Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI DALAM ISLAM”

GURU PEMBIMBING : HANI RISKA IRAWATI S.Pd.i

DISUSUN OLEH :
KELAS : XI IPS 3

KELOMPOK 9

ERI IRAWAN
TOMI RAHMAN

SMA NEGERI 1 PESISIR TENGAH


KABUPATEN PESISIR BARAT
TAHUN PELAJARAN 2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum WR.WB.

Puji syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT. Karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya, makalah ini dapat diselesaikan dengan baik

dan tepat pada waktunya. Kami ucapkan terimakasih kepada  kepala perpustakaan

sebagai buku referensi kami dan juga pada media sosial.

Makalah ini selain diperuntukkan dalam pemenuhan tugas sekolah agama, juga

berguna dalam memberikan pemahaman dan menambah pengetahuan kepada

pembaca tentang “Prinsip Dan Praktik Ekonomi Dalam Islam”

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para

pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga saja makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum WR.WB.

KRUI 20 FEBRUARI 2019

KELOMPOK 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1
A.Latar belakang 1
B.Rumusan Masalah 2
C.Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Pengertian Mu’amalah 3
B. Macam-Macam Mu’amalah 3
C. Syirkah 9
D. Mudarabah 10
E. Musaqah 12
F. Muzara’ah dan Mukhabarah 13
G.Perbankan 13
H.Asuransi Syari’ah 16

BAB III PENUTUP 17
A.Kesimpulan. 17
DAFTAR PUSTAKA 18

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak

orang, khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem

ekonomi kapitalisme dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem

ekonomi dunia, terutama sejak perang dunia II yang memunculkan banyak

Negara-negara Islam bekas jajahan imperialis. Dalam hal ini, keberadaan ekonomi

Islam sebagai sebuah model ekonomi alternatif memungkinkan bagi banyak

pihak, muslim maupun non muslim untuk melakukan banyak penggalian kembali

berbagai ajaran Islam. Meskipun begitu, system ekonomi dunia saat ini masih

dikendalikan oleh system ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih

terpecah dalam hal bentuk implementasi ekonomi Islam dimasing-masing Negara.

Kenyataan  ini oleh sebagian pemikir Islam masih diterima dengan lapang karena

ekonomi Islam secara implementasinya di masa kini relatif masih baru.  Masih

perlu dilakukan banyak sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali umat

Islam untuk melakukan aktifitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam.

Sementara sebagai lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan memainkan peran

signifikan, karenanya mengkritisi bahwa ekonomi Islam atau ekonomi syariah

belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri belum

menrapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya.

1
B.     Rumusan Masalah

1.      Jelaskan  pengertian Mu’amalah!.

2.      Jelaskan macam-macam Mu’amalah!.

3.      Jelaskan yang dimaksud dengan Syirkah!.

4.      Jelaskan yang dimaksud Mudarabah!.

5.      Jelaskan yang dimasud Musaqah!.

6.      Jelaskan yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah!

7.      Jelaskan beberapa macam perbankan!.

8.      Jelaskan asuransi syariah!.

C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian Mu’amalah.

2.      Mengetahui macam-macam Mu’amalah.

3.      Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.

4.      Mengetahui yang dimaksud Mudarabah.

5.      Mengetahui yang dimaksud Musaqah.

6.      Mengatahui yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah.

7.      Mengetahui beberapa macam perbankan.

8.      Mengetahui asuransi syariah.

2
BAB II

PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

A.    Pengertian Mu’amalah

Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan

kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih

islam berarti tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan

cara yang ditempuhnya, seperti jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok

tanam, berserikat, dan usaha lainnya.

            Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa,

utang- piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya

seperti berikut :

1.      Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.

2.      Tidak boleh melakukan perbuatan riba.

3.      Tidak boleh dengan cara-cara  zalim (aniaya).

4.      Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan. 

5.      Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.

6.      Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.

B.     Macam-Macam Mu’amalah

Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini

akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut.

1.      Jual Beli

Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda untuk

memiliki benda tersebut selamanya

3
a.      Syarat- syarat jual-beli

Syarat-syarat adalah sebagai berikut.

1) Penjual dan pembelinya haruslah :

a) Balig,

b) Berakal sehat,

c) Atas kehendak sendiri.

2) Uang dan barangnya haruslah :

a) Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi

danberhala, termasuk lemak bangkai tersebut.

b) Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama

dengan menyia-nyiakan harta atau pemboros

c) Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual

barang yang tidak dapat diserah terimakan.

d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.

e) Milik sendiri

3) Ijab Qobul

Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.” Pembeli

menjawab, “Baiklah saya beli.”

Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka

b. Khiyar

1. Pengertian khiyar

Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau

membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli

4
haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikitpun.

Penjual berhak mempertahakan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli

berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah Saw.

Bersabda, “penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum

berpisah. Apabila keduanya berlaku benar-benar dan suka menerangkan keadaan 

(barang)nya, maka jual beli akan memberkahi keduanya. Apabila keduanya

menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus

keberkahan jual belinya.” (H.R Bukhari dan Muslim).

2.      Macam-macam Khiyar

a.Khiyar Majelis

adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat

berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak memutuskan

atau membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua orang yang berjual

beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama keduanya belum

berpisah.” ( H.R Bukhori dan Muslim).

b.Khiyar syarat

adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya penjual

mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar tiga

hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli untuk

memutuskan jadi tidaknya pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari. Apabila

pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam masa khiyar)

tidak ada pemiliknya,

5
c.Khiyar Aibi (cacat)

adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang dibelinya jika terdapat cacat

yang dapat mengurangi kualitas nilai barang tersebut, namun hendaknya

dilakukan sesegera mungkin.

c.       Riba

1)      Pengertian Riba

Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering

terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.

Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi

hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan bahwa,

“Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang mewakilkan,

orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya. (H.R Muslim).

2)      Macam-macam Riba

a). Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama timbangannya,

misalnya cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar dengan emas 22 gram

kelebihannya itulah yang termasuk riba.

b). Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan

saat mengembalikannya

c). Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya,

namun penjualan dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.

d). Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa waktu

kemudian.

6
d.    Utang-piutang

1)   Pengertian Utang-piutang

Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan

catatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak

mengubah keadaannya.

2)    Rukun Utang-piutang

Rukun utang-piutang ada tiga, yaitu:

1) Yang berpiutang dan yang berutang,

2) Ada harta atau barang,

3) Lafadz kesepatan. Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang

menjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan

jelas” atau jika sudah punya akan saya lunasi.”

Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah Swt. Menyarankan agar kita

mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.

Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena

kesulitan, Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.

Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang

melunasi utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh.

Tambahan pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba

7
e.    Sewa-menyewa

1)    Pengertian Sewa-menyewa

Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus

diterima oleh seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa

penyediaan tenaga dan pikiran, tempat tinggal, atau hewan.   

2)    Syarat dan Rukun Sewa-menyewa

1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal

sehat.

2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan

karena dipaksa.

3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau

walinya.

4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.

5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara

jelas oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah

rumah. Si penyewa harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang

menyewakan, apakah rumah tersebut mau ditempati atau dijadikan

gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah akan mempertimbangkan

boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah antara dipakai

sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang.

Demikian pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan

dipergunakan untuk apa saja.

6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.

8
7) Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas

serta disepakati bersama.

Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara

jelas dan disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut :

a) Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.

b) Berapa lama masa kerja.

c) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian,

bulanan, mingguan ataukah borongan?

d) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain,

kalau ada.

C.    Syirkah

Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau

lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian

yang lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua

pihak atau lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan

memperoleh keuntungan.

a)    Rukun dan Syarat Syirkah

1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang

melakukan akad adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah)

melakukan taasarruf (pengelolaan harta).

2) Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan

atau modal. Adapun syarat pekerjaan atau benda yang dikelola

9
dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama dan

pengelolaannya dapat diwakilkan.

3) Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah

akad harus berupa tasarruf , yaitu adanya aktivitas pengelolaan.

b)        Macam-macam Syirkah

1)   Syirkah ‘Inan

Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing

memberi konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh

berdasarkan dalil sunah dan ijma ‘sahabat.

2)   Syirkah ‘Abdan

Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing,

hanya memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (amal).

Kerja kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja

fisik (seperi tukang batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah ‘amal.

3)   Syirkah Wujuh

Syrikah wujuh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan,

atau keahlian (wujud) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah

syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan konstribusi kerja (amal)

dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).

D.    Mudarabah

1.      Pengertian dan Hukum Mudarabah

   Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak atau

lebih dan salah satu orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan sejumlah

10
modal uang atau barang untuk diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan

ketentuan pembagian laba sesuai kesepakatan. Hukum mudarabah adalah

jaiz(boleh)selama tidak ada pihak yang dirugikan

2.      Syarat-syarat Mudarabah

Sebelum melaksanakan mudarabah,terlebih dahulu harus terpenuhi syarat-

syaratnya yaitu sebagai berikut.

a.    Modal yang akan dimudarabah harus jelas dalam bentuk uang tunai,bukan

barang,emas,perak batangan,atau barang barang berharga lainnya.

b.    Jumlah modal yang akan dimudarabahkan harus jelas jumlah nya agar dapat

dibedakan dengan keuntungan yang didapatkannya.

c.    Keuntungan yang akan didapatkan oleh pemilik modal dan bekerja harus

dijelaskan dalam transaksi sesuai kesepakatan,misalnya dengan sistem

paruhan,sepertiga,atau seperempat.

d. Mudarabah harus bersifat mutlak,artinya sipemilik modal tidak boleh ikut

campur dalam pelaksanaan usaha yang akan dijalankan oleh pihak pekerja.

    Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi,mudarabah tidak dapat dijalankan.

Artinya,mudarabah menjadi batal dengan sendirinya manakala ditengah

perjalanan ada syarat-syarat yang dilanggar oleh salah satu pihak yang

bertransaksi.

3.      Rukun Mudarabah

  Rukun mudarabah adalah ijabdan kabul,yaitu suatu transaksi atau timbang terima

yang dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam melakukan ijab kabul tidak

disyaratkan mengucapkannya dengan bahasa atau lafal-lafal tertentu,tetapi cukup

11
dengan bahasa dan ungkapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang

melakukan ijab kabul. Hikmah disyariatkannya investasi mudarabah dapat

dijelaskan sebagai berikut.

a.    Mudarabah akan menampakkan sifat dan semangat kebersamaan serta

keadilan.Hal ini terbukti melalui kebersamaan menanggung kerugian yang dialami

suatu usaha,dan membagikan keuntungan yang besar(sesuai dengan perjanjian)di

saat ekonomi sedang booming.

b.    Mudarabah akan menyatukan modal dengan skill(keahlian)yang selama ini

senantiasa terpisah dalam sistem perekonomian konversional,sebab sistem

tersebut memang diciptakan untuk menunjang mereka yang memiliki modal.

c.   Mudarabah dapat menggairahkan perekonomian umat islam,khususnya bagi

para pemilik modal yang selama ini masih ragu-ragu tentang hukum bunga bank

konvensional. Secara mudarabah,mereka yakin usahanya terhindar dari hal-hal

yang meragukan dan tetap sesuai dengan syariat islam.

E.     Musaqah

Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun

menyerahkan kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi dua

menurut persentase yang ditentukan padawaktu akad.

Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan

antara kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan

tidak memiliki waktu luang untuk merawat perkebunannya. Sementara dipihak

lain ada petani yang memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem

kerja sama musaqah,setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat.

12
F.     Muzara’ah dan Mukhabarah

Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan

Petani penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani.

Sementara mukhabarah ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik

lahan dan petani penggarap. Dalam kerja sama ini,benih tanamannya berasal dari

pemilik lahan. Muzara’ah memang sering kali diindentikkan dengan mukharabah.

Namun demikian,keduanya sebenarnya memilki sedikit perbedaan. Muzara’ah

benihnya berasal dari petani penggarap,sedangkan mukhabarah benihnya berasal

dari pemilik lahan.

Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian

antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah

saw. Dalam hal ini,pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap

untuk ditanami dan dipelihara dengan pembagian persentase tertentu dari hasil

panen. Di Indonesia,Khusunya di kawasan pendesaan,kedua model penggarapan

tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh masyarakat petani. Landasan syariahnya

terdapat dalam hadis dan ijma’ulama.

G.    Perbankan

1.      Pengertian perbankan

   Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana

masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat

dan tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Bank

membantu masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun peminjam,baik berupa

13
uang atau barang berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan

oleh masyarakat sebagai pengguna jasa bank.

   Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi

dua,yaitu seperti berikut.

a.         Bank Konvensional

Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk

disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha.

Penghimpun dana digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan

menggunakan sistem bunga.

b.         Bank islam atau bank syari’ah

bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut

syariat islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak dalam bank

islam. Bank syari’ah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya

sebagai berikut.

1)      Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha

dengan perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan

persentase sesuai perjanjian. Dalam sistem mudarabah,pihak bank sama sekali

tidak mengintervensi manajamen perusahaan.

2)      Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di

manamasing-masing pihak sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua

belah pihak mengelola usahanya secara bersama-sama dan menanggung untung

ruginya secara bersama-sama pula.

14
3)      Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat

berharga. Amanah dari pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak

bank. Pihak bank juga memiliki hak unuk menggunakan dana yang dititipkan dan

menjamin bisa mengembalikan dana tersebut sewaktu-waktu pemiliknya

memerlukan.

4)      Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah

yang baik dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan

simpanan pokok pada saat jatuh tempo biasanya layanan ini hanya diberikan

untuk nasabah yang memiliki deposito di bank tersebut sehingga menjadi wujud

penghargaan bank kepada nasabahnya.

5)      Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu

jenis penjualan dimana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu

produk, dengan ditambah jumblah keuntungan tertentu diatas biaya produksi.

Disini, penjual mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan

beberapa keuntungan yang hendak di ambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat

penyerahan atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini,

bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk

dijual lagi. Kemudian, bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya

tersebut. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga

pembelian yang sebenarnya.

15
H.    Asuransi Syari’ah

Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah

Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya pertanggungan.

Dalam bahasa Arab dikenal denganat-Ta’min yang berarti pertanggungan,

perlindungan, keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si

penanggung (Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung

(grasrurrerde) disebut musta’min.

   Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi

menurutfikih islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi

tersebut harus sesuai dengan ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama

berpendapat asuransi yang berdasarkan syariah dibolehkan dan asuransi

konvensional haram hukumnya.

  Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang

didasarkan nilai tauhid.dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan

individual, melainkan masalah kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa

individu tertentu. Apalagi jika musibah itu mengenai masyarakat luas seperti

gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah, tujuan asuransi sangat sesuai

dengan semangat ajaran tersebut.

16
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran

dan nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas.

Prinsip-prinsip kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:

1.      Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang

absolute atas semua yang ada.

2.      Manusia  merupakan  pemimpin  (khalifa)  Allah  di  bumi  tapi  bukan 

pemilik  yang sebenarnya.

3.      Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing

Allah, oleh karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak

atas sebagian kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.

4.      Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.

5.      Kekayaan harus diputar.

6.      Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.

7.      Menghilangkan jurang perbedaan antar individu  dapat menghapuskan

konflik antar golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah

kematiannya kepada para ahli warisnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/business/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam-pdf-file.html

http://neynafn.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-ekonomi-

islam.html

18

Anda mungkin juga menyukai