MAKALAH
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an dan Hadits
Ekonomi
Dosen Pengampu : Dr. Masruchin, M.A
Oleh :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah berkaitan Studi Al-
Qur’an dan Hadits Ekonomi dengan Riba tepat pada waktu yang telah
ditentukan.yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi
Al-Qur’an dan Hadist Ekonomi yang diampu oleh Bapak Dr. Masruchin, M.A
Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk
belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang Penyusunan makalah ini bertujuan untuk
menumbuhkan proses belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan
penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui
tentang berbagai Riba.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membutuhkannya.Namun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk masa yang akan
datang
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran..................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah
berkembang sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya
bangsa arab terhadap jual beli maupun pinjam-meminjam barang dan jasa.
seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal yang di berikan
adanya riba. Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Riba
Pengertian riba secara etimologi berasal dari bahasa arab yaitu dari kata
Sedangkan menurut istilah teknis, riba adalah pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara batil. Riba adalah memakan harta orang lain tanpa
membesar. Adapun menurut teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari dari
harta pokok atau modal secara batil. Abu hanafi mendefinisikan riba sebagai
tambah, tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba
adalah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak
menjelaskan riba dan hukumnya , para ulama membuat rumusan riba dan dari
kategori riba atau tidak. Dalam menetapkan hukum, para ulama biasanya
mengambil langkah yang dalam usul fiqh dikenal ta’lil (mencari illat).4
Menurut Abdurrahman al-Jaiziri, yang dimaksud dengan riba adalah akad yang
terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut
ditentukan.5Riba dapat timbul dalam pinjaman (riba dayn) dan dapat pula
timbul dalam perdagangan (riba bai’). Riba bai’ terdiri dari dua jenis, yaitu riba
karena pertukaran barang sejenis, tetapi jumlahnya tidak seimbang (riba fadhl),
dan riba karena pertukaran barang sejenis dan jumlahnya dilebihkan karena
4
.muh.Zuhri,Riba Dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan (sebuah tilikan antisipatif),
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal 1
5
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT Jaya Grafindo Persada,2002) hal 47
6
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers,2011) hal 13
B. Macam-Macam Riba
Menurut para fiqih, riba dapat dibagi menjadi 4 macam bagian, yaitu
sebagai berikut :
1. Riba Fadhl, yaitu jual beli yang mengandung unsure riba pada barang
sejenis dengan adanya tambahan pada salah satu benda tersebut. Oleh karena
itu, juka melaksanakan akad jual beli antarbarang yang sejenis, tidak boleh
dilebihkan salah satunya agar terhindar dari unsure riba. Contohnya: menjual
beras 10kg dengan 11kg beras, yang dimaksud lebih ialah dalam
ditakar; ukuran pada barang yang diukur, dan jumlah barangnya pada uang
“Emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
dengan sya’ir, kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal, setara,
dan kontan. Apabila jenisnya berbeda, juallah sesuka hatimu jika dilakukan
dengan kontan”.(HR Muslim dari Ubadah bin Shamit ra).
“Emas dengan emas, setimbang dan semisal; perak dengan perak, setimbang
dan semisal; barang siapa yang menambah atau meminta tambahan, maka
(tambahannya) itu adalah riba”. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
7
Rachmat syafei, Fiqh Muamalah,(Bandung:CV Pustaka Setia, 2001), h 262-263
2. Riba Yad, yaitu berpisah dari tempat sebelum ditimbang dan diterima,
lain. Jual beli seperti itu tidak boleh, sebab jual beli masih dalam ikatan
التَّ ْم ِرLLِب ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َو ْالبُرُّ بِ ْالبُرِّ ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َوالتَّ ْم ُر ب َّ ِالذهَبُ ب
ِ َالذه َّ
ير ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء ِ ِربًا إِاَّل هَا َء َوهَا َء َوال َّش ِعي ُر بِال َّش ِع
“Emas dengan emas riba kecuali dengan dibayarkan kontan, gandum dengan
gandum riba kecuali dengan dibayarkan kontan; kurma dengan kurma riba
kecuali dengan dibayarkan kontan; kismis dengan kismis riba, kecuali
dengan dibayarkan kontan (HR al-Bukhari dari Umar bin al-Khaththab)
3. Riba Qardh, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang
Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Burdah bin Musa; ia
berkata, ““Suatu ketika, aku mengunjungi Madinah. Lalu aku berjumpa
8
Muh.Zuhri, Riba Dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan; hal 1775-777
dengan Abdullah bin Salam. Lantas orang ini berkata kepadaku:
‘Sesungguhnya engkau berada di suatu tempat yang di sana praktek riba
telah merajalela. Apabila engkau memberikan pinjaman kepada seseorang
lalu ia memberikan hadiah kepadamu berupa rumput kering, gandum atau
makanan ternak, maka janganlah diterima. Sebab, pemberian tersebut
adalah riba”. (HR. Imam Bukhari)
hadiah kepada pemberi pinjaman dalam bentuk apapun, lebih-lebih lagi jika
lebih dilarang lagi. Contoh : Ahmad meminjam uang sebesar Rp. 25.000
barang ribawi yang dipertukarkan dengan barang ribawi lainnya. Riba ini
seberat 4gr pada bulan in, akan tetapi uangnya diserahkan pada bulan depan.
Hal ini termasuk kedalam riba nasi’ah, hal ini karena harga emas pada bulan
ini belum tentu dan pada umumnya akan berubah pada bulan depan. 10
Ibnu Abbas berkata: Usamah bin Zaid telah menyampaikan kepadaku bahwa
yang dimaksud riba di sini ialah riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama
bahwa riba nasi'ah itu selamanya Haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba
itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah penukaran suatu
barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya Karena
dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang dimaksud dalam
ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat
Artinya: (275). Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gilakeadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya
larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali
(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya.(276.) Allah memusnahkan riba dan
menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa (277). Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (278). Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika
kamu orang-orang yang beriman.(279). Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah
dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak
menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (QS Al-Baqarah 275-279)
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1 Juz I-II-III (Lentera Abadi:Jakarta
Cetakan 2010)
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. riba nasiah ialah pembayaran
lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. riba fadhl ialah
penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak
penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. riba yang
dimaksud dalam ayat Ini riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi
riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.riba yang sudah
diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan. yang
tetap melakukannya.
Artinya: Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.
dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah
orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).(QS Ar-Rum:39)
1. Kasus
Sebagai pemilik ruko, Pak Rahmad mempersilahkan Pak Burhan untuk
Pak Rahmad meminta Pak Burhan untuk membayar sewa ruko tersebut
riba?
2. Analisisnya
Dengan melihat fakta tersebut, mari kita tengok terlebih dahulu tentang
dalam hukum Islam adalah adanya shigat aqad itu sendiri, yang terdiri dari
ijab dan qabul, yaitu suatu cara bagaimana rukun-rukun akad tersebut
dipakai dalam ijab dan qabul harus jelas maksud dan tujuannya menurut
b. Harus ada kesesuaian (tawaffuq) antara ijab dan qabul dalam semua segi
dari para pihak yang terkait untuk melaksanakan isi perjanjian yang telah
mereka yang tidak dapat melakukannya dengan dua cara sebelumnya, seperti
karena bisu dan buta huruf) ataupun dengan perbuatan (seperti dalam akad
setiap perjanjian.
terjadi sangat jelas bahwa pak Rahmat jelas melakukan penyimpangan akad,
menyewa, ditengah periode jelas batil. Pak Burhan tidak perlu memberikan
satu pihak telah melakukan perbuatan yang menyimpang dari ketentuan yang
Artinya: Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya
dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu Telah
mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam?
Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu
berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertakwa.(QS At-Taubah:7)
Dalam hukum islam suatu perjanjian atau akad merupakan sesuatu hal
yang sangat penting untuk diperhatikan ketika para pihak yang terkait. Baik
hubungan dengan shigat yang akan dilakukan isi perjanjian yang disepakati
ataupun segala sesuatu yang terkait dengan perjanjian yang akan dibuat.
boleh memakan riba dengan berlipat ganda sedangkan pada surat Al-
Baqarah ayat:278 pula menegaskan tinggal kan sisa riba yang belum
dipungut agar kita terhindar dari harta yang mengalir riba di dalamnya, ada
pula Dari Jabir r.a Rasulullah SAW telah melaknat (mengutuk) orang yang
makan riba, wakilnya, penulisnya dan dua saksinya. HR. Muslim. Banyak
umat muslim yang betaqwa kepada Allah SWT hendaklah kita berpegang
teguh pada keimanan dan ketaqwaan kita serta menjalankan apa yang sudah
termasuk riba yang dikategorikan dalam dosa besar karena mengambil harta
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlahpinjaman saat
a. Riba Fadli (menukarkan dua barang yang sejenis tapi kwalitas berbeda).
d. Riba Nasa’ (Nasiah) yaitu riba yang terjadi karena adanya penundaan waktu
pembayaran, dengan menetapkan adanya dua harga yaitu harga kontan atau
Dari contoh kasus yang dijelaskan diatas bahwa bisa dikatakan hal
tersebut termasuk dalam kategori riba Karena tidak sesuai dengan perjanjian
awal dan meminta keuntungan sebesar 20%. Berdasarkan dari beberapa Al-
Qur’an dan Hadist yang menegaskan tentang riba semakin memperkuat tentang
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini mungkin masih
semaksimal mungkin. Karena itu kritik dan saran para pembaca yang sifatnya
Al arif ,M. Nur Rianto, Pengantar Ekonomi Syariah, Bandung:CV Pustaka Setia,
2015
Ali, Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008
Antonio, Muhammad Syai’i, Bank Syariah dan Teori Ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2009
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya Jilid 1 Juz I-II-III (Lentera
Abadi:Jakarta Cetakan 2010)
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: Rajawali Pers,2011
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Suhendi Hendi, , Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Jaya Grafindo Persada,2002
Syafei, Rachmat ,Fiqh Muamalah, Bandung:CV Pustaka Setia, 2001
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005
Zuhri, Muh, Riba Dalam Al-Qur’an dan Masalah Perbankan sebuah tilikan
antisipatif, Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1997