Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti

XI IPS 2

Disusun oleh :
Kelompok 3
● Shofia Ash'Saudah
● Rabbiyatul Adawiyah
● Cahyani
● M.Nur Haikal

SMAN 2 PALANGKARAYA
JL. KS Tubun No. 2, Langkai, Kec. Pahandut, Kota Palangkaraya, Kalimantan
tengah 73111

TAHUN AJARAN 2023/2024

1sun
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikankesehatan kepada kita semua. Salawat beriring salam kami
kirimkan kepada junjungan alamyakni nabi besar Muhammad SAW yang telah
membuat umat dari alam kebodohan sampaialam yang berilmu pengetahuan
yang kita rasakan saat ini.

Makalah ini disusun berdasarkan sumber buku dan jurnal yang ada, dan
dilengkapi puladengan website yang berkenaan langsung dari makalah yang
kami susun ini dengan topikpembahasan makalah ini, yaitu Iman Pada Rasul
Allah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, Kami


sebagai penulismenerima kritikan dan saran yang dapat membangun makalah
ini. Kami sebagai penulismohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Atas kritikan dansarannya Kami ucapkan terima kasih.

2sun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………..2
DAFTAR ISI……………………………….3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang…………………4
B. Rumusan masalah…………….4
C. Tujuan……………………………4

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Makna Muamalah…………………………5
B. Asas Ekonomi dalam Islam…………….8
C. Penerapan Transaksi Ekonomi Islam…8
D. Kerja Sama Ekonomi Islam…………….10

BAB 3 PENUTUP

A. Penutup………………13

3sun
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam – Dalam pelaksanaan prinsip dan praktik ekonomi
Islam, terdapat pakem tertentu yang harus ditaati dan tidak boleh dilanggar. Setiap
transaksi yang dilakukan harus sesuai dengan hukum syariat Islam. Ada banyak
pengertian-pengertian tentang praktik ekonomi Islam yang perlu Anda ketahui.

B. Rumusan masalah

● Menerapkan prinsip ekonomi dan muamalah sesuai dengan ketentuan syariat


Islam
● Bekerja sama dalam menegakkan prinsip prinsip dan praktik ekonomi sesuai
syariat Islam
● Menelaah prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam
● Mempresentasikan prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam

C. Tujuan

Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan mampu


1. memahami prinsip ekonomi dan muamalah dalam Islam dengan benar
2. menerapkan prinsip ekonomi dan muamalah sesuai dengan ketentuan syariat Islam
3. bekerja sama dalam menegakkan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi sesuai syariat Islam
4. mempresentasikan prinsip-prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam
5. menelash prinsip prinsip dan praktik ekonomi dalam Islam

4sun
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Makna Muamalah

Muamalah adalah istilah lain dari transaksi dalam sistem perekonomian Islam.
Pengertian muamalah sendiri merupakan kegiatan tukar-menukar yang memberi
manfaat tertentu atas barang atau sesuatu yang ditukarkan. Banyak kegiatan yang
tercakup dalam muamalah.

Beberapa di antaranya adalah kegiatan transaksi jual-beli barang di mana ada


pertukaran antara uang dan barang, hutang-piutang, pinjam-meminjam, hingga
sewa-menyewa. Bahkan kegiatan muamalah juga mencakup semua urusan seperti
bercocok tanam, berdagang, berserikat, dan lainnya.

Tidak terkecuali dalam hal usaha dan permodalan, keduanya masih termasuk dalam
kegiatan muamalah. Setiap kegiatan muamalah yang dilakukan diatur secara jelas
dalam Al Quran agar tidak sampai terjerumus dalam proses riba yang dinyatakan
haram.

Ekonomi Islam yang didasari pada nilai luhur dari berbagai sumber ajaran Islam
seperti ayat Al-Qur’an, Hadis Nabi, dan masih banyak lagi yang dapat Grameds
temukan pada buku Filsafat Ekonomi Islam.

Ayat tentang Muamalah


Dengan tegas Islam telah mengatur praktek perekonomiannya agar sesuai dengan
tuntunan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasulullah Muhammad Shalallahu
‘Alaihi Wasallam. Bahkan peraturan tetang praktik ekonomi dalam Islam diatur
dengan jelas dalam Al Quran dan hadits.
Ada enam ayat utama di dalam Al Quran yang khusus mengatur tentang praktik
perekonomian Islam. Berikut ini ayat-ayat tentang muamalah yang perlu Anda
ketahui, di antaranya:

● Larangan melakukan kegiatan yang mengandung unsur riba


Tercantum dalam Q.S. Al Imron (3) ayat 130, yang berbunyi:

Artinya :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat
ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan

5sun
Dalam ayat tersebut secara jelas dan tegas Allah memerintahkan kepada
orang-orang yang beriman agar menjauhi berbagai jenis praktik riba. Salah satu
contoh riba adalah memberikan hutang dengan meminta lebih atau bunga kepada
orang lain saat membayar hutangnya. Hukumnya adalah haram.

● Larangan menggunakan cara yang batil atau salah


Tercantum dalam Q.S.An Nisa (4) ayat 29, yang berbunyi:

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa bagi siapa saja orang-orang yang beriman
ingin memperoleh harta maka harus dilakukan atas dasar saling menguntungkan
bukan satu rugi satu untung. Pelaksanaan yang sesuai syariat Islam tidak akan
menimbulkan kerugian kepada pihak lain.

Sehingga kerukunan antar sesama pun akan tercipta karena adanya unsur saling
tolong-menolong dan membantu dengan sesama lainnya tanpa ada unsur paksaan.
Kehidupan masyarakat pun akan lebih adil, damai, dan sejahtera.

● Larangan menggunakan cara yang zalim


Tercantum dalam sebuah Hadits Riwayat Muslim, yang berbunyi:

Artinya:

Hadits yang dikutip dari Abu Hurairah radhiallahuanhu yang diambil dari sabda Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam tersebut mengandung larangan agar sesama hamba Allah tidak
saling mendengki, saling menipu, dan saling marah hingga memutuskan hubungan
persaudaraan.Muslim satu dengan muslim lainnya adalah saudara sehingga tidak boleh ada
perbuatan zalim atau aniaya di antara sesama muslim. Bahkan dengan tegas hadits
tersebut melarang umat muslim untuk menghina dan mendustakan orang lain. Haram darah
setiap muslim atas muslim yang lain.

● Larangan memainkan timbangan, takaran, kehalalan, dan kualitas


Tercantum dalam Q.S. Al Muthaffifin ayat 1 – 3, yang berbunyi:

6sun
Artinya:
1. Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)!

2. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dicukupkan,

3. dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi.

Dalam ayat tersebut secara tegas menyebutkan bahwa orang-orang yang mempermainkan
timbangan dengan minta takaran dipenuhi saat menerima orang lain dan mengurangi
takaran saat memberikan kepada orang lain, maka mereka akan celaka. Ayat ini sekaligus
merupakan ancaman.

● Larangan bermain judi/berspekulasi

Larangan jual beli gharar atau spekulasi dilarang dengan jelas sebagaimana yang diikuti dari
Abu Hurairah radhiallahuanhu dalam hadits Muslim Turmudzi, Nasa’, Abi Daud, Ahmad, dan
Ibnu Majah. Hadits tersebut secara tegas berbunyi, “Nabi melarang jual-beli spekulasi
(gharar).”

● Larangan melakukan transaksi barang-barang yang haram

Dari Aisyah, ia berkata: “Ketika turun akhir surat al-Baqarah, Nabi membacakanya pada
sahabat di masjid kemudian mengharamkan perdagangan khomer.” (Matan lain: Muslim
2985, Nasa’i 4586, Abi Daud 3086, Ahmad 23063) [1]

Sebagaimana dikutip dari Aisyah radhiallahuanhu dalam hadis Muslim, Ahmad, Nasa’I, dan
Abi Daud, disebutkan bahwa Nabi membacakan ayat terakhir surat Al-Baqarah dan
mengumumkan kepada para sahabat di masjid bahwa perdagangan khomer adalah haram
hukumnya.

7sun
Mengetahui ayat-ayat dan hadits yang secara tegas mengatur tentang aturan Islam terkait
muamalah di atas, maka hal-hal yang dilarang dan tidak boleh dilakukan harus tidak
dilakukan dalam praktiknya.

B. Asas Ekonomi Dalam Islam

Arti dan ekonomi Islam adalah sesuatu yang berkaitan dengan cita-cita dan usaha
manusia untuk mendapatkan kemakmuran berdasarkan dengan aturan agama Islam
dan dilandasi dengan keimanan terhadap Allah Swt. Untuk itu, diwajibkan bagi
seorang muslim dalam bermuamalah di kesehariannya dengan memegang asas
transaksi ekonomi Islam. Beberapa asas transaksi ekonomi dalam Islam sebagai
berikut

1. Syarat dan ketentuan transaksi dirancang dan dilaksanakan secara bebas namun
penuh tanggung jawab, tidak menyimpang dan hukum syara' dan adab sopan
santun.

2 Tidak ada paksaan dalam melakukan transaksi.

3. Dilandasi dengan niat yang baik dan ikhlas karena Allah Swt., agar setiap
transaksi yang dilakukan terhindar dari penipuan, kecurangan, dan penyelewengan.

4. Sesuai dengan urf atau adat kebiasaan transaksi yang tidak menyimpang dan
syara, hal ini boleh digunakan untuk menentukan batasan atau kriteria-kriteria dalam
transaksi

5. Mengikat pihak yang melakukan transaksi. Dalam sebuah transaksi, akan


melibatkan beberapa pihak yang saling memiliki hak serta kewajiban masing-masing.
Maka dari itu semua pihak yang memiliki kepentingan dalam transaksi ini wajib
memenuhi dan tidak melanggar semua hal yang telah disepakati

C. Penerapan Transaksi Ekonomi Islam

1. Jual-Beli
Kegiatan jual-beli artanya suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat kesepakatan
tukar-menukar benda yang ingin dimiliki oleh pembeli dengan harga yang sesuai seperti
yang ditawarkan oleh penjual. Kegiatan jual-beli boleh dan halal hukumnya sebagaimana
yang tercantum dalam Q.S.Al Baqarah (2), ayat 275 yang berbunyi:

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dan diikuti oleh pelaku jual-beli dalam agama
Islam agar praktiknya sesuai syariat, di antaranya :
1. Ada uang dan barang yang dijadikan sebagai alat transaksi di mana keduanya harus halal
dan suci, bermanfaat, barang dapat diserahterimakan, dan kondisi barang diketahui oleh
pelaku jual-beli, serta merupakan milik penjual sendiri.

8sun
2.Penjual dan pembeli harus memenuhi syarat sebagai orang yang berakal sehat,
baligh/dewasa, dan melakukan transaksi tersebut atas kemauannya sendiri tanpa unsur
paksaan.
3. Adanya akad atau ijab qabul yang disebutkan oleh penjual, “Saya menjual benda ini
kepada Anda dengan harga…” Lalu dijawab oleh pembeli, “Baik, saya akan membeli benda
ini dengan harga yang telah disebutkan.”

2. Khiyar
Khiyar adalah salah satu kegiatan transaksi muamalah yang memberikan kebebasan
kepada pihak penjual atau pembeli untuk memutuskan apakah akan meneruskan transaksi
jual-beli atau membatalkan transaksi tersebut.

Khiyar boleh dilakukan, namun harus ada syarat-syarat yang harus diikuti dan dilakukan
atas dasar rasa suka sama suka tanpa ada unsur paksaan. Ada beberapa jenis khiyar yang
perlu Anda ketahui, di antaranya:

a. Khiyar Syarat merupakan proses khiyar yang dijadikan syarat dalam suatu transaksi
jual-beli. Di mana penjual sendiri yang langsung mengatakan, “Saya menjual barang ini
dengan harga tersebut dan syarat khiyar adalah selama satu minggu.”

b. Khiyar Majelis merupakan proses khiyar di mana penjual dan pembeli berada di tempat
yang sama berlangsungnya proses transaksi atau tawar-menawar tersebut. Baik penjual
maupun pembeli keduanya memiliki hak yang sama untuk membatalkan transaksi jika ada
sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.

c. Khiyar cacat (aibi) artinya pembeli diberi hak untuk mengembalikan barang yang telah
dibeli jika ditemukan ada kecacatan sehingga mengurangi kualitas dan fungsi dari nilai
barang tersebut. Artinya pembeli dapat melakukan complain jika ada barang yang tidak
sesuai pesanan.

3. Utang-piutang

Transaksi utang-piutang dilakukan dengan cara menyerahkan harta atau benda kepada
seseorang dengan perjanjian bahwa harta atau benda tersebut akan dikembalikan dalam
kurun waktu tertentu. Dalam transaksi ini, ada tiga rukun yang harus dipenuhi, yaitu:

1.Ada pelaku yang melakukan utang dan yang memberi piutang


2.Ada barang atau harta sebagai objek utang-piutang
3.Ada akad kesepakatan di antara pemberi piutang dan penerima utang

Dalam pelaksanannya agar menjauhi riba maka barang atau harta yang dikembalikan harus
sesuai dengan yang dipinjam. Jika ada kelebihan yang diberikan oleh si pembayar utang
atas kemauannya sendiri, maka harta atau barang tersebut halal.

Sebaliknya, jika orang yang memberi piutang meminta tambahan saat harta atau barang
dikembalikan, maka tambahan tersebut haram hukumnya. Hal ini dikarenakan tidak ada
kesepakatan yang disetujui bersama sebelum tersebut

9sun
4. Sewa-menyewa
Dalam Islam, istilah sewa-menyewa disebut dengan ijarah.

Transaksi ini dilakukan dengan cara memberi imbalan tertentu kepada seseorang yang
menyewakan barang atau benda kepada orang lain. Ada beberapa syarat dan rukun ijarah
yang harus dipenuhi, di antaranya:

1.Proses transaksi sewa-menyewa harus dilakukan karena memang atas kemauan


masing-masing
2 .Baik yang menyewakan maupun yang menyewa harus sama-sama berakal sehat dan
baligh
3.Keadaan dan sifat barang harus ditentukan sedari awal
4.Barang yang disewakan akan menjadi hak sepenuhnya pihak penyewa atau wali penyewa
selama kurun waktu yang telah disepakati bersama
5.Harus disebutkan dengan jelas berapa lama penyewa akan memanfaatkan barang
tersebut.
6.Ada kesepakatan sejak awal terkait harga sewa dan cara pembayarannya
7.Kedua belah pihak harus mengetahui manfaat yang akan diambil dari barang tersebut

Sewa-menyewa tidak hanya dalam hal barang, namun juga kontrak tenaga kerja. Ada
kesepakatan bersama yang harus dipenuhi dalam kontrak kerja. Kesepakatan tersebut
terkait dengan jenis pekerjaan, jam kerja, lama kerja, gaji, sistem pembayaran, dan
tunjangan-tunjangan.

Pemikiran dan prinsip ekonomi Islam lainnya yang berhubungan dengan bidang ekonomi,
manajemen, dan keuangan dapat Grameds temukan pada buku Sejarah Pemikiran Ekonomi
Islam.

D. Kerja Sama Ekonomi Islam

1. Riba
Riba diharamkan dalam agama Islam dan hal tersebut secara tegas diatur dalam Al Quran.
Mengapa riba haram? Hal ini dikarenakan pengertian riba sendiri merupakan nilai bunga
uang yang dilebihkan dari penukaran barang atau pinjam-meminjam uang.

Contohnya seperti ini, Anda meminjam uang kepada Fitri sebesar Rp100.000,00. Namun,
Fitri meminta Anda untuk mengembalikan sebanyak Rp110.000,00. Maka uang Rp10.000,00
yang harus dikembalikan tersebut adalah riba dan hal ini dilarang dalam agama Islam.

Dalam peraturan ekonomi syariah, riba pun terbagi lagi ke dalam beberapa jenis sebagai
berikut:

● Riba Qordi merupakan proses pinjam-meminjam uang di mana sang peminjam harus
mengembalikan nilai uang yang dipinjam ditambah dengan bunga/lebihnya.
● Riba Fadli merupakan proses pertukaran barang yang jenisnya sama namun takaran
timbangannya berbeda.

10sun
● Riba Nasi’ah merupakan prosesi akad jual-beli yang mana penyerahan barang yang
dibeli dilakukan beberapa hari kemudian.
● Riba Yadi merupakan akad jual-beli barang-barang yang sama jenisnya dan sama
timbangannya, namun saat melakukan proses serah terima penjual dan pembeli
berada dalam posisi yang terpisah.

2. Syirkah
Syirkah artinya akad yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih yang sama-sama
melakukan kesepakatan untuk membangun suatu usaha dengan tujuan mendapatkan
keuntungan

Rukun yang harus dipenuhi dalam akad syirkah di antaranya adalah sebagai berikut:

Ada dua belah pihak yang menjalankan akad atau ‘aqidani


Disebut dengan jelas objek akad atau ma’qud ‘alaihi yang mencakup modal dan pekerjaan
Adanya aktivitas pengelolaan atau tasharruf sebagai syarat sah akad syirkah.

Syirkah terdiri dari beberapa macam jenis, yaitu:

1. Syirkah ‘abdan merupakan jenis syirkah yang mana kedua belah pihak atau lebih tidak
memberikan kontribusi modal (amal) dan hanya kontribusi kerja
2. Syirkah ‘inan merupakan syirkah di mana kedua belah pihak saling memberi kontribusi
baik dalam hal modal maupun kerja
3. Syirkah wujuh merupakan kerja sama yang dilakukan berdasarkan kedudukan, keahlian,
dan ketokohan seseorang
4. Syirkah mufawadhah merupakan syirkah yang dilakukan antara kedua belah pihak
dengan menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan sebelumnya

a. Mudharabah
Akad mudharabah disebut juga sebagai akad kerja sama di mana pihak pertama sebagai
penyedia modal atau shahibul mal, dan pihak lainnya sebagai pengelola atau mudarrib.
Mudharabah dibagi ke dalam dua jenis berdasarkan kentungan yang didapatkan, yaitu:

1. Mudharabah muqayyadah artinya usaha yang dijalankan akan dibatasi oleh waktu, jenis
usaha, dan tempat usaha.
2. Mudharabah mutlaqah artinya bentuk kerja sama yang dijalankan antara pemilik modal
dan pengelola modal cakupannya luas dan tidak ada batasan baik dari segi waktu, jenis
usaha, maupun tempat usaha.

3. Asuransi Syariah

Asuransi syariah dikenal juga dengan istilah at-Ta’min yang memiliki arti perlindungan,
pertanggungan, ketenangan, dan keamanan. Asuransi juga merupakan bagian dari
transaksi muamalah yang mana dasar hukumnya adalah boleh (jaiz) dengan syarat dan
ketentuan tertentu.

Pedoman mengenai asuransi syariah diatur secara langsung dan dipedomani oleh Fatwa
Dewan Syariah.

11sun
Semua proses transaksi dan produk yang ditawarkan harus sesuai dengan ketentuan
hukum Islam. Apa yang diatur dalam hukum syariat Islam tidak lain adalah demi
kepentingan umat muslim itu sendiri. Sehingga sebagai muslim yang taat dan patuh, maka
harus mendukung penuh dengan melaksanakan prinsip dan praktik ekonomi Islam secara
utuh.

Asuransi syariah
Asal kata asuransi adalah ‘assurantie’ yang diambil dari bahasa Belanda bermakna
‘pertanggungan’.

Dalam bahasa Arab dikenal At Ta’min yang artinya pertanggungan, perlindungan,


keamanan, ketenangan atau bebas dari rasa takut.

Asuransi adalah bagian dari mu’amalah yang hukum fiqhnya dibolehkan (jaiz) dengan syarat
sesuai hukum Islam.

Memiliki asuransi bisa disebut sebagai upaya yang didasarkan nilai tauhid bahwa
sesungguhnya setiap jiwa tidak memiliki daya apa pun ketika menerima musibah dari Allah
Swt.

Musibah bisa berupa kematian, kecelakaan, bencana alam maupun lainnya. Untuk
menghadapi musibah, ada 3 cara yakni menanggungnya sendiri, kedua mengalihkan risiko
ke pihak lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama.

Musibah menurut Islam bukan hanya masalah individu melainkan juga masalah kelompok
dimana individu tinggal. Dalam firman Allah Swt dalam QS Al Ma’idah 5 : 2 yang artinya:

“... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…”

Beda asuransi syariah dan asuransi konvensional


Pada asuransi konvensional, orang membayar premi untuk mengalihkan risiko yang tidak
mampu dia pikul kepada perusahaan asuransi atau ‘jual-beli’ atas resiko kerugian.

Ada mekanisme dana hangus, sehingga peserta tak bisa menarik lagi premi jika ingin keluar
dari keanggotaan sebelum jatuh tempo.

Pada asuransi syariah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Jika peserta ingin
menarik dana premi maka bisa dilakukan.

12sun
A. Penutup

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keberlangsungan


hidup para pemeluknya Umat muslim, dalam kesehariannya harus
menjalankan dan menerapkan setiap ajaran yang terdapat dalam Islam,
terutama hal-hal yang berkaitan atau memerlukan interaksi dengan banyak
orang. Dalam hal ini sering kali disebut dengan muamalah atau lebih
spesifiknya adalah penerapan praktik ekonomi yang sesuai dengan syariat
Islam. Memahami tentang muamalah dan praktik ekonomi Islam adalah
sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Apabila seseorang tidak mengetahui
tata cara bermuamalah dan praktik-praktik dalam bertansaksi sesuai dengan
syariat Islam, maka akan mudah terjerumus ke dalam tindakan yang
diharamkan dalam Islam Selain itu, dengan mempelajari muamalah praktik
ekonomi Islam dapat dijadikan sarana untuk memperoleh keridaan dari Allah
Swt. Untuk itu, pada kesempatan kali ini akan dijelaskan dan dipaparkan
materi tentang muamalah dan praktik ekonomi dalam Islam.

13sun

Anda mungkin juga menyukai