Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam


Tahun 2022/2023

Oleh:
XI MIPA 7
Kelompok 5:
1. Anggia Surya K. (2)
2. Annisah Harry P. (3)
3. Barroq Al Mubarak (6)
4. Darrel Vincent K. (8)
5. Fitria Ramadhani (17)
6. Lela Fatimah (22)
7. Natasya Aulia Zulfha M. (25)

Jalan K.H. Mustofa No.1, Kota Banjar 46311 Telepon (0265) 741192
Email : mail@sman1banjar.sch.id Website : sman1banjar.sch.id
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang karena atas limpahan rahmat dan
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul
dari makalah ini adalah “Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam” Makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kelas XI semester 2 dari Ibu E. Herliani, S.Pd.I 

Sebelumnya kami ingin memohon maaf apabila masih banyak kekurangan dalam pembuatan
makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan dan kemampuan kita dalam bidang Ilmu Agama Islam
sebagaimana yang telah kita semua harapkan.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3 Tujuan …………………………………………………………...… 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mu’amalah ....................................................................... 6
2.2 Macam-macam Mu’amalah ............................................................... 6
2.3 Prinsip-prinsip Mu’amalah ................................................................ 6
2.4 Menelaah dan Praktik Ekonomi Islam ............................................... 6
2.5 Dalil Naqli dan Hadist-nya ................................................................ 7
2.6 Sikap ber-Mu’amalah ........................................................................ 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................... 12
3.3 Daftar Pustaka ………………………………………………....… 13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang,khususnya
bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem ekonomikapitalisme dan
sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem ekonomidunia, terutama sejak
perang dunia II yang memunculkan banyak Negara-negara Islambekas jajahan imperialis.
Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai sebuahmodel ekonomi alternatif
memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun nonmuslim untuk melakukan banyak
penggalian kembali berbagai ajaran Islam. Meskipunbegitu, system ekonomi dunia saat ini
masih dikendalikan oleh system ekonomikapitalisme, karena umat Islam sendiri masih
terpecah dalam hal bentuk implementasiekonomi Islam dimasing-masing Negara. Kenyataan
ini oleh sebagian pemikir Islammasih diterima dengan lapang karena ekonomi Islam secara
implementasinya di masakini relatif masih baru. Masih perlu dilakukan banyak sosialisasi
dan pengarahan sertapengajaran kembali umat Islam untuk melakukan aktifitas ekonominya
sesuai denganhukum Islam. Sementara sebagai lainnya menilai bahwa faktor kekuasaan
memainkanperan signifikan, karenanya mengkritisi bahwa ekonomi Islam atau ekonomi
syariahbelum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri belum
menrapkansyariah dalam kebijakan-kebijakannya

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Mu’amalah?


2. Apa saja macam-macam Mu’amalah?
3. Bagaimana prinsip-prinsip Mu’amalah?
4. Bagaimana praktik ekonomi Islam di masa sekarang?
5. Apa saja dalil naqli dan hadist dari prinsip dan praktik ekonomi Islam?
6. Bagaimana sikap ber-Mu’amalah di kehidupan sehari-hari?

  1.3 Tujuan

1. Menjelaskan tentang Mu’amalah


2. Menjelaskan macam-macam Mu’amalah
3. Menjelaskan bagaimana prinsip-prinsip Mu’amalah
4. Menjelaskan praktik ekonomi Islam di masa sekarang
5. Menyebutkan dalil naqli dan hadist dari prinsip dan praktik ekonomi Islam
6. Menjelaskan Bagaimana sikap ber-Mu’amalah di kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mu’amalah


Muamalah adalah hubungan antar manusia, hubungan sosial, atau hablum minannas. Dalam
syariat Islam hubungan antar manusia tidak dirinci jenisnya, tetapi diserahkan kepada
manusia mengenai bentuknya. Islam hanya membatasi bagian-bagian yang penting dan
mendasar berupa larangan Allah dalam Al-Quran atau larangan Rasul-Nya yang didapat
dalam As-Sunnah.

Dari segi bahasa, muamalah bersal dari kata ‘aamala, yu’amilu, mu’amalat yang berarti


perlakuan atau tindakan terhadap orang lain, hubungan kepentingan (seperti jual-beli, sewa
dsb). Sedangkan secara terminologis muamalah berarti bagian hukum amaliah selain ibadah
yang mengatur hubungan orang-orang mukallaf antara yang satu dengan lainnya baik secara
individu, dalam keluarga, maupun bermasyarakat.

Berbeda dengan masalah ibadah, ketetapan-ketetapan Allah dalam masalah muamalah


terbatas pada yang pokok-pokok saja. Penjelasan Nabi, kalaupun ada, tidak terperinci seperti
halnya dalam masalah ibadah. Oleh karena itu, bidang muamalah terbuka sifatnya untuk
dikembangkan melalui ijtihad. Kalau dalam bidang ibadah tidak mungkin dilakukan
modernisasi, maka dalam bidang muamalah sangat memungkinkan untuk dilakukan
modernisasi.

Dengan pertimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian maju, masalah
muamalah pun dapat disesuaikan sehingga mampu mengakomodasi kemajuan tersebut.
Karena sifatnya yang terbuka tersebut, dalam bidang muamalah berlaku asas umum, yakni
pada dasarnya semua akad dan muamalah boleh dilakukan, kecuali ada dalil yang
membatalkan dan melarangnya. Dari prinsip dasar ini dapat dipahami bahwa semua
perbuatan yang termasuk dalam kategori muamalah boleh saja dilakukan selama tidak ada
ketentuan atau nash yang melarangnya. Oleh karena itu, kaidah-kaidah dalam bidang
muamalah dapat saja berubah seiring dengan perubahan zaman, asal tidak bertentangan
dengan ruh Islam.
2.2 Macam-macam Mu’amalah

a) Jual-Beli
Kegiatan jual-beli artanya suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat kesepakatan tukar-
menukar benda yang ingin dimiliki oleh pembeli dengan harga yang sesuai seperti yang
ditawarkan oleh penjual. Kegiatan jual-beli boleh dan halal hukumnya sebagaimana yang
tercantum dalam Q.S.Al Baqarah (2), ayat 275 yang berbunyi:

Ada beberapa syarat yang


harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam agama Islam agar praktiknya sesuai
syariat, di antaranya:

1.  Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya
harus halal dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi
barang diketahui oleh pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.
2.  Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri tanpa
unsur paksaan.
3.  Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual benda
ini kepada Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan
membeli benda ini dengan harga yang telah disebutkan.”

b) Khiyar
Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan kebebasan kepada
pihak penjual atau pembeli untuk memutuskan apakah akan meneruskan transaksi jual-beli
atau membatalkan transaksi tersebut.
Khiyar boleh dilakukan, namun harus ada syarat-syarat yang harus diikuti dan dilakukan atas
dasar rasa suka sama suka tanpa ada unsur paksaan. Ada beberapa jenis khiyar yang perlu
Anda ketahui, di antaranya:

a. Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi jual-
beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya menjual barang ini dengan
harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu minggu.”
b. Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada di tempat
yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Baik penjual
maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk mengembalikan barang yang telah
dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi dari nilai
barang tersebut. Artinya pembeli dapat melakukan complain jika ada barang yang tidak
sesuai pesanan.

c) Riba
Riba yaitu suatu ketentuan nilai tambahan dengan melebihkan jumlah uang pinjaman ketika
dilakukan pelunasan. Untuk besaran bunga yang diberikan biasanya mengacu pada suatu
persentase tertentu yang dibebankan kepada peminjam.

Secara Etimologi atau Bahasa, dalam Bahasa Arab riba merupakan kelebihan ataupun
tambahan (az-ziyadah). Untuk kelebihannya tersebut, secara umum mencakup semua
tambahan terhadap nominal pokok hutan dan juga kekayaan.

Disisi lain, dari segi terminologi atau makna istilah, pengertian riba merupakan nilai
tambahan atau pembayaran hutang yang melebihi jumlah piutang dan sudah ditentukan
sebelumnya oleh salah satu pihak yang bersangkutan. Dalam peraturan ekonomi syariah, riba
pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai berikut:

1. Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang peminjam harus
mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan bunga/lebihnya.
2. Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun takaran
timbangannya berbeda.
3. Riba Nasi’ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang yang
dibeli dilakukan beberapa hari kemudian.
4. Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan sama
timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan pembeli berada
dalam posisi yang terpisah.
d) Utang-piutang
Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam kurun
waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

1. Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang


2. Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang
3. Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang
Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus
sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang atas
kemauannya sendiri, maka harta atau barang tersebut halal. Sebaliknya, jika orang yang
memberi piutang meminta tambahan saat harta atau barang dikembalikan, maka tambahan
tersebut haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada kesepakatan yang disetujui bersama
sebelumnya.

e) Sewa-menyewa
Dalam Islam, istilah sewa-menyewa disebut dengan ijarah. Transaksi ini dilakukan dengan
cara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang menyewakan barang atau benda
kepada orang lain. Ada beberapa syarat dan rukun ijarah yang harus dipenuhi, di antaranya:

1. Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas kemauan


masing-masing
2. Baik yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal sehat dan
baligh
3. Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal
4. Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa atau wali
penyewa selama kurun waktu yang telah disepakati bersama
5. Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang
tersebut.
6. Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya
7. Kedua belah pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut
Sewa-menyewa tidak hanya dalam hal barang, namun juga kontrak tenaga kerja. Ada
kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut terkait
dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan tunjangan-
tunjangan.
f) Syirkah
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang sama-sama
melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
Rukun yang harus dipenuhi dalam akad syirkah di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Ada dua belah pihak yang menjalankan akad atau ‘aqidani
2. Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan
pekerjaan
3. Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.

Syirkah terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu:


1. Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau lebih
tidak memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja
2. Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi
kontribusi baik dalam hal modal maupun kerja
3. Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan,
keahlian, dan ketokohan seseorang
4. Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah pihak
dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan sebelumnya

g) Mudharabah
Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama sebagai
penyedia modal atau shahibul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelola atau mudarrib.

Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:
1. Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh waktu,
jenis usaha, dan tempat usaha.
2. Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik
modal dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi
waktu, jenis usaha, maupun tempat usaha.

h) Musaqah, Muzara’ah, dan Mukhabarah


Musaqah merupakan kerja sama yang dilakukan antara petani dan pemilik kebun. Jenis
kesepakatannya yaitu pemilik kebun menyerahkan tanahnya kepada petani untuk dikelola dan
nati hasil panennya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan bersama.
1. Muzara’ah adalah kerjasama yang dilaukan dalam bidang pertanian antara petani
yang menggarap sawah yang menyediakan benih tanaman dan pemilik lahan itu
sendiri.
2. Sedangkan Mukhabarah adalah kerjasama antara pemilik tanah dan petani, namun
benih disediakan oleh pemilik tanah.

i) Perbankan
Bank identik sebagai tempat penyimpanan uang. Pengertian bank sendiri merupakan lembaga
keuangan yang memiliki tugas menghimpun dana dari masyarakat lalu disalurkan
menggunakan sistem bunga. Ada dua jenis bank yang saat ini berada di tengah-tengah
masyarakat, yaitu:

1. Bank Syariah/Islam merupakan lembaga keuangan yang menjalankan


operasionalnya dengan sistem syariah Islam dan memenuhi syarat yang bersih dari
riba.
2. Bank Konvensional merupakan lembaga keuangan yang memiliki fungsi untuk
menghimpun dana dan disalurkan kepada yang memerlukan dengan sistem bunga.

j) Asuransi Syari’ah
Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari transaksi
muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan ketentuan
tertentu. Pedoman mengenai asuransi syariah diatur secara langsung dan dipedomani oleh
Fatwa Dewan Syariah.
Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan ketentuan hukum
Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah demi kepentingan umat
muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh, maka harus mendukung
penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam secara utuh.

Anda mungkin juga menyukai