Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRINSIP DAN PRAKTIK


EKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
ISRA
SANDRA DEWI
LUKMAN ABU NAWAS
DIMAS
KRISKIAN

SMA NEGERI 1 NAPABALANO


2023
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan

kesadaran, karena penyusun dapat menyelesaikan makalah ini, pada waktu yang telah di

tentukan dan makalah ini sebagai salah satu tugas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

yang berjudul “Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam”.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terkait, dalam proses

pembuatan makalah ini, sehingga makalah dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga

makalah ini bermanfaat untuk semua orang khususnya pembaca.

Raha, 13 Februari 2023

Kelompok III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Mu’amalah

B. Macam-macam Mualamah

C. Syirkah

D. Mudarabah

E. Musaqah

F. Muzara’ah dan Mukhabarah

G. Perbankan

H. Asuransi Syariah

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehadiran ekonomi Islam telah memunculkan harapan baru bagi banyak orang,
khususnya bagi umat Islam akan sebuah ekonomi alternatif dari sistem ekonomi kapitalisme
dan sosialisme sebagai arus utama perdebatan sebuah sistem ekonomi dunia, terutama sejak
perang dunia II yang memunculkan banyak Negara-negara Islam bekas jajahan imperialis.
Dalam hal ini, keberadaan ekonomi Islam sebagai sebuah model ekonomi alternatif
memungkinkan bagi banyak pihak, muslim maupun non muslim untuk melakukan banyak
penggalian kembali berbagai ajaran Islam. Meskipun begitu, system ekonomi dunia saat ini
masih dikendalikan oleh system ekonomi kapitalisme, karena umat Islam sendiri masih
terpecah dalam hal bentuk implementasi ekonomi Islam dimasing-masing Negara.
Kenyataan ini oleh sebagian pemikir Islam masih diterima dengan lapang karena ekonomi
Islam secara implementasinya di masa kini relatif masih baru. Masih perlu dilakukan
banyak sosialisasi dan pengarahan serta pengajaran kembali umat Islam untuk melakukan
aktifitas ekonominya sesuai dengan hukum Islam. Sementara sebagai lainnya menilai bahwa
faktor kekuasaan memainkan peran signifikan, karenanya mengkritisi bahwa ekonomi Islam
atau ekonomi syariah belum akan dapat sesuai dengan syariah jika pemerintahnya sendiri
belum menrapkan syariah dalam kebijakan-kebijakannya.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Mu’amalah!.
2. Jelaskan macam-macam Mu’amalah!.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Syirkah!.
4. Jelaskan yang dimaksud Mudarabah!.
5. Jelaskan yang dimasud Musaqah!.
6. Jelaskan yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah!
7. Jelaskan beberapa macam perbankan!.
8. Jelaskan asuransi syariah!.
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Mu’amalah.
2. Mengetahui macam-macam Mu’amalah.
3. Mengetahui yang dimaksud dengan Syirkah.
4. Mengetahui yang dimaksud Mudarabah.
5. Mengetahui yang dimaksud Musaqah.
6. Mengatahui yang dimaksud Muzaraah dan Mukharabah.
7. Mengetahui beberapa macam perbankan.
8. Mengetahui asuransi syariah.
BAB II
PRINSIP DAN PRAKTIK EKONOMI ISLAM

A. Pengertian Mu’amalah
Muamalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang termasuk urusan
kemasyarakatan (pergaulan, perdata, dan sebagainya). Sementara dalam fiqih islam berarti
tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditempuhnya,
seperti jual beli, pinjam meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, sewa- menyewa, utang-
piutang, dan pinjam-meminjam, islam melarang beberapa hal diantaranya seperti berikut :
1. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
2. Tidak boleh melakukan perbuatan riba.
3. Tidak boleh dengan cara-cara zalim (aniaya).
4. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, dan kehalalan.
5. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
6. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.

B. Macam-Macam Mu’amalah
Sebagaimana telah dijelaskan di atas tentang macam-macam mu’amalah disini akan
dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :
1. Jual Beli
Jual beli menurut syariat agama ialah kesepakatan tukar menukar benda untuk memiliki
benda tersebut selamanya. Melakukan jual-beli dibenarkan, sesuai dengan Firman Allah
berikut ini :
‫اَّلِذيَن َي ْأُك ُلوَن الِّر َب ا ال َي ُقوُموَن ِإال َك َم ا َي ُقوُم اَّلِذي َي َتَخ َّب ُط ُه الَّش ْي َط اُن ِمَن اْلَم ِّس َذ ِل َك ِب َأّْن‬
‫َقاُلوا ِإَّن َم ا اْلَب ْيُع ِم ْث ُل الِّر َب ا َو َأَح َّل ُهَّللا اْلَب ْي َع َو َح َّر َم الِّر َب ا َفَم ْن َج اَء ُه َم ْو ِع َظ ٌة ِم ْن َر ِّبِه َفاْن َت َه ى‬
)٢٧٥( ‫َفَلُه َم ا َس َلَف َو َأْم ُرُه ِإَلى ِهَّللا َو َم ْن َع اَد َفُأوَلِئَك َأْص َح اُب الَّن اِر ُه ْم ِفيَه ا َخ اِلُد وَن‬
Artinya : “...dan Allah Swt. Telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba...”
(Q.S. al-baqarah/2:275).

‫َي ا َأُّي َه ا اَّل ِذيَن آَم ُن وا ِإَذ ا َت َد اَي ْنُتْم ِب َدْي ٍن ِإَلى َأَج ٍل ُم َس ًّم ى َف اْك ُتُبوُه َو ْل َي ْكُتْب َب ْي َن ُك ْم‬
‫َك اِتٌب ِباْلَع ْد ِل َو ال َي ْأَب َك اِتٌب َأْن َي ْك ُتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ُهَّللا َفْلَي ْك ُتْب َو ْل ُيْم ِلِل اَّلِذي َع َلْي ِه‬
‫اْلَح ُّق َو ْلَي َّت ِق َهَّللا َر َّبُه َو ال َي ْب َخ ْس ِم ْن ُه َش ْي ًئ ا َفِإْن َك اَن اَّلِذي َع َلْي ِه اْلَح ُّق َس ِفيًها َأْو‬
‫َض ِعيًفا َأْو ال َي ْس َت ِط يُع َأْن ُيِمَّل ُه َو َفْلُيْم ِلْل َو ِلُّيُه ِباْل َع ْد ِل َو اْس َت ْش ِه ُد وا َش ِه يَد ْي ِن ِم ْن‬
‫ِر َج اِلُك ْم َفِإْن َلْم َي ُك وَن ا َر ُج َلْي ِن َفَر ُج ٌل َو اْم َر َأَت اِن ِم َّمْن َت ْر َض ْو َن ِمَن الُّش َه َداِء َأْن‬
‫َت ِض َّل ِإْح َداُه َم ا َفُت َذ ِّك َر ِإْح َداُه َم ا األْخ َر ى َو ال َي ْأَب الُّش َه َداُء ِإَذ ا َم ا ُد ُع وا َو ال‬
‫َت ْس َأُموا َأْن َت ْك ُتُبوُه َص ِغ يًر ا َأْو َك ِبيًر ا ِإَلى َأَج ِلِه َذ ِلُك ْم َأْق َس ُط ِع ْن َد ِهَّللا َو َأْق َو ُم ِللَّش َهاَدِة‬
‫َو َأْد َن ى َأال َت ْر َت اُبوا ِإال َأْن َت ُك وَن ِتَج اَر ًة َح اِض َر ًة ُت ِديُر وَن َه ا َب ْي َن ُك ْم َفَلْي َس َع َلْي ُك ْم‬
‫ُج َن اٌح َأال َت ْك ُتُبوَه ا َو َأْش ِه ُد وا ِإَذ ا َت َب اَي ْع ُتْم َو ال ُيَض اَّر َك اِتٌب َو ال َش ِه يٌد َو ِإْن َت ْف َع ُل وا‬
)٢٨٢( ‫َفِإَّن ُه ُفُسوٌق ِبُك ْم َو اَّتُقوا َهَّللا َو ُيَع ِّلُم ُك ُم ُهَّللا َو ُهَّللا ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬
Apabila jual-beli itu menyangkut suatu barang yang sangat besar nialainya,dan agar
tidak terjadi kekurangan dibelakang hari, al-Qur’an menyarankan agar dicatat, dan ada
saksi, lihatlah penjelasan ini pada Q.S. al-baqarah/2:282

a. Syarat- syarat jual-beli


Syarat-syarat adalah sebagai berikut :
1) Penjual dan pembelinya haruslah :
a. Balig,
b. Berakal sehat,
c. Atas kehendak sendiri.
2) Uang dan barangnya haruslah :
a. Halal dan Suci. Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan
berhala, termasuk lemak bangkai tersebut.
b. Bermanfaat. Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan
menyia-nyiakan harta atau pemboros

)٢٧( ‫ِإَّن اْل ُم َب ِّذ ِر يَن َك اُنوا ِإْخ َو اَن الَّش َياِط يِن َو َك اَن الَّش ْي َط اُن ِلَر ِّبِه َك ُفوًر ا‬
Artinya : “ sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. al-
Isra/17:27)
c. Keadaan barang dapat diserah terimakan. Tidak sah menjual barang yang
tidak dapat diserah terimakan. Contohnya, menjual ikan dalam laut atau
barang Nyang sedang dijadikan jaminan sebab semua itu mengandung tipu
daya.
d. Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembelinya.
e. Milik sendiri, sabda Rasulullah Saw., “tak sah jual-beli melainkan atas
barang yang dimiliki.” (H.R. Abu Daud dan Tirmidzi).

3) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga sekian.”
Pembeli menjawab, “Baiklah saya beli.”
Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung suka sama suka. Rasulullah
Saw. Bersabda, “sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika suka sama suka.”
(H.R Ibnu Hibban).

b. Khiyar
1. Pengertian khiyar
Khiyar adalah bebas memutuskan antara menerusakan jual beli atau
membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyar karena jual-beli
haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikitpun.
Penjual berhak mempertahakan harga barang dagangannya, sebaliknya pembeli
berhak menawar atas dasar kualitas barang yang diyakininya. Rasulullah Saw.
Bersabda, “penjual dan pembeli tetap dalam khiyar selama keduanya belum
berpisah. Apabila keduanya berlaku benar-benar dan suka menerangkan
keadaan (barang)nya, maka jual beli akan memberkahi keduanya. Apabila
keduanya menyembunyikan keadaan sesungguhnya serta berlaku dusta, maka
dihapus keberkahan jual belinya.” (H.R Bukhari dan Muslim).
2. Macam-macam Khiyar
a. Khiyar Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada ditempat
berlangsungnya transaksi atau tawar-menawar. Keduanya berhak
memutuskan atau membatalkan jual-beli. Rasulullah Saw. Bersabda, “ dua
orang yang berjual beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama
keduanya belum berpisah.” ( H.R Bukhori dan Muslim).
b. Khiyar syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya
penjual mengatakan,”saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat
khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli
untuk memutuskan jadi tidaknya pembeliannya tersebut dalam waktu tig hari.
Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu (dalam
masa khiyar) tidak ada pemiliknya, artinya, si penjual tidak berhak
menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli
memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali.
Rasulullah Saw. Bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyar pada
segala barang yang engkau beli selama tiga hari tigamalam.” (H.R Baihaqi
dan Ibnu Majah).
c. Khiyar Aibi (cacat), adalah pembeli boleh mengembelikan barang yang
dibelinya jika terdapat cacat yang dapat mengurangi kualitas nilai barang
tersebut, namun hendaknya dilakukan sesegera mungkin.
c. Riba
1) Pengertian Riba
Riba adalah bunga uang atau nilai lebih atas penukaran barang. Hal ini sering
terjadi dalam pertukaran bahan makanan, perak, emas, dan pinjam-meminjam.
Riba, apapun bentuknya, dalam syari’at islam hukumnya haram. Sanksi
hukumnya juga sangat berat. Diterangkan dalam hadist yang di riwayatkan
bahwa, “Rasulullah mengutuk orang yang mengambil riba, orang yang
mewakilkan, orang yang mencatat, dan orang yang menyaksikannya. (H.R
Muslim).
Dengan demikian, semua orang yang terlibat dalam riba sekalipun hanya sebagai
saksi, terkena dosanya juga.
a) Sama timbangan ukurannya atau
b) Dilakukan serah terima saat itu juga,
c) Tunai
Apabila tidak sama jenisnya seperti emas dan perak boleh berbeda takarannya,
namun tetap harus secara tunai dan diserah terimakan saat itu juga. Kecuali
barang yang berlainan jenis dengan perbedaan seperti perak dan beras, dapat
berlaku ketentuan jual-beli sebagaimana barang-barang yang lain.
2) Macam-macam Riba
a) Riba Fadli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak sama
timbangannya, misalnya cincin emas 22karat sebesar 10 gram ditukar
dengan emas 22 gram kelebihannya itulah yang termasuk riba.
b) Riba Qordi, adalah peminjaman dengan syarat harus memberikan kelebihan
saat mengembalikannya. Misal si A bersedia meminjami si B uang sebesar
Rp 100.000,00 asal si B bersedia mengembalikannya sebesar Rp115.000,00.
Bunga pinjaman itulah yang disebut riba.
c) Riba Yadi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan sama timbangannya,
namun penjualan dan pembeli berpisah sebelum melakukan serah terima.
d) Riba Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan barang beberapa
waktu kemudian.

2. Utang piutang
a. Pengertian utang piutang
Utang piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada seseorang dengan catatan
akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja dengan tidak mengubah
keadaannya. Misalnya utang Rp100.000,00 dikemudian hari harus melunasinya
Rp100.000,00. Memberi utang kepada seseorang berarti menolongnya dan sangat
dianjurkan oleh agama.
b. Rukun utang piutang
Rukun utang piutang ada tiga, yaitu:
1) Yang berpiutang dan yang berutang,
2) Ada harta atau barang,
3) Lafadz kesepatan.
Misal: “saya utangkan ini kepadamu.”Yang berutang menjawab, “Ya, saya utang
dulu, beberapa hari lagi (sebutkan dengan jelas” atau jika sudah punya akan saya
lunasi.”

Untuk menghindari keributan dikemudian hari, Allah SWT menyarankan agar kita
mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan.
Jika orang yang berutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena kesulitan,
Allah Swt. Menganjurkan memberinya kelonggaran.

)٢٨٠( ‫َو ِإْن َك اَن ُذ و ُعْس َر ٍة َفَن ِظ َر ٌة ِإَلى َم ْي َسَر ٍة َو َأْن َت َص َّد ُقوا َخ ْيٌر َلُك ْم ِإْن ُكْنُتْم َت ْع َلُموَن‬
Artinya: “Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang
waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik
bagimu, jika kamu mengetahui..” (Q.S.al-Baqarah/2: 280)

Apabila orang membayar utangnya dengan memberikan kelebihan atas kemauannya


sendiri tanpa perjanjian sebelumnya, kelebihan itu halal bagi yang berpiutang, dan
merupakan suatu kebaikan bagi yang berutang. Rasulullah saw, bersabda: “Sesungguhnya
sebaik-baik kamu, ialah yang sebaik-baiknya kita membayar utang.” (sepakat ahli hadis).
Abu Hurairah ra. Berkata, “Rasulullah saw. Telah berutang hewan, kemudian beliau
bayar dengan hewan yang lebih besar dari hewan yang beliau utang itu, dan Rasulullah
saw. Bersabda, “Orang yang paling baik ialah orang yang dapat membayar utangnya
dengan yang lebih baik.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Bila orang yang berpiutang meminta tambahan pengembalian dari orang yang melunasi
utang dan telah disepakati bersama sebelumnya, hukumnya tidak boleh. Tambahan
pelunasan tersebut tidak halal sebab termasuk riba. Rasulullah saw. Berkata “Tiap-tiap
piutang yang mengambil manfaat maka ia semacam dari beberapa macam riba.” (HR.
Baihaqi)

3. Sewa-menyewa
a. Pengertian sewa menyewa
Sewa menyewa dalam fiqh Islam disebut ijarah, artinya imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran,
tempat tinggal, atau hewan.
Dasar hukum ijarah dalam firman Allah SWT.

‫َو اْلَو اِلَداُت ُيْر ِض ْع َن َأْو الَدُهَّن َح ْو َلْي ِن َك اِم َلْي ِن ِلَم ْن َأَر اَد َأْن ُيِتَّم الَّر َض اَع َة َو َع َلى اْلَم ْو ُل وِد َل ُه‬
‫ِر ْز ُقُهَّن َو ِك ْس َو ُتُهَّن ِباْلَم ْع ُروِف ال ُتَك َّلُف َن ْف ٌس ِإال ُو ْس َعَه ا ال ُتَض اَّر َو اِلَد ٌة ِبَو َلِدَه ا َو ال َم ْو ُل وٌد‬
‫َلُه ِبَو َلِدِه َو َع َلى اْلَو اِر ِث ِم ْث ُل َذ ِلَك َفِإْن َأَر اَدا ِفَص اال َع ْن َت َر اٍض ِم ْن ُهَم ا َو َتَش اُو ٍر َفال ُج َن اَح‬
‫َع َلْي ِه َم ا َو ِإْن َأَر ْد ُتْم َأْن َت ْس َت ْر ِض ُعوا َأْو الَد ُك ْم َفال ُج َن اَح َع َلْي ُك ْم ِإَذ ا َس َّلْم ُتْم َم ا آَت ْي ُتْم ِب اْلَم ْع ُروِف‬
)٢٣٣( ‫َو اَّتُقوا َهَّللا َو اْع َلُموا َأَّن َهَّللا ِبَم ا َت ْع َم ُلوَن َبِص يٌر‬

Artinya: ”...dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut...” (Q.S.
al-Baqarah/2: 233)

‫َأْس ِك ُنوُهَّن ِم ْن َح ْي ُث َس َك ْنُتْم ِم ْن ُو ْج ِد ُك ْم َو ال ُتَض اُّر وُهَّن ِلُتَض ِّي ُقوا َع َلْي ِه َّن َو ِإْن ُك َّن ُأوالِت‬
‫َح ْم ٍل َف َأْن ِفُقوا َع َلْي ِه َّن َح َّت ى َيَض ْع َن َح ْم َلُهَّن َف ِإْن َأْر َض ْع َن َلُك ْم َف آُتوُهَّن ُأُج وَر ُهَّن َو ْأَت ِم ُروا‬
)٦( ‫َب ْي َن ُك ْم ِبَم ْع ُروٍف َو ِإْن َت َع اَس ْر ُتْم َفَس ُتْر ِض ُع َلُه ُأْخ َر ى‬

Artinya: “...kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak) mu maka berikanlah


imbalannya kepada mereka...” (Q.S. at-Talaq/65: 6)

b. Syarat dan rukun sewa menyewa


1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah balig dan berakal sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh
kedua belah pihak. Misalnya, ada orang yang menyewa sebuah rumah. Si penyewa
harus menerangkan secara jelas kepada pihak yang menyewakan, apakah rumah
tersebut mau ditempati atau dijadikan gudang. Dengan demikian, si pemilik rumah
akan mempertimbangkan boleh atau tidak disewa. Sebab risiko kerusakan rumah
antara dipakai sebagai tempat tinggal berbeda dengan risiko dipakai sebagai gudang.
Demikian pula jika barang yang disewakan itu mobil, harus dijelaskan dipergunakan
untuk apa saja.
6) Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan jelas.
7) Harga sewa dan car pembayaannya juga harus ditentukan dengan jelas serta disepakati
bersama.
Dalam hal sewa menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas dan
disepakati bersama sebelumnya hal-hal berikut.
1) Jenis pekerjaan dan tenaga kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, mingguan
ataukah borongan?
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan,dan lain-lain, kalau ada.

C. Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan dua bagian atau lebih
sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
Menurut istilah, syirkah adalah suatu akad yang dilakuakan oleh dua pihak atau lebih yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
a) Rukun dan Syarat Syirkah
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidni). Syarat orang yang melakukan akad adalah
harus memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan taasarruf (pengelolaan harta).
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud’alaihi mencakup pekerjaan atau modal. Adapun
syarat pekerjaan atau benda yang dikelola dalam syirkah harus halal dan
diperbolehkan dalam agama dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau disebut juga dengan istilah sigat. Adapun syarat sah akad harus
berupa tasarruf , yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
b) Macam-macam Syirkah
1) Syirkah ‘Inan
Syirkah ‘inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing memberi
konstribusi kerja (amal) dan modal (mal). Syirkah ini hukumnya boleh berdasarkan
dalil sunah dan ijma ‘sahabat.
2) Syirkah ‘Abdan
Syirkah ‘abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-masing, hanya
memberikan konstribusi kerja (amal), tanpa konstribusi modal (amal). Kerja kerja itu
dapat berupa kerja pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperi tukang
batu). Syirkah ini juga dise.but syirkah ‘amal.
3) Syirkah Wujuh
Syrikah wujuh adalah kerja sama karena didasarkan pada kedudukan, ketokohan, atau
keahlian (wujud) seseorang di tengah masyarakat. Syirkah wujuh adalah syirkah antara
dua pihak yang sama-sama memberikan konstribusi kerja (amal) dengan pihak ketiga
yang memberikan konstribusi modal (mal).
D. Mudarabah
1. Pengertian dan Hukum Mudarabah
Mudarabah adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh dua orang/pihak atau lebih dan
salah satu orang/pihak,diantara mereka bersedia mengeluarkan sejumlah modal uang atau
barang untuk diperdagangkan oleh pihak lainnya dengan ketentuan pembagian laba sesuai
kesepakatan. Hukum mudarabah adalah jaiz(boleh)selama tidak ada pihak yang
dirugikan. Sebagai firman Allah SWT Berikut :

‫ِإَّن َر َّب َك َي ْع َلُم َأَّن َك َت ُق وُم َأْد َن ى ِم ْن ُثُلَث ِي الَّلْي ِل َو ِنْص َفُه َو ُثُلَث ُه َو َط اِئَف ٌة ِمَن اَّل ِذيَن َمَع َك َو ُهَّللا‬
‫ُيَقِّد ُر الَّلْي َل َو الَّن َه اَر َع ِلَم َأْن َلْن ُتْح ُصوُه َفَت اَب َع َلْي ُك ْم َف اْق َر ُءوا َم ا َت َي َّس َر ِمَن اْلُق ْر آِن َعِلَم َأْن‬
‫َس َي ُك وُن ِم ْنُك ْم َم ْر َض ى َو آَخ ُروَن َي ْض ِر ُبوَن ِفي األْر ِض َي ْب َتُغ وَن ِم ْن َفْض ِل ِهَّللا َو آَخ ُروَن‬
‫ُيَقاِتُلوَن ِفي َس ِبيِل ِهَّللا َفاْق َر ُءوا َم ا َت َي َّس َر ِم ْن ُه َو َأِقيُم وا الَّص الَة َو آُت وا الَّز َك اَة َو َأْق ِر ُض وا َهَّللا‬
‫َقْر ًض ا َح َس ًن ا َو َم ا ُتَق ِّد ُموا ألْنُفِس ُك ْم ِم ْن َخ ْي ٍر َت ِج ُد وُه ِع ْن َد ِهَّللا ُه َو َخ ْي ًر ا َو َأْع َظ َم َأْج ًر ا‬
)٢٠( ‫َو اْس َتْغ ِفُروا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َغ ُفوٌر َر ِحيٌم‬
Artinya: Dan yang lain berjalan dibumi mencari sebagian karunia Allah.(Q.S. Al-
Muzzammil,73;20)
Mudarabah ini telah terjadi di Zaman Rasulullah saw.,bahkan beliau sendiri pernah
melakukannya dengan Siti khadijah sebelum beliau menikahinya. Rasulullah saw. Pergi
ke negeri Syam dengan membawa modal dagangan dari Siti Khadijah,dan sepulangnya
dari perniagaan beliau segera menyerahkan modal pokoknya dan membagi keuntungan
sesuai kesepakatan.
2. Syarat-syarat Mudarabah
Sebelum melaksanakan mudarabah,terlebih dahulu harus terpenuhi syarat-syaratnya yaitu
sebagai berikut.
a. Modal yang akan dimudarabah harus jelas dalam bentuk uang tunai,bukan
barang,emas,perak batangan,atau barang barang berharga lainnya.
b. Jumlah modal yang akan dimudarabahkan harus jelas jumlah nya agar dapat
dibedakan dengan keuntungan yang didapatkannya.
c. Keuntungan yang akan didapatkan oleh pemilik modal dan bekerja harus dijelaskan
dalam transaksi sesuai kesepakatan,misalnya dengan sistem paruhan,sepertiga,atau
seperempat.
d. Mudarabah harus bersifat mutlak,artinya sipemilik modal tidak boleh ikut campur
dalam pelaksanaan usaha yang akan dijalankan oleh pihak pekerja.
Jika persyaratan tersebut tidak terpenuhi,mudarabah tidak dapat dijalankan.
Artinya,mudarabah menjadi batal dengan sendirinya manakala ditengah perjalanan ada
syarat-syarat yang dilanggar oleh salah satu pihak yang bertransaksi.
3. Rukun Mudarabah
Rukun mudarabah adalah ijabdan kabul,yaitu suatu transaksi atau timbang terima yang
dilakukan oleh kedua belah pihak. Dalam melakukan ijab kabul tidak disyaratkan
mengucapkannya dengan bahasa atau lafal-lafal tertentu,tetapi cukup dengan bahasa dan
ungkapan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang melakukan ijab kabul.
Hikmah disyariatkannya investasi mudarabah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Mudarabah akan menampakkan sifat dan semangat kebersamaan serta keadilan.Hal ini
terbukti melalui kebersamaan menanggung kerugian yang dialami suatu usaha,dan
membagikan keuntungan yang besar(sesuai dengan perjanjian)di saat ekonomi sedang
booming.
b. Mudarabah akan menyatukan modal dengan skill(keahlian)yang selama ini senantiasa
terpisah dalam sistem perekonomian konversional,sebab sistem tersebut memang
diciptakan untuk menunjang mereka yang memiliki modal.
c. Mudarabah dapat menggairahkan perekonomian umat islam,khususnya bagi para
pemilik modal yang selama ini masih ragu-ragu tentang hukum bunga bank
konvensional. Secara mudarabah,mereka yakin usahanya terhindar dari hal-hal yang
meragukan dan tetap sesuai dengan syariat islam.
E. Musaqah
Musaqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani. Pemilik kebun
menyerahkan kepada petani agar dipelihara panennya nanti akan dibagi dua menurut
persentase yang ditentukan padawaktu akad.
Konsep musaqah merupakan konsep kerja sama yang saling menguntungkan antara
kedua belah pihak (simbiosis mutualisme). Tidak jarang para pemilik lahan tidak memiliki
waktu luang untuk merawat perkebunannya. Sementara dipihak lain ada petani yang
memiliki lahan yang bisa digarap. Dengan adanya sistem kerja sama musaqah,setiap pihak
akan sama-sama mendapatkan manfaat.
F. Muzara’ah dan Mukhabarah
Muzara’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan Petani
penggarap. Dalam kerja sama ini benih tanaman berasal dari petani. Sementara mukhabarah
ialah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap. Dalam
kerja sama ini,benih tanamannya berasal dari pemilik lahan. Muzara’ah memang sering kali
diindentikkan dengan mukharabah. Namun demikian,keduanya sebenarnya memilki sedikit
perbedaan. Muzara’ah benihnya berasal dari petani penggarap,sedangkan mukhabarah
benihnya berasal dari pemilik lahan.
Muzara’ah dan mukhabarah merupakan bentuk kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dan penggarap yang sudah dikenal sejak masa Rasulullah saw. Dalam
hal ini,pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan pembagian persentase tertentu dari hasil panen. Di Indonesia khusunya di
kawasan pedesaan, kedua model penggarapan tanah itu sama-sama dipraktikkan oleh
masyarakat petani. Landasan syariahnya terdapat dalam hadis dan ijma’ulama.
G. Perbankan
1. Pengertian perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun dana
masyarakat dan disalurkan kembali dengan menggunakan sistem bunga. Hakikat dan
tujuan bank ialah untuk membantu masyarakat yang memerlukan. Bank membantu
masyarakat dalam bentuk penyimpanan maupun peminjam,baik berupa uang atau barang
berharga lainnya dengan imbalan bunga yang harus dibayarkan oleh masyarakat sebagai
pengguna jasa bank.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya,dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu
seperti berikut :
a. Bank Konvensional
Bank konversional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk
disalurkan kepada yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha.
Penghimpun dana digunakan untuk mengembangkan usahanya dengan menggunakan
sistem bunga.
b. Bank islam atau bank syari’ah
Bank islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat islam. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak dalam bank islam.
Bank syari’ah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya sebagai
berikut :
1) Mudarabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha dengan
perjanjian bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase
sesuai perjanjian. Dalam sistem mudarabah,pihak bank sama sekali tidak
mengintervensi manajamen perusahaan.
2) Musyarakah, yakni kerjasama antara pihak bank dan pengusaha di manamasing-
masing pihak sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak
mengelola usahanya secara bersama-sama dan menanggung untung ruginya secara
bersama-sama pula.
3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, maupun surat berharga.
Amanah dari pihak nasabah tersebut dipelihara dengan baik oleh pihak bank. Pihak
bank juga memiliki hak unuk menggunakan dana yang dititipkan dan menjamin
bisa mengembalikan dana tersebut sewaktu-waktu pemiliknya memerlukan.
4) Qardul hasan, yakni pembiayaan lunak yang diberikan kepada nasabah yang baik
dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan mengembalikan simpanan
pokok pada saat jatuh tempo biasanya layanan ini hanya diberikan untuk nasabah
yang memiliki deposito di bank tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank
kepada nasabahnya.
5) Murabahah, yaitu istilah dalam fiqih islam yang menggambarkan suatu jenis
penjualan dimana penjual sepakat dengan pembeli untuk menyediakan suatu
produk, dengan ditambah jumblah keuntungan tertenteu diatas biaya produksi.
Disini, penjual mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan
beberapa keuntungan yang hendak di ambilnya. Pembayaran dapat dilakukan saat
penyerahan atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang disepakati. Dalam hal ini,
bank membelikan atau menyediakan barang yang diperlukan pengusaha untuk
dijual lagi. Kemudian, bank meminta tambahan harga atas harga pembeliannya
tersebut. Namun demikian, pihak bank harus secara jujur menginformasikan harga
pembelian yang sebenarnya.

H. Asuransi Syari’ah
1. Prinsip-prinsip Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, Assuranite yang artinya pertanggungan. Dalam
bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’min yang berarti pertanggungan, perlindungan,
keamanan, ketenangan atau bebas dari perasaan takut. Si penanggung
(Assuradeur) disebut Mu’ammin dan tertanggung (grasrurrerde) disebut musta’min.
Dalam islam, asuransi merupkan dari muamalah. Dasar hukum asuransi menurutfikih
islam adalah boleh (jaiz) dengan suatu ketentuan produk asuransi tersebut harus sesuai
dengan ketentuan hukum islam. Pada umumnya, para ulama berpendapat asuransi yang
berdasarkan syariah dibolehkan dan asuransi konvensional haram hukumnya.
Asuransi dalam ajaran islam merupakan salah satu upaya seorang muslim yang
didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak
memiliki daya apapun ketika menerima musibah dari Allah SWT., baik berupa kematian,
kecelakaan, bencana alam maupun takdir buruk yang lain untuk menghadapi berbagai
musibah tersebut, ada beberapa cara untuk menghadapinya. Pertama, menanggungnya
sendiri. Kedua, mengalihkan resiko ke pihak lain. Ketiga, mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran islam, musibah bukanlah permasalahan individual, melainkan masalah
kelompok walaupun musibah ini hanya menimpa individu tertentu. Apalagi jika musibah
itu mengenai masyarakat luas seperti gempa bumi atau banjir. Berdasarkan ajaran inilah,
tujuan asuransi sangat sesuai dengan semangat ajaran tersebut.

Allah SWT. menegaskan hal ini dalam beberapa ayat, di antaranya berikut ini :

‫َي ا َأُّي َه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا ال ُتِحُّلوا َش َع اِئَر ِهَّللا َو ال الَّش ْه َر اْلَح َر اَم َو ال اْلَه ْد َي َو ال اْلَقالِئ َد َو ال آِّميَن‬
‫اْلَب ْيَت اْل َح َر اَم َي ْب َتُغ وَن َفْض ال ِم ْن َر ِّب ِه ْم َو ِر ْض َو اًن ا َو ِإَذ ا َح َلْلُتْم َفاْص َط اُد وا َو ال َي ْج ِر َم َّنُك ْم َشَن آُن‬
‫اْلَم ْس ِج ِد اْل َح َر اِم َأْن َت ْع َت ُد وا َو َت َع اَو ُنوا َع َلى اْلِب ِّر َو الَّتْق َو ى َو ال َت َع اَو ُنوا‬ ‫َقْو ٍم َأْن َص ُّد وُك ْم َع ِن‬
)٢( ‫َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِديُد اْلِع َقاِب‬ ‫َع َلى اإلْث ِم َو اْلُع ْد َو اِن‬
Artinya : “... dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dosa dan pelanggaran.
Dan bertakwalah kamu kepada Allah SWT... “ (Q.S Al-Maidah/5 : 2)

Banyak pula hadis Rasulullah saw. yang memerintahkan umat islam untuk
salingmelindungi saudaranya dalam menghadapi kesusahan. Berdasarkan ayat Al-Quran
dan riwayat hadis, dapat dipahami bahwa musibah ataupun resiko kerugian akibat
musibah wajib ditanggung bersama. Setiap individu bukan menanggungnya sendiri-
sendiri dan tidak pula dialihkan kepihak lain. Prinsip menanggung musibah secara
bersama-sama inilah yang sesungguhnya esensi dari asuransi syariah.

2. Perbedaan Asuransi Syari’ah dan Asuransi Konvensional


Prinsip Asuransi Syari’ah tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem konvensional,
yang menggunakan prinsip transfer risiko. Sesorang membayar sejumblah premi untuk
mengalihkan risiko yang tidak mampu dia pikul kepada perusahaan asuransi. Dengan kata
lain, telah terjadi “jual beli atas risiko kerugian yang belum pasti terjadi. Disinilah cacat
perjanjian asuransi konvensional. Sebab akad dalam islam mensyaratkan adanya sesuatu
yang bersifat pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensinal dikenal dana hangus, dimana peserta
tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin mengundurkan diri sebelum jatuh
tempo. Dalam konsep asuransi syari’ah, mekanismenya tidak mengenal dana hangus.
Peserta yang baru masuk sekalipun, karena satu dan hal ingin mengundurkan diri, dana
atau premi yang sebelumnya sudah dibayarkan
BAB III
KESIMPULAN

Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Prinsip-prinsip
kegiatan Ekonomi Islam adalah sebagai berikut :
1. Kekuasaan milik tertinggi adalah milik Allah dan Allah adalah pemilik yang absolute
atas semua yang ada.
2. Manusia merupakan pemimpin (khalifa) Allah di bumi tapi bukan pemilik yang
sebenarnya.
3. Semua yang didapatkan dan dimiliki oleh manusia adalah karna seizing Allah, oleh
karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung.
4. Kekayaan tidak boleh ditumpuk terus atau ditimbun.
5. Kekayaan harus diputar.
6. Eksploitasi ekonomi dalam segala bentuknya harus dihilangkan.
7. Menghilangkan jurang perbedaan antar individu dapat menghapuskan konflik antar
golongan dengan cara membagikan kepemilikan seseorang setelah kematiannya kepada
para ahli warisnya.
8. Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu
termasuk bagi anggota masyarakat yang miskin.

Muāmalah ialah kegiatan tukar-menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli, sewa-menyewa, utang-piutang,
pinjam-meminjam, urusan bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Syirkah (perseroan) berarti suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih yang bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan. Syirkah ada beberapa macam: syirkah `inān, syirkah „abdān, syirkah wujūh,
dan syirkah mufāwaḍah.
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak
pertama menyediakan semua modal (ṡāhibul māl), sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola atau pengusaha (muḍarrib).
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang
pemilik kebun menyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti
dibagi dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
Bank Islam atau bank syariah, yaitu bank yang menjalankan operasinya menurut
syariat Islam.
Bank syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba,
misalnya: muḍārabah, musyārakah, waḍ³‟ah, qarḍul hasān, dan murābahah.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/business/prinsip-dan-praktik-ekonomi-islam-pdf-file.html

http://neynafn.blogspot.co.id/2015/05/makalah-prinsip-prinsip-ekonomi-islam.html

Anda mungkin juga menyukai