GURU PENGAMPU
Asep Surya L, M.Ag
DISUSUN OLEH ANGGOTA KELOMPOK :
1. Inayati Kusuma Dewi
2. Regina
3. Serly Ramahdina
Alhamdullilah, puji syukur tak lupa kita panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan makalah yang berjudul Prinsip dan Praktik Ekonomi
dalam Islam.
Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak Asep yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga, saya ucapkan kepada
kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari bahwa laporan makalah yang kami buat ini jauh dari kata
sempurna baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisanya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.
Semoga laporan makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan
bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
1
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Agar untuk memudahkan pembahasan bagi permasalahan dari bentuk pertanyaan sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pengertian Mu’amalah!.
2. Menjelaskan macam-macam Mu’amalah!.
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Syirkah!.
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan Mudarabah!.
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan Musaqah!.
6. Menjelaskan yang dimaksud dengan Muzaraah dan Mukharabah!.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Mu’amalah.
2. Mengetahui macam-macam Mu’amalah.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.
4. Mengetahui yang dimaksud dengan Mudarabah.
5. Mengetahui yang dimaksud dengan Musaqah.
6. Mengetahui yang dimaksud dengan Muzaraah dan Mukharabah.
3
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
➤ Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam berarti
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang dicapainya, seperti
jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya. Dalam
melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang- persekongkolan, dan
pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya seperti berikut:
1. Tidak boleh menggunakan cara-cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan perbuatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara zalim (anaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan.
➤ Di dalam islam banyak sekali jenis Muamalah yang di larang, adapun larangan Muamalah
dalam islam di antaranya yakni :
4
a. Maisyir - merupakan transaksi memperoleh keuntungan secara untung-untungan atau
dari kerugian pihak lain.
b. Gharar adalah muamalah yang memiliki ketidakjelasan obyek transaksinya. Seperti
barang yang dijual tidak dapat diserah-terimakan, tidak jelas jumlah, harga dan waktu
pembayarannya.
c. Haram-tidak diperbolehkan melakukan transaksi atas benda atau hal- hal yang
diharamkan. Sehingga tidak sah transaksi jual beli jika obyek jual belinya adalah
khamar atau narkoba.
d. Riba - pengertian riba dalam islam adalah tambahan dalam aktivitas hutang piutang
dan jual beli. Terdapat macam-macam riba dalam kehidupan sehari-hari yang perlu
ditinggalkan, seperti riba jahiliyah dan riba nasiah dalam transaksi perbankan
konvensional.
e. Bathil - transaksi bathil dalam muamalah terlarang untuk dilakukan.
5
Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan kebebasan
kepada pihak penjual atau pembeli untuk memutuskan apakah akan meneruskan transaksi jual-
beli atau membatalkan transaksi tersebut.
Khiyar boleh dilakukan, namun harus ada syarat-syarat yang harus diikuti dan dilakukan
atas dasar rasa suka sama suka tanpa ada unsur paksaan. Ada beberapa jenis khiyar yang
perlu Anda ketahui, di antaranya:
a. Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi jual-
beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya menjual barang ini dengan
harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu minggu.”
b. Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada di tempat
yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Baik penjual
maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk mengembalikan barang yang telah
dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi dari nilai barang
tersebut. Artinya pembeli dapat melakukan complain jika ada barang yang tidak sesuai
pesanan.
3. Riba
Riba diharamkan dalam agama Islam dan hal tersebut secara tegas diatur dalam Al
Quran. Mengapa riba haram? Hal ini dikarenakan pengertian riba sendiri merupakan nilai
bunga uang yang dilebihkan dari penukaran barang atau pinjam-meminjam uang.
➢ Contohnya seperti ini, Anda meminjam uang kepada Fitri sebesar Rp100.000,00.
Namun, Fitri meminta Anda untuk mengembalikan sebanyak Rp110.000,00. Maka
uang Rp10.000,00 yang harus dikembalikan tersebut adalah riba dan hal ini dilarang
dalam agama Islam.
Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:
6
4. Muamalah utang piutang
Utang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan
akan dikembalikan pada waktu kemudian. Dengan cara tidak mengubah keadaannya. Contoh
muamalahnya adalah utang Rp 100 ribu di kemudian hari harus melunasinya sebesar Rp 100
ribu pula. Menurut agama Islam, memberi utang kepada seseorang dianggap sebagai tindakan
menolong yang sangat dianjurkan.
Rukun utang-piutang ada tiga di antaranya adalah yang berpiutang dan yang berutang,
harta atau barang, dan lafadz kesepakatan.
Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan
harus sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang
atas kemauannya sendiri, maka harta atau barang tersebut halal.
Sebaliknya, jika orang yang memberi piutang meminta tambahan saat harta atau barang
dikembalikan, maka tambahan tersebut haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada
kesepakatan yang disetujui bersama sebelumnya.
Dasar hukum muamalah ijarah atau sewa menyewa tertuang dalam surat Al Baqarah ayat 233,
ِضعُوا أ ْولد ُك ْم فل ُجناح عل ْي ُك ْم ِإذا سلَّ ْمت ُ ْم ما آت ْيت ُ ْم ِب ْالم ْع ُروف
ِ و ِإ ْن أردْت ُ ْم أ ْن تسْت ْر
7
Artinya: "..Dan jika kamu ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa
bagimu memberikan pembayaran dengan cara yang patut..."
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang sama-sama
melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan mendapatkan
keuntungan.
Rukun yang harus dipenuhi dalam akad syirkah di antaranya adalah sebagai berikut:
Syirkah dibagi menjadi beberapa macam, yaitu syirkah `inān, syirkah ‘abdān, syirkah
wujūh, dan syirkah mufāwaḍah
1) Syirkah ‘Inān
Syirkah ‘inān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing- masing
memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh
berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
Contoh syirkah ‘inān: A dan B sarjana teknik komputer. A dan B sepakat menjalankan
bisnis perakitan komputer dengan membuka pusat service dan penjualan komponen
komputer. Masing-masing memberikan kontribusi modal sebesar Rp10 juta dan
keduanya sama-sama bekerja dalam syirkah tersebut. Dalam syirkah jenis ini,
modalnya disyaratkan harus berupa uang. Sementara barang seperti rumah atau mobil
yang menjadi fasilitas tidak boleh dijadikan modal, kecuali jika barang tersebut
dihitung nilainya pada saat akad. Keuntungan didasarkan pada kesepakatan dan
kerugian ditanggung oleh masing-masing syārik (mitra usaha) berdasarkan porsi modal.
Jika masing-masing modalnya 50%, masing-masing menanggung kerugian sebesar
50%.
2) Syirkah ‘Abdān
Syirkah ‘abdān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing
hanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa kontribusi modal (amal). Konstribusi
kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti
tukang batu). Syirkah ini juga disebut syirkah ‘amal.
8
Contohnya: A dan B samasama nelayan dan bersepakat melaut bersama untuk mencari
ikan. Mereka juga sepakat apabila memperoleh ikan akan dijual dan hasilnya akan
dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan B sebesar 40%. Dalam
syirkah ini tidak disyaratkan kesamaan profesi atau keahlian, tetapi boleh berbeda
profesi. Jadi, boleh saja syirkah ‘abdān terdiri atas beberapa tukang kayu dan tukang
batu. Namun, disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan halal
dan tidak boleh berupa pekerjaan Syirkah ‘inān adalah syirkah antara dua pihak atau
lebih yang masing- masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah
ini hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’ sahabat.
3) Syirkah Wujūh
Syirkah wujūh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan,
ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujūh
adalah syirkah antara dua pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal)
dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).
Contohnya: A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B bersyirkah
wujuh dengan cara membeli barang dari seorang pedagang secara kredit. A dan B
bersepakat bahwa masing-masing memiliki 50% dari barang yang dibeli. Lalu,
keduanya menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua. Sementara harga
pokoknya dikembalikan kepada pedagang. Syirkah wujūh ini hakikatnya termasuk
dalam syirkah ‘abdān.
4) Syirkah Mufāwaḍah
Syirkah mufāwaḍah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
menggabungkan semua jenis syirkah di atas. Syirkah mufāwaḍah dalam pengertian ini
boleh dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti boleh digabungkan
menjadi satu. Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan
kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya, yaitu ditanggung oleh para
pemodal sesuai porsi modal jika berupa syirkah ‘inān, atau ditanggung pemodal saja
jika berupa mufāwaḍah, atau ditanggung mitra-mitra usaha berdasarkan persentase
barang dagangan yang dimiliki jika berupa syirkah wujūh.
Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:
1. Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh waktu,
jenis usaha, dan tempat usaha.
2. Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik
modal dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi
waktu, jenis usaha, maupun tempat usaha
.
6) Musāqah, Muzāra’ah, dan Mukhābarah
a) Musāqah Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang
pemilik kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan
dibagi dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Konsep musāqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara
kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki
waktu luang untuk merawat perkebunannya, sementara di pihak lain ada petani yang memiliki
banyak waktu luang namun tidak memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem
kerja sama musāqah, setiap pihak akan sama-sama mendapatkan manfaat.
b) Muzāra’ah dan Mukhābarah
Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani
penggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani. Sementara mukhābarah ialah kerja
sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap di mana benih
tanamannya berasal dari pemilik lahan. Muzāra’ah memang sering kali diidentikkan dengan
mukhābarah. Namun demikian, keduanya sebenarnya memiliki sedikit perbedaan. Apabila
muzāra’ah, benihnya berasal dari petani penggarap, sedangkan mukhābarah benihnya berasal
dari pemilik lahan.
Muzāra’ah dan mukhābarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam hal ini,
pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara
dengan pembagian persentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia, khususnya di kawasan
pedesaan, kedua model penggarapan tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh masyarakat petani.
Landasan syariahnya terdapat dalam hadis dan ijma’ ulama.
BAB 3
KESIMPULAN
10
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-prinsip kegiatan
Ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
1.Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute atas
semua yang ada.
2. Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang sebenarnya.
3. Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh karena
itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian kekayaan yang
dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan konflik antar
golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya kepada para
ahli warisnya.
8. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu termasuk bagi
anggota masyarakat yang miskin.
Muamalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang, pinjam-
meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan. Syirkah ada.
beberapa macam: syirkah 'inän, syirkah,,abdän, syirkah wujüh, dan syirkah
mufawadah.
Mudārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama
menyediakan semua modal (Šähibul mäl), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola atau
pengusaha (mudarrib).
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang pemilik
kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti dibagi dual
menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut syariat
Islam. Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya: mudārabah,
musyarakah, wad' ah, qardul hasan, dan murabahah.
DAFTAR PUSTAKA
11
https://id.scribd.com/document/422206434/Prinsip-Dan-Praktik-
Ekonomi-Islam
https://www.gramedia.com/literasi/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam/
https://sumberbelajar.seamolec.org/Media/Dokumen/59c8d936865eac715
d4466d4/de7498d7b5528a287b1e6a4750b6379c.pdf
https://www.coursehero.com/file/56381521/MAKALAH-PRINSIP-
DAN-PRAKTIK-EKONOMI-ISLAMdocx/
https://id.scribd.com/document/633719983/MAKALAH-PRINSIP-DAN-
PRAKTIK-EKONOMI-ISLAM
12