HINGGA KONTEMPORER
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu tugas Mata Kuliah Ilmu Ekonomi dan
Perbankan Syariah Bidang Hukum Keluarga Islam (Ahwal Syakhshiyyah)
Fakultas Syariah dan Hukum Islam
Oleh:
Kelompok 7
EMI MEILANI
NIM. 742302020061
ISTIQAMAH
NIM. 742302020074
2023
KATA PENGANTAR
penulisan makalah yang berjudul Sejarah Riba dari Era Tasyri’ Hingga
Kontemporer.
manusia ke jalan yang lurus yaitu agama islam, agar mereka memperoleh
penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak telepas dari uluran tangan berbagai pihak,
baik yang bersifat materi maupun moril sehingga dapat terwujud sebagaimana
yang setinggi-tingginya serta iringan doa keselamatan kepada mereka yang telah
banyak membantu.
Harapan besar penulis semoga karya ini dapat bermanfaat dan berguna
bagi para pemikir islam khususnya para mahasiswa Perguruan Tinggi Agama
Islam, juga semoga berguna kepada pribadi penulis. Akhirnya kepada Allah swt.
swt. jualah penulisan memohon ridha dan petunjuk-Nya. Aamiin ya rabb al-
a’lamin.
Penyusun
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
selalu ada keinginan untuk berinteraksi dengan sesamanya. Dan salah satu bentuk
dan interaksi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perekonomian. Dari hal
Di satu sisi, hasrat manusia untuk terus memenuhi kebutuhannya tidak ada
batasnya, sementara di sisi lain, sarana atau alat untuk memuaskan kebutuhan
tersebut terbatas.
manusia untuk dikembangkan memiliki beberapa kaidah dan etika atau moralitas
dalam syariat Islam. Allah telah menurunkan rizki ke dunia ini untuk
dimanfaatkan oleh manusia dengan cara yang telah dihalalkan oleh Allah dan
bersih dari segala perbuatan yang mengandung riba. Di antara peristiwa ekonomi
yang sudah menjadi kebutuhan utama setiap komunitas umat adalah dengan
merupakan permasalahan yang pelik dan sering terjadi pada masyarakat, hal ini
1
Maryam, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer, Vol. 1, No. 2 (2010), h. 57.
4
dilakukan oleh manusia dalam aktivitasnya sehari-hari. Pada dasarnya, transaksi
riba dapat terjadi dari transaksi hutang piutang, namun bentuk dari sumber
Para ulama menetapkan dengan tegas dan jelas tentang pelarangan riba,
lain, hal ini mengacu pada Kitabullah dan Sunnah Rasul serta ijma' para ulama.
ajaran Islam. Beberapa pemikir Islam berpendapat bahwa riba tidak hanya
semakin kaya sedangkan orang miskin akan semakin miskin dan tertindas.
Riba merupakan suatu tambahan lebih dari modal asal, biasanya transaksi
riba sering dijumpai dalam transaksi hutang piutang dimana kreditor meminta
tambahan dari modal asal kepada debitur tidak dapat dinafikkan bahwa dalam jual
beli juga sering terjadi praktek riba, seperti menukar barang yang tidak sejenis,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisam
Dari rumusan masalah di atas, yang menjadi tujuan penulisan yaitu:
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Riba
Istilah riba telah dikenal dan digunakan dalam transaksi-transaksi
perekonomian oleh masyarakat Arab sebelum datangnya Islam. Akan tetapi pada
zaman itu riba yang berlaku merupakan tambahan dalam bentuk uang akibat
pengambilan tambahan dalam transaksi jual beli maupun hutang piutang secara
Riba tidak hanya dikenal dalam Islam saja, tetapi dalam agama lain riba
telah kenal dan juga pelarangan atas perbuatan pengambil riba, bahkan pelarangan
tersebut adalah jika ada seseorang mempunyai hutang (debitur), tetapi ia tidak
dengan cara melipat gandakan uang atau menambahkan umur sapinya jika
2
Whisalul Chair, “Riba dalam Perspektis Islam dan Sejarah” Iqtishadia, Vol. 1, No. 1
(2014), h. 102
3
Whisalul Chair, “Riba dalam Perspektis Islam dan Sejarah” Iqtishadia, …, h. 103
6
7
dimaksud riba adalah orang Jahiliyah adalah seorang lakilaki menjual barang
Ketika tenggang waktunya habis dan barang tersebut tidak berada di sisi
Abu Bakar al- Jashshash berkata: riba dimasa Jahiliyah hanyalah sebuah pinjaman
dengan rentang waktu, disertai tambahan tertentu. Tambahan itu adalah ganti dari
rentang waktu. Menurut Mujahid, menjelaskan tentang riba yang dilarang oleh
Allah swt. pada masa Jahiliyah, seseorang mempunyai piutang dari orang lain.
Orang itu berkata kepadamu seperti itulah anda menangguhkannya dari saya,
dibayar dengan bunga. Al-Jassash menyatakan, Riba yang dikenal dan biasa
dilakukan oleh masyarakat Arab adalah berbentuk pinjaman uang dirham atau
dinar yang dibayar secara tertunda dengan bunganya dengan jumlah sesuai dengan
setiap bulan sementara jumlah uang yang dihutang tetap sampai tiba waktu
Sejak zaman Dahulu sebelum Islam muncul, praktek riba sudah tidak
4
Sapriadi, dkk, “Riba dalam Perspektif Sejarah dan Religiusitas” Al-Ahkam:Jurnal
Hukum Pidana Islam, Vol. 2, No. 2, (2020), h. 117
8
Yunani melarang pungutan bunga di wilayahnya. Bunga pada saat itu benar-benar
Plato dan Aristoteles, ahli filsafat Yunani, mengecam praktik bunga dan
mengutuk orang Romawi yang memungut bunga atas pinjaman yang di berikan
oleh pemberi pinjaman kepada peminjam. Ada dua alasan adanya larangan bunga
secara tetap tampa memperhatikan hasil usaha pihak yang mendapatkan pinjaman
merupakan sesuatu yang tidak adil. Peminjam belum tentu mendapat keuntungan
atas hasil usahannya, akan tetapi telah dipastikan harus membayar bunga. 5
sucinya, menurut kitab suci agama Yahudi yang disebutkan dalam Perjanjian
Lama kitab keluaran ayat 25 pasal 22: "Bila kamu menghutangi seseorang
diantara warga bangsamu uang, maka janganlah kamu berlaku laksana seorang
pemberi hutang, jangan kamu meminta keuntungan padanya untuk pemilik uang"
Dan pada pasal 36 disebutkan: " Supaya ia apat hidup di antaramu janganlah
5
Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam” Al-Hadi, Vol. IV, No. 2,
(2019) h. 870
9
engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus
Akan tetapi orang Yahudi berpendapat bahwa riba itu hanyalah terlarang
kalau dilakukan dikalangan sesama Yahudi, dan tidak dilarang dilakukan terhadap
kaum yang bukan Yahudi. Mereka mengharamkan riba sesama mereka tetapi
menghalalkannya kalau pada pihak yang lain. Dan inilah yang menyebabkan
bangsa Yahudi terkenal memakan riba dari pihak selain kaumnya. Berkaitan
dengan kezaliman kaum Yahudi, Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an surat al-
Nisa' ayat 160-161 secara tegas menyatakan bahwa perbuatan riba atau memakan
harta orang lain dengan jalan batil, dan Allah akan menyiksa mereka dengan
dilakukan bagi semua orang tidak terkecuali siapa orang tersebut dan dari agama
apapun, baik dari kalangan Nasrani sendiri ataupun non-Nasrani. Menurut mereka
(tokoh-tokoh Nasrani) dalam perjanjian lama kitab Deuntoronomy pasal 23, pasal
19 disebutkan: "Janganlah engkau membungakan uang terhadap saudaramu baik
uang maupun bahan makanan atau apapun yang dapat dibungakan". Dalam
perjanjian baru di dalam Injil Lukas ayat 34 disebutkan: "Jika kamu menghutangi
6
Sapriadi, dkk, “Riba dalam Perspektif Sejarah dan Religiusitas” Al-Ahkam:Jurnal
Hukum Pidana Islam, …, h. 118.
10
gereja untuk menjustifikasi beberapa keuntungan yang dilarang oleh gereja. Ada
bukan keuntungan dari hutang. Tetapi, sikap pengharaman riba secara mutlak
dalam agama Nasrani dengan gigih ditegaskan oleh Martin Luther, tokoh gerakan
Protestan. Ia mengatakan keuntungan semacam itu baik sedikit atau banyak, jika
Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, riba telah dikenal pada saat turunnya
sesuai dengan masa dan periode turunnya ayat tersebut sampai ada ayat yang
melarang dengan tegas tentang riba. Bahkan istilah dan persepsi tentang riba
begitu mengental dan melekat di dunia Islam. Oleh karena itu, terkesan seolah-
dikerenakan bahwa riba Jahiliyah yang dengan jelas dilarangnya riba adalah yang
Imran/3:130 :
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapat keberuntungan.
7
Meriati, dkk, “Konsep Riba Dan Bunga Bank Dalam Al-Qur’an Dan Hadits” Justisia
Ekonomi, Vol. IV, No. 1, (2022), h. 382
11
Tetapi bila ditinjau dari keseluruhan ayat-ayat riba, seperti al- Baqarah
ayat 275 (mengharamkan riba), ayat 276 masih dalam surat al-Baqarah
menyatakan bahwa Allah menghapus keberkahan riba dan demikian pula dalam
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan
memerangimu, dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya.
Ayat ini Allah menganjurkan hamba-Nya yang beriman supaya menjaga
dirimu dalam taqwa, dalam tiap gerak, langkah, tutur kata dan amal perbuatan
supaya benar-benar dijalan Allah dan tinggalkan sisa hartamu (riba) yang masih
ada ditangan orang, selebihnya dari apa yang kalian berikan kepada mereka, jika
kalian benar-benar beriman, percaya syari'at tuntunan Allah dan melakukan segala
yang diridha'i-Nya dan menjauh dari semua yang dilarang dan dimurka-Nya.
lain secara linguistik, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Ringkasnya secara
12
bahasa riba memiliki arti ‘ bertambah’, baik dari kualitas maupun kuantitas.
Sedangkan secara istilah, riba berarti pengambilan tambahan dari harga pokok
adanya iwadh (atau padanan) yang dibenarkan syari’ah atas penambahan tersebut.
Riba adalah penambahan atas harta pokok karena unsur waktu. Dalam
dunia perbankan , hal tersebut dinamakan bunga kredit sesuai lama waktu
pinjaman.
akan melunasi atau membayar lebih. Jikalau tidak mampu melunasi, ia harus
menambah dana (dalam bentuk bunga pinjam) atas penambahan waktu yang
diberikan.8
a. Riba Utang-Piutang
2) Riba Jahiliyyah, yaitu utang dibayar lebih dari pokoknya karena pihak
8
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (t.c. Jakarta: Gema
Insani, 2001), h. 37- 40.
13
sudah ditentukan.
1) Riba Fadhl, yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar ukuran,
tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya dinyatakan dengan persentase dari
Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi criteria riba yang
terjadi pada zaman Rasulullah saw. yakini Riba Nasi’ah. Dengan demikian,
praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk riba dan riba haram
9
M. Umar Chepra, The Nature of Riba in Islam, The Journal Islamic Economics and
Finance, Vol. II, No. 1, (2006), h. 16.
10
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (t.c. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), h.
22.
14
oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi, dan Lembaga Keuangan
mengenal konsep bunga karena menurut Islam bunga adalah riba yang haram
(terlarang) hukumnya. Artinya, bisnis dalam Islam yang didasarkan pada prinsip
syariah tidak mengenal pembebanan bunga oleh pemilik modal atau investor atau
kreditur atas penggunaan uang yang dipinjamkan oleh kreditur (pemilik modal)
kepada debitur (peminjam uang). Konsep bunga adalah yang dipraktikan dalam
saat ini perlu dicermati lebih mendalam, karena beberapa pakar berbeda pendapat
bank) dalam praktik perbankan adalah harga atau kompensasi atau ganti rugi yang
dibayarkan untuk penggunaan uang selama satu jangka waktu tertentu, yang
dinyatakan dalam suatu prosentase dari jumlah uang yang disetujui bersama.12
dua, yaitu usury dan interest. Bunga yang termasuk riba adalah usury, sedangkan
11
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-Aspek
Hukumnya, (t.c. Jakarta: Kencana Pernadamedia Group), h. 157
12
Riza Yulistia Fajar, Riba dan Bunga Bank dalam Pandangan Muhammad Syafi’i
Antonio. (t.c. Yogyakarta, t.tp. 2009). h. 16.
15
interest yang ada dalam dunia perbankan seperti saat ini bukanlah riba dan
diperbolehkan. Baik interest maupun usury, keduanya adalah bagian dari riba
yang telah dengan tegas diharamkan sesuai dengan dalil-dalil aqli yang dapat
diterima akal maupun dalil-dalil naqli yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits
PENUNTUP
A. Simpulan
1. Sejak pra-Islam riba telah dikenal bahkan sering dilakukan dalam kegiatan
riba, ayat tersebut turun sesuai dengan masa dan periode turunnya ayat
sampai ada ayat yang melarangnya dengan tegas. Larangan riba dalam
Nasrani dalam hal riba, secara tegas juga mengharamkan riba bagi semua
Selain itu kekejian riba juga telah dijelaskan oleh dua filsafat Yunani
terkemuka Plato dan Aristoteles disamping para ahli filsafat lain.
2. Bunga adalah tambahan yang dikenakan dalam transaksi pinjaman uang (al-
dengan rente yaitu pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
16
17
B. Saran
Aktivias perekonomian yang dilakukan oleh manusia untuk dikembangkan
sebagai bentuk memenuhi kebutuhan hidup memiliki beberapa kaidah dan etika
atau moralitas dalam menjalankan sesuai dengan syariat Islam. Allah swt. telah
menurunkan rezeki ke dunia ini untuk dimanfaatkan oleh manusia dengan cara
yang halal dan bersih dari segala perbuatan yang mengandung riba.
Maka dari itu, pada bunga bank dan riba keduanya sama- sama bermakna
Elpianti Sahara Pakpahan, “Pengharaman Riba dalam Islam” Al-Hadi, Vol. IV,
No. 2, 2019.
Maryam, “Riba dan Bunga Bank dalam Islam” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer, Vol. 1, No. 2, 2010.
Meriati, dkk, “Konsep Riba Dan Bunga Bank Dalam Al-Qur’an Dan Hadits”
Justisia Ekonomi, Vol. IV, No. 1, 2022.
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, t.c. Jakarta:
Gema Insani, 2001.
M. Umar Chepra, The Nature of Riba in Islam, The Journal Islamic Economics
and Finance, Vol. II, No. 1, 2006.
Riza Yulistia Fajar, Riba dan Bunga Bank dalam Pandangan Muhammad Syafi’i
Antonio. t.c. Yogyakarta, t.tp. 2009.
Sapriadi, dkk, “Riba dalam Perspektif Sejarah dan Religiusitas” Al-Ahkam:Jurnal
Hukum Pidana Islam, Vol. 2, No. 2, 2020
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, t.c. Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012.
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-Aspek
Hukumnya, (t.c. Jakarta: Kencana Pernadamedia Group.
Whisalul Chair, “Riba dalam Perspektis Islam dan Sejarah” Iqtishadia, Vol. 1, No.
1, 2014.
18