Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupunpikirannya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan ..........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A.Dasar Hukum Etika Perdagangan Islam ......................................................................6
B.Etika Perdagangan Dalam Islam ..................................................................................8
C. Jenis-jenis Pasar Dalam Perdagangan Islam .............................................................20
D. Perdagangan Yang Di Larang Dalam Islam .............................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan
membeli barang dari suatu tempat dan suatu waktu dan menjual barang
tersebut di tempat dan waktu lainnnya untuk memperoleh
keuntungan.Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
kegiatan perekonomian suatu negara.Giatnya aktivitas perdagangan suatu
negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran masyarakatnya serta menjadi
tolok ukur tingkat perekonomian negara itu sendiri.Sehingga bisa dibilang
perdagangan merupakan urat nadi perekonomian suatu negara.Melalui
perdagangan pula suatu negara bisa menjalin hubungan diplomatik dengan
negara tetangga sehingga secara tidak langsung perdagangan juga
berhubungan erat dengan dunia politik.
Al-quran, perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah
(perdagangan), bay’ (menjual) dan Syira’ (membeli) dengan tujuan
memperoleh keuntungan. Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-
istilah lain yang berkaitan dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq,
syirkah, dharb, dan sejumlah perintah melakukan perdagangan global.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dagang adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan menjual dan membeli barang untuk memperoleh
keuntungan, jual-beli, niaga. Berdagang sama dengan berjual beli,
berniaga. Bisnis usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan;
bidang usaha.
Islam secara tegas telah menghalalkan usaha perdagangan,
perniagaan dan atau jual beli. Namun tentu saja untuk orang yang
menjalankan usaha perdagangan secara islam, dituntut menggunakan tata
cara khusus, ada aturan yang mengatur bagaimana seharusnya seorang
muslim berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan
ridha Allah SWT di dunia dan akhirat.
Aturan dalam perdagangan islam menjelaskan berbagai etika yang
harus dilakukan oleh para pedagang muslim dalam melaksanakan jual beli.
Diharapkan dengan menggunakan dan mematuhi etika perdagangan islam
tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang muslim akan maju dan
berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia
dan di akhirat. Etika perdagangan islam menjamin, baik pedagang maupun
pembeli, masing-masing akan saling mendapat keuntungan.
Pada hakikatnya aturan yang paling mendasar untuk menegakkan
yang benar dan yang salah dalam perniagaan adalah menurut fiqh yang
4
bersumber dari Al-qur’an dan sunnah.Kaitannya dengan perniagaan, Islam
telah mengatur relasi manusia dengan sesama dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari termasuk di dalamnya dituntun bagaimana
cara pengelolaan pasar dan segala bentuk mekanismenya. Dalam Islam
pasar sangatlah penting dalam perekonomian. Pasar telah terjadi pada
masa Rasulullah salallahu alaihi wassalam dan Khulafaur Rasyidin dan
menjadi sunnatullah yang telah dijalankan selama berabad-abad. Pasar
adalah tempat dimana terjadi jual beli barang dan jasa. Artinya pasar
adalah tempat umum bagi khalayak. Pasar tidak dimiliki, namun setiap
orang yang datang berhak menggunakan lapaknya, dan berjual beli sampai
malam.
Kebebasan pasar adalah hal pokok dalam membahas perniagaan
islam. Sayangnya pernyataan “kebebasan pasar” telah dicemari oleh para
ekonom-ribawi. Perbedaan terpenting pasar bebas islam dan pasar
kapitalistik adalah hal seperti bunga, pasar uang, surat hutang, kredit
berbunga,bursa efek dianggap sebagai bagian kebebasan pasar maka bagi
kita umat islam riba adalah pelanggaran dan ketidakadilan yang dilarang
oleh Allah dan rasulnya.
Dengan kata lain riba menghancurkan kebebasan. Dalam pasar
bebas islam diperlukan alat tukar yang bebas dipilih oleh khalayak. Perlu
diingat bahwa aspek terpenting dalam islam adalah saling ridha
(antarodhin). Riba, paksaan, hak istimewa, pajak, monopoli, semuanya
meluluhlantakan hakikat kebebasan pasar yang fitrah model madinah.
Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan pada maklah ini
akan dibahas mengenai perdagangan dan etikanya dalam islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perdagangan dan etikanya dalam islam ?
2. Apa saja dasar hukum perdagangan dan etikanya dalam islam?
3. Apa saja jenis-jenis pasar dalam perdagangan islam ?
4. Apa saja perdagangan yang dilarang dalam islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perdagangan dan etikanya dalam islam.
2. Untuk mengetahuidasar hukum perdagangan dan etikanya dalam islam
3. Untuk mengetahui jenis-jenis pasar dalam perdagangan islam.
4. Untuk mengetahui perdagangan yang diarang dalam islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Selanjutnya term perdagangan lainnya yang juga dipergunakan
al-Qur’an adalah as-syira. Kata ini terdapat dalam 25 ayat. Dua ayat di
antaranya berkonotasi perdagangan dalam konteks bisnis yang
sebenarnya, yaitu yang kisah al-Quran yang menjelaskan tentang Nabi
Yusuf yang dijual. (surah Yusuf ayat 21 dan 22).
7
sesuai dinamika peradaban yang dominan. Sedangkan dalam Islam
mengajarkan kesatuan hubungan antar manusia dengan penciptanya.
Kehidupan duniawi dan ukhrawi berdasarkan sumber utama yang jelas
yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
Etika tidak terlepas dari kata ethos dalam bahasa Yunani yang
berarti kebiasaan (custum) atau karakter (character). Disini etika dapat
dimaknai sebagai dasar moralitas seseorang dan disaat bersamaan juga
sebagai filsuf berprilaku. Selain itu etika juga disebut dengan istilah
“akhlak”.
Dalam pelajaran filsafat etika merupakan bagian daripadanya,
dimana para ahli memberikan ta’rif dalam redaksi kalimat yang
berbeda, antara lain:
a. Etika ialah ilmu tantang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang
disistimatisir tentang tindakan moral yang betul (webster’s Dict).
b. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan,
hujah- hujahnya dan tujuan yang diarahkan kepada makna tindakan
(Ensiklopedi Winkler Prins).
c. Ilmu tentang filsafat moral, tidak mengenai fakta, tetapi tentag
nilai-nilai, tidak mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tantang
idenya, karena itu bukan bukan ilmu yang positif tetapi ilmu yang
formatif (New).
d. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang
akhlak yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia dibawah
pancaran sinar petunjuk Allah Swt, menuju keridhaan-Nya.
Dengan melaksanakan etika Islam niscaya akan selamatlah
manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan- perbuatan yang keliru
dan menyesatkan.
8
Etika bisnis seorang muslim dibentuk oleh iman yang menjadi
pandangan hidupnya, yang memberi norma-norma dasar untuk
membangun dan membina segala aktivitas muamalahnya. Seorang
muslim dituntut oleh imannya untuk menjadi orang yang bertakwa dan
bermoral amanah, berilmu, cakap, cerdas, cermat, hemat, rajin, tekun
dan bertekad bekerja sebaik mungkin untuk menghasilkan yang
terbaik. Etika perdagangan berarti seperangkat prinsip dan norma di
mana para pelaku bisnis harus komit dalam bertransaksi, berperilaku,
dan berelasi guna mencapai tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.
Selain itu etika bisnis juga dapat berarti pemikiran, atau refleksi atau
moralitas dalam ekonomi dan bisnis, yaitu refleksi tentang perbuatan
baik, buruk, terpuji, tercela, benar, salah, wajar, pantas dari perilaku
seseorang dalam berbisnis atau bekerja.
9
1. Shidiq (Jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan
usaha jual beli. Jujur dalam arti luas yaitu tidak berbohong, tidak
menipu, tidak memanipulasi fakta, tidak bekhianat, serta tidak
pernah ingkar janji dan lain sebagainya. Sikap jujur diperlukan
karena berbagai tindakan tidak jujur, selain merupakan perbuatan
yang jelas-jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam berdagang
juga akan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan
keluarga pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan
tindakan yang seperti itu akan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat.
Dalam Al Qur’an, keharusan bersikap jujur dalam
berdagang, berniaga dan atau jual beli, sudah diterangkan dengan
sangat jelas dan tegas. Keharusan bersikap jujur tersebut terdapat
pada beberapa ayat yang berkaitan dengan pelaksanaan timbangan,
sebagaimana firman Allah SWT:
۟ ُاٱَلليَتِي ِمإاَّل بٱلَّتِى ِهىَأَحْ َسنُ َحتَّ ٰىيَ ْبلُغَأ َ ُش َّدهۥُ َۖوأَوْ ف
ِۖ وا ْٱل َك ْيلَ َو ْٱل ِمي َزانَبِ ْٱلقِس
ُْطاَل نُ َكلِّفُنَ ْفسًاإِاَّل ُو ْس َعهَ ۖا َوإِ َذاقُ ْلت ۟
ِ ِ ْ َواَل تَ ْق َربُوا َم
ٰ ۚ ۟ ۖ ۟ ُْمفَٱ ْع ِدل
َّ وا َولَوْ َكانَ َذاقُرْ بَ ٰى َوبِ َع ْه ِدٱللَّ ِهأَوْ فُوا َذلِ ُك ْم َو
َص ٰى ُكمبِ ِهۦلَ َعلَّ ُك ْمتَ َذ َّكرُون
10
yakni, pencegahan sejak dini dari setiap bentuk kejahatan manusia
yang akan merugikan manusia itu sendiri.
Disamping itu, tindakan penyimpangan atau kecurangan
menimbang, menakar dan mengukur dalam dunia perdagangan,
merupakan suatu perbuatan yang sangat keji dan culas, lantaran
tindak kejahatan tersebut bersembunyi pada hukum dagang yang
telah disahkan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, atau
mengatasnamakan jual beli atas dasar suka sama suka, yang juga
telah disahkan oleh agama.
Jika penampokan, pencurian, pemerasan, perampasan,
sudah jelas merupakan tindakan memakan harta orang lain dengan
cara batil, yang dilakukan dengan jalan terang-terangan. Namun
tindak penyimpangan dan atau kecurangan dalam menimbang,
menakar dan mengukur barang dagangan, merupakan kejahatan
yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sehingga para
pedagang yang melakukan kecurangan tersebut, pada hakikatnya
adalah juga pencuri, perampok dan perampas dan atau penjahat,
hanya mereka bersembunyi dibalik lambang keadilan yakni,
timbangan, takaran dan ukuran yang mereka gunakan dalam
perdagangan. Dengan demikian tidak ada bedanya, mereka sama-
sama penjahat. Maka alangkah kejinya tindakan mereka itu.
Sehingga wajar, jika Allah SWT dan Rasul-Nya mengharamkan
perbuatan tersebut, dan wajar pula jika para pelakunya diancam
Allah SWT akan menerima azab dan siksa yang pedih di akhirat
kelak, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an:
)٣( َ) َوإِ َذا َكالُوهُ ْم أَوْ َو َزنُوهُ ْم ي ُْخ ِسرُون٢( َاس يَ ْستَوْ فُون
ِ َّ) الَّ ِذينَ إِ َذا ا ْكتَالُوا َعلَى الن١( ََو ْي ٌل لِ ْل ُمطَفِّفِين
)٦( َ) يَوْ َم يَقُو ُم النَّاسُ لِ َربِّ ْال َعالَ ِمين٥( ) لِيَوْ ٍم َع ِظ ٍيم٤( َك أَنَّهُ ْم َم ْبعُوثُونَ ِأَال يَظُ ُّن أُولَئ
11
kecurangan dalam menakar, menimhang dan mengukur barang
dagangan mereka, sesungguhnya Al Qur’an juga telah menuturkan
dengan jelas dan tegas kisah orang-orang madyan yang terpaksa
harus menerima siksa dunia dari Allah SWT, lantaran menolak
peringatan dari Nabi mereka Syuaib as. Sebagamana firman Allah
SWT:
12
“Pedagang dan pembeli keduanya boleh memilih selagi belum
berpisah. Apabila keduanya jujur dan terang-terangan, maka jual
belinya akan diberkahi. Dan apabila keduanya tidak rnau berterus
terang serta berbohong, maka jual belinya tidak diberkahi.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
“Pedagang yang jujur di bawah Arsy pada hari kiamat”. (HR. Al-
Ashbihani)
“Pedagang yang jujur tidak terhalang dari pintu-pintu surga”.
(HR. Tirmidzi).
13
menjualnya, mudah cara membelinya, mudah cara membayarnya
dan mudah cara menagihnya.” (HR. Thabarani).
14
“Allah tidak akan berbelas kasihan terhadap orang-orang yang
tidak mempunyai belas kasihan terhadap orang lain.” (HR.
Bukhari).
15
“Jangan bersumpah kecuali dengan nama Allah. Barangsiapa
bersumpah dengan nama Allah, dia harus jujur (benar).
Barangsiapa disumpah dengan nama Allah ia harus rela (setuju).
Jika tidak rela (tidak setuju), niscaya lepaslah ia dari pertolongan
Allah.” (HR. lbnu Majaah dan Aththusi).
“Ada tiga kelompok orang yang kelak pada hari kiamat Allah
tidak akan berkata-kata, tidak akan melihat, tidak akanpula
mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih. Abu Dzarr
berkata, “Rasulullah mengulang-ulangi ucapannya itu, dan aku
hertanya,” Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Beliau
menjawab, “Orang yang pakaiannya menyentuh tanah karena
kesombongannya, orang yang menyiarkan pemberiannya
(mempublikasikan kebaikannya), dan orang yang menjual
dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim).
Sementara itu, apa yang kita alami selama ini, jual beli,
perdagangan dan atau perniagaan di zaman sekarang terutama di
pasar-pasar bebas tidak banyak lagi ditemukan orang yang mau
memperhatikan etika perdagangan islam. Bahkan nyaris, setiap
orang-penjual maupun pembeli tidak mampu lagi membedakan
barang yang halal dan yang haram, dimana sudah dikatkan oleh
Rasulullah SAW bahwa keadaan ini sesungguhnya akan terjadi,
sebagaimana dinyatakan dalam haditsnya, dari Abu Hurairah, dari
Nabi SAW, bersabda:
“Akan datang pada manusia suatu zaman yang seseorang tidak
memperhatikan apakah yang diambilnya itu dan barang yang
halal atau haram.” (HR. Bukhari).
16
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah seseorang menjual akan suatu barang yang telah
dibeli oleh orang lain”. (HR. Bukhari). Dari lbnu Umar: Bahwa
seorang laki-laki menyatakan pada Nabi SAW bahwa ia tertipu
ketika berjual heli. Maka Nabi menyatakan: “Jika engkau
berjualbeli maka katakanlah: Tidak boleh menipu”. (HR.
Bukhari).
4. Menepati Janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati
janjinya, baik kepada para pembeli maupun diantara sesama
pedagang, terlebih lagi kepada Allah SWT. Janji yang harus
ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli misalnya tepat
waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kwalitasnya,
kwantitasnya, warna, ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan
perjanjian semula, memberi layanan purna jual, garansi dan lain
sebagainya. Sedangkan janji yang harus ditepati kepada sesama
para pedagang misalnya, pembayaran dengan jumlah dan waktu
yang tepat.
Sementara janji kepada Allah yang harus ditepati oleh para
pedagang muslim misalnya adalah shalatnya. Sebagaimana firman
Allah dalam Al Qur’an:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-
banyaknya supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat
perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju
kepadaNya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhutbah). Katakanlah: ”Apa yang di sisi Allah adalah lebih
baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah sebaik-baik
pemberi rezki” (Q.S Al Jumu’ah (62):10-11)
Dengan demikian, sesibuk-sibuknya urusan dagang, urusan
bisnis dan atau urusan jual beli yang sedang ditangani sebagai
pedagang muslim janganlah pernah sekali-kali meninggalkan
shalat. Lantaran Allah SWT masih memberi kesempatan yang
sangat luas kepada kita untuk mencari dan mendapatkan rejeki
setelah shalat, yakni yang tercermin melalui perintah-Nya, yaitu
bertebaran di muka bumi dengan mengingat Allah SWT sebanyak-
banyaknya supaya beruntung.
5. Murah Hati
17
Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar
para pedagang selalu bermurah hati dalam melaksanakan jual beli.
Murah hati dalam pengertian; ramah tamah, sopan santun, murah
senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggungjawab.
Sabda Rasulullah SAW:
“Allah berbelas kasih kepada orang yang murah hati ketika ia
menjual, bila membeli dan atau ketika menuntut hak”. (HR.
Bukhari).
18
mengandung unsur haram yang terkandung di dalamnya. Barang-
barang yang dijual dengan perdagangan syariah juga diperoleh
dengan cara tidak melanggar hukum diantaranya bukan barang
selundupan, memiliki izin SNI dan sebagian lagi memiliki label
halal.
d. Sesungguhnya barang dan komoditi yang dijual haruslah berlaku
pada pasar terbuka, sehingga pembeli telah mengetahui keadaan
pasar sebelum melakukan pembelian secara besar-besaran. Penjual
tidak diperkenankan mengambil keuntungan dari ketidaktahuan
pembeli akan keadaan pasar dan harga yang berlaku.
Tidak curang, sejauh dengan dorongan untuk bersikap jujur dan benar, Islam
sangat mencela timbulnya kecurangan dalam praktik bisnis, sehingga
menimbulkan bahaya dan kerugian kepada orang lain. Seperti mengurangi
timbangan dan takaran, sejalan dengan perintah menyempurnakan takaran
dan timbanga. Allah sangat mengecam orang yang berlaku curang hal
tersebut dijelaskan dalam QS AlMutaffifin ayat 1 - 3:
19
Artinya: “Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, “(yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi, “Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain,
mereka mengurangi. (QS Al-Mutaffifin Ayat 1 - 3).
َ سبِيلِ َك ْىاَل يَ ُكونَدُولَ ۢةًبَ ْينَٱأْل َّ س ِكينِ َوٱ ْبنِٱل َ ٰ سولِ َولِ ِذىٱ ْلقُ ْربَ ٰى َوٱ ْليَ ٰتَ َم ٰى َوٱ ْل َمُ سولِ ِهۦ ِم ْنأَهْٱِل ْلقُ َر ٰىفَلِلَّ ِه َولِل َّر
ُ َّمٓاأَفَٓا َءٱللَّ ُه َعلَ ٰى َر
ۚ
۟ ُوا َوٱتَّق ۟ سولُفَ ُخ ُذو ُه َو َمانَ َه ٰى ُك ْم َع ْن ُهفَٱنتَ ُه
ِ ش ِديدُٱ ْل ِعقَا
ب َ واٱللَّ ۖ َهإِنَّٱللَّ َه ُ ْغنِيَٓا ِء ِمن ُك ۚ ْم َو َمٓا َءاتَ ٰى ُك ُمٱل َّر
•ُس• ٰ• َذ• لِ• َك• بِ• أَ• نَّ• ُه• ْم• قَ• ا•ل ِّ •ۚ •ط• ا•نُ• ِم• نَ• ا• ْل• َم
َ •ا•لَّ• ِذ• ي•نَ• يَ• أْ• ُك• لُ• و•نَ• ا•ل• ِّر• بَ• ا•اَل يَ• قُ• و• ُم• و•نَ• إِ• اَّل َك• َم• ا•يَ• قُ• و• ُم• ا•لَّ• ِذ• ي•يَ• تَ• َ•خ• بَّ• طُ• ُه• ا•ل•ش•َّ• ْي
•َظ• ةٌ• ِم• ْن• َ•ر• بِّ• ِه• فَ• ا• ْن• تَ• َه• ٰ•ى• فَ• ل َ •و•ا•إِ• نَّ• َم• ا•ا• ْل• بَ• ْي• ُع• ِم• ْث• اُل ل• ِّر• بَ• ۗا• َ•و• أَ• َ•ح• اَّل ل•لَّ• ُه• ا• ْل• بَ• ْي• َع• َو• َ•ح• َّر• َم• ا•ل• ِّر• بَ• ۚا• فَ• َم• ْن• َ•ج• ا• َء• ُه• َم• ْ•و• ِ•ع
•ص• َ•ح• ا•بُ• ا•ل•نَّ• ا• ۖ• ِر• ُه• ْم• فِ• ي• َه• ا• َ•خ• ا•لِ• ُد• و• َن •ْ •َس• لَ• فَ• َو• أَ• ْم• ُر• ُه• إِ•لَ• ى•ا•ل•لَّ• ۖ•ِه• َ•و• َم• ْن• َع• ا• َد• فَ• أُ•و• ٰلَ• ئِ• َك• أَ •ُه• َم• ا
20
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang
itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
(Al-Baqarah: 275).
2. Hadist
Di dalam hadits juga banyak berbicara mengenai
perdaganagan/jual beli di antaranya adalah hadis berikiut yang artinya:
Dari rifa’ah, ia berkata rasulullah saw bersabda,
“sesungguhnya para pedagang akan di bangkitkan pada hari
kiamat kelak sebagai orang yang banyak melakukan
kajahatan, kecuali orang yang bertakwa kepada Allah berbuat
baik dan jujur (dalam perkataannya).” (HR. Abu Dawud).
21
Dalam Perdagangan islam pada masa Nabi Muhammad dikenal
beberapa pasar di jazirah arab yakni:
22
Pada saat ini, umat muslim akan bisa dilayani dengan lebih baik
dengan didirikannya pasar-pasar daripada dengan didirikannya lebih
banyak mesjid. Dampak yang akan dialami dalam kehidupan dan
kesejahteraan umat muslim akan jauh melampaui dimensi sosial dan
politik yang dilimiliki oleh aktivitas seputar mesjid pada saat ini. Memang
benar dewasa ini kondisi yang ada menyulitkan kita untuk menerapkan
hukum dan aturan pasar sesuai dengan syari’at secara utuh, akan tetapi
kondisi seperti ini terjadi pula pada mesjid. Di dunia barat, banyak majelis
masjid menerima keluhan-keluhan dari pemerintah setempat yang merasa
terganggu dengan suara adzan, sementara di daerah-daerah lain, masih
banyak mesjid yang lahannya merupakan lahan yang disewa dari non
muslim.
Dalam mempelajari permasalahan Pasar Islam Terbuka, jangan
sampai kita dipusingkan atau merasa rendah diri karena istilah “pasar” itu
sendiri. Karena bahkan dalam bentuk yang paling sederhananya, Pasar
Islam Terbuka melampaui mal-mal masa kini dalam hal aksesibilitas,
fasilitas, pilihan dan kemudahan-kemudahannya. Walaupun tata letak dan
perencanaan pasar akan berbeda, tergantung kepada lokasi dan kondisi
geografi, beberapa area dan peruntukan yang akan dijelaskan di bawah ini
merupakan yang paling umum dan didapati di mana-mana:
1. Area parkir
2. Gudang dan penyimpanan
3. Workshop
4. Berbagai macam area penjualan
5. Fasilitas perkantoran
6. Area untuk pameran dan acara-acara seni dan kebudayaan
7. Fasilitas transportasi umum
8. Pengadilan
9. Kantor pasar
10. Mesjid
23
satu area pasar, keduanya pun dapat bertemu langsung dengan masyarakat
dan pembeli.
24
benar dan wajar. Rosululloh melarang bentuk perdagangan dengan
menarik keuntungan dari penjual dan pembeli.
3. Perdagangan dengan cara Munabazah
Dalam perdagangan secara munabazah, seseorang menjajakan
pakaian yang dia miliki untuk dijual kepada orang lain dan
penjualan tersebut menjadi sah, meskipun orang tersebut tidak
memegang atau melihat barang tersebut. Berarti bahwa penjual
langsung melemparkan barang kepada pembeli dan penjualan itu
sah. Pembeli tidak ada kesempatan untuk memeriksa pakaian
tersebut atau harganya. Ada kemungkinan penipuan atau
kecurangan atau penggmbaran yang keliru dalam bentuk
perdagangan seperti ini, sehingga Rosululloh melarang
perdagangan dengan cara munabazah.
4. Perdagangan dengan cara Mulamasah
Dalam perdangangan secara mulamasah, seseorang menjual sebuah
pakaian dengan boleh memegang tapi tanpa perlu membuka atau
memeriksanya. Hal ini juga dilarang Rosululloh karena
keburukannya sama seperti munabazah.
5. Perdagangan dengan cara Habal-Al-Habala
Bentuk perdagangan ini sangat umum di negara Arab pada waktu
itu. Dalam perdagangan ini,seseorang menjual seekor unta betina
dengan berjanji membayar apabila unta itu melahirkan seekor anak
unta jantan atau betina. Cara perdagangan seperti inipun dilarang
oleh Rosululloh karena mengandung unsur perkiraan atau
spekulasi.
6. Perdagangan dengan cara Al-Hasat
Dalam bentuk perdagangan seperti ini, penjual akan
menyampaikan kepada pembeli bahwa apabila pembeli
melemparkan pecahan-pecahan batu kepada penjual, maka
penjualan akan dianggap sah. Cara seperti ini juga diharamkan oleh
Rosululloh karena sama buruknya dengan perdagangan secara
munabazah dan mulamasah.
7. Perdagangan dengan cara muzabanah
Dalam bentuk perdagangan ini, buah-buahan ketika masih di atas
pohon sudah ditaksir dan dijual sebagai alat penukar untuk
memeperoleh kurma dan anggur kering, atas sederhananya menjual
buah-buahan segar untuk memperoleh buah-buahan kering.
Rosululloh melarang cara seperti ini karena didasari atas perkiraan
dan dapat merugikan satu pihak jika perkiraan ternyata salah.
25
8. Perdagangan dengan cara Muhaqolah
Dalam sistem muhaqolah ini, panen yang belum dituai dijual untuk
memperoleh hasil panen yang kering. Rosululloh melarang cara
perdagangan seperti ini sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Abdullah Ibn Umar, Abu Said al Khudri dan Said Ibn Mussayyib.
Bentuk ini sama dengan bentuk muzabanah dengan semua
kemudharatannya.
9. Perdagangan tanpa hak pemilikian
Perdagangan barang-barang khususnya yang tidak tahan lama,
tanpa perolehan hak milik juga dilarang oleh Rosululloh karena
mengandung unsur keraguan dan penipuan. Diriwayatkan oleh Ibn
Umar bahwa Rosululloh bersabda:
“Siapapun yang membeli gandum tidak berhak menjualnya
sebelum memperoleh hak miliknya.”
10. Perdagangan dengan cara Sarf
Perdagangan dengan cara sarf berarti menggunakan transaksi di
mana emas dan perak dipakai sebagai alat tukar untuk memperoleh
emas dan perak. Rosululloh bersabda bahwa pertukaran emas
dengan emas merupakan riba kecuali dari tangan ke tangan, kurma
dengan kurma adalah riba kecuali dari tangan ke tangan, dan garam
dengan garam adalah riba kecuali dari tangan ke tangan.
11. Perdagangan dengan cara Al-Ghoror
Perdagangan yang dilakukan dengan cara melakukan penipuan
terhadap pihak lan.
12. Misrot
Misrot adalah hewan yang mempunyai susu, tapi susunya tidak
diperas. Kebanyakan orang apabila berkeinginan menjual binatang
ini terlebih dahulu diperah selama beberapa hari untuk menipu
pembeli. Ini adalah salah satu cara dimana pembeli binatang
merasa ditipu dan diminta untuk membayar dengan harga yang
lebih mahal.
13. Najsh
Sederhananya, najsh itu bermakna terjadinya sesuatu kenaikan
harga karena seseorang telah mendengar bahwa harga barang
tersebut telah naik, lalu membelinya tetapi tidak karena ingin
membelinya melainkan karena ingin menjualnya kembali dengan
menetapkan harga yang lebih tinggi, atau berminat terhadap barang
yang dijual dengan tujuan untuk menipu orang lain.
14. Penjualan dengan sumpah
26
Penjual menjual barangnya (dalam harga tinggi) dengan
melakukan sumpah tentang tingginya kualitas barang tersebut.
15. Pemalsuan
Rasulullah melarang pemalsuan barang-barang yang akan dijual
sebagaiman yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori.
16. Perdagangan dengan cara menyembunyikan
Cara seperti ini yaitu menyembunyikan gandum dan barang-barang
lainnya untuk menaikkan harga dengan sengaja.
17. Monopoli
Monopoli akan muncul manakala pusat kontrol pasokan (supply)
barang atau jasa dipegang oleh satu orang atau sekelompok orang.
Mereka yang mengontrol pasokan barang atau jasa dan
menetapkan harga yang menguntungkan baginya, tetapi
keuntungannya tidak bermanfaat bagi masyarakat.
27
BAB III
KESIMPULAN
28
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdullah Yusuf. 1993. Quran Terjemahan dan Tafsirnya, terj. Ali Audah. Jakarta:
Pustaka Firadaus
Hadimulyo. 1997. Etika Bisnis dalam Jurnal Ulumul Quran. No. 3/VII/’97
http://repository.radenintan.ac.id/101/3/Bab_II.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/19769/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf
https://pustakamediasyariah.blogspot.com/2015/05/makalah-pes-perdagangan-dalam-
islam.html
29