjuk
untuk mengatur segala persoalan manusia, baik duniawi maupun ukhrowi, semua
petunjuk itu terdapat hukum yang utama yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits, tetapi
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh islam itu tidak semuanya siap untuk
dilaksanakan. Dalam bingkai ajaran Islam, aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
manusia untuk dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas
dalam syari’at islam. Allah SWT menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan
oleh manusia dengan cara yang dihalalkan oleh Allah dan bersih dari segala perbuatan
yang mengandung Riba yang merugikan orang lain (Wicaksana, 2016).
Riba merupakan perbuatan yang haram atau dilarang dalam perbankan
syariah. Jika riba dengan jumlah kecil ataupun besar (ganda) maka dianggap tetap hal
atau aktifitas yang tidak boleh dilakukan, sebab sikap dan perbuatan tersebut bisa
merugikan selain itu juga haram untuk semua kalangan masyarakat. Riba jika
dijalankan sendiri ataupun bekerjasama dengan yang terakit riba, itu hal yang tetap
diharamkan bagi umat muslim. Praktek riba yang sangat membahayakan bagi
manusia dan menguntungkan pada salah satu pihak saja tapi kemudian merugikan
banyak orang. Secara kebahasaan perkataan riba berarti tambahan atau
menambahkan. Adapun menurut istilah syariah, riba berarti tambahan yang diberikan
oleh debitor kepada kreditor yang disebabkan oleh penangguhan waktu atau oleh
berbedanya jenis barang (Al-munawir, n.d.).
Pada dasarnya kegiatan ekonomi merupakan kebiasaan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup pribadi maupun keluarga. Dengan kegiatan itu mereka
memperoleh rizki, dan dengan rizki itu mereka dapat melangsungkan kehidupannya
secara layak, makan, minum, tidur dan menjalani kehidupan berumah tangga. Bagi
Umat Islam Al-Qur‟an adalah petunjuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang
berkebenaran absolut. Sunnah Nabi Muhammad SAW berfungsi sebagai menjelaskan
kandungan Al-Qur‟an dan hadits Nabi yang memotivasi manusia untuk bekerja yang
kegiatan ekonomi termasuk didalamnya dan mencela orang yang menjadi pemalas.
Tetapi tidak semua kegiatan ekonomi dibenarkan dalam Al-Qur‟an. Jika kegiatan itu
mempunyai watak yang dapat merugikan banyak orang dan menguntungkan sebagian
kecil seseorang, seperti monopoli dagang, perjudian dan juga riba, oleh sebab itu
semua pasti akan ditolak (Kosanke, 2019).
Manusia didalam kehidupannya sering melakukan jual beli untuk kebutuhan
sehari-hari dan dikembangkan. Serta memiliki beberapa kaidah dan etika moralitas
dalam islam. Allah SWT telah menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan
oleh manusia dengan cara yang telah dihalalkan dan bersih dalam segala perbuatan
yang mengandung riba.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan hukum riba ?
2. Apa macam-macam riba ?
3. Bagaimana proses pelarangan riba dalam alquran ?
4. Bagaimana pandangan islam terhadap bunga bank ?
5. Apa hikmah diharamkannya riba ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian dan hukum riba
2. Untuk menjelaskan macam-macam riba
3. Untuk menjelaskan proses pelarangan riba dalam alquran
4. Untuk menjelaskan pandangan islam terhadap bunga bank
5. Untuk menjelaskan hikmah diharamkannya riba
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Hukum Riba


1. Definisi Riba
Riba menurut bahasa adalah az-ziyadah yang berarti kelebihan atau tambahan.
Riba juga berarti an-nama yang berarti tumbuh atau berkembang seperti yang terdapat
dalam firman Allah Swt. QS Al-Hajj [22: 5]:

‫فإذا أنزلنا عليها الماء اهتزت وربت وأثبتت من كل زوج بهيج‬


Artinya : “Maka apabila telah kami turunkan air hujan di atasnya, hiduplah bumi itu
dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis pasangan tumbuhan yang
indah”.

Sedangkan menurut istilah riba merupakan suatu akad yang dijadikan untuk satu ganti
khusus tanpa diketahui perbandingannya dalam penilaian syariat ketika berakad atau
bersama dengan mengakhirkan kedua ganti atau salah satunya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa riba merupakan penetapan bunga atau


melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari
jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam dan penambahan pada
salah nsatu dari dua ganti yang sejenis tanpa adaya ganti dari tambahan ini. Tidak
semua tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang dihasilkan dalam
sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya.

2. Hukum Riba Dalam Islam

Para ulama bersepakat bahwa hukum macam-macam riba dalam islam adalah
haram. Hal ini sebagai mana firman Allah dalam Al-Quran surah Ali-Imran ayat 130
sebagai berikut :

َ‫ض َعفَةً ۖوَّاتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ۚن‬


ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُوا ال ِّر ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan
berlipat ganda dan bertaqwalah kepada allah agar kamu beruntung”.
Meskipun demikian, jual beli tidak bisa disamakan dengan riba, oleh karena
itu menjadi sangat penting untuk membedakan antara macam-macam riba dalam
islam dan perdagangan biasa.

2.2 Macam-Macam Riba


Menurut (Rozalinda, 2019) berikut beberapa macam riba dalam jual beli, yaitu
sebagai berikut :
1. Riba Nasiah
Riba nasiah merupakan tambahan yang disyaratkan dan diambil oleh orang
yang mengurangkan dari orang yang berutang, sebagai imbangan penundaan
pembayaran utang. Riba nasiah merupakan praktik riba nyata. Ini dilarang
dalam Islam karena dianggap sebagai penimbunan kekayaan secara tidak
wajar dan mendapatkan keuntungan tanpa melakukan kebaikan. Kelebihan
pembayaran karena penundaan waktu akan menambah jumlah utang orang
yang berutang. Akhirnya, jumlah utangnya akan membengkak, bahkan akan
mengakibatkan kebangkrutan karena mekanisme bunga berbunga. Semua ini
telah diperingatkan Allah Swt. dalam QS Ali Imran 3: 130
َ‫ض َعفَةً ۖوَّاتَّقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ۚن‬
ٰ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَْأ ُكلُوا الرِّ ٰب ٓوا اَضْ َعافًا ُّم‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang
berlipat ganda dan takutlah kamu kepada Allah mudah-mudahan kamu beruntung.

b. Riba Fadhal
Riba fadhal tambahan harta pada akad jual beli yang menggunakan ukuran resmi
seperti takaran dan timbangan pada benda sejenis. Dengan kata lain, riba fadhal
merupakan tukar menukar barang yang sejenis yang tidak sama kualitasnya,
misalnya pinjam meminjam 1 liter beras dolog.

c. Riba Yad
Riba yad merupakan jual beli yang dilakukan dengan cara mengakhirkan
penyerahan antara dua belah pihak terhadap barang yang ditukarkan atau salah
satunya tanpa menyebutkan waktunya dan tidak saling menyerahterimakan.
Dimana kesempurnaan jual beli yang dilakukan benda yang berbeda jenis seperti
halnya dengan tukar menukar gandum dengan jagung tanpa dilakukannya serah
terima barang pada saat berada di tempat akad.

Berikut riba dalam islam untuk hutang piutang, yaitu sebagai berikut :
a. Riba Qard
Riba qard merupakan salah satu riba dalam islam dengan satu manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang di syaratkan terhadap yang berutang.

b. Riba Jahiliyah
Riba Jahiliyah merupakan salah satu bentuk riba dalam islam dengan
ketentuan hutang yang dibayar lebih dari pokoknya. Kondisi ini terjadi
dikarenakan sipeminjam tidak mmapu dalam membayar hutang nya terhadap
waktu yang telah ditetapkan.

2.3 Proses Pelarangan Riba Dalam Al-Quran


Islam melarang melakukan kegiatan praktik riba dan memasukkannya ke dalam
dosa besar. Allah swt mengharamkan riba melalui empat tahapan, yaitu sebagai
berikut : (Rozalinda, 2019).
1. Allah menunjukkan bahwa riba bersifat negatif
Firman Allah swt Q.S Ar-Rum ayat 39 yaitu :

َ ‫اس فَاَل يَرْ بُو ِع ْن َد هَّللا ِ ۖ َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن زَ كَا ٍة تُ ِري ُدونَ َوجْ هَ هَّللا ِ فَُأو ٰلَِئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُمضْ ِعفُون‬ ِ ‫َو َما آتَ ْيتُ ْم ِم ْن ِربًا لِيَرْ ب َُو فِي َأ ْم َو‬
ِ َّ‫ال الن‬

Terjemahannya : Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai
keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya)”
2. Riba digambarkan sebagai suatu yang buruk dan balasan yang keras kepada orang
Yahudi yang memakan riba.
Firman Allah swt dalam QS. An-Nisa: 160-161 yaitu sebagai berikut :

‫ص ِّد ِه ْم ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ َكثِيرًا‬ ْ َّ‫ت ُأ ِحل‬


َ ِ‫ت لَهُ ْم َوب‬ َ ‫فَبِظُ ْل ٍم ِمنَ الَّ ِذينَ هَادُوا َح َّر ْمنَا َعلَ ْي ِه ْم‬
ٍ ‫طيِّبَا‬
Terjemahannya : “Maka disebabkan kezhaliman orang-orang Yahudi, Kami
haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan
yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara
mereka itu siksa yang pedih”.

3. Riba itu diharamkan dengan dikaitkan kepada suatu tambahan yang berlipat
ganda.

Dalam menunjukkan karakter riba Allah SWT. Berfirman :

َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا ال ِّربَا َأضْ َعافًا ُم‬
‫ضا َعفَةً ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

Terjemahannya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba


dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapat keberuntungan” (QS. Ali Imran:130).

4. Ayat riba diturunkan oleh Allah SWT. Yang dengan jelas sekali mengharamkan
sebarang jenis tambahan yang diambil daripada pinjaman.

Firman Allah SWT (QS. Al Baqarah: 278-279):

˜َ ِ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُمْؤ ِمن‬
‫ين‬

Terjemahannya : “Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kepada Allah dan


tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah,
bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan
tidak pula dianiaya”
2.4 Pandangan Islam Terhadap Bunga Bank
Proses dalam pinjam meminjam uang dalam Islam merupakan suatu perbuatan
yang dibolehkan. Bahkan, syariat Islam sendiri mengaturnya. Namun, masalah bunga
dalam pinjam-meminjam tidak diatur dan disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadis
Nabi Saw. Secara lahiriyah ada tiga hubungan antara bunga dan riba. Dari segi sebab
timbulnya, yaitu sama-sama timbul dari utang-piutang. Dari segi keuntungan yang
diperoleh, yaitu sama-sama memperoleh keuntungan tanpa susah payah dan dari segi
penambahan, yaitu sama-sama berakibat pada penambahan jumlah utang (Ii & Riba,
2006).
Dalam dunia perekonomian, utang piutang merupakan suatu kebiasaan
Agaknya, ini merupakan cara yang baik dan efektif untuk mengembangkan
perdagangan, Keadaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa bank dianggap sebagai
suatu wadah yang menyokong dan memegang peranan dalam pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian nasional. Misalnya, bank mendasarkan usahanya pada
pengerahan dana masyarakat dan penyaluran dana kepada masyarakat melalui kredit.
Dari kredit itu, diharapkan akan memperoleh keuntungan. Oleh karena itu,
dipungutlah bunga (Rozalinda, 2019).
Menurut Yusuf al-Qaradhawi setiap bentuk dalam bunga uang, seperti bunga
bank termasuk kategori riba yang diharamkan. Bahkan riba menurutnya termasuk
dosa besar, Menurut al-Qaradhawi, dasar pelarangan riba dalam islam adalah
dilarangnya berbuat zalim terhadap semua pihak, yaitu tidak boleh menzalimi dan
dizalimi.
Dalam QS Al-Baqarah ayat 278-279 dinyatakan bahwa :
ٍ ْ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو َذرُوا َما بَقِ َي ِمنَ ال ِّربَا ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ُم˜ ْؤ ِمنِينَ فَ˜ِإ ْن لَ ْم تَ ْف َعلُ˜˜وا فَ˜ْأ َذنُوا بِ َح˜ ر‬
‫ب ِمنَ هَّللا ِ َو َر ُس˜ولِ ِه َوِإ ْن تُ ْبتُ ْم‬
ْ ‫فَلَ ُك ْم ُر ُءوسُ َأ ْم˜˜˜ َوالِ ُك ْم اَل ت‬
‫َظلِ ُم˜˜˜ونَ َواَل‬
ْ ُ‫ت‬
َ‫ظلَ ُمون‬

Artinya : “ Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada allah dan


tinggalkanlah sisa riba (yang belum di pungut) jika kamu orang-orang yang beriman.
Maka jika kamu tidak meninggalkan sisa riba, maka ketahuilah bahwa allah dan
rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula di aniaya”.

Menurut Abdul Hamid Hakim bunga bank termasuk riba fadhal. Namun
dibolehkan apabila dalam keadaan yang darurat. Sementara itu dalam hukum buku
fiqih muamalah tidak termasuk kategori riba jika seseorang memberikan dananya
kepada orang lain untuk dijadikan sebagai investasi dan menetapkan bagiannya dari
hasil usaha investasi tersebut dikarenakan transaksi tersebut sama-sama
menguntungkan anatara kedua belah pihak, sedangkan riba diharamkan kerena hanya
memberikan tanpa menguntungkan anatara kedua belah pihak.

2.5 Hikmah Diharamkannya Riba


Ada beberapa hikmah diharamkannya riba, yaitu sebagai berikut : (Rozalinda,
2019).
1. Menjaga agar seorang Muslim tidak memakan harta orang lain dengan cara-cara
yang batil.
2. Mengarahkan seorang Muslim supaya menginvestasikan hartanya pada usaha
yang bersih, jauh dari kecurangan dan penipuan, serta terhindar dari segala
tindakan yang menimbulkan kesengsaraan dan kebencian diantara kaum
muslimin.
3. Menyumbat seluruh jalan yang membawa seorang Muslim kepada tindakan
memusuhi dan menyusahkan saudaranya sesama Muslim yang berakibat pada
lahirnya celaan serta kebencian dari saudaranya.
4. Menjauhkan seorang Muslim dari perbuatan yang dapat membawanya kepada
kebinasaan. Karena memakan harta riba itu merupakan kedurhakaan dan
kezaliman, sedangkan akibat dari kedurhakaan dan kezaliman itu ialah
penderitaan.
5. Membukakan pintu-pintu kebaikan di hadapan seorang Muslim untuk
mempersiapkan bekal di akhirat kelak dengan meminjami saudaranya sesama
Muslim tanpa mengambil manfaat (keuntungan), mengutangina, menangguhkan
utangnya hingga mampu membayarnya, memberinya kemudahan serta
menyayanginya dengan tujuan semata-mata mencari keridhaan Allah. Keadaan ini
dapat menyebarkan kasih sayang dan ruh persaudaraan yang tulus di antara kaum
muslimin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa riba merupakan


penetapan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat pengembalian berdasarkan
persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok yang dibebankan kepada peminjam
dan penambahan pada salah nsatu dari dua ganti yang sejenis tanpa adaya ganti dari
tambahan ini. Tidak semua tambahan dianggap riba, karena tambahan terkadang
dihasilkan dalam sebuah perdagangan dan tidak ada riba didalamnya.

Bunga Bank dipandang sebagai kebutuhan pokok karena fungsi bunga untuk
memenuhi permintaan persediaan serta kredit, sedangkan sebagian pendapat ulama
membolehkan bunga bank karena bunga saat ini tidak seperti riba pada era pra-Islam
yang mengandung eksplotasi bagi kaum lemah dan sudah ada undang-udang yang
mengatur tentang bunga bank mustahil adanya ketidak-adilan serta pinjaman saat ini
dianalisa oleh pihak perbankan.

3.2 Saran

Manusia adalah makhluk yang sering berbuat salah karena manusia tidak sempurna.
Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Dan apabila dalam pembuatan
makalah ini banyak terdapat kesalahan dan jauh dari sempurna kami selaku penulis
meminta kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain
ke depannya. Atas saran perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka
penulis mengucapkan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA

Al-munawir, K. (n.d.). Bagaimana konsep riba. 1–15.

Ii, B. A. B., & Riba, A. P. (2006). ‫هدازو لﺎ ﻤﻟا ﻲﻓ هداز ﮫﻀﻘﯾ ﻢﻟ نﺈﻓ‬.

Kosanke, R. M. (2019). 済無 No Title No Title No Title. 1(1), 12–35.

Rozalinda. (2019). Fikih Ekonomi Syariah Prinsip dan Implementasi pada Sektor
Keuangan Syariah (Anggota IKAPI (ed.); Edisi Kedu). Pt.Rajagrafindo
Persada.

Wicaksana, A. (2016). 済無 No Title No Title No Title. Https://Medium.Com/, 1(1),


1–15. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-
a7e576e1b6bf

Anda mungkin juga menyukai