Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN HASIL PRAKTIK KERJA KEPEGAWAIAN

TINJAUAN PROSES PENETAPAN PERTIMBANGAN TEKNIS


KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN RUANG
IV/C KE ATAS SERTA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
JABATAN FUNGSIONAL JENJANG UTAMA

Nama Mahasiswa : ARYA DWARI RAHMANI


NIM : 030892617

Ditulis untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah


Praktik Kerja Kepegawaian

PENDIDIKAN ILMU KEPEGAWAIAN


BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
JAKARTA
2019
ABSTRAK
Nama : Arya Dwari Rahmani
Program Studi : S1 Ilmu Administrasi Publik Bidang Minat Administrasi dan
Manajemen Kepegawaian
Judul : Tinjauan Proses Penetapan Pertimbangan Teknis Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil Golongan Ruang IV/c Ke Atas Serta
Pengangkatan dan Pemberhentian dari Jabatan Fungsional Jenjang
Utama

Penyiapan bahan pertimbangan teknis Kepala BKN atas kenaikan pangkat PNS
yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Utama dan Madya, serta
pertimbangan teknis kenaikan pangkat, pengangkatan, dan pemberhentian jabatan
fungsional jenjang utama dilaksanakan oleh Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan sebagaimana Pasal 185 Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun
2014. Dalam praktiknya, ditemukan berbagai faktor yang menyebabkan proses
penetapan pertimbangan teknis tersebut menjadi kurang efektif, baik dari sisi
regulasi/prosedur, sisi implementasi, maupun sisi penggunaan aplikasi. Dari sisi
regulasi/prosedur, PP Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun 2002, PP
Nomor 100 Tahun 2000 jo. PP Nomor 13 Tahun 2002 serta peraturan turunan
lainnya masih dijadikan dasar hukum meskipun sudah dinyatakan tidak berlaku
dalam UU Nomor 5 Tahun 2014. Hal tersebut juga terjadi pada SOP dan standar
pelayanan yang belum memadai. Pada sisi aplikasi, SAPK tidak mengakomodasi
proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis jabatan fungsional jenjang
utama sehingga Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan masih menggunakan
aplikasi Executive Information System (EIS) yang tidak terintegrasi dengan
database SAPK. Hal tersebut menyebabkan kinerja layanan yang dilakukan oleh
BKN menjadi kurang optimal. Pada sisi implementasi, tingkat kepatuhan dan
ketelitian intansi dalam penyampaian usulan kenaikan pangkat JPT/jabatan
fungsional jenjang utama masih belum maksimal. Sering kali ditemukan kekeliruan
antara data pada dokumen usulan dan SAPK hingga terjadinya ketidaksesuaian
syarat administrasi dan teknis yang disampaikan. Oleh karena itu, dibutuhkan
penyempurnaan pada ketiga faktor tersebut yang fokusnya adalah perbaikan kinerja
layanan kepada stakeholder. Pertama, melalui penerapan paperless system,
penetapan pertimbangan teknis melalui otorisasi berbasis Digital Signature (DS),
hingga diwujudkannya Integrated Service System serta otomasi berbagai proses
bisnis melalui SAPK dan MySAPK.
Kata kunci: Pertimbangan Teknis, Kenaikan Pangkat, Jabatan Pimpinan
Tinggi, Jabatan Fungsional Jenjang Utama, Aplikasi SAPK, Aplikasi EIS
ABSTRACT
Name : Arya Dwari Rahmani
Study Program : Bachelor Degree (S1) of Public Administration, Concentration
of Human Resource Administration and Management
Title : Review of The Technical Consideration Arrangement Process for
Civil Service Advancement on IV/c and Above, Assignation and
Discontinuation of Major Functional Position

Arragement process of technical considerations for civil servants advancement who


served as major/medium High Leadership Position (JPT) and considerations for
major functional position are managed by Directorate of Procurement &
Stratification based on article 185 of BKN Act (Perka) Number 19/2014. In
practice, various factors were found and caused the preparation and
determinations of technical considerations less effective. Both in terms of
regulations/procedures, implementation side, and application use. In terms of
regulations/procedures, PP Number 99/2000 jo. PP Number 12/2002, PP Number
100/2000 jo. PP No. 13/2002 and other derivative regulations are still be legal
basis although those have been declared invalid in State Law (UU) No. 5/2014.
This thing also happened with inadequate SOP and service standards. On the
application side, SAPK does not accommodate the business process of major
functional positions. So, Directorate of Procurement and Stratification still uses the
Executive Information System (EIS application) which is not integrated with SAPK
database. This causes the services performed by BKN to be less than optimal. On
the implementation side, data errors are often found between the proposed
document and SAPK. After that, there was also mismatches of administrative and
technical requirements submitted by the proposer. Furthermore, institutions
compliance and accuracy in submission of the proposed document are not optimal.
Therefore, improvements are needed to solve these three factors, whose focus in
improving the service performance. First is implementing paperless system, use
Digital Signature (DS) in determinating the considerations, and realized Integrated
Service System and automation of various business processes through SAPK and
MySAPK.

Key words: Technical Consideration, Advancement, High Leadership Positions


(JPT), SAPK Application, EIS Application

iii
SURAT PERNYATAAN
MELAKSANAKAN PRAKTIK KERJA KEPEGAWAIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ary Herwanto, S.Sos, M.A.
NIP : 19770528 199803 1 001
Jabatan : Kepala Seksi Kenaikan Pangkat dan Jabatan Pimpinan Tinggi
Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional Utama
Kementerian
Menyatakan bahwa :
Nama : Arya Dwari Rahmani
NIM : 030892617
Angkatan : XI
Semester : IV (empat) Tahun Akademik 2019.2
Telah melaksanakan Praktek Kerja Kepegawaian sejak tanggal 02 Juli 2019
sampai dengan tanggal 25 Juli 2019 dengan nilai :
Kehadiran melaksanakan PKK :……...... %
Sikap dan perilaku selama melaksanakan PKK :……..… %
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Jakarta, 25 Juli 2019


Pembimbing,

Ary Herwanto, S.Sos, M.A.


NIP. 19770528 199803 1 001

iv
PENDIDIKAN ILMU KEPEGAWAIAN
BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

LEMBAR PERSETUJUAN
PENULISAN LAPORAN HASIL PRAKTEK KERJA KEPEGAWAIAN

Nama : Arya Dwari Rahmani


NIM : 030892617
Angkatan : XI
Jurusan : Administrasi Publik Bidang Minat/Konsentrasi Administrasi
dan Manajemen Kepegawaian pada Program Studi Ilmu
Administrasi Negara Pendidikan Ilmu Kepegawaian
Judul Penulisan : Tinjauan Proses Penetapan Pertimbangan Teknis
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Golongan Ruang IV/c
Ke Atas Serta Pengangkatan dan Pemberhentian Jabatan
Fungsional Jenjang Utama

Kepala Bidang Pengelolaan Pendidikan Ilmu Kepegawaian Badan Kepegawaian


Negara telah menyetujui Penulisan Laporan Hasil Praktik Kerja Kepegawaian ini
untuk diseminarkan.

Jakarta, 25 Juli 2019


Pembimbing, Kepala Bidang Pengelolaan PIK,

Ary Herwanto, S.Sos, M.A. Rihard Hasugian, S.Sos


NIP. 19770528 199803 1 001 NIP. 19641024 198603 1 001

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, kemudahan, serta kelancaran
sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan Praktik Kerja Kepegawaian (PKK)
di Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan Badan Kepegawaian Negara pada 02 s.d
25 Juli 2019 dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti.
Laporan PKK berjudul “Tinjauan Proses Penetapan Pertimbangan Teknis
Kenaikan Pangkat PNS Golongan Ruang IV/c Ke Atas Serta Pengangkatan dan
Pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama” merupakan salah satu syarat
yang dipenuhi untuk dinyatakan lulus mata kuliah Praktik Kerja Kepegawaian pada
tahun akademik 2019.2 kali ini. Penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak
yang turut berperan memberikan dukungan, doa, dan bimbingan. Dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ibtri Rejeki, S.H., M.M., Direktur Pengadaan dan Kepangkatan BKN yang
telah memperkenankan kami mahasiswa PIK Angkatan XI untuk melakukan
kegiatan PKK dan penelitian penulisan laporan;
2. Bapak Iwan Hermanto, M.Inf. Sys, Widyaiswara Ahli Utama di Lingkungan
Pusat Pengembangan ASN sebagai penguji akademis yang telah memberikan
penilaian terbaik serta masukan berharga dalam rangka peningkatan kapasitas
penulisan laporan;
3. Bapak Ary Herwanto, S.Sos. M.A. Kepala Seksi Kenaikan Pangkat dan Jabatan
Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional
Utama Kementerian selaku pembimbing laporan yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing penyusunan laporan PKK serta memberikan arahan dan
masukan konstruktif selama proses penelitian;
4. Bapak Rihard Hasugian, S.Sos, Kepala Bidang Pengelolaan PIK yang telah
memberihan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa PIK sehingga
pelaksanaan kegiatan PKK dapat berjalan dengan kondusif;

vi
5. Para pejabat dan pegawai di lingkungan Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan BKN yang telah memberikan ilmu dan pengalaman berharga bagi
penulis selama melaksanakan kegiatan PKK;
Sesungguhnya kesempurnaan yang hakiki hanya milik Allah SWT semata.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan PKK ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi perbaikan bagi penulis di masa-masa mendatang.
Akhir kata, semoga laporan PKK ini dapat bermanfaat baik baik penulis
secara pribadi maupun pembaca nantinya.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 25 Juli 2019


Penulis,

ttd.

Arya Dwari Rahmani


NIM. 030892617

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL/COVER........................................................................ i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah ..................................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................................... 3
C. Tujuan dan Maksud Penulisan ........................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Peraturan/Regulasi................................................................... 5
1. Daftar Peraturan/Regulasi .............................................................. 5
2. Struktur, Tugas, dan Fungsi Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan .................................................................................. 6
3. Pengertian dan Jenis Jabatan Menurut PP No 99 Tahun 2000
dan Nomenklatur Jabatan ASN Sesuai UU No 5 Tahun 2014 ...... 9
4. Jabatan Struktural Sesuai PP No 99 Tahun 2000 dan
Nomenklatur Jabatan ASN Sesuai dengan UU No 5 Tahun 2014 10
5. Jabatan Fungsional......................................................................... 12
6. Konsepsi Kenaikan Pangkat PNS .................................................. 13
7. Macam-Macam Kenaikan Pangkat PNS ....................................... 14
8. Sistem Kenaikan Pangkat Pilihan .................................................. 15
9. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan Pangkat Pilihan
Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Struktural ............................. 16
10. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan Pangkat Pilihan
Bagi PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional Jenjang Utama .. 18

viii
11. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan dalam Jabatan
Fungsional Jenjang Utama ............................................................ 19
12. Sistem dan Persyaratan Administrasi Perpindahan JPT Menjadi
Jabatan Fungsional Jenjang Utama ............................................... 20
13. Sistem dan Persyaratan Administrasi Pemberhentian dari
Jabatan Fungsional Jenjang Utama ............................................... 21
14. Kewenangan dalam Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ............................................ 21
B. Kajian Teoritik ................................................................................... 22
1. Administrasi Kepegawaian ............................................................ 22
2. Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Informasi Kepegawaian ....... 23
3. Human Resource Information System (HRIS) ............................... 24
4. Konsepsi Prosedur ......................................................................... 26
BAB III METODE DAN PEMBAHASAN
A. Metode Studi Kasus ........................................................................... 31
B. Pembahasan ........................................................................................ 32
1. Proses Bisnis Penetapan Pertimbangan Teknis Keputusan Kenaikan
Pangkat PNS Golongan Ruang IV/c Ke Atas Serta Pengangkatan
dan Pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama ............... 32
2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penetapan
Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat PNS Golongan Ruang IV/c
Ke Atas, Serta Pengangkatan dan Pemberhentian Jabatan Fungsional
Jenjang Utama ............................................................................... 55
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan...... ...................................................................................... 72
B. Saran................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
LAMPIRAN .................................................................................................... 81

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pengadaan dan


Kepangkatan BKN ................................................................... 7
Gambar 2.2 Aspek Layanan pada HRIS ...................................................... 25
Gambar 3.1 SOP Penerimaan Data Usul Masuk Kenaikan Pangkat
Golongan Ruang IV/c ke Atas dan Jabatan Fungsional
Jenjang Utama .......................................................................... 33
Gambar 3.2 SOP Pemeriksaan dan Penetapan Pertimbangan Teknis
Kenaikan Pangkat Golongan Ruang IV/c ke Atas dan Jabatan
Fungsional Jenjang Utama ........................................................ 38
Gambar 3.3 Kotak Dialog Pencarian Data Usul KP Menu
‘Tim Teknis KP Pusat’ ............................................................. 40
Gambar 3.4 Kotak Dialog Pencarian ‘Nota Persetujuan NIP’ pada Menu
‘Tim Teknis KP Pusat’ ............................................................. 40
Gambar 3.5 Kotak Dialog ‘Pertek IV/c’ pada ‘Tim Teknis KP Pusat’........ 42
Gambar 3.6 Kotak Dialog ‘Ubah Orang Usul NIP’ pada
Menu ‘Nota Persetujuan NIP’ .................................................. 42
Gambar 3.7 Kotak Dialog ‘Riwayat Jabatan’ pada SAPK .......................... 43
Gambar 3.8 Kotak Dialog ‘Nomor NP’ Muncul Secara Otomatis .............. 44
Gambar 3.9 Kotak Dialog Memilih Penandatangan Pertimbangan Teknis . 45
Gambar 3.10 Konsep Pertimbangan Teknis Keluaran Aplikasi SAPK ......... 45
Gambar 3.11 Menu Monitoring Usul Kenaikan Pangkat pada SAPK ........... 46
Gambar 3.12 Menu ‘Cetak Pengantar KP Gol IV/c Ke Atas Kepada Setneg 46
Gambar 3.13 Menu ‘Peremajaan Data; pada SAPK ...................................... 47
Gambar 3.14 Menu ‘Cetak SK Kolektif KP IV/c’ pada SAPK ..................... 48
Gambar 3.15 Tampilan Awal Aplikasi EIS ................................................... 49
Gambar 3.16 Kotak Dialog ‘Form Isian Jabatan Fungsional’ pada EIS ........ 50
Gambar 3.17 Kotak Dialog ‘Menu Isian Status MS/TMS/BTL’ pada EIS ... 51
Gambar 3.18 Kotak Dialog ‘Pilih Kriteria Pencetakan’ pada EIS ................. 52
Gambar 3.19 Konsep Pertimbangan Teknis Jab Fungsional Jenjang Utama. 52

x
Gambar 3.20 Tampilan Menu ‘Pencarian Data Level 2’ pada EIS................ 53
Gambar 3.21 SOP Penyampaian Pertek Kenaikan Pangkat IV/c ke Atas ..... 54
Gambar 3.22 Kepatuhan dan Ketelitian Instansi dalam Penyampaian
Usulan KP Golongan IV/c Periode 01 Oktober 2018 ............... 67

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Eselon dan Jenjang Pangkat dan Jabatan Struktural ................ 11
Tabel 2.2 Penyetaraan Jabatan Sesuai UU Nomor 5 Tahun 2014 ........... 11
Tabel 2.3 Klasifikasi Jabatan Fungsional Keahlian dan Keterampilan.... 12
Tabel 2.4 Nama dan Susunan Golongan dan Ruang PNS ....................... 15
Tabel 3.1 Persyaratan Administrasi KP JPT dan Jabatan Fungsional
Jenjang Utama ......................................................................... 37
Tabel 3.2 Kepatuhan dan Ketelitian Instansi Pusat dan Daerah dalam
Penyampaian Usulan KP Golongan IV/c ke Atas
Periode 01 Oktober 2018 ......................................................... 68
Tabel 4.1 Persyaratan Administrasi & Teknis KP JPT dan Jabatan
Fungsional Jenjang Utama ....................................................... 73

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era globalisasi yang sarat dengan tantangan, persaingan, dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk mencapai efektivitas
dan efisiensi dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan, tidak ada alternatif lain
kecuali peningkatan kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
memiliki keunggulan kompetitif dan memegang teguh etika birokrasi dalam
memberikan pelayanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan
masyarakat.
Sebagai usaha meningkatkan pelaksanaan pembinaan PNS atas dasar sistem
prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja,
pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2000 sebagaimana
diubah dengan PP Nomor 12 Tahun 2002 mengatur kriteria serta syarat administrasi
dan teknis dalam pemberian kenaikan pangkat bagi PNS. Selain itu, pemerintah
juga menetapkan PP Nomor 100 Tahun 2000 jo. PP Nomor 13 Tahun 2002 sebagai
norma pengangkatan PNS dalam jabatan struktural secara sistematik dan terukur.
PP Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun 2002 mengatur kenaikan
pangkat sebagai penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian
PNS terhadap negara. Kenaikan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan
kepada PNS untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Kenaikan
pangkat merupakan penghargaan dan setiap penghargaan baru mempuyai nilai
apabila kenaikan pangkat tersebut diberikan tepat pada orang dan tepat pada
waktunya. Berhubung dengan itu, setiap atasan berkewajiban mempertimbangkan
kenaikan pangkat bawahannya untuk dapat diberikan tepat pada waktunya.
Menurut Pasal 3 peraturan tersebut, kenaikan pangkat dilakukan berdasarkan sistem
kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan. Kenaikan pangkat pilihan
diberikan kepada PNS yang salah satunya adalah karena menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional tertentu.
2

Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan adalah salah satu unit kerja pada
Badan Kepegawaian Negara (BKN) yang menyelenggarakan fungsi pelaksanaan
penyiapan pemberian pertimbangan teknis tentang Kenaikan Pangkat PNS dan
pertimbangan teknis pengangkatan dan pemberhentian jabatan fungsional jenjang
utama yang penetapannya menjadi wewenang Presiden. Fungsi tersebut dijalankan
oleh Subdirektorat Kenaikan Pangkat Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan
Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional Utama (KP JPT dan JF Utama).
Namun dalam praktiknya, Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan menemui
berbagai permasalahan dalam proses penyiapan bahan dan penetapan pertimbangan
teknis tersebut. Pertama dimulai dengan regulasi yang sudah dinyatakan tidak
berlaku dalam Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara namun masih digunakan karena proses bisnis kenaikan pangkat berdasarkan
aturan lama masih berjalan. Kedua, Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
digunakan dalam pelaksanaan proses bisnis penetapan pertimbangan teknis pun
belum pernah direvisi/direviu sejak tahun 2014. Dari sisi implementasi, Berkas
konsep keputusan kenaikan pangkat dan pertimbangan teknis yang telah
diselesaikan tidak dapat diajukan kepada Kepala BKN dalam jumlah sedikit, karena
harus menunggu terkumpul sebanyak 40 hingga 80 berkas diselesaikan sehingga
menyebabkan banyak berkas usulan yang mengendap dan harus disimpan terlebih
dahulu.
Permasalahan lain muncul pada sisi penggunaan aplikasi, yakni Sistem
Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) yang tidak mengakomodasi proses bisnis
pertimbangan teknis jabatan fungsional jenjang utama, sehingga Direktorat
Pengadaan dan Kepangkatan masih harus menggunakan aplikasi Executive
Information System (EIS). Hal tersebut menyebabkan inefisiensi pekerjaan karena
perubahan data yang dilakukan pada EIS tidak terhubung dengan database SAPK.
Selanjutnya, nota usul pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama dari
instansi dibuat secara manual karena tidak diakomodasi oleh SAPK, sehingga
masih ditemukan banyak kesalahan pada data yang tercantum saat diverifikasi oleh
Analis Kepegawaian. Selain itu, dalam memfungsikan SAPK pun Analis
3

Kepegawaian juga harus meminjam user dan password milik Kepala Seksi karena
tidak memiliki user secara mandiri.
Di sisi lain, ketidaksesuaian antara dokumen usulan dan data sumber pada
aplikasi SAPK juga kerap kali ditemukan karena kelalaian PPK/Instansi dalam
melakukan updating data kepegawaian melalui SAPK. Tidak hanya itu, tingkat
kepatuhan dan ketelitian instansi dalam penyampaian usulan kenaikan pangkat JPT
utama, madya, dan jabatan fungsional jenjang utama juga masih ditemukan.
Permasalahan terutama banyak terjadi pada instansi pemerintah daerah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk menyajikan
laporan Praktik Kerja Kepegawaian dengan judul “Tinjauan Proses Penetapan
Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Golongan
Ruang IV/c Ke Atas Serta Pengangkatan dan Pemberhentian dari Jabatan
Fungsional Jenjang Utama”

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perumusan masalah yang akan
dibahas dalam tulisan ini meliputi:
1. Bagaimana proses bisnis penetapan pertimbangan teknis kenaikan pangkat
Pegawai Negeri Sipil Golongan Ruang IV/c Ke Atas, serta pertimbangan teknis
pengangkatan dan pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama?
2. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi proses penetapan pertimbangan
teknis kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil Golongan Ruang IV/c Ke Atas,
serta pertimbangan teknis pengangkatan dan pemberhentian Jabatan
Fungsional Jenjang Utama baik dari sisi regulasi, implementasi, dan
penggunaan aplikasi?

C. Tujuan dan Maksud Penulisan


Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat atau kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Tujuan dan maksud yang penulis harapkan dengan
dibuatkan laporan ini adalah sebagai berikut:
4

1. Secara Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
penulis khususnya mengenai proses dan prosedur penyiapan bahan
pertimbangan teknis kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi dan Fungsional Utama, Madya, dan Jabatan Fungsional
Jenjang Utama, serta pertimbangan teknis kenaikan, perpindahan, dan
pemberhentian dari Jabatan Fungsional Jenjang Utama sebagaimana dilakukan
oleh Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan BKN. Selain itu, melalui penelitian
yang dilakukan penulis berharap dapat memberikan saran perbaikan yang
konstruktif dalam peraturan-peraturan serta SOP yang berhubungan dengan
kewenangan BKN dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut.

2. Secara Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat terhadap praktisi di
bidang manajemen kepegawaian khususnya penulis, sehingga dapat
melaksanakan tugas dengan baik terutama dalam hal pengelolaan kepegawaian
khususnya kenaikan pangkat PNS yang menduduki Jabatan Pimpinan Tinggi
dan Fungsional Utama, Madya, dan Jabatan Fungsional Jenjang Utama, serta
keputusan kenaikan, perpindahan, dan pemberhentian dari Jabatan Fungsional
Jenjang Utama di waktu-waktu selanjutnya.
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Peraturan/Regulasi
1. Daftar Peraturan/Regulasi
Dalam menganalisis permasalahan pada laporan ini, penulis
menggunakan beberapa peraturan sebagai acuan yakni:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural;
f. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2014 tentang Pemberian Kuasa
Kepada Badan Kepegawaian Negara Untuk Atas Nama Presiden
Menetapkan Kenaikan Pangkat Pemberhentian Dan Pemberian Pensiun
Bagi Pegawai Negeri Sipil Yang Berpangkat Pembina Utama Muda
Golongan Ruang IV/c Ke Atas;
g. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara;
h. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun
2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil Sebagaimana Telah
Diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002;
6

i. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002


tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun
2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2002;
j. Standar Operasional Prosedur (SOP) Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan Nomor DITPKASN BKN – SOP 017/2014 tanggal 17
Agustus 2014 (Revisi 18 Agustus 2015) tentang Penerimaan Data Usul
Masuk Kenaikan Pangkat Gol Ruang IV/c Ke Atas dan Jabatan Jenjang
Utama;
k. Standar Operasional Prosedur (SOP) Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan Nomor DITPKASN BKN – SOP 026/2014 tanggal 17
Agustus 2014 (Revisi 18 Agustus 2015) tentang Pemeriksaan dan
Penetapan Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat Gol Ruang IV/c ke
Atas dan Jafung Jenjang Utama; dan
l. Standar Operasional Prosedur (SOP) Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan Nomor DITPKASN BKN – SOP 036/2014 tanggal 17
Agustus 2014 (Revisi 18 Agustus 2015) tentang Penyampaian Pertek KP
Gol Ruang IV/c ke Atas.

2. Struktur, Tugas, dan Fungsi Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan


Berdasarkan Peraturan Kepala (Perka) BKN Nomor 19 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja BKN, Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan merupakan unsur pendukung pelaksanaan tugas dan fungsi
BKN yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala BKN
melalui Deputi Bidang Mutasi Kepegawaian.
Direktorat ini mempunyai tugas mempunyai tugas melaksanakan
pemberian Nomor Induk Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk pengangkatan
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)/PNS, menetapkan Kartu Pegawai dan
Kartu Isteri/ Suami PNS, penyiapan pertimbangan teknis kenaikan pangkat
PNS, pemberian persetujuan kenaikan pangkat, peninjauan masa kerja, dan
mutasi lainnya, serta pengalihan/penyaluran PNS.
7

Gambar 2.1
Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pengadaan & Kepangkatan BKN

(Sumber : Peraturan Kepala BKN Nomor 19 Tahun 2014)

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Pengadaan dan


Kepangkatan menyelenggarakan fungsi:
a. pelaksanaan pemberian Nomor Induk Pegawai untuk CPNS/PNS
Instansi Pusat;
b. pelaksanaan penyiapan penetapan Kartu Pegawai dan Kartu
Isteri/Suami PNS kementerian dan non kementerian;
c. pelaksanaan penyiapan pemberian pertimbangan teknis tentang
Kenaikan Pangkat PNS dan pertimbangan teknis pengangkatan jabatan
fungsional jenjang utama yang penetapannya menjadi wewenang
Presiden;
d. pelaksanaan penyiapan pemberian persetujuan kenaikan pangkat,
pemindahan antar instansi, dan mutasi lainnya yang penetapannya
menjadi wewenang pimpinan instansi/pejabat pembina kepegawaian;
e. pelaksanaan penyiapan penetapan surat keputusan dan pelaksanaan
pengalihan/penyaluran PNS sebagai akibat adanya penyederhanaan
satuan organisasi negara;
8

f. pelaksanaan pemberian dan penetapan nomor pertimbangan dan nomor


persetujuan serta mencatat/mengendalikan dalam buku
register/komputer; dan
g. pelaksanaan pelayanan administrasi direktorat.
Salah satu unit yang berada di lingkungan Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan adalah Subdirektorat Kenaikan Pangkat dan Jabatan Pimpinan
Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional Utama.
Bidang ini mempunyai tugas melakukan penerimaan, penelitian,
pengendalian dan penyiapan pertimbangan teknis Kepala BKN kepada
Presiden tentang kenaikan pangkat PNS, serta pengangkatan dalam jabatan
fungsional jenjang utama. Selain itu, dalam melaksanakan tugas tersebut
subdirektorat ini menyelenggarakan fungsi :
1) penyiapan bahan pengendalian dan menyiapan pertimbangan teknis
Kepala BKN kepada Presiden tentang kenaikan pangkat PNS; dan
2) penyiapan bahan pengendalian dan penyiapan pertimbangan teknis
Kepala BKN kepada Presiden tentang pengangkatan, kenaikan jabatan
dan pembebasan sementara dalam jabatan fungsional jenjang utama;
Selain itu, subdirektorat tersebut terdiri atas dua seksi dengan tugas
diantaranya :
a) Seksi Kenaikan Pangkat dan Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan
Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional Utama Kementerian mempunyai
tugas menyiapkan bahan pelaksanaan penerimaan, penelitian dan
penyelesaian pertimbangan teknis Kepala BKN kepada Presiden tentang
kenaikan pangkat PNS, pengangkatan dan kenaikan serta pembebasan
sementara untuk jabatan fungsional jenjang utama; dan
b) Seksi Kenaikan Pangkat dan Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan
Tinggi Madya, dan Jabatan Fungsional Utama Nonkementerian
mempunyai tugas menyiapkan bahan pelaksanaan penerimaan,
penelitian dan penyelesaian pertimbangan teknis Kepala BKN kepada
Presiden tentang kenaikan pangkat PNS, pengangkatan dan kenaikan
serta pembebasan sementara untuk jabatan fungsional jenjang utama.
9

3. Pengertian dan Jenis Jabatan menurut PP Nomor 99 Tahun 2000 dan


Nomenklatur Jabatan ASN Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014
Dalam perspektif PP Nomor 99 Tahun 2000, jabatan adalah
kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
seorang PNS dalam suatu satuan organisasi negara. Jabatan dalam
lingkungan birokrasi pemerintah adalah jabatan karier. Jabatan karier adalah
jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki
oleh PNS atau Pegawai Negeri yang beralih status sebagai PNS. Jabatan
karier dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS dalam rangka memimpin
suatu satuan organisasi negara. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS
dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Dengan kata
lain, jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur
organisasi. Jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas
disebutkan dalam struktur organisasi, seperti peneliti, dokter, pustakawan,
widyaiswara, dan jenis jabatan fungsional lainnya.
Setelah diterbitkannya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan
PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, terdapat perubahan
klasifikasi dalam jabatan yang dapat diduduki oleh ASN. Jabatan
sebagaimana dimaksud pada kedua peraturan tersebut diartikan sebagai
kedudukan yang menunjukan fungsi, tugas, tanggung jawab, wewenang,
dan hak seorang ASN dalam suatu satuan organisasi. Sebagaimana Pasal 13
UU Nomor 5 Tahun 2014, jabatan ASN terdiri dari Jabatan Administrasi,
Jabatan Fungsional, dan Jabatan Pimpinan Tinggi.
Jabatan Administrasi (JA) adalah sekelompok jabatan yang berisi
fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan, Berdasarkan Pasal 14 UU ASN, Jabatan
administrasi terdiri dari jabatan administrator, jabatan pengawas, dan
jabatan pelaksana.
10

Jabatan Fungsional (JF) adalah sekelompok jabatan yang berisi


fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan fungsional yang berdasarkan
pada keahlian pada instansi pemerintah. Jabatan fungsional terdiri atas
jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.
Sedangkan Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) adalah sekelompok
jabatan pada instansi pemerintah yang terdiri atas JPT utama, madya, dan
pratama. Untuk setiap JPT ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas,
serta persyaratan lain yang dibutuhkan.

4. Jabatan Struktural sesuai PP Nomor 99 Tahun 2000 dan Nomenkaltur


Jabatan ASN sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014
Berdasarkan Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor
12 Tahun 2002, Jabatan struktual adalah suatu kedudukan yang menunjukan
tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS dalam rangka
memimpin suatu satuan organisasi negara.
Berdasarkan buku Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia (1997:182-183) jabatan struktural adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang PNS
dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Untuk dapat
diangkat dalam jabatan struktural, seorang PNS harus memenuhi
persyaratan jabatan yang ditentukan. Eselon dan jenjang pangkat jabatan
struktural dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah sebagaimana
tabel 2.2 berikut.
11

Tabel 2.1
Eselon dan Jenjang Pangkat Jabatan Struktural
Jenjang, Pangkat, Golongan/Ruang
No Eselon Terendah Tertinggi
Pangkat Gol Pangkat Gol
1 Ia Pembina Utama Madya IV/d Pembina Utama IV/e
2 Ib Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama IV/e
3 II a Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama Madya IV/d
4 II b Pembina Tingkat I IV/b Pembina Utama Muda IV/c
5 III a Pembina IV/a Pembina Tingkat I IV/b
6 III b Penata Tingkat I III/d Pembina IV/a
7 IV a Penata III/c Penata Tingkat I III/d
8 IV b Penata Muda Tingkat I III/b Penata III/c
9 Va Penata Muda III/a Penata Muda Tingkat I III/b
10 Vb Pengatur Tingkat I II/d Penata Muda III/a
(sumber : Keputusan Kepala BKN Nomor 13 Tahun 2002)

Setelah diterbitkannya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN


dan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, jabatan
struktural sebagaimana dimaksud dalam peraturan-peraturan
sebelumnya kini dapat diklasifikasikan menjadi Jabatan Administrator,
Jabatan Pengawas, dan JPT. Sesuai dengan Pasal 131 Ketentuan
Peralihan UU ASN, disebutkan bahwa sejak berlakunya UU tersebut,
terhadap jabatan ASN berdasarkan eselon dilakukan penyetaraan
sebagaimana tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.2
Penyetaraan Jabatan Sesuai UU Nomor 5 Tahun 2014
Eselon Jabatan Jabatan ASN
(PP 100 Tahun 2000) (UU 5 Tahun 2014)
I a Kepala LPNK JPT Utama
I a dan I b JPT Madya
II JPT Pratama
III Jabatan Administrator
IV Jabatan Pengawas
V
Jabatan Pelaksana
dan Fungsional Umum
(sumber: UU Nomor 5 Tahun 2014)
12

5. Jabatan Fungsional
a. Jenis dan Kriteria Jabatan Fungsional
Jabatan-jabatan fungsional dihimpun dalam rumpun jabatan
fungsional. Jabatan fungsional terdiri atas Jabatan Fugsional Keahlian,
dan Jabatan Fungsional Keterampilan. Jabatan fungsional keahlian
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas yang dilandasi oleh
pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis yang didasarkan atas
disiplin ilmu yang bersangkutan dan/atau berdasarkan sertifikasi yang
setara dengan keahlian dan ditetapkan berdasarkan akreditasi tertentu.
Sedangkan jabatan fungsional keterampilan adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas yang mempergunakan prosedur dan teknik kerja
tertentu serta dilandasi kewenangan penanganan berdasarkan sertifikasi
yang ditentukan. Klasifikasi Jabatan Fungsional Keahlian dan
Keterampilan sesuai Pasal 18 UU ASN adalah sebagaimana tabel 2.3
berikut ini.
Tabel 2.3
Klasifikasi Jabatan Fungsional Keahlian dan Keterampilan
Klasifikasi JF Keahlian Klasifikasi JF Keterampilan
Ahli Utama Penyelia
Ahli Madya Mahir
Ahli Muda Terampil
Ahli Pertama Pemula
(sumber : UU Nomor 5 Tahun 2014)

b. Pengangkatan, Pembinaan, dan Tunjangan Jabatan Fungsional


Pengangkatan PNS ke dalam jabatan fungsional pada instansi
pemerintah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai formasi yang
ditetapkan. Pejabat yang berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai
Negeri berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penilaian prestasi kerja bagi pejabat fungsional ditetapkan
dengan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah mendengar
pertimbangan Tim Penilai. Tim Penilai dibentuk oleh pimpinan instansi
pembina jabatan fungsional atau pimpinan instansi pengguna jabatan
13

fungsional. Kenaikan dalam jenjang jabatan fungsional yang lebih


tinggi di samping diwajibkan memenuhi angka kredit yang telah
ditetapkan harus pula memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perpindahan PNS
antarjabatan fungsional atau antarjabatan fungsional dengan jabatan
struktural dimungkinkan sepanjang memenuhi persyaratan yang
ditetapkan untuk masing-masing jabatan tersebut. Pembinaan jabatan
fungsional dilakukan oleh instansi pembina jabatan fungsional.
Pembinaan adalah penetapan dan pengendalian terhadap standar profesi
yang meliputi kewenangan penanganan, prosedur pelaksanaan tugas dan
metodologinya. Instansi pembina jabatan fungsional adalah instansi
pemerintah yang bertugas membina suatu jabatan fungsional menurut
perundang-undangan yang berlaku.

6. Konsepsi Kenaikan Pangkat PNS


Menurut M. Manullang (2009:141), “promosi atau kenaikan
pangkat adalah sesuatu yang pada umumnya diidam-idamkan oleh masing-
masing pegawai, sebab dengan demikian ia memiliki hak-hak dan
kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya, dan berarti menaikkan
penghasilannya”.
Menurut PP Nomor 99 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah
dengan PP Nomor 12 Tahun 2002 Tentang Kenaikan Pangkat PNS,
“Kenaikan pangkat adalah penghargaan ysng diberikan atas prestasi kerja
dan pengabdian PNS yang bersangkutan terhadap negara. Selain itu,
kenaikan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada PNS untuk
lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya”.
Menurut PP Nomor 99 Tahun 2000 Tentang Kenaikan Pangkat PNS,
“Pangkat adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang PNS
berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan
digunakan sebagai dasar penggajian”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian kenaikan pangkat adalah
motivasi atau pendorong bagi PNS untuk lebih meningkatkan
14

pengabdiannya dalam melaksanakan tugas. Ada pula kenaikan pangkat


yang merupakan penghargaan yang diberikan atas pengabdian PNS yang
bersangkutan terhadap negara. Promosi kenaikan pangkat biasanya
didasarkan atas:
a. Kemampuan;
b. Senioritas;
c. Ujian;
d. Wawancara; dan
e. Gabungan beberapa faktor diatas.

7. Macam-Macam Kenaikan Pangkat PNS


Berdasarkan Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan
Pangkat Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor
12 Tahun 2002, periode kenaikan pangkat ditetapkan pada tanggal 1 April
dan 1 Oktober setiap tahun. Sistem kenaikan pangkat terdiri atas :
a. Kenaikan Pangkat Reguler
Adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada PNS yang
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang
dipangkunya. Pangkat reguler dapat diberikan sampai dengan pangkat yang
dimilikinya oleh PNS yang bersangkutan.
b. Kenaikan Pangkat Pilihan
Adalah kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada PNS
atas prestasinya yang tinggi.
c. Kenaikan Pangkat Anumerta
Adalah kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang diberikan oleh
pemerintah sebagai penghargaan bagi PNS yang dinyatakan tewas dalam
pengabdian dan atas jasa-jasanya kepada negara dan bangsa.
d. Kenaikan Pangkat Pengabdian
Adalah kenaikan pangkat yang diberikan bagi PNS yang meninggal
dunia atau akan diberhentikan dengan hormat dengan hak pensiun karena
mencapai batas usia pensiun.
15

Nama dan susunan pangkat serta golongan ruang PNS dari yang
terendah sampai yang tertinggi adalah sebagaimana tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4
Nama dan Susunan Golongan dan Ruang PNS
No Pangkat Golongan Ruang
1 Juru Muda I a
2 Juru Muda Tingkat I I b
3 Juru I c
4 Juru Tingkat I I d
5 Pengatur Muda II a
6 Pengatur Muda Tingkat I II b
7 Pengatur II c
8 Pengatur Tingkat I II d
9 Penata Muda III a
10 Penata Muda Tingkat I III b
11 Penata III c
12 Penata Tingkat I III d
13 Pembina IV a
14 Pembina Tingkat I IV b
15 Pembina Utama Muda IV c
16 Pembina Utama Madya IV d
17 Pembina Utama IV e
(sumber : Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002)

8. Sistem Kenaikan Pangkat Pilihan


Dalam Pasal 9 PP Nomor 99 Tahun 2000, kenaikan pangkat pilihan
diberikan kepada PNS yang:
a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;
b. Menduduki jabatan yang pengangkatannya ditetapkan oleh Keputusan
Presiden;
c. Menujukkan prestasi kerja luar biasa baiknya;
d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara;
e. Diangkat menjadi pejabat negara;
f. Memperoleh Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah;
g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki jabatan
struktural atau jabatan fungsional tertentu;
h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan
16

i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi


induknya yang diangkat dalam jabatan pimpinan yang telah ditetapkan
persamaan eselonnya atau jabatan fungsional tertentu.
Menurut PP Nomor 99 Tahun 2000, kenaikan pangkat pilihan dapat
diberikan setingkat lebih tinggi apabila:
1. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir; dan
2. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik
dalam 2 (dua) tahun terakhir.

9. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan Pangkat Pilihan bagi


PNS yang Menduduki Jabatan Struktural
Sesuai dengan Keputusan Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002,
Kenaikan pangkat pilihan bagi PNS yang menduduki jabatan struktural,
jabatan fungsional tertentu, atau jabatan tertentu yang pengangkatannya
ditetapkan dengan Keputusan Presiden, diberikan dalam batas jenjang
pangkat yang ditentukan untuk jabatan yang bersangkutan. PNS yang
menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih 1 (satu) tingkat di
bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat
dinaikan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila:
a) Telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir;
b) Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan struktural yang
didudukinya, dengan ketentuan yaitu:
1) Dihitung sejak yang bersangkutan dilantik dalam jabatan yang
definitif; dan
2) Bersifat kumulatif tetapi tidak terputus dalam tingkat jabatan
struktural yang sama.
c) Setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 (saat ini penilaian prestasi
kerja PNS dan SKP) sekurang kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua)
tahun terakhir.
Selain itu, PNS yang diangkat dalam jabatan struktural dan
pangkatnya masih satu tingkat di bawah jenjang pangkat terendah untuk
jabatan yang diduduki tetapi telah 4 (empat) tahun atau lebih dalam pangkat
17

terakhir yang dimiliki, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkatnya


setingkat lebih tinggi pada periode kenaikan pangkat setelah pelantikan
apabila setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Lalu, PNS yang menduduki
jabatan struktural dan pangkatnya telah mencapai jenjang pangkat terendah
yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dipertimbangkan kenaikan pangkat
pilihan setingkat lebih tinggi, apabila :
1) sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan
2) setiap unsur penilaian prestasi kerja/DP3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
Persyaratan kelengkapan administrasi kenaikan pangkat bagi PNS
yang menduduki jabatan struktural (saat ini JPT, Jabatan Administrator, dan
Jabatan Pengawas) adalah sebagai berikut :
a. Nota usul asli kenaikan pangkat yang ditanda-tangani oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota sebanyak 2
(dua) rangkap;
b. Surat pengantar asli dari Menteri/Pimpinan Lembaga/Sekretaris Jenderal
sebanyak 2 (dua) rangkap;
c. Surat penunjukan pelaksana tugas bagi pejabat di lingkungan
Kementerian/Lembaga yang dipimpin oleh pelaksana tugas (sesuai Surat
Kepala BKN Nomor K26-30/V.100-2/99 tanggal 19 Oktober 2015);
d. Salinan/copy sah keputusan dalam pangkat terakhir yang telah
dilegalisasi;
e. Salinan/copy sah keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang
telah dilegalisasi;
f. Berita acara/sumpah/janji pelantikan jabatan (berdasarkan PP Nomor 11
Tahun 2017 dan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2017);
g. Asli Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT);
h. Asli Surat Pernyataan Pelantikan (SPP);
i. Copy sah penilaian prestasi kerja dan capaian SKP dalam 2 (dua) tahun
terakhir yang telah dilegalisasi;
18

j. Rekomendasi dari Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) tentang hasil


seleksi terbuka bagi PNS yang dipromosikan menduduki Jabatan
Pimpinan Tinggi (JPT) (sesuai dengan PP Nomor 11 Tahun 2017);
k. Penetapan 3 (tiga) calon pejabat pimpinan tinggi oleh panitia seleksi
pengisian JPT;
l. Salinan/copy sah ijazah/STTB yang telah dilegalisasi dalam rangka
pencantuman gelar pendidikan bagi PNS yang memperoleh ijazah
setingkat lebih tinggi.

10. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan Pangkat Pilihan bagi


PNS yang Menduduki Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Sedangkan pada kenaikan pangkat bagi PNS yang menduduki
jabatan fungsional jenjang utama dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu dapat dinaikkan
pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi apabila:
1) sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;
2) telah memenuhi angka kredit yang ditentukan; dan
3) setiap unsur penilaian prestasi kerja dan SKP sekurang-kurangnya
bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b) Ketentuan mengenai angka kredit untuk kenaikan pangkat pilihan bagi
PNS yang menduduki jabatan fungsional tertentu ditetapkan oleh
Menteri PAN-RB dengan memperhatikan usul dari Pejabat Pembina
Kepegawaian yang bersangkutan, setelah mendapat pertimbangan
teknis Kepala BKN.
Sedangkan persyaratan kelengkapan administrasi kenaikan pangkat
bagi PNS yang menduduki jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagai
berikut:
a. Nota usul asli yang ditanda-tangani oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota sebanyak 2 (dua) rangkap;
b. Surat pengantar asli dari Menteri/Pimpinan Lembaga/Sekretaris Jenderal
sebanyak 2 (dua) rangkap;
19

c. Asli penetapan angka kredit (PAK);


d. Asli klarifikasi PAK (berdasarkan Surat Kepala BKN Nomor D.26-
30/V.1-5/99 tanggal 22 Desember 2017);
e. Salinan/copy sah keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang
telah dilegalisasi;
f. Salinan/copy sah keputusan dalam pangkat terakhir yang telah
dilegalisasi;
g. Salinan/copy sah surat pernyataan pelantikan (SPP) yang telah
dilegalisasi;
h. Berita acara/sumpah/janji pelantikan jabatan (berdasarkan PP Nomor 11
Tahun 2017 dan Peraturan Kepala BKN Nomor 7 Tahun 2017);
i. Salinan/copy sah penilaian prestasi kerja dan capaian SKP dalam 2 (dua)
tahun terakhir yang telah dilegalisasi.

11. Sistem dan Persyaratan Administrasi Kenaikan dalam Jabatan


Fungsional Jenjang Utama
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi PNS yang diajukan kenaikan
dalam jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagai berikut:
a. Mempunyai sertifikasi uji kompetensi;
b. PAK telah telah tercapai sesuai persyaratan kenaikan jabatan fungsional
jenjang utama;
c. Telah memenuhi persyaratan jabatan; dan
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan SKP bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir
Kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh instansi dalam
pengajuan kenaikan dalam jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagai
berikut:
1) Surat pengantar usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap dari Pejabat Pembina
Kepegawaian;
2) Nota usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap;
3) Salinan/copy keputusan dalam pangkat terakhir yang telah dilegalisasi;
20

4) Salinan/copy keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang telah


dilegalisasi;
5) Asli Penetapan Angka Kredit (PAK);
6) Salinan/copy SKP selama 2 (dua) tahun terakhir yang telah dilegalisasi.

12. Sistem dan Persyaratan Administrasi Perpindahan JPT Menjadi


Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi PNS yang berpindah dari JPT
menjadi jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagai berikut:
a. Masih menduduki JPT saat akan diajukan;
b. Mendapatkan rekomendasi untuk diangkat menjadi jabatan fungsional
jenjang utama;
c. Telah memenuhi persyaratan jabatan fungsional jenjang utama; dan
d. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan SKP bernilai baik dalam 2
(dua) tahun terakhir
Kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh instansi dalam
pengajuan perpindahan JPT menjadi jabatan fungsional jenjang utama
adalah sebagai berikut:
1) Surat pengantar usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap dari Pejabat Pembina
Kepegawaian;
2) Nota usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap;
3) Salinan/copy keputusan dalam pangkat terakhir yang telah dilegalisasi;
4) Salinan/copy keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang telah
dilegalisasi;
5) Asli Penetapan Angka Kredit (PAK);
6) Salinan/copy sertifikat uji kompetensi yang telag dilegalisasi;
7) Surat keterangan pengalaman selama 2 (dua) tahun di bidang jabatan
fungsional jenjang utama yang akan diduduki;
8) Surat rekomendasi untuk diangkat sebagai jabatan fungsional jenjang
utama; dan
9) Salinan/copy SKP selama 2 (dua) tahun terakhir yang telah dilegalisasi.
21

13. Sistem dan Persyaratan Administrasi Pemberhentian dari Jabatan


Fungsional Jenjang Utama
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengajuan pemberhentian
PNS jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagai berikut:
a. Dinyatakan tidak memenuhi persyaratan jabatan fungsional jenjang
utama; dan
b. Diangkat sebagai pejabat struktural/JPT.
Kelengkapan administrasi yang harus dipenuhi oleh instansi dalam
pengajuan pemberhentian PNS dari jabatan fungsional jenjang utama adalah
sebagai berikut:
1) Surat pengantar usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap dari Pejabat Pembina
Kepegawaian;
2) Nota usul asli sebanyak 2 (dua) rangkap;
3) Salinan/copy keputusan dalam pangkat terakhir yang telah dilegalisasi;
4) Salinan/copy keputusan pengangkatan dalam jabatan terakhir yang telah
dilegalisasi;
5) Asli Penetapan Angka Kredit (PAK); dan
6) Surat pernyataan tidak memenuhi persyaratan jabatan.

14. Kewenangan Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian


Pegawai Negeri Sipil
Kewenangan dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
PNS sebagaimana diatur dalam PP Nomor 9 Tahun 2003 jo. PP Nomor 63
Tahun 2009, Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 2014, dan Keputusan
Kepala BKN Nomor 12 Tahun 2002 adalah sebagai berikut:
a. Kenaikan pangkat PNS untuk menjadi Pembina Utama Muda Golongan
IV/c, Pembina Utama Madya Golongan IV/d, dan Pembina Utama
Golongan IV/e ditetapkan oleh Presiden RI setelah mendapat
pertimbangan teknis dari Kepala BKN. Usulan kenaikan pangkat
diajukan secara tertulis kepada Presiden RI melalui Sekretariat Negara
oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan tembusannya disampaikan
kepada Kepala BKN;
22

b. Presiden RI menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan


pemberhentian PNS dalam dan dari JPT utama dan madya, jabatan
fungsional jenjang utama, atau jabatan lain yang pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden RI;
c. Presiden RI memberikan kuasa kepada Kepala BKN untuk atas nama
Presiden menandatangani surat keputusan penetapan kenaikan pangkat
bagi PNS yang berpangkat Pembina Utama Muda Golongan IV/c ke atas
selain kenaikan pangkat PNS yang menduduki JPT Utama dan Madya,
serta Jabatan Fungsional Keahlian Jenjang Utama.

B. Kajian Teoritik
1. Administrasi Kepegawaian
Menurut Paul Pigors dan Charles A. Myers serta Thomas G Spates
(1961:12) berpendapat bahwa administrasi kepegawaian adalah suatu tata
atau prosedur tentang cara-cara mengorganisasi dan memperlakukan orang
yang bekerja sedemikian rupa sehingga mereka masing-masing
mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya dari kemampuannya, serta
memperoleh efisiensi yang maksimum untuk dirinya sendiri dan
golongannya. Di samping itu untuk perusahaan, administrasi kepegawaian
bertujuan untuk menentukan keuntungan yang bersifat kompetitif dan hasil
yang optimum.
Dalam kamus administrasi (1968:195), administrasi kepegawaian
dirumuskan sebagai segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan masalah
penggunaan tenaga kerja manusia dalam suatu usaha kerjasama untuk
mencapai tujuan tertentu. Aktivitas administrasi kepegawaian terutama
berkisar pada penerimaan, pengembangan, pemberian balas jasa, dan
pemberhentian.
Menurut Felix A. Nigro dalam Moekijat (1991;2) Administrasi
Kepegawaian adalah seni memilih pegawai-pegawai baru dan
mempekerjakan pegawai-pegawai lama sedemikian rupa sehingga kualitas
dan kuantitas jumlah hasil dan pelayanan yang maksimum dari tenaga kerja
tersebut dapat diperoleh.
23

Sehubungan dengan perumusan tersebut, maka fungsi-fungsi atau


kegiatan-kegiatan dari administrasi kepegawaian menurut Felix A. Nigro
meliputi :
a. Pengembangan struktur organisasi untuk melaksanakan program
kepegawaian termasuk didalamnya tugas dan tanggung jawab dari
setiap pegawai yang ditentukan dengan jelas dan tegas;
b. Penggolongan jabatan yang sistematis dan perencanaan gaji yang adil
dengan mempertimbangkan adanya saingan dari sektor swasta;
c. Penarikan tenaga kerja yang baik;
d. Seleksi pegawai yang menjamin pengangkatan calon pegawai yang
cakap dan penempatannya dalam jabatan yang sesuai;
e. Perencanaan latihan jabatan dengan maksud untuk menambah
keterampilan pegawai, memotivasi semangat kerja, dan mempersiapkan
mereka untuk kenaikan pangkat;
f. Penilaian kecakapan pegawai secara berkala dan teratur dengan tujuan
meningkatkan hasil kerjanya dan menentukan pegawai-pegawai yang
cakap;
g. Perencanaan kenaikan pangkat yang didasarkan atas kecakapan pegawai
dengan adanya sistem jabatan, yang mana pegawai-pegawai terbaik
ditempatkan pada jabatan-jabatan yang sesuai dengan kecakapannya,
sehingga mereka dapat mencapai tingkat jabatan yang paling tinggi;
h. Kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki hubungan antar manusia;
i. Kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan mempertahankan moral serta
disiplin pegawai.

2. Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Informasi Kepegawaian


Sistem informasi kepegawaian ideal adalah sistem informasi
manajemen kepegawaian yang handal dan terintegrasi secara nasional, serta
dapat menjawab berbagai informasi tentang PNS yang dibutuhkan oleh para
pengambil kebijakan untuk perencanaan, pengembangan, dan kesejahteraan
PNS. Sistem informasi manajemen kepegawaian dimaksudkan untuk dapat
menjamin penyelenggaraan kebijakan di bidang manajemen kepegawaian
24

baik secara organisasional, wilayah, maupun nasional yang pada gilirannya


menjadi perekat bangsa dalam NKRI, serta mewujudkan identitas tunggal
(multiguna) yang mendukung pembinaan dan kesejahteraan PNS secara
nasional (Ajib Rakhmawanto, 2014:4.10).
Menurut Ajib Rakhmawanto (2014:4.11) Tahapan-tahapan yang
dapat dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut antara lain berikut ini.
a. Pemeliharaan data/arsip kepegawaian yang mempunyai kualitas baik;
b. Sistem informasi terpadu untuk mengintegrasikan seluruh kemampuan
sistem internal untuk kegiatan administrasi, pengawasan dan
pengendalian dalam satu manajemen kepegawaian sehingga seluruh
sistem dapat beroperasi secara efektif, efisien, dan optimal;
c. Pembangunan website sebagai bagian dari infrastruktur sistem
informasi yang memungkinkan fasilitasi desiminasi data dan informasi
kepegawaian yang bermanfaat bagi instansi pemerintah, swasta,
masyarakat dalam lingkup nasional maupun internasional;
d. Co-Operation/Administration One (Information Sharing in Community)
dimaksudkan untuk mengintegrasikan kemampuan internal di BKN
dalam penyelarasan administrasi kepegawaian dengan instansi sumber
data kepegawaian dengan membangun model aplikasi sistem
administrasi dan sistem informasi kepegawaian.
e. Collaboration One (Global Data Integration and Utilization)
dimaksudkan untuk mengintegrasikan kemampuan internal di BKN
dalam satu manajemen kepegawaian dalam rangka mendukung
perencanaan kepegawaian secara nasional yang terkoneksi dengan
instansi tertentu.

3. Human Resource Information System (HRIS)


Dalam praktiknya di dunia bisnis dan personalia, Human Resource
Information System (HRIS) dapat diartikan sebagai :
“HRIS is a form of HR software that combines a number of systems and
processes to ensure the easy management of human resources, business
processes and data. Human Resources Software is used by businesses to
25

combine a number of necessary HR functions, such as storing employee


data, managing payrolls, recruitment processes, benefits administration
and keeping track of attendance records. It ensures everyday Human
Resources processes are manageable and easy to access.” (English
Wikipedia, diakses pada 12 Juli 2018)
Gambar 2.2
Aspek Layanan pada HRIS

(Sumber: https://www.hrmssolutions.com/resources/blog/types-of-hris-
systems/, diakses pada 12 Juli 2018)

HRIS dibangun untuk meningkatkan kedisiplinan dalam tata kelola


SDM, meningkatan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kerja
pengelola kepegawaian organisasi melalui sebuah aplikasi berbasis
teknologi informasi, untuk meningkatkan akurasi dalam analisis dan
distribusi informasi kepegawaian bagi seluruh stakeholder. Aplikasi HRIS
mencakup sembilan unsur utama yang terdiri dari Recruiting/ATS
(Applicant Tracking System), Core Human Resources, Benefit
Administration/Open Enrollment, Absence Management, Compensation
Management, Traning & Development, Workflow, Self-Service
(Candidate/Employee/Manager), dan Reporting.
Dalam praktiknya, secara ideal HRIS dapat difungsikan oleh seluruh
stakeholder, mulai dari pimpinan puncak, manajemen, pengelola
kepegawaian, hingga staf/pelaksana. Selain itu, ciri utama dari HRIS adalah
layanan yang bersifat self-service. Staf/pelaksana diperkenankan
memperbaharui data pribadi pada aplikasi menggunakan user dan password
26

sesuai kewenangannya dengan otorisasi atasan, mengunggah data


pendukung informasi pribadi secara langsung, hingga mengunduh informasi
kepegawaian. Hal tersebut membuat layanan kepegawaian berbasis HRIS
dapat diakses secara cepat.

4. Konsepsi Prosedur
a. Pengertian Prosedur
Pengertian prosedur yang dikemukakan oleh Azhar Susanto
(2007:264), menyatakan bahwa: “prosedur adalah rangkaian aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang
sama”.
Menurut M.Nafarin (2009:9), menjelaskan bahwa “prosedur
(procedure) adalah urut-urutan seri tugas yang yang saling berkaitan
dan dibentuk guna menjamin pelaksanaan kerja yang seragam”.
Selanjutnya menurut Lilis Puspitawati dan Sri Dewi Anggadini
(2011:23), mendefinisikan prosedur (procedure) sebagai “serangkaian
langkah/kegiatan klerikal yang tersusun secara sistematis berdasarkan
urutan-urutan yang terperinci dan harus diikuti untuk dapat
menyelesaikan permasalahan”.
Menurut Budihardjo (2014:47), “prosedur merupakan tahapan
suatu proses kerja atau bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah,
prosedur kerja tersebut dibakukan menjadi dokumen tertulis yang
disebut sebagai Standard Operating Procedure atau disingkat SOP”.
Dokumen tertulis ini selanjutnya dijadikan standar bagi pelaksanaan
prosedur kerja tertentu.
Sedangkan menurut Tathagati (2014:47), “prosedur adalah
dokumen yang lebih jelas dan rinci untuk menjabarkan metode yang
digunakan dalam mengimplementasikan dan melaksanakan kebaikan
yang ditetapkan dalam pedoman”. Pada dasarnya prosedur merupakan
instruksi tertulis sebagai pedoman dalam menyelesaikan sebuah tugas
rutin atau tugas yang berulang (repetitif) dengan cara yang efektif dan
27

efisien, untuk menghindari terjadinya variasi atau penyimpangan yang


dapat memengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Selanjutnya masih dalam pengertian prosedur menurut ahli
lainnya yaitu Mulyadi (2008:35). Menurutnya yang dimaksud dengan
prosedur adalah: “suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat untuk
menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan secara
berulang-ulang”.

b. Karakteristik Prosedur
Dalam melaksanakan suatu kegiatan yang berurutan dan teratur
secara berulang-ulang, haruslah dilaksanakan dengan karateristik yang
mampu menjelaskan dan mempermudah pengaplikasiannya. Apabila
suatu rangkaian kegiatan atau prosedur tidak mempunyai karakteristik,
tentu saja didapatkan kesulitan untuk menjalankan prosedur tersebut.
Beberapa karakteristik prosedur menurut Ardiyose (2008:466),
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Prosedur menunjang tercapainya tujuan organisasi;
2) Prosedur menunjukkan tidak adanya keterlambatan dan hambatan;
3) Prosedur menunjukkan urutan yang logis dan sederhana;
4) Prosedur menunjukkan adanya keputusan dan tanggung jawab;
5) Prosedur mampu menciptakan adanya pengawasan yang baik dan
menggunakan biaya seminimal mungkin

c. Manfaat Prosedur
Menurut Ardiyose (2008:487), ada beberapa manfaat jika dalam
melaksanakan suatu pekerjaan dengan memakai prosedur kerja yaitu:
1. Lebih memudahkan dalam langkah-langkah kegiatan yang akan
datang;
2. Mengubah pekerjaan yang berulang-ulang menjadi rutin dan
terbatas, sehingga menyederhanakan pelaksanaan dan untuk
selanjutnya mengerjakan yang perlunya saja;
28

3. Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus
dipatuhi oleh seluruh pelaksana;
4. Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang
efektif dan efisien;
5. Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam
pengawasan, bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan
perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-
masing.

d. Unsur-Unsur Prosedur
Dalam organisasi yang sudah baik atau besar seperti sebuah
perusahaan, prosedur biasanya dibuat sesuai format baku yang berlaku,
termasuk dalam format teks dan diagram alirnya. Menurut Santosa
(2014:26), “dalam organisasi sederhana, prosedur dapat dibuat dengan
lebih sederhana termasuk penggunaan diagram alir agar prosedur lebih
mudah dikomunikasikan. Menurutnya, dalam sebuah prosedur, harus
terdapat unsur-unsur sebagai berikut:
1. Judul;
2. Fungsi/unit kerja pemilik prosedur (penanggung jawab proses);
3. Fungsi/unit kerja yang terkait/terlibat dalam prosedur;
4. Tujuan prosedur;
5. Lingkup aktivitas yang dicakup dalam prosedur tersebut;
6. Rentang waktu yang diperlukan untuk melaksanakan prosedur
tersebut;
7. Indikator dan ukuran keberhasilan pelaksanaan proses dalam
prosedur;
8. Definisi istilah dan akronim yang digunakan dalam prosedur;
9. Dokumen terkait atau lampiran-lampiran;
10. Siapa yang menyiapkan prosedur;
11. Siapa yang memeriksa dan menyetujui/mengesahkan prosedur; dan
12. Tanggal pengesahan.
29

e. Asas Efisiensi dalam Pekerjaan Kantor


Menurut The Liang Gie dalam bukunya berjudul Administrasi
Perkantoran Modern, efisiensi kerja adalah perbandingan terbaik antara
suatu kerja dengan hasil yang dicapai, yang dapat dibedakan dalam dua segi,
yaitu inti dan susunan. Inti adalah rangkaian aktivitas-aktivitas yang
wujudnya mengikuti tujuan yang hendak dicapai, sedang yang dimaksud
dengan susunan ialah cara-cara rangkaian aktivitas-aktivitas itu dilakukan
(Mas Halimah, 2014: 9.18). Dalam bidang perkantoran perlu diperhatikan
adanya asas-asas tertentu agar dapat dicapai efisiensi. Asas-asas tersebut
diantaranya sebagai berikut (Mas Halimah, 2014: 9.19):
a) Asas Perencanaan, yang artinya penetapan langkah-langkah tindakan
yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan dengan melakukan
perhitungan-perhitungan secara seksama dan sebaik-baiknya.
Perwujudannya meliputi penetapan pedoman tentang maksud dan
pengurusan warkat atau berkas, pedoman tentang prosedur atau tata
kerja, pedoman tentang pengadaan mesin-mesin kantor dan
penggunaannya, serta pedoman tentang perancangan dan pengendalian
formulir.
b) Asas Penghematan, berarti pencegahan penggunaan material dan uang
secara berlebihan, sehingga biaya pekerjaan tersebut tidak menjadi
boros. Asas ini meliputi penetapan pedoman tentang perhitungan biaya
dan kemanfaatannya, pedoman tentang perhitungan kebutuhan warkat,
dan pedoman tentang mekanisasi pekerjaan kantor (tata usaha).
c) Asas Penyederhanaan, meliputi penggunaan cara-cara yang lebih
mudah, praktis, dan cepat. Dalam pelaksanaan asas ini biasanya
dilakukan penelitian tentang penggunaan waktu dan gerak (time and
motion study) dan penelitian terhadap susunan organisasi dan tata kerja
(organization and method).
d) Asas Penghapusan, merupakan uraian lebih lanjut dari asas
penyederhanaan. Dalam asas ini dilakukan pertimbangan-pertimbangan
tentang kegiatan-kegiatan yang dianggap kurang perlu sehingga
sebaiknya dihapuskan atau ditiadakan.
30

e) Asas Penggabungan, juga merupakan uraian lebih lanjut dari asas


penyederhanaan dengan mempertimbangkan langkah-langkah tindakan
yang perlu digabungkan sehingga menjadi lebih efisien serta dapat
menghemat waktu kerja.
Pekerjaan dapat dilakukan secara efisien, apabila memenuhi syarat-
syarat efisiensi kerja yaitu (Mas Halimah, 2014: 9.23) :
1) Berhasil guna atau efektif;
2) Ekonomis;
3) Pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan;
4) Rasionalitas wewenang dan tanggung jawab (rationality of authority
and responsibility); dan
5) Prosedur kerja yang praktis, dapat dipekerjakan dan dapat dilaksanakan
(practicable, workable & applicable procedures).
31

BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN

A. Metode Studi Kasus


Dalam melakukan analisis, penulis menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Melalui metode ini, penelitian dilakukan dengan menggunakan data
yang dinyatakan secara verbal dan dimaksudkan untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek. Penulis mendeskripsikan dan
menggambarkan secara jelas bagaimana proses bisnis penetepan pertimbangan
teknis kenaikan pangkat PNS golongan ruang IV/c ke atas mengacu pada
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun
2002 tentang Kenaikan Pangkat PNS dan PP Nomor 100 Tahun 2000 jo. PP
Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural.
Selain itu juga dipaparkan mekanisme penetapan pertimbangan teknis
pengangkatan dan pemberhentian jabatan fungsional jenjang utama. Penulis
membandingkannya dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
dimiliki oleh Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan, peraturan pelaksana
terkait, serta berbagai kajian akademis mengenai administrasi perkantoran,
prosedur kerja, efisiensi kerja, penerapan Human Resource Information System
(HRIS) menurut beberapa ahli, hingga rilis pada situs resmi BKN. Simpulan
dari telaahan tersebut kemudian dibandingkan dengan data kuantitatif maupun
kualitatif yang penulis dapatkan terkait dengan kepatuhan instansi dalam
menyampaikan berbagai persyaratan teknis kenaikan pangkat/jabatan
fungsional jenjang utama sebagaimana ketentuan perundang-undangan.
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian empiris,
yaitu penelitian keilmuan yang dilakukan dengan cara meneliti data primer
didukung dengan data sekunder berupa laporan-laporan yang diperoleh di
lokasi penelitian serta bahan pustaka lainnya (Salim HS dan Erlies Septia
Nurbani, 2013). Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan berbagai macam literatur terkait misalnya buku, jurnal ilmiah,
32

prosiding, maupun artikel ilmiah lainnya yang relevan dalam penelitian (Zed,
2004: 34). Oleh karena itu, penelitian dilakukan pada Direktorat Pengadaan
dan Kepangkatan sebagai unit kerja pada BKN yang menyelenggarakan fungsi
penyiapan bahan pertimbangan teknis Kenaikan Pangkat PNS serta
pengangkatan dan pemberhentian jabatan fungsional jenjang utama yang
penetapannya menjadi wewenang Presiden. Guna mendukung keberhasilan
penelitian, penulis juga melakukan observasi melalui wawancara terhadap
narasumber terkait yakni pejabat dan pelaksana pada Subdirektorat Kenaikan
Pangkat dan Jabatan Pimpinan Tinggi Utama, Pimpinan Tinggi Madya, dan
Jabatan Fungsional Utama (KP JPT dan JF Utama), untuk melihat lebih lanjut
proses serta kendala yang terjadi dalam penyiapan bahan serta penetapan
pertimbangan teknis kenaikan pangkat bagi PNS golongan ruang IV/c ke atas,
serta pertimbangan teknis pengangkatan dan pemberhentian dari jabatan
fungsional jenjang utama.

B. Pembahasan
1. Proses Bisnis Penetapan Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat PNS
Golongan Ruang IV/c Ke Atas Serta Pengangkatan dan Pemberhentian
Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Proses bisnis tersebut terbagi dalam tiga bagian mulai dari
penerimaan data usul masuk, pemrosesan dokumen hingga menjadi
pertimbangan teknis, dan diakhiri dengan penyampaian keluaran hasil
layanan berupa pertimbangan teknis Kepala BKN kepada Sekretariat
Negara maupun keputusan kenaikan pangkat kepada instansi (bagi PNS
dengan golongan ruang IV/c ke atas selain pemangku JPT utama dan madya
serta Jabatan Fungsional Jenjang Utama). Dalam melakukan penetapan
pertimbangan teknis tersebut, Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan
menggunakan Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) untuk
layanan yang berhubungan dengan kenaikan pangkat bagi PNS Golongan
Ruang IV/c ke atas, serta aplikasi Executive Information System (EIS) untuk
33

layanan yang berhubungan dengan pengangkatan dan pemberhentian


jabatan fungsional jenjang utama.

a. Penerimaan Data Usul Masuk dari Instansi


Tahapan awal dalam proses bisnis penetapan pertimbangan teknis
Kepala BKN adalah penerimaan data usul masuk dari instansi pengirim.
Data usul masuk sebagaimana SOP (pada gambar 3.1) tidak hanya bagi
kenaikan pangkat bagi PNS golongan ruang IV/c ke atas saja (baik yang
menduduki JPT utama, madya, dan pratama) tetapi juga mencakup usulan
kenaikan jabatan, perpindahan jabatan, hingga pemberhentian dari jabatan
fungsional jenjang utama berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Gambar 3.1
SOP Penerimaan Data Usul Masuk Kenaikan Pangkat Golongan Ruang IV/c ke Atas dan
Jabatan Fungsional Jenjang Utama

(Sumber : SOP Direktorat PK Nomor DITPKASN BKN – SOP 017/2014)


34

Apabila melihat SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 017/2014,


proses kerja penerimaan data usul masuk diantaranya sebagai berikut:
1) Petugas instansi terkait menyerahkan hard copy usul kenaikan pangkat
PNS golongan ruang IV/c ke atas, serta kenaikan jabatan, perpindahan
jabatan, dan pemberhentian dari jabatan fungsional jenjang utama.
Selain itu, petugas instansi juga mengirimkan data elektronik melalui
Sistem Aplikasi Pelayanan Kepegawaian (SAPK) Online (hanya untuk
kenaikan pangkat JPT golongan IV/c ke atas);
2) Kasubdit Administrasi Pengadaan dan Kepangkatan ASN (Administrasi
PKASN) menerima berkas usul, membuat disposisi kepada Kepala
Seksi (Kasi) Administrasi KP, serta menandatangani tanda terima usul
masuk;
3) Kasi Administrasi KP menerima berkas usul, membuat disposisi ke
pengadministrasi kepegawaian, dan menandatangani tanda terima usul
masuk;
4) Pengadministrasi kepegawaian melakukan beberapa proses bisnis
sebagai berikut :
a) mencocokan berkas fisik dengan surat pengantar usul;
b) mencocokan berkas (kenaikan pangkat selain jabatan fungsional
jenjang utama) dengan data SAPK Online;
c) mencetak agenda melalui aplikasi Executive Information System
(EIS) untuk usulan terkait jabatan fungsional jenjang utama;
d) memberi stempel dan tanda terima serta tanggal;
e) membuat data kolektif;
f) membuat tanda bukti pengiriman; dan
g) membuat laporan.
Apabila data dinyatakan lengkap, dokumen langsung didistribusikan
kepada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama. Namun, apabila dinyatakan
tidak lengkap, data dikembalikan kepada petugas instansi terkait.
Selanjutnya, pengadministrasi kepegawaian menyampaikan laporan
kepada Kasi Administrasi KP.
35

5) Kasi Administrasi KP menerima dan memeriksa laporan penerimaan


data dari pengadministrasi kepegawaian serta membuat laporan
penerimaan data kepada Kasubdit Administrasi PKASN;
6) Kasubdit Administrasi PKASN menerima laporan penerimaan data
serta memeriksa laporan penerimaan data untuk selanjutnya
didistribusikan kepada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama.

b. Pemeriksaan Dokumen Usul dan Penetapan Pertimbangan Teknis


Kepala BKN
Tahapan selanjutnya, yakni pemrosesan dokumen dan penyiapan
bahan pertimbangan teknis yang dilakukan oleh Subdirektorat KP JPT dan
JF Utama sebagaimana gambar 3.2. Apabila melihat SOP Nomor
DITPKASN BKN – SOP 026/2014, alur dokumen dan proses bisnis
berlangsung dengan melanjutkan proses kerja dan SOP sebelumnya yakni
sebagai berikut:
1) Kasubdit Administrasi KP menerima berkas usul dari instansi dan
menandatangani tanda terima berkas usul untuk selanjutnya diserahkan
kepada Analis Kepegawaian pada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama
agar diselesaikan konsep pertimbangan teknisnya;
2) Selanjutnya, Analis Kepegawaian melakukan berbagai tahap proses
kerja sebagai berikut:
a) Menerima dan menghitung nota usul kenaikan pangkat/jabatan
fungsional dari seksi penerima data;
b) Memeriksa dan meneliti keabsahan serta kelengkapan berkas usul
kenaikan pangkat/jabatan fungsional. Persyaratan kelengkapan
administrasi dan teknis untuk pengajuan kenaikan pangkat dan
jabatan fungsional jenjang utama adalah sebagaimana tabel 3.1.
c) Verifikasi data kelengkapan berkas usul kenaikan pangkat/jabatan
fungsional melalui SAPK Online;
d) Membuat konsep berkas yang memenuhi syarat (MS) ke dalam
Lembar Pengagendaan Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional;
36

e) Membubuhkan paraf pada nota usul kenaikan pangkat/jabatan


fungsional yang MS;
f) Menyampaikan konsep pertimbangan teknis kenaikan
pangkat/jabatan fungsional yang MS ke operator komputer;
g) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan
ketidaksesuaian/ketidaklengkapan berkas (BTL) ataupun tidak
memenuhi syarat (TMS), dokumen dikembalikan kepada petugas
instansi terkait.
Tabel 3.1
Persyaratan Kelengkapan Administrasi KP JPT dan Jabatan Fungsional Utama
KP Jabatan Fungsional Perpindahan JPT Pemberhentian
Kenaikan Pangkat JPT Kenaikan Jenjang Utama
Utama Menjadi JF Utama dari JF Utama
 Pengantar usul asli 2 rangkap  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli
 Nota usul asli 2 rangkap rangkap rangkap rangkap 2 rangkap
 Copy SK KP terakhir  Nota usul asli 2 rangkap  Nota usul asli 2 rangkap  Nota usul asli 2  Nota usul asli 2
 Copy SK jabatan terakhir  Copy SK KP terakhir  Copy SK KP terakhir rangkap rangkap
 Copy sah Surat Pernyataan  PAK asli  Copy SK jabatan terakhir  Copy SK KP terakhir  Copy SK KP
Pelantikan  Copy sah SKP 2 tahun  PAK asli  Copy SK jabatan terakhir
 Rekomendasi seleksi terbuka terakhir  Copy sah SKP 2 tahun terakhir  Copy SK jabatan
dari KASN (bagi PNS yang terakhir  PAK asli terakhir
dipromosikan menduduki JPT)  Sertifikat uji  PAK asli
 Copy sah SKP 2 tahun terakhir kompetensi  Surat pernyataan
Copy sah pencantuman gelar  Surat keterangan tidak terpenuhi
pendidikan bagi PNS yang pengalaman di bidang persyaratan jabatan
memperoleh ijazah setingkat jenjang utama selama
lebih tinggi 2 tahun
 Surat rekomendasi
untuk diangkat sebagai
JF jenjang utama
 Copy sah SKP 2 tahun
terakhir
(sumber: diolah dari berbagai sumber)

3) Operator komputer melalukan berbagai tahapan kerja sebagai berikut:


a) Menerima konsep pertimbangan teknis kenaikan pangkat/jabatan
fungsional;
b) Meremajakan data usul kenaikan pangkat melalui SAPK Online;
c) Memberi nomor dan mencetak pertimbangan teknis kenaikan
pangkat yang MS;
d) Mengirim data elektronik berkas yang berstatus Berkas Tidak
Lengkap (BTL)/Tidak Memenuhi Syarat (TMS) ke instansi;
37

e) Menyampaikan hasil cetakan pertimbangan teknis kenaikan


pangkat/jabatan fungsional ke Analis Kepegawaian
4) Selanjutnya Analis Kepegawaian melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menerima dan memeriksa hasil draf pertimbangan teknis dan surat
pengantar pengembalian berkas yang BTL/TMS;
b) Membubuhkan paraf pada draf pertimbangan teknis;
c) Menyampaikan hasil draf pertimbangan teknis kepada Kasi JPT dan
JF Utama Kementerian/Non Kementerian untuk diperiksa kembali
dan diparaf.
5) Kasi JPT dan JF Utama Kementerian/Non Kementerian menerima hasil
draf pertimbangan teknis dan surat pengantar pengembalian berkas yang
BTL/TMS, memeriksa dan membubuhkan paraf, serta mengajukan
tanda-tangan pertimbangan teknis dan surat pengantar pengembalian
berkas yang BTL/TMS;
6) Direktur/Deputi menerima hasil draf pertimbangan teknis dan surat
pengantar pengembalian berkas yang BTL/TMS, memeriksa dan
membubuhkan paraf, serta menandatangani surat pengantar
pengembalian berkas yang BTL/TMS;
7) Direktur/Deputi menandatangani draf pertimbangan teknis serta
menyampaikan hasil cetakan pertimbangan teknis kepada operator
komputer;
8) Operator komputer melakukan beberapa proses kerja sebagai berikut:
a) menerima draf pertimbangan teknis dan mencetak memo dinas
permohonan tanda-tangan kepada Direktur dan Deputi
b) membuat surat pengantar ke Presiden RI serta lampirannya
c) Membuat memo dinas permohonan tanda-tangan kepada Kepala
BKN;
d) Menyampaikan pertimbangan teknis kepada Kasi Penyampaian
Data;
38

9) Kasi Penyampaian data menerima pertimbangan teknis kenaikan


pangkat/jabatan fungsional jenjang utama sebagai proses akhir dari
tahap kerja ini.
Gambar 3.2
SOP Pemeriksaan dan Penetapan Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat Golongan IV/c
ke Atas dan Jabatan Fungsional Jenjang Utama

(Sumber : SOP Direktorat PK Nomor DITPKASN BKN – SOP 026/2014)


39

c. Penggunaan Aplikasi SAPK dalam Proses Verifikasi dokumen dan


Penyiapan Bahan Pertimbangan Teknis Kenaikan Pangkat PNS
Golongan Ruang IV/c Ke Atas
Dalam proses penyiapan bahan pertimbangan teknis kenaikan
pangkat bagi PNS yang menduduki JPT golongan ruang IV/c ke atas,
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan menggunakan aplikasi SAPK
sebagai tahapan penting. Sebagai salah satu komponen dalam Sistem
Informasi ASN berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2014, SAPK merupakan
data sumber manajemen ASN yang kemudian menjadi rujukan bagi
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan dalam membuat konsep
pertimbangan teknis kenaikan pangkat. Dalam tulisan ini, penulis fokus
pada proses verifikasi data dan penyiapan bahan pertimbangan teknis
kenaikan pangkat yang dilakukan melalui aplikasi SAPK oleh Subdirektorat
KP JPT dan JF Utama.
Proses pada aplikasi SAPK dilakukan oleh kepala seksi serta Analis
Kepegawaian pada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama. Namun,
berdasarkan pengamatan penulis, Analis Kepegawaian tidak mempunyai
user untuk bisa mengakses ke SAPK. Seluruh tahapan dilakukan dengan
menggunakan user dan password milik Kasi KP JPT dan JF Utama
Kementerian/Non Kementerian. Tahapan tersebut digambarkan sebagai
berikut:
1) Analis Kepegawaian membuka laman SAPK pada alamat
http://sapk.bkn.go.id dengan memasukan user serta password yang
sesuai (menggunakan user milik Kasi KP JPT dan JF Utama
Kementerian/Non Kementerian);
2) Membuka menu ‘Tim Teknis KP Pusat’ pada tab sisi kiri aplikasi dan
kemudian muncul kotak dialog sebagaimana gambar 3.3. Analis
Kepegawaian kemudian mengisikan NIP dan memilih ‘NIP’ pada
kolom filter. NIP yang diisikan adalah sesuai dengan berkas yang akan
diselesaikan saat itu. Setelah melakukan klik pada ‘Search/Filter’
40

kemudian muncul data yang terdiri dari Nomor Usul, Satuan Kerja,
Jenis Prosedur, Langkah Prosedur, NIP, dan Nama’
Gambar 3.3
Kotak Dialog Pencarian Data Usul KP Menu ‘Tim Teknis KP Pusat’

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

3) Selanjutnya, Analis Kepegawaian mengklik data PNS yang telah dicari


tersebut. Selanjutnya kotak dialog ‘Nota Persetujuan KP’
memperlihatkan data lengkap PNS beserta jenis kenaikan pangkat yang
diajukan. Kotak dialog tersebut dapat dilihat pada gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4
Kotak Dialog ‘Nota Persetujuan NIP’ pada Menu ‘Tim Teknis KP Pusat’

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)


41

Berdasarkan dokumen usulan, Analis Kepegawaian melakukan


pengecekan mendetil terhadap kesesuaian pada aplikasi SAPK
tertutama terhadap data-data sebagai berikut:
a) Nama dan NIP;
b) Pendidikan Terakhir;
c) Tempat dan Tanggal Lahir;
d) Golongan Ruang Lama dan Baru;
e) Terhitung Mulai Tanggal (TMT) Golongan Lama dan Baru;
f) Jabatan dan TMT Lama dan Baru;
4) Selain itu, Analis Kepegawaian juga memastikan kebenaran data pada
menu ‘Kondisi’, ‘Dokumen’, ‘Data Usul’, dan ‘Pertek IV/c’ yang
terdapat pada tab bagian bawah kotak dialog sebagaimana gambar 3.5.
Menu ‘Data Usul’ harus dipastikan kebenaran data-data sebagai berikut:
a) Nomor Usul;
b) Tanggal Usul;
c) Tanggal Terima;
d) Periode kenaikan pangkat yang diajukan (April/Oktober) serta
tahunnya.
Pada menu ‘Pertek IV/c’ Analis Kepegawaian melakukan langkah
sebagai berikut:
a) Mengisi kolom ‘PP’ dengan pasal dan Peraturan Pemerintah yang
mendasari penetapan kenaikan pangkat bagi PNS tersebut;
b) Mengisi kolom ‘Dari [MA]’ dengan nama jabatan pengusul
kenaikan pangkat PNS tersebut (misalnya diisi: ‘Menteri
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak’ untuk usulan
kenaikan pangkat PNS golongan IV/c ke atas pada lingkup
Kementerian PPPA);
c) ‘No memo’ diisi berdasarkan Nomor Memo Dinas yang dikeluarkan
oleh Subdirektorat KP JPT dan JF Utama saat mengajukan konsep
pertimbangan teknis kepada Direktur/Deputi;
42

Gambar 3.5
Kotak Dialog ‘Pertek IV/c’ pada Menu ‘Tim Teknis KP Pusat’

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

5) Selanjutnya, Analis Kepegawaian juga harus mengecek kesesuaian detil


data PNS pada menu ‘Ubah’ yang terletak di bagian bawah kota dialog
‘Nota Persetujuan NIP’. Kemudian akan muncul kotak dialog ‘Ubah
Orang Usul KP’ sebagaimana gambar 3.6 berikut.
Gambar 3.6
Kotak Dialog ‘Ubah Orang Usul NIP’ Menu ‘Nota Persetujuan NIP’

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

Beberapa hal yang harus dicermati secara seksama dalam memverifikasi


kebenaran data PNS pada menu ini diantaranya sebagai berikut:
43

a) Kolom ‘Jabatan Baru’ biasanya banyak kasus ditemukan salah


tertulis. Misalnya pada pengajuan kenaikan pangkat tertulis
‘Sekretariat Deputi Bidang Perlindungan Hak Perempuan’ yang
seharusnya tertulis ‘Sekretaris Deputi Bidang Perlindungan Hak
Perempuan’;
b) Kolom ‘Unit Kerja Induk’ biasanya juga banyak terjadi kekeliruan
penulisan antara unit organisasi pada nota usul dengan yang
tercantum pada SAPK;
c) Kolom ‘Eselon Lama’ dan ‘Eselon Baru’
d) Kolom ‘Tahun Gaji’
e) Kolom ‘Golongan Lama’, ‘TMT Golongan Lama’, dan ‘Masa Kerja
Lama’
f) Kolom ‘Golongan Baru’, ‘TMT Golongan Baru’, dan ‘Masa Kerja
Baru’
6) Analis Kepegawaian juga harus memverifikasi riwayat jabatan yang
tertera pada SAPK dengan memastikan kesesuaian antara jabatan baru
yang tertera pada nota usul, SK jabatan sebelumnya, SK jabatan yang
baru, Surat Pernyataan Pelantikan (SPP), dan Surat Pernyataan
Melaksanakan Tugas (SPMT) yang diajukan oleh instansi. Pengecekan
kesesuaian data dapat dilihat pada menu ‘Riwayat Jabatan’ sebagaimana
gambar 3.7 berikut ini.
Gambar 3.7
Kotak Dialog ‘Riwayat Jabatan’ pada SAPK

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)


44

7) Setelah menyelesaikan verifikasi data usulan secara mendetil, secara


otomatis Nomor Nota Pertimbangan (kolom ‘Nomor NP’) akan muncul.
Analis Kepegawaian kemudian menyesuaikan tanggal Nota
Pertimbangan sebagaimana arahan kepala seksi. Proses ini dapat dilihat
pada gambar 3.8 berikut ini.
Gambar 3.8
Kotak Dialog ‘Nomor NP’ Muncul Secara Otomatis

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

8) Selanjutnya Analis Kepegawaian dapat mencetak konsep pertimbangan


teknis dengan mengklik ‘Cetak’. Lalu, user diharuskan memilih nama
Direktur/Deputi sesuai jenis kenaikan pangkat/jabatan fungsional yang
diajukan. Seperti pada gambar 3.9, Analis Kepegawaian memilih nama
Direktur Pengadaan dan Kepangkatan ‘Ibtri Rejeki’ karena pengajuan
yang dilakukan adalah terhadap JPT Pratama, yang kewenangan
penetapan keputusannya oleh Kepala BKN atas nama Presiden RI.
45

Gambar 3.9
Kotak Dialog Memilih Penandatangan Pertimbangan Teknis

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

9) Pada tahap akhir, konsep pertimbangan teknis hasil keluaran aplikasi


SAPK muncul sebagaimana gambar 3.10.
Gambar 3.10
Konsep Pertimbangan Teknis Keluaran Aplikasi SAPK

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

10) Analis Kepegawaian dapat melakukan pemantauan data usul kenaikan


pangkat yang sudah atau belum diselesaikan. Proses tersebut dapat
dilakukan pada menu monitoring sebagaimana gambar 3.11 berikut ini.
46

Gambar 3.11
Menu Moniroting Usul Kenaikan Pangkat pada SAPK

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

11) Selanjutnya, bagi PNS yang menduduki JPT utama dan madya serta
jabatan fungsional jenjang utama, karena pertimbangan teknis harus
disampaikan kepada Sekretariat Negara, Analis Kepegawaian harus
melakukan pencetakan pengantar melalui menu ‘Kontrol dan Supervisi’
sebagaimana gambar 3.12 berikut.
Gambar 3.12
Menu ‘Cetak Pengantar KP Gol IV/c Keatas Kepada Setneg’

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

Karena nota pertimbangan dan konsep pertimbangan teknis harus


ditanda-tangani langsung oleh Kepala BKN, Subdirektorat KP JPT dan
47

JF Utama membuat kebijakan bahwa jumlah minimal usul


pertimbangan teknis yang dapat diajukan kepada Kepala BKN adalah
50 s.d 80 buah. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa
Kepala BKN tidak perlu menanda-tangani memo dinas usulan terlalu
banyak sehingga dapat dibuatkan secara kolektif. Dengan pembatasan
tersebut, berkas kenaikan pangkat yang sudah diselesaikan oleh analis
belum dapat langsung dimajukan kepada Kasi untuk diparaf karena
harus menunggu jumlah minimal usulan terkumpul terlebih dahulu.
12) Selanjutnya, untuk memastikan bahwa perubahan data PNS yang telah
diselesaikan, Analis Kepegawaian mengeceknya pada menu
‘Peremajaan Data’ sebagaimana gambar 3.13 berikut ini.
Gambar 3.13
Menu ‘Peremajaan Data’ pada SAPK

(sumber : aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

13) Selanjutnya, bagi PNS golongan IV/c ke atas yang kewenangan


penetapan keputusannya pada Kepala BKN atas nama Presiden RI,
Analis Kepegawaian/operator melakukan pencetakan konsep Surat
Keputusan (SK) Kenaikan Pangkat melalui menu ‘Cetak Kolektif’ pada
submenu ‘Cetak Kolektif KP IV/c’ sebagaimana gambar 3.14 berikut
ini.
48

Gambar 3.14
Menu ‘Cetak SK Kolektif KP IV/c’ pada SAPK

(sumber: aplikasi SAPK, diakses pada 24 Juli 2019)

d. Penggunaan Aplikasi Executive Information System (EIS) dalam Proses


Verifikasi dokumen dan Penyiapan Bahan Pertimbangan Teknis
Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Apabila proses bisnis penyiapan pertimbangan teknis kenaikan
pangkat IV/c ke atas dilakukan melalui aplikasi SAPK, berbeda dengan
pertimbangan teknis jabatan fungsional jenjang utama yang menggunakan
aplikasi Executive Information System (EIS). EIS merupakan aplikasi
berbasis Local Area Network (LAN) yang dibentuk sejak tahun 2001 untuk
kebutuhan di internal Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan. Aplikasi ini
dapat terbilang masih sederhana karena dibangun menggunakan Microsoft
Access sehingga tidak dapat diakses oleh komputer PC di luar Direktorat
Pengadaan dan Kepangkatan. Karena terpisah dari aplikasi SAPK dan
berbasis LAN, tentu saja database kedua aplikasi tersebut tidak terintegrasi.
Perubahan data-data kepegawaian yang dilakukan user melalui EIS tidak
akan berpengaruh pada database SAPK. Selain itu, sejak tahun 2001
aplikasi EIS tidak mengalami perubahan yang signifikan, sehingga
fungsinya pun belum dapat dikatakan mutakhir seperti SAPK.
49

Proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis jabatan


fungsional jenjang utama melalui aplikasi EIS dimulai dari penerimaan
berkas usul dari instansi terkait, dilanjutkan dengan verifikasi data dan
pencetakan konsep pertimbangan teknis oleh Subdirektorat KP JPT dan JF
Utama, dan berakhir pada penyampaian pertimbangan teknis kepada
Sekretariat Negara untuk diproses lebih lanjut. Gambaran interface aplikasi
EIS sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada gambar 3.15 berikut ini.
Gambar 3.15
Tampilan Awal Aplikasi EIS

(sumber: aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

Proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis jabatan


fungsional jenjang utama dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengadministrasi kepegawaian pada subdirekorat Administrasi KP
masuk pada aplikasi EIS dengan nama user dan password masing-
masing;
2) Setelah log in, dilakukan proses pencatatan Nomor dan Tanggal Nota
Usul, Instansi Pengusul, Nama PNS, NIP, Pendidikan Terakhir,
Golongan Baru, Deskripsi Jabatan, dan pemberian Nomor Agenda.
Keluaran dari pencatatan ini menghasilkan Lembar Pengagendaan yang
dapat dilihat pada lampiran laporan PKK ini;
3) Setelah dicatat dan diberikan nomor agenda pada EIS, pengadministrasi
kepegawaian memberikan ceklis kelengkapan berkas yang harus
dipenuhi oleh instansi meliputi:
50

a) Surat Pengantar Usul Asli sebanyak 2 (dua) rangkap;


b) Nota Usul Asli sebanyak 2 (dua) rangkap;
c) Salinan/copy sah SK Kenaikan Pangkat terakhir;
d) Salinan/copy sah SK Jabatan terakhir;
e) Salinan/copy sah SK Pelantikan;
f) Penetapan Angka Kredit (PAK) asli dan salinan/copy sah; dan
g) Salinan/copy sah SKP 2 (dua) tahun terakhir.
Selanjutnya, dokumen didistribusikan kepada Subdirektorat KP JPT dan
JF Utama untuk diproses menjadi konsep pertimbangan teknis.
4) Analis Kepegawaian masuk ke dalam aplikasi EIS serta melakukan
input NIP pada kolom pencarian. Selanjutnya muncul kotak dialog
informasi lengkap seputar data PNS dan usulan kenaikan jabatan
fungsional yang diajukan sebagaimana gambar 3.16.
Gambar 3.16
Kotak Dialog ‘Form Isian Jabatan Fungsional’ pada Aplikasi EIS

(sumber : aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

Analis Kepegawaian wajib memastikan kebenaran data yang tertera


pada EIS dengan dokumen sumber diantaranya:
a) Nama PNS dan Gelarnya;
b) NIP PNS bersangkutan;
c) Nomor dan Tanggal Nota Usul;
51

d) Golongan Lama dan Baru;


e) Periode Kenaikan Pangkat dan Tahun Kenaikan Pangkat;
f) Deskripsi Jabatan;
g) Kode Jabatan Fungsional; dan
h) Dasar Hukum Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional.
5) Setelah data dipastikan benar, Analis Kepegawaian dapat menutup
kotak dialog dan membuka ‘Menu Isi Status MS/TMS/BTL’
sebagaimana gambar 3.17 berikut ini. Ketika kotak dialog terbuka,
Analis Kepegawaian mengisi ‘No Agenda’ dan ‘Status KP’ sesuai hasil
verifikasi berkas (MS/TMS/BTL) dan tanggal kelengkapannya. Apabila
data sudah benar, lalu klik ‘Simpan’.
Gambar 3.17
Kotak Dialog ‘Menu Isian Status MS/TMS/BTL’ pada Aplikasi EIS

(sumber : aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

6) Pada tahap akhir yaitu pencetakan pertimbangan teknis, Analis


Kepegawaian membuka menu ‘Pilih Kriteria Pencetakan’ sebagaimana
gambar 3.18. Analis Kepegawaian mengisikan NIP pegawai yang akan
dicetak pertimbangan teknisnya.
52

Gambar 3.18
Kotak Dialog ‘Pilih Kriteria Pencetakan’ pada Aplikasi EIS

(sumber : aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

7) Setelah pencarian data ditemukan, kemudian user dapat mengklik ‘Print


Surat Pengantar’ sehingga muncul konsep pertimbangan teknis
sebagaimana gambar 3.19 berikut ini.
Gambar 3.19
Konsep Pertimbangan Teknis Jabatan Fungsional Jenjang Utama

(sumber : aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

8) Sebagai langkah akhir untuk memastikan data pegawai pada aplikasi


EIS telah berhasil diperbarui, Analis Kepegawaian mengklik menu
53

‘Pencarian Data Level 2’ dengan memasukan NIP pegawai tersebut


sebagaimana gambar 3.20 berikut ini.
Gambar 3.20
Tampilan Menu ‘Pencairan Data Level 2’ pada Aplikasi EIS

(sumber : aplikasi EIS, diakses pada 24 Juli 2019)

e. Penyampaian Pertimbangan Teknis kepada Sekretariat Negara dan


Keputusan Kenaikan Pangkat kepada Instansi terkait
Tahapan terakhir, yakni penyampaian pertimbangan teknis kepada
Sekretariat Negara dan keputusan kenaikan pangkat kepada instansi terkait.
Sebagaimana SOP Nomor SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 036/2014
proses ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Subdirektorat KP JPT dan JF Utama menyerahkan nota persetujuan
kenaikan pangkat beserta pertimbangan teknisnya kepada pemroses
mutasi kepegawaian;
2) Pemroses mutasi kepegawaian melakukan langkah-langkah kerja
sebagai berikut:
a) Menerima pertimbangan teknis yang sudah ditanda-tangani
Direktur/Deputi/Kepala BKN;
b) Memberi nomor, tanggal pertimbangan teknis/surat pengantar
(untuk Jabatan Fungsional Jenjang Utama) ke Sekretariat Negara;
c) Mengirim pertimbangan teknis ke Sekretariat Negara;
54

d) Mengirim tembusan ke petugas penyimpanan data Subdit KM III;


e) Membuat laporan kepada Kasi Administrasi KP.
3) Kasi Administrasi KP menandatangani Surat Tugas (ST) pengiriman
pertimbangan teknis;
4) Pemroses mutasi kepegawaian menyampaikan pertimbangan teknis
kepada Sekretariat Negara, keputusan kenaikan pangkat kepada instansi
terkait, dan berkas usul kenaikan pangkat yang TMS/BTL kepada
instansi terkait;
Gambar 3.21
SOP Penyampaian Pertek Kenaikan Pangkat Golongan IV/c ke Atas

(Sumber : SOP Direktorat PK Nomor DITPKASN BKN – SOP 036/2014)

Proses bisnis penyampaian pertimbangan teknis dilaksanakan


dengan estimasi waktu selama 35 (tiga puluh lima) menit untuk setiap
berkas dan maksimal 4 (empat) hari kerja apabila data usul yang masuk
tidak normal (tidak lengkap, terjadi kasus tertentu, dll). Gambaran proses
bisnis selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.21 di atas.
55

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Penetapan Pertimbangan Teknis


Kenaikan Pangkat PNS Golongan Ruang IV/c Ke Atas, serta
Pengangkatan dan Pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa narasumber
diantaranya Kasi KP JPT dan JF Utama Kementerian Ary Herwanto, S.Sos,
M.A., Kasi KP JPT dan JF Utama Non Kementerian Budi Prasetyo, serta
Analis Kepegawaian pada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama diantaranya
Heru Iswanto, Helmi Imanuddin, dan Yasmin, tercatat beberapa
permasalahan yang kerap kali ditemukan dalam proses penyiapan bahan dan
penetapan pertimbangan teknis kenaikan pangkat PNS golongan ruang IV/c
ke atas, serta kenaikan pangkat/jabatan, perpindahan jabatan, dan
pemberhentian dari jabatan fungsional jenjang utama. Permasalahan
tersebut dapat diklasifikasikan pada tiga faktor, yakni dari faktor
regulasi/prosedur, faktor implementasi, dan faktor penggunaan aplikasi.
a. PP Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun 2002, PP Nomor
100 Tahun 2000 jo. PP Nomor 13 Tahun 2002, dan Keputusan
Kepala BKN Turunannya Masih Menjadi Dasar Hukum Penetapan
Kenaikan Pangkat PNS Meskipun Sudah Dinyatakan Tidak
Berlaku dalam UU ASN
Dalam Pasal 362 Bab XV PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen PNS disebutkan bahwa PP Nomor 99 Tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 12 Tahun 2002 dan PP
Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor
13 Tahun 2002 telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Menurut
hasil wawancara penulis dengan narasumber, permasalahan ini terjadi
sebagai akibat peraturan pemerintah tentang gaji, tunjangan, dan
fasilitas (sesuai amanah dari PP Nomor 11 Tahun 2017) yang belum
diterbitkan. Masih berlakunya PP Nomor 15 Tahun 2019 jo. PP Nomor
7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji PNS menyebabkan prosedur
kenaikan pangkat PNS masih terus berjalan hingga tulisan ini dibuat.
56

Belum direvisinya peraturan lawas tersebut juga membuat


penyebutan nomenklatur ‘jabatan struktural’ masih digunakan pada
proses bisnis kenaikan pangkat pilihan. Padahal istilah tersebut sudah
tidak lagi digunakan dalam UU ASN dan PP Manajemen PNS.
Nomenklatur jabatan ASN yang berlaku menurut kedua peraturan
‘anyar’ tersebut adalah Jabatan Administrasi, Jabatan Fungsional, dan
JPT. Karena hal tersebut, Subdirektorat KP JPT dan JF Jenjang Utama
menyesuaikan pembagian wewenang penyiapan pertimbangan teknis
untuk PNS Golongan IV/c ke atas (mencakup JPT Utama, Madya, dan
Pratama, serta Jabatan Fungsional Jenjang Utama). Sedangkan
Subdirektorat Kenaikan Pangkat dan Jabatan Selain JPT Utama, Madya,
dan Fungsional Utama menangani penyiapan pertimbangan teknis untuk
PNS Golongan IV/b ke bawah.
Belum ada peraturan terbaru tentang pangkat dan jabatan ASN
juga membuat aplikasi SAPK sebagai sistem informasi ASN belum
sepenuhnya dapat mengakomodasi klasifikasi pangkat dan jabatan
berdasarkan UU ASN. Selain itu, hal tersebut juga menyebabkan SAPK
belum mengakomodasi terwujudnya sistem informasi berbasis
manajemen karir sesuai dengan Pasal 162 s.d 175 PP Manajemen PNS.

b. Standar Operasional Prosedur (SOP) Belum Diperbarui Sejak 2014


Sehingga Perlu Dilakukan Penyempurnaan Lebih Lanjut
Sebagaimana penjelasan pada subbab sebelumnya, SOP yang
digunakan dalam proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis
kenaikan pangkat/jabatan fungsional jenjang utama saat tulisan ini
dibuat adalah sebagai berikut :
1) SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 017/2014 tanggal 17 Agustus
2014 (tanggal revisi 18 Agustus 2014) tentang penerimaan data usul
masuk kenaikan pangkat gol. ruang IV/c ke atas dan jabatan
fungsional jenjang utama;
57

2) SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 026/2014 tanggal 17 Agustus


2014 (tanggal revisi 18 Agustus 2014) tentang pemeriksaan dan
penetapan pertimbangan teknis kenaikan pangkat gol ruang IV/c ke
atas dan jabatan fungsional jenjang utama;
3) SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 036/2014 tanggal 17 Agustus
2014 (tanggal revisi 18 Agustus 2014) tentang penyampaian
pertimbangan teknis kenaikan pangkat gol ruang IV/c ke atas.
Ketiga SOP tersebut digunakan sejak tahun 2014 dan belum
direviu serta diperbaharui kembali hingga saat ini. Menurut pandangan
penulis, seharusnya Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan melalukan
reviu bahkan memperbarui SOP yang ada saat ini dengan fokus pada
perbaikan kinerja layanan dan inovasi proses bisnis berbasis teknologi
sebagai berikut:
a) Penyampaian berkas usul oleh instansi pengusul secara paperless
untuk mengurangi penggunaan kertas dan meningkatkan efisensi
waktu penyelesaian pertimbangan teknis. Dengan penyampaian
usulan kenaikan pangkat dan jabatan fungsional jenjang utama
secara paperless (sebagaimana golongan IV/b ke bawah dengan
sistem KPO) BKN dapat mengurangi terjadinya tumpukan berkas di
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan. Selain itu, sistem paperless
dapat meningkatkan efisiensi terutama dalam biaya perjalanan dinas
yang harus dikeluarkan oleh instansi karena harus menyampaikan
langsung ke BKN Pusat;
b) Membuat SOP penggunaan aplikasi SAPK untuk proses bisnis
kenaikan pangkat. Menurut pengamatan penulis, SOP tersebut
belum ada hingga saat ini. Hal tersebut membutuhkan sinergi antara
Direktorat Pengolahan Data dan Informasi Kepegawaian sebagai
penanggungjawab SAPK dengan Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan sebagai user;
c) Membuat SOP penggunaan aplikasi Executive Information System
(EIS) untuk proses bisnis penyiapan pertimbangan teknis jabatan
58

fungsional jenjang utama. Namun, menurut penulis proses bisnis


jabatan fungsional jenjang utama seharusnya terintegrasi dengan
aplikasi SAPK, tidak lagi terpisah dengan adanya aplikasi EIS ini;
d) Integrasi proses bisnis penyiapan pertimbangan teknis kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional jenjang utama melalui satu aplikasi
yaitu SAPK. Proses kerja berbasis Single Entry dan Single
Application dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam
proses kerja di lingkungan Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan;
e) Penerapan tanda-tangan berbasis Digital Signature (DS) pada
pertimbangan teknis dan keputusan kenaikan pangkat yang ditanda-
tangani oleh Direktur Pengadaan dan Kepangkatan, Deputi Mutasi,
serta Kepala BKN. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi waktu dan efektivitas pelaksanaan proses bisnis. Dengan
sistem DS, pertimbangan teknis dan konsep keputusan kenaikan
pangkat dapat ditanda-tangani dimanapun dan kapanpun tanpa harus
menunggu berkas usul terkumpul dalam jumlah banyak;
f) Diperlukan SOP/standar pelayanan berbasis stakeholders need yang
mencatumkan dengan rinci persyaratan administrasi dan teknis
termasuk standar waktu yang dibutuhkan. Standar pelayanan yang
rinci dapat memberikan informasi yang lengkap bagi instansi dalam
mempersiapkan berkas persyaratan secara lengkap, serta sebagai
tolak ukur yang tegas bagi pejabat dan pelaksana di lingkungan
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan dalam menyelesaikan
pekerjaan. Standar pelayanan yang rinci juga dapat memudahkan
terjadinya proses knowledge sharing apabila terjadi pergantian
pejabat dan pelaksana sewaktu-waktunya; dan
g) SOP yang digunakan belum secara tegas dan rinci mencantumkan
proses bisnis penetapan pertimbangan teknis kenaikan jabatan,
perpindahan jabatan, dan pemberhentian dalam jabatan fungsional
jenjang utama.
59

c. Aplikasi SAPK Tidak Mengakomodasi Proses Bisnis Penyiapan


Bahan Pertimbangan Teknis Jabatan Fungsional Jenjang Utama.
Aplikasi Executive Information System (EIS) Juga Tidak
Terintegrasi dengan Aplikasi SAPK
Hingga tulisan ini dibuat, aplikasi SAPK hanya mengakomodasi
proses bisnis kenaikan pangkat saja, tidak termasuk jabatan fungsional
tertentu yang seharusnya menjadi core penting dalam manajemen ASN
di era UU Nomor 5 Tahun 2014 sekarang ini. Dampak dari keterbatasan
kapasitas aplikasi SAPK tersebut adalah, Direktorat Pengadaan dan
Kepangkatan masih harus menggunakan aplikasi EIS yang telah
difungsikan sejak tahun 2001 untuk menyelesaikan verifikasi data usul
dan penyiapan pertimbangan teknis jabatan fungsional jenjang utama.
Seperti telah penulis paparkan dalam subbab sebelumnya, bahwa
database aplikasi EIS tidak terintegrasi dengan SAPK. Aplikasi ini
berbasis Local Area Network (LAN) dan memiliki kapasitas yang masih
sangat sederhana karena dibangun dengan menggunakan Microsoft
Access. Aplikasi ini dibangun sejak 2001 dan belum dilakukan
pengembangan secara signifikan hingga tulisan ini dibuat. Menurut
penulis, terdapat beberapa kendala yang terjadi sebagai akibat aplikasi
EIS tidak terintegrasi dengan SAPK diantaranya:
1) Perubahan data PNS yang dilakukan oleh Analis Kepegawaian pada
aplikasi EIS tidak secara otomatis mengubah data pada SAPK,
karena kedua aplikasi ini mempunyai database yang berbeda;
2) Karena dibangun dengan Microsoft Access, kapasitas aplikasi ini
pun masih sangat sederhana sehingga tidak dapat melakukan
berbagai proses bisnis yang lebih rumit seperti penomoran agenda
otomatis, penomoran memo dinas otomatis, hingga pemberian
tanggal pada konsep pertimbangan teknis. Subdirektorat KP JPT dan
JF Utama harus membuat buku agenda manual untuk memberikan
nomor konsep pertimbangan teknis yang diterbitkan sebagai
keluaran dari EIS;
60

3) Karena berbasis LAN, aplikasi EIS tidak dapat dibuka di semua


komputer PC. Hanya komputer PC ter-install sajalah yang dapat
membuka aplikasi EIS. Hal tersebut menyulitkan Analis
Kepegawaian karena hanya dapat melakukan pekerjaan di komputer
tertentu saja.
Dengan memperhatikan efisiensi waktu dan efektivitas prosedur
kerja, proses bisnis jabatan fungsional jenjang utama harus diintegrasi
pada aplikasi SAPK sebagai sistem informasi ASN berbasis manajemen
karir sesuai dengan Pasal 162 s.d 175 PP Manajemen PNS.
Menurut Pasal 1 angka (6) UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN, Sistem Informasi ASN adalah rangkaian informasi dan data
mengenai Pegawai ASN yang disusun secara sistematis, menyeluruh,
dan terintegrasi dengan berbasis teknologi. Sedangkan salah satu fungsi
BKN sesuai dengan Pasal 47 dan 48 UU tersebut adalah penyimpanan
informasi Pegawai ASN yang telah dimutakhirkan oleh instansi
pemerintah serta bertanggung jawab atas pengelolaan pengembangan
Sistem Informasi ASN yang didukung dengan tugas mengelola dan
mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN berbasis
kompetensi, didukung oleh sistem informasi kearsipan yang
komprehensif. Selain itu dalam Pasal 134 huruf (i) PP Nomor 11 Tahun
2017 penyelenggaraan manajemen ASN berdasarkan Sistem Merit
meliputi kriteria yakni memiliki sistem informasi berbasis kompetensi
yang terintegrasi serta dapat diakses oleh seluruh Pegawai ASN. Oleh
karena itu, Sistem Informasi ASN yang dibangun oleh BKN selayaknya
mudah diaplikasikan, mudah diakses, serta memiliki sistem keamanan
yang dapat dipercaya untuk mendukung terselenggaranya database
kepegawaian PNS nasional.
Sesuai amanah dalam Pasal 127 UU ASN, Sistem Informasi
ASN dibangun untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi
pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN yang diselenggarakan
secara nasional dan terintegrasi antar instansi pemerintah. Oleh karena
61

itu, untuk menjamin keterpaduan dan akurasi data dalam Sistem


Informasi ASN, setiap instansi pemerintah wajib memutakhirkan data
secara berkala dan menyampaikannya kepada BKN.
Sebagaimana diamanahkan dalam PP Nomor 11 Tahun 2017,
Sistem Informasi ASN terintegrasi meliputi sistem informasi
pengembangan kompetensi, sistem informasi pelatihan, sistem
informasi manajemen karier, dan sistem informasi manajemen
pemberhentian dan pensiun.
Berdasarkan Pasal 165 sampai dengan 175 PP Nomor 11 Tahun
2017, penyelenggaraan manajemen karier dan kompetensi PNS di
tingkat instansi dan nasional harus didukung oleh standar kompetensi
jabatan dan profil PNS yang disusun secara akurat dan terukur oleh
instansi pemerintah. Profil PNS tersebut merupakan kumpulan
informasi kepegawaian dari setiap PNS yang harus dikelola dan
dimutakhirkan oleh PPK sesuai dengan perkembangan atau perubahan
informasi kepegawaian PNS bersangkutan dalam sistem informasi
kepegawaian masing-masing instansi pemerintah. Selain itu, profil PNS
tersebut harus terintegrasi dalam Sistem Informasi ASN secara nasional
yang dikelola oleh BKN. Profil PNS tersebut terdiri atas:
a) Data personal, paling sedikit meliputi nama, NIP, tempat tanggal
lahir, status perkawinan, agama, dan alamat;
b) Kualifikasi, merupakan informasi mengenai kualifikasi pendidikan
formal PNS dari jenjang paling tinggi sampai jenjang paling rendah;
c) Rekam jejak jabatan, merupakan informasi mengenai riwayat
jabatan yang pernah diduduki PNS;
d) Kompetensi, merupakan informasi mengenai kemampuan PNS
dalam melaksanakan tugas jabatan yang dinilai melalui uji
kompetensi;
e) Riwayat pengembangan kompetensi, merupakan informasi
mengenai riwayat pengembangan kompetensi yang pernah diikuti
62

oleh PNS meliputi pendidikan dan pelatihan, seminar, kursus,


penataran, dan/atau magang;
f) Riwayat hasil penilaian kinerja, merupakan informasi mengenai
penilaian kinerja yang dilakukan berdasarkan perencanaan kinerja
pada tingkat individu dan unit atau oganisasi dengan memperhaikan
target, capaian hasil, dan manfaat yang dicapai serta perilaku PNS;
dan
g) Informasi kepegawaian lainnya, baik yang memuat prestasi,
penghargaan, dan/atau hukuman yang pernah diterima.
Dengan memperhatikan amanah dibentuknya Sistem Informasi
ASN yang mutakhir di atas, proses bisnis pengusulan dan penyiapan
bahan pertimbangan teknis kenaikan pangkat/jabatan fungsional jenjang
utama melalui SAPK harus sudah mengarah pada efisiensi dan
efektivitas proses kerja meliputi:
1) Perluasan kapasitas aplikasi SAPK dengan menyediakan layanan
jabatan fungsional jenjang utama. Menurut penulis aplikasi EIS
seharusnya tidak lagi digunakan karena menyebabkan terjadinya
data gap sebagai akibat perbedaan antara database di SAPK dan
EIS. Hal tersebut kedepannya akan menyulitkan Direktorat
Pengadaan dan Kepangkatan saat nantinya kenaikan pangkat sesuai
PP Nomor 99 Tahun 2000 dan PP Nomor 100 Tahun 2000 sudah
sepenuhnya tidak berlaku lagi. Selain itu, ketika ketentuan mengenai
pangkat dan jabatan ASN telah sepenuhnya dilaksanakan sesuai
dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 dan PP Nomor 11 Tahun 2017,
proses bisnis penetapan pertimbangan teknis jabatan fungsional
menjadi core penting. Sehingga database pegawai terkait
manajemen jabatan fungsional ini harus segera diperbaiki;
2) Dalam implementasi pengelolaan data kepegawaian sesuai prinsip
HRIS, seluruh stakeholder unit kerja (pimpinan, pelaksana, dan
pengelola kepegawaian) diberikan akses user pada aplikasi dengan
kewenangan tertentu sehingga pelaksana dapat melihat profil dan
63

data diri secara lengkap melalui HRIS. Dengan memberikan akses


user bagi pegawai pada SAPK, mutasi data pegawai yang bisa
terjadi kapan saja dapat diakomodasi oleh PPK secara cepat,
sehingga database kepegawaian dapat terbaharui setiap
saat/realtime. Aplikasi SAPK dan MySAPK seharusnya dibuat
opensource dan self service secara terbuka bagi seluruh pegawai
ASN. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan user hak
akses bagi pegawai dengan kewenangan yang terbatas pada layanan
data dashboard serta unggah dan ubah pada data yang
diperkenankan. Selain itu, dapat disediakan fitur monitoring
dashboard penyelesaian usulan kenaikan pangkat dan jabatan
fungsional yang dapat dilihat oleh PPK serta pegawai. Sehingga
pegawai ASN dapat secara aktif mengetahui secara mandiri apakah
usulan kenaikan pangkat telah diajukan oleh instansi atau belum,
apakah pertimbangan teknis telah diterbitkan oleh BKN atau
terdapat masalah, dan lain sebagainya;
3) Tentunya untuk mewujudkan layanan kepegawaian yang
sepenuhnya berbasis teknologi dan informasi melalui SAPK,
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan harus meningkatkan sinergi
dengan Direktorat Pengolahan Data dan Informasi Kepegawaian
terutama dalam pengembangan SAPK kedepannya.

d. Nota Usul Pengangkatan dalam Jabatan Fungsional Jenjang Utama


dari Instansi Dibuat Secara Manual Karena Tidak Diakomodasi
oleh SAPK, Sehingga Masih Ditemukan Kesalahan pada Data yang
Tercantum Saat Verifikasi oleh Analis Kepegawaian
Tidak seperti kenaikan pangkat yang nota usulnya dapat dicetak
langsung melalui aplikasi SAPK, nota usul jabatan fungsional jenjang
utama harus dibuat secara manual oleh instansi pengusul. Tidak jarang,
Analis Kepegawaian sering menemukan kesalahan data di dalamnya
mulai dari kesalahan Nama, NIP, Tempat/Tanggal Lahir,
64

Pangkat/Golongan Lama dan Baru, Jabatan/TMT Lama dan Baru,


Nomor Keputusan Penetapan Angka Kredit (PAK), Tanggal PAK, TMT
PAK, dan Jumlah Angka Kredit.
Seperti pada contoh yang penulis temukan, yakni nota usul
kenaikan jabatan fungsional jenjang utama atas nama Dedi, SH/NIP
196512311998031041 yang ditanda-tangani oleh Bupati Enrekang
Nomor 800/236/BKDD/IV/2019 tanggal 08 April 2019. Terdapat
kekeliruan dalam penulisan TMT Jabatan Lama. Pada nota usul tertulis
Auditor Madya/01-04-2014. Setelah dilakukan pengecekan data
kepegawaian oleh Analis Kepegawaian, data seharusnya adalah Auditor
Madya/01-03-2011 Contoh Nota Usul tersebut penulis lampirkan di
bagian akhir tulisan ini.

e. Analis Kepegawaian Tidak Memiliki User Aplikasi SAPK Sendiri


Sehingga Harus Meminjam User dan Password Milik Kepala Seksi
Sebagaimana penulis jelaskan pada subbab sebelumnya, bahwa
dalam proses kerja verifikasi data serta pencetakan konsep
pertimbangan teknis kenaikan pangkat, Analis Kepegawaian tidak
mempunyai user dan password secara mandiri untuk mengakses SAPK.
Sehingga selama ini mereka menggunakan user milik Kasi KP JPT dan
JF Utama Kementerian/Non Kementerian. Menurut narasumber,
pengajuan user bagi seluruh Analis Kepegawaian telah dilakukan oleh
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan kepada Direktorat Pengolahan
Data dan Informasi Kepegawaian namun tidak kunjung dipenuhi.
Menurut penulis hal tersebut tidak dapat disepelekan. Meskipun Kasi
selalu melakukan pengecekan terhadap hasil kerja Analis Kepegawaian,
penggunaan user SAPK oleh orang lain tidak dapat dibenarkan.
Penyelewengan terhadap user SAPK tanpa sepengetahuan Kasi dapat
saja terjadi di kemudian hari atau di luar jam kerja.
65

f. Ketidaksesuaian Data Antara Dokumen Usulan dan Aplikasi


SAPK, Serta Kelalaian PPK/Instansi dalam Melakukan updating
Data Kepegawaian Melalui SAPK
Seperti telah penulis paparkan pada subbab sebelumnya, bahwa
Analis Kepegawaian kerap kali menemukan ketidaksesuaian antara data
pada dokumen usulan (meliputi surat usul, nota usul, SK kepangkatan
terakhir, SK jabatan terakhir, SPMT, SPP, dsb) dengan data pada
aplikasi SAPK. Jenis-jenis kesalahan data yang pernah ditemui oleh
Analis Kepegawaian berdasarkan hasil wawancara bersama penulis
adalah sebagai berikut:
1) Terdapat Kesalahan Nama, NIP, dan Tempat/Tanggal Lahir.
Kesalahan yang terjadi pada data-data tersebut tidak dapat langsung
diubah melalui kewenangan user SAPK pada Subdirektorat KP JPT
dan JF Utama. Sehingga harus dieskalasi terlebih dahulu ke
Direktorat Pengolahan Data dan Informasi Kepegawaian;
2) Kesalahan pencantuman gelar atau terdapatnya penambahan gelar
pada PNS yang diusulkan. Ketika hal tersebut terjadi, Analis
Kepegawaian harus meminta instansi untuk melengkapi salinan
ijazah yang telah dilegalisasi agar selanjutnya diproses terlebih
dahulu pada Subdirektorat Administrasi KP;
3) Kesalahan pada informasi pangkat/golongan lama dan baru,
jabatan/TMT lama dan baru, dan masa kerja golongan lama dan baru
dapat langsung diganti dengan membuat catatan pada berkas nota
usul yang diajukan instansi serta melakukan penyesuaian melalui
aplikasi SAPK. Kesalahan banyak terjadi pada nomenklatur jabatan
lama dan baru. Kesalahan ini dapat berpengaruh pada konsep
keputusan kenaikan pangkat yang dicetak melalui aplikasi SAPK.
Sehingga sebelum himpunan konsep keputusan kenaikan pangkat
diajukan kepada Kepala BKN, Analis Kepegawaian dan Kasi akan
melakukan pengecekan terlebih dahulu secara seksama.
66

Kesalahan-kesalahan yang terjadi tersebut juga disebabkan


karena kelalaian instansi dalam melakukan peremajaan data melalui
SAPK. Banyak mutasi data pegawai yang tidak diperbarui oleh PPK
instansi, terutama rekam jejak jabatan pada PNS golongan IV/c ke atas.
Dengan kondisi ini, Analis Kepegawaian otomatis harus cermat dalam
melakukan verifikasi dokumen usul dan data SAPK agar tidak terjadi
kekeliruan pada konsep SK yang akan dicetak nantinya.

g. Tingkat Kepatuhan dan Ketelitian Instansi Dalam Penyampaian


Usulan Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional Jenjang Utama
Belum Sepenuhnya Tinggi. Permasalahan Banyak Terjadi
Terutama pada Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber,
beberapa hal yang pernah terjadi sehingga menyebabkan usulan
kenaikan pangkat/jabatan fungsional jenjang utama dinyatakan TMS
atau BTL adalah sebagai berikut:
1) Pengajuan perpindahan dari JPT menjadi jabatan fungsional jenjang
utama melebihi batas usia yang ditentukan atau terlambat dilantik
(berdasarkan SPP) karena melebihi batas usia yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan. Pengajuan tersebut seharusnya
dilakukan kepada BKN selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum
usia pejabat mencapai batas usia pensiun (BUP);
2) Ditemukan PAK palsu berdasarkan hasil verifikasi Analis
Kepegawaian dan Kasi;
3) Perhitungan PAK yang tidak sesuai antara hasil verifikasi dengan
angka yang tercantum pada berkas. Kesalahan perhitungan PAK
menyebabkan jumlah angka kredit yang tercantum lebih besar atau
lebih kecil dari syarat jabatan fungsional yang dituju;
4) Jumlah angka kredit pada PAK tidak mencapai untuk diangkat
dalam jabatan fungsional jenjang utama;
67

5) Terjadinya kekurangan berkas administrasi (surat pengantar usul,


nota usul, Salinan SK KP terakhir, SK jabatan terakhir, PAK asli,
Salinan sertifikat, dsb)
Berdasarkan data Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan, pada
penyelesaian pertimbangan teknis kenaikan pangkat PNS golongan
ruang IV/c ke atas periode 01 Oktober 2018 tercatat 3.841 berkas (88%)
dari 4.367 berkas usulan dinyatakan Memenuhi Syarat (MS).
Selanjutnya, 11 berkas (0,25%) berstatus Tidak Memenuhi Syarat
(TMS), 278 berkas (6%) dinyatakan Berkas Tidak Lengkap (BTL), dan
237 berkas (5%) dinyatakan bermasalah dalam kategori lainnya.
Gambar 3.22
Kepatuhan dan Ketelitian Instansi dalam Penyampaian Usulan KP
Golongan IV/c ke Atas Periode 01 Oktober 2018
Sisa
Berkas Tidak 6%
Lengkap (BTL)
6%

Tidak
Memenuhi
Syarat (TMS) Memenuhi
0% Syarat (MS)
88%

(sumber : Data Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan 04/12/2018 )

Data di atas diuraikan kembali berdasarkan klasifikasi instansi


pusat dan instansi pemerintah daerah sebagaimana tabel 3.1 berikut ini.
Apabila melihat data kuantitatif tersebut dapat disimpulkan bahwa
tingkat kepatuhan dan ketelitian instansi pusat dalam mengajukan
usulan kenaikan pangkat lebih tinggi dibandingkan dengan pemerintah
daerah (sebesar 90,21% berkas usul yang masuk ke BKN dinyatakan
MS). Menurut wawancara penulis dengan Kasi KP JPT dan JF Utama
Non Kementerian Budi Prasetyo, beragam permasalahan kerap kali
68

ditemukan pada usulan yang berasal dari pemerintah daerah. Selain


karena jumlah instansi pada pemerintah daerah jauh lebih banyak dari
pemerintah pusat (sebanyak 470 instansi), permasalahan yang ditangani
oleh narasumber pun beragam.
Tabel 3.2
Kepatuhan dan Ketelitian Instansi Pusat dan Daerah dalam Penyampaian
Usulan KP Golongan IV/c ke Atas Periode 01 Oktober 2018
Berkas Penyelesaian BKN
Instansi Masuk
MS TMS BTL Sisa
BKN
Instansi Pusat 1.522 8 116 41
1.687
(64 instansi) 90,21% 0,47% 6,87% 2,43%
Pemerintah Daerah 2.319 3 162 196
2.680
(470 instansi) 86,52% 0,11% 6,04% 7,31%
(sumber : Data Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan 04/12/2018 )

h. Instansi Tidak Menyampaikan Surat Usulan Kenaikan Pangkat


JPT Utama dan Madya, Kenaikan Pangkat/Jabatan/Perpindahan
Jabatan/Pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama ke
Presiden RI. Surat Hanya Disampaikan Kepada BKN Saja
Menurut hasil wawancara penulis dengan Analis Kepegawaian
pada Subdirektorat KP JPT dan JF Utama, seringkali ditemukan bahwa
surat usulan kenaikan pangkat JPT maupun jabatan fungsional jenjang
utama tidak dikirimkan ke Presiden RI melalui Sekretariat Negara. Surat
usulan hanya disampaikan kepada BKN saja. Hal tersebut menghambat
proses bisnis penetapan dan penyampaian pertimbangan teknis yang
dilakukan. Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan seringkali harus
menghubungi Sekretariat Negara terlebih dahulu untuk memastikan
bahwa surat usulan juga telah dikirimkan kepada mereka. Bahkan untuk
mempercepat proses agar berkas kenaikan pangkat dapat segera
diajukan, BKN langsung meneruskan surat usulan dari instansi kepada
Sekretariat Negara.

i. Berkas Konsep Keputusan Kenaikan Pangkat dan Pertimbangan


Teknis yang Telah Diselesaikan Tidak Dapat Diajukan Kepada
69

Kepala BKN dalam Jumlah Sedikit, Setidaknya Harus Menunggu


Terkumpul Sebanyak 40 Hingga 80 Berkas Terlebih Dahulu
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber,
konsep pertimbangan teknis maupun SK kenaikan pangkat yang sudah
diselesaikan oleh Analis Kepegawaian tidak dapat langsung diajukan
kepada Direktur, Deputi, dan Kepala BKN untuk ditanda-tangani.
Subdit KP JPT dan JF Utama harus menghimpun minimal sebanyak 40
hingga 80 berkas terlebih dahulu sebelum dapat dicetakkan memo dinas
usulan. Hal tersebut merupakan kebijakan di internal direktorat dengan
pertimbangan agar Direktur, Deputi, dan Kepala BKN dapat
menandatangi berkas-berkas tersebut dalam jumlah banyak secara
bersamaan. Menurut penulis, hal tersebut kurang tepat karena beberapa
hal sebagai berikut:
1) Berkas usul kenaikan pangkat yang lengkap dan telah diselesaikan
konsep pertimbangan teknis dan SK nya terpaksa harus menunggu
berkas-berkas lain lengkap, tidak bisa dilaksanakan dengan prinsip
First In First Out. Hal tersebut juga kurang sesuai dengan asas
efisiensi dan efektivitas prosedur dalam pekerjaan kantor;
2) Semakin banyak berkas usul kenaikan pangkat yang mengendap
dalam waktu lama pada Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan
karena harus menunggu himpunan berkas usul dari berbagai instansi
lengkap dan telah diselesaikan oleh Analis Kepegawaian. Hal ini
akan menimbulkan resiko terjadinya satu atau beberapa berkas
hilang dan terselip;
Oleh karena itu, sistem penandatanganan secara manual pada
pertimbangan teknis maupun SK kenaikan pangkat dapat dialihkan
menjadi sistem Digital Signature (DS) agar berapapun berkas yang telah
diselesaikan oleh Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan dapat segera
ditanda-tangani oleh Direktur, Deputi, dan Kepala BKN secara cepat
tanpa harus menunggu berkas terkumpul dan diajukan secara
‘rombongan’. Selain itu, penggunaan sistem DS dalam penanda-
70

tanganan berkas-berkas dapat meningkatkan kinerja layanan yang


dihasilkan oleh BKN. Pegawai dapat langsung mengunduh SK kenaikan
pangkat langsung dari SAPK atau MySAPK tanpa harus menunggu
lama.

j. Berkas dengan Status Berkas Tidak Lengkap (BTL) Tidak Serta


Merta Langsung Dapat Dikembalikan Kepada Instansi
Bersangkutan. Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan Harus
Menyimpankan Berkas-Berkas Tersebut dan Menunggu Hingga
Instansi Melengkapinya
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber, setiap
berkas usul yang dinyatakan BTL tidak dapat langsung dikembalikan
kepada instansi pengusul. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menjaga
kemitraan yang baik dengan instansi. Sehingga, Subdirektorat KP JPT
dan JF Utama harus menghubungi instansi pengusul terlebih dahulu dan
menunggu hingga berkas lainnya dapat disusulkan ke BKN. Menurut
penulis hal tersebut dapat mengakibatkan banyaknya berkas usul
kenaikan pangkat mengendap dalam waktu lama pada Direktorat
Pengadaan dan Kepangkatan terutama saat terjadinya peak season
pengusulan kenaikan pangkat di bulan Februari-Maret dan Agustus-
September. Hal tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya berkas
hilang ataupun terselip di kemudian hari. Menurut narasumber, tidak
semua instansi sigap dalam menindaklanjuti informasi
kekurangan/kesalahan berkas tersebut sehingga Analis Kepegawaian
harus berkomunikasi lebih intensif secara berkala kepada instansi, baik
melalui telepon maupun pesan singkat whatsapp.
Sejalan dengan saran penulis di subbab sebelumnya, untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja layanan, prosedur
pelayanan dapat diarahkan dengan :
1) Menambahkan fitur monitoring dashboard serta notification system
pada aplikasi SAPK dan MySAPK, agar instansi bahkan pegawai
71

dapat memantau secara berkala perkembangan usulan kenaikan


pangkat dan jabatan fungsional jenjang utama yang diajukan;
2) Berkas yang tidak lengkap (BTL) dan tidak memenuhi syarat (TMS)
dapat langsung dikembalikan kepada instansi pengusul untuk
mengurangi risiko tercecer/hilangnya berkas karena harus disimpan
pada Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan.
72

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analis terhadap seluruh permasalahan, dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Proses bisnis penetapan pertimbangan teknis kenaikan pangkat PNS
golongan ruang IV/c ke atas serta pertimbangan teknis pengangkatan dan
pemberhentian Jabatan Fungsional Jenjang Utama terbagi dalam tiga
bagian diantaranya sebagai berikut:
a. Penerimaan data usul masuk dari instansi berdasarkan SOP Nomor
DITPKASN BKN – SOP 017/2014 mencakup beberapa hal meliputi:
1) Petugas instansi menyerahkan hardcopy dokumen usul kepala
BKN serta mengirimkan data elektronik melalui SAPK (untuk
usulan kenaikan pangkat selain jabatan fungsional jenjang utama);
2) Pengadministrasian dokumen oleh Subdirektorat Administrasi
PKASN, meliputi:
a) pencocokan berkas fisik dengan surat pengantar usul;
b) pencocokan berkas (kenaikan pangkat selain jabatan fungsional
jenjang utama) dengan data SAPK;
c) pencetakan agenda melalui aplikasi Executive Information
System (EIS) untuk jabatan fungsional jenjang utama;
d) pemberian stempel dan tanda terima serta tanggal;
e) pembuatan data kolektif;
f) pembuatan tanda bukti pengiriman; dan
g) pembuatan laporan kepada Kasi Administrasi KP
Apabila data dinyatakan lengkap, dokumen langsung
didistribusikan kepada Analis Kepegawaian pada Subdirektorat KP
JPT dan JF Utama. Dokumen dikembalikan kepada petugas instansi
terkait apabila dinyatakan keliru atau tidak lengkap.
73

b. Pemeriksaan dokumen usul dan penetapan pertimbangan teknis Kepala


BKN berdasarkan SOP Nomor DITPKASN BKN – SOP 026/2014,
mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1) Analis Kepegawaian melakukan tahapan kerja berikut ini:
a) Memeriksa dan meneliti keabsahan serta kelengkapan berkas
usul kenaikan pangkat/jabatan fungsional. Persyaratan
kelengkapan administrasi dan teknis untuk pengajuan kenaikan
pangkat dan jabatan fungsional jenjang utama adalah
sebagaimana tabel 4.1.
Tabel 4.1
Persyaratan Kelengkapan Administrasi & Teknis KP JPT dan Jabatan Fungsional Utama
KP Jabatan Fungsional Perpindahan JPT Pemberhentian
Kenaikan Pangkat JPT Kenaikan Jenjang Utama
Utama Menjadi JF Utama dari JF Utama
Melalui Aplikasi SAPK Melalui Aplikasi Executive Information System (EIS)
 Telah 4 tahun dalam pangkat  Telah 2 tahun dalam  Punya uji kompetensi  Masih menduduki JPT  Tidak memenuhi
 Telah 4 tahun dalam pangkat pangkat terakhir  PAK jenjang utama  Rekomendasi diangkat syarat jabatan
terakhir saat dilantik (KP di  Memenuhi angka kredit tercapai menjadi JF Utama  Diangkat sebagai
bawah jenjang) yang ditentukan  Memenuhi persyaratan  Memenuhi persyaratan pejabat struktural
 Telah 1 tahun dalam jabatan  SKP bernilai baik dalam jabatan jenjang utama jabatan jenjang utama
 SKP bernilai baik dalam 2 tahun 2 tahun  SKP baik dalam 2 tahun  SKP baik dalam 2
tahun
 Pengantar usul asli 2 rangkap  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli 2  Pengantar usul asli
 Nota usul asli 2 rangkap rangkap rangkap rangkap 2 rangkap
 Copy SK KP terakhir  Nota usul asli 2 rangkap  Nota usul asli 2 rangkap  Nota usul asli 2  Nota usul asli 2
 Copy SK jabatan terakhir  Copy SK KP terakhir  Copy SK KP terakhir rangkap rangkap
 Copy sah Surat Pernyataan  PAK asli  Copy SK jabatan terakhir  Copy SK KP terakhir  Copy SK KP
Pelantikan  Copy sah SKP 2 tahun  PAK asli  Copy SK jabatan terakhir
 Rekomendasi seleksi terbuka terakhir  Copy sah SKP 2 tahun terakhir  Copy SK jabatan
dari KASN (bagi PNS yang terakhir  PAK asli terakhir
dipromosikan menduduki JPT)  Sertifikat uji  PAK asli
 Copy sah SKP 2 tahun terakhir kompetensi  Surat pernyataan
Copy sah pencantuman gelar  Surat keterangan tidak terpenuhi
pendidikan bagi PNS yang pengalaman di bidang persyaratan jabatan
memperoleh ijazah setingkat jenjang utama selama
lebih tinggi 2 tahun
 Surat rekomendasi
untuk diangkat sebagai
JF jenjang utama
 Copy sah SKP 2 tahun
(sumber: diolah dari berbagai sumber)
b) Verifikasi data kelengkapan berkas usul kenaikan pangkat
melalui SAPK dan berkas usul Jabatan Fungsional Jenjang
Utama melalui EIS;
c) Membuat konsep berkas yang memenuhi syarat (MS) ke dalam
Lembar Pengagendaan Kenaikan Pangkat/Jabatan Fungsional;
74

d) Membubuhkan paraf pada nota usul kenaikan pangkat/jabatan


fungsional yang MS;
e) Menyampaikan konsep pertimbangan teknis kenaikan
pangkat/jabatan fungsional yang MS ke operator komputer;
f) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan
ketidaksesuaian atau ketidaklengkapan berkas (BTL) ataupun
tidak memenuhi syarat (TMS), dokumen dikembalikan kepada
petugas instansi terkait.
2) Operator komputer melakukan tahapan kerja berikut ini:
a) Menerima konsep pertimbangan teknis kenaikan
pangkat/jabatan fungsional;
b) Meremajakan data usul kenaikan pangkat melalui SAPK
Online;
c) Memberi nomor dan mencetak pertimbangan teknis kenaikan
pangkat yang MS;
d) Mengirim data elektronik berkas yang berstatus Berkas Tidak
Lengkap (BTL)/Tidak Memenuhi Syarat (TMS) ke instansi;
e) Menyampaikan hasil cetakan pertimbangan teknis kenaikan
pangkat/jabatan fungsional ke analis kepegawaian
3) Selanjutnya Analis Kepegawaian melakukan tahapan lanjutan
sebagai berikut:
a) Menerima dan memeriksa hasil draf pertimbangan teknis dan
surat pengantar pengembalian berkas yang BTL/TMS;
b) Membubuhkan paraf pada draf pertimbangan teknis;
c) Menyampaikan hasil draf pertimbangan teknis kepada Kasi JPT
dan JF Utama Kementerian/Non Kementerian untuk diperiksa
kembali dan diparaf.
4) Pemeriksaan draf pertimbangan teknis oleh Kasi JPT dan JF Utama
hingga penandatanganan oleh Direktur atau Deputi Mutasi
Kepegawaian
5) Operator komputer melakukan proses lanjutan sebagai berikut:
75

a) menerima draf pertimbangan teknis dan mencetak memo dinas


permohonan tanda-tangan kepada Direktur dan Deputi;
b) membuat surat pengantar ke Presiden RI serta lampirannya;
c) Membuat memo dinas permohonan tanda-tangan kepada
Kepala BKN;
d) Menyampaikan pertimbangan teknis kepada Kasi Penyampaian
Data.
c. Penyampaian pertimbangan teknis kepada Sekretariat Negara dan
keputusan kenaikan pangkat kepada instansi terkait berdasarkan SOP
Nomor DITPKASN BKN – SOP 026/2014.
2. Faktor-faktor yang memengaruhi proses penetapan pertimbangan teknis
menjadi kurang efektif dan optimal dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu
faktor regulasi/prosedur, faktor penggunaan aplikasi, dan faktor
implementasi yakni sebagai berikut:
a. Faktor Regulasi/Prosedur
1) PP Nomor 99 Tahun 2000 jo. PP Nomor 12 Tahun 2002, PP Nomor
100 Tahun 2000 jo. PP Nomor 13 Tahun 2002, dan peraturan
turunannya masih menjadi dasar hukum penetapan kenaikan
pangkat PNS meskipun sudah dinyatakan tidak berlaku dalam UU
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; dan
2) Standar Operasional Prosedur (SOP) belum diperbarui sejak tahun
2014 sehingga perlu dilakukan penyempurnaan lebih lanjut.

b. Faktor Aplikasi
1) Aplikasi SAPK tidak mengakomodasi proses bisnis penyiapan
bahan pertimbangan teknis jabatan fungsional jenjang utama;
2) Aplikasi Executive Information System (EIS) masih digunakan
dalam proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis jabatan
fungsional jenjang utama. Kapasitas aplikasi ini pun masih sangat
sederhana sehingga tidak dapat melakukan berbagai proses bisnis
yang lebih rumit;
76

3) Aplikasi Executive Information System (EIS) tidak terintegrasi


dengan aplikasi SAPK. Perubahan data PNS yang dilakukan pada
aplikasi EIS tidak secara otomatis mengubah data pada SAPK
karena kedua aplikasi ini mempunyai database yang berbeda;
4) Karena berbasis LAN, aplikasi EIS tidak dapat dibuka pada semua
komputer PC. Hanya komputer PC ter-install sajalah yang dapat
membuka aplikasi EIS. Hal tersebut menyulitkan Analis
Kepegawaian karena hanya dapat melakukan pekerjaan di
komputer tertentu saja.
5) Nota usul pengangkatan dalam jabatan fungsional jenjang utama
dari instansi dibuat secara manual karena tidak diakomodasi oleh
SAPK, sehingga masih ditemukan kesalahan pada data yang
tercantum saat verifikasi oleh Analis Kepegawaian;
6) Analis Kepegawaian tidak memiliki user aplikasi SAPK sendiri
sehingga harus meminjam user dan password milik kepala seksi.

c. Faktor Implementasi
1) Ketidaksesuaian data antara dokumen usulan dan aplikasi SAPK,
juga disebabkan oleh kelalaian PPK instansi dalam melakukan
updating data kepegawaian pada SAPK. Kekeliruan data yang
beberapa kali ditemukan oleh Analis Kepegawaian diantaranya
sebagai berikut:
a) Terdapat kesalahan Nama, NIP, dan Tempat/Tanggal Lahir;
b) Kesalahan pencantuman gelar atau terdapatnya penambahan
gelar pada PNS yang diusulkan;
c) Kesalahan pada informasi pangkat/golongan lama dan baru,
nomenklatur jabatan/TMT lama dan baru, dan masa kerja
golongan lama dan baru.
2) Tingkat kepatuhan dan ketelitian instansi dalam penyampaian
usulan kenaikan pangkat JPT/jabatan fungsional jenjang utama
77

belum sepenuhnya tinggi. permasalahan banyak terjadi terutama


pada pemerintah daerah;
3) Pengajuan perpindahan dari JPT menjadi jabatan fungsional
jenjang utama melebihi batas usia yang ditentukan atau terlambat
dilantik (berdasarkan SPP) karena melebihi batas usia yang
ditetapkan peraturan perundang-undangan;
4) Ditemukan PAK palsu berdasarkan hasil verifikasi Analis
Kepegawaian dan Kasi;
5) Perhitungan PAK yang tidak sesuai antara hasil verifikasi dengan
angka yang tercantum pada berkas;
6) Jumlah angka kredit pada PAK tidak mencapai untuk diangkat
dalam jabatan fungsional jenjang utama;
7) Instansi tidak menyampaikan surat usulan kenaikan pangkat JPT
utama dan madya, serta kenaikan pangkat, jabatan, perpindahan
jabatan, dan pemberhentian dari jabatan fungsional jenjang utama
kepada Presiden RI. surat hanya disampaikan kepada BKN saja;
8) Berkas konsep keputusan kenaikan pangkat dan pertimbangan
teknis yang telah diselesaikan tidak dapat diajukan kepada Kepala
BKN dalam jumlah sedikit, setidaknya harus menunggu terkumpul
sebanyak 40 hingga 80 berkas terlebih dahulu;
9) Berkas dengan status Berkas Tidak Lengkap (BTL) tidak serta
merta langsung dapat dikembalikan kepada instansi bersangkutan.
Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan harus menyimpankan
berkas-berkas tersebut dan menunggu hingga instansi
melengkapinya

B. Saran
Efektivitas proses bisnis penyiapan bahan pertimbangan teknis kepala
BKN yang dilakukan oleh Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan dapat terus
ditingkatkan apabila dibarengi dengan perbaikan-perbaikan baik dari sisi
regulasi (dalam hal ini SOP yang ditetapkan oleh lokus dan penguatan regulasi
78

yang ada saat ini), maupun pada sisi optimalisasi perangkat kerja (tools) yang
digunakan dalam hal ini aplikasi SAPK dan EIS. Saran perbaikan yang dapat
penulis berikan diantaranya :
1. Dari sisi regulasi/SOP, Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan dapat
memperbarui SOP yang ada saat ini dengan fokus pada perbaikan kinerja
layanan yakni sebagai berikut:
b. Menerbitkan peraturan pemerintah tentang gaji, tunjangan, dan fasilitas
(sesuai amanah dari PP Nomor 11 Tahun 2017) untuk memberikan
kepastian hukum bagi pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat
Pengadaan dan Kepangkatan;
c. Membuat SOP penggunaan aplikasi SAPK untuk proses bisnis
kenaikan pangkat;
d. Membuat SOP penggunaan aplikasi Executive Information System
(EIS) untuk proses bisnis penyiapan pertimbangan teknis jabatan
fungsional jenjang utama. Namun, proses bisnis jabatan fungsional
jenjang utama seharusnya terintegrasi dengan aplikasi SAPK, tidak lagi
terpisah dengan adanya aplikasi EIS ini;
e. Diperlukan SOP/standar pelayanan berbasis stakeholders need yang
mencatumkan dengan rinci persyaratan administrasi dan teknis
termasuk standar waktu yang dibutuhkan;
f. SOP yang digunakan belum secara tegas dan rinci mencantumkan
proses bisnis penetapan pertimbangan teknis kenaikan jabatan,
perpindahan jabatan, dan pemberhentian dalam jabatan fungsional
jenjang utama. Sehingga perlu penguatan SOP dengan menegaskan
hal-hal tersebut;
2. Dari sisi implementasi dan peningkatan kapasitas tools berbasis inovasi
teknologi informasi dalam rangka peningkatan efektivitas dan efisiensi
pelaksanaan kerja yakni sebagai berikut:
a. Penyampaian berkas usul oleh instansi pengusul secara paperless untuk
mengurangi penggunaan kertas dan meningkatkan efisensi waktu
penyelesaian pertimbangan teknis;
79

b. Perluasan kapasitas aplikasi SAPK dengan menyediakan layanan


jabatan fungsional jenjang utama;
c. Mengajukan permohonan user dan password SAPK bagi seluruh
Analis Kepegawaian untuk memproses penyiapan bahan pertimbangan
teknis agar tidak lagi meminjam user milik kepala seksi;
d. Menambahkan fitur monitoring dashboard serta notification system
pada aplikasi SAPK dan MySAPK, agar instansi bahkan pegawai dapat
memantau secara berkala perkembangan usulan kenaikan pangkat dan
jabatan fungsional jenjang utama yang diajukan;
e. Penerapan tanda-tangan berbasis Digital Signature (DS) pada seluruh
konsep pertimbangan teknis dan keputusan kenaikan pangkat yang
ditanda-tangani oleh Direktur Pengadaan dan Kepangkatan, Deputi
Mutasi, serta Kepala BKN;
f. Penerbitan pertimbangan teknis Kepala BKN secara online dengan
otorisasi tanda tangan Kepala BKN secara elektornik. Hal tersebut
untuk mendukung proses bisnis yang paperless serta memastikan
bahwa hanya berkas yang lengkap lah yang dapat ditetapkan
pertimbangan teknisnya oleh BKN;
g. Meningkatkan sinergi antara Direktorat Pengadaan dan Kepangkatan
dan Direktorat Pengolahan Data dan Informasi Kepegawaian terutama
dalam pengembangan SAPK kedepannya.
80

DAFTAR PUSTAKA

________. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


________. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil
________. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
________. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 tentang
Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil
________. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural
________. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 19 Tahun 2014
tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Negara
________. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 99 Tahun 2000 tentang
Kenaikan Pangkat PNS sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 12
Tahun 2002
________. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 Tahun 2002
tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 100 Tahun 2000 tentang
Pengangkatan PNS dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah
dengan PP Nomor 13 Tahun 2002
Simanungkalit, Janny Haposan dkk. 2014. Sistem Informasi Kepegawaian Edisi 1.
Tangerang Selatan : Penerbit Universitas Terbuka
Enceng, dkk. 2011. Administrasi Kepegawaian Edisi 2. Tangerang Selatan :
Penerbit Universitas Terbuka
Halimah, Mas. 2017. Administrasi Perkantoran Edisi 2. Tangerang Selatan:
Penerbit Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai