Anda di halaman 1dari 7

ESSAY

Jual Beli Petasan dalam Pandangan Islam


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Mikro Ekonomi Islam”

Dosen Pengampu :
Ana Tony Roby Chandra Yudha, S.EI.MS.EI.

Disusun Oleh :
Halimatus Sa'diyah (08020422046)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2023

Bab I
Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari, manusia memiliki banyak kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dengan terpenuhinya kebutuhan, maka manusia dapat bertahan hidup dengan baik.
Kebutuhan-kebutuhan manusia meliputi berbagai macam aspek, misalnya kebutuhan akan
barang maupun jasa. Kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa didapatkan dengan adanya
aktivitas ekonomi di dalam masyarakat.

Berdasarkan kamus ekonomi, definisi dari kegiatan ekonomi adalah aktivitas masyarakat
yang mencakup produksi, distribusi, dan konsumsi suatu barang ataupun jasa. Berdasarkan
pendapat Paul A. Samuelson, definisi kegiatan ekonomi adalah aktivitas yang dilakukan oleh
manusia beserta kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk
memperoleh berbagai komoditi dan mendistribusikannya untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

Salah satu contoh kegiatan ekonomi yang sering kita lakukan adalah kegiatan menjual atau
membeli sebuah barang atau jasa. Kegiatan jual beli sudah sangat familiar bagi semua
orang di zaman sekarang yang serba modern, dimana kita hanya perlu menggunakan uang
sebagai alat tukar dari suatu barang, tidak seperti zaman dahulu yang masih menggunakan
sistem barter. Tujuan dari jual beli adalah agar manusia bisa mendapatkan keuntungan
serta dapat saling memenuhi kebutuhan hidupnya.
Islam adalah agama yang berpedoman kepada firman Allah Swt. di dalam Al-Quran serta
sunnah-sunnah rasul-Nya. Sesungguhnya Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
kebaikan umatnya. Segala sesuatu yang sudah ditetapkan dalam Islam pasti mengandung
hikmah bagi kebaikan umat-Nya. Segala aturan-aturan, baik berupa perintah, larangan, dan
sunnah yang ada dalam Islam adalah perwujudan dari cinta kasih Allah Swt. kepada hamba-
hambanya.

Allah secara tegas telah mengatur segala hal yang ada di bumi, termasuk hukum jual beli
dalam islam. Pada dasarnya, Islam menghukumi jual beli sebagai tindakan yang
diperbolehkan. Bahkan, Rasulullah Saw. pernah menjadi seorang pedagang hingga
menjelajahi Negeri Syam demi membantu pamannya, Abu Thalib. Jual beli memang
diperbolehkan dalam Islam, namun tidak semua jenis transaksi jual beli dihalalkan. Terdapat
syarat-syarat yang harus dipenuhi serta larangan-larangan yang harus dihindari demi
menghindari dosa yang dapat terjadi saat transaksi jual beli.

Saat ini, masyarakat tidak asing dengan benda yang disebut petasan. Petasan adalah
benda yang dapat menimbulkan ledakan serta dapat mengeluarkan suara yang nyaring.
Benda ini selalu saja hadir untuk menemani perayaan-perayaan istimewa, seperti perayaan
hari jadi, tahun baru, dan perayaan saat malam takbiran Idul Fitri. Petasan selalu laris manis
saat dijual pada momen-momen perayaan tersebut sehingga banyak masyarakat yang
melihat peluang bisnis dari benda ini. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan akan
petasan, terutama jika tiba momen-momen besar seperti perayaan Idul fitri 1444 Hijriah
kemarin.

Di dalam islam, salah satu syarat dihalalkannya transaksi jual beli adalah barang yang
diperjualbelikan tidak boleh barang yang berbahaya atau yang dapat mendatangkan
mudharat. Sementara itu, petasan adalah sebuah benda yang dapat meledak dan
membahayakan siapa saja yang dikenainya. Sudah banyak korban-korban yang menderita
akibat tragedi petasan ini. Sungguh sebuah ironi ketika hati bermaksud untuk merayakan
sesuatu yang menyenangkan namun harus berujung tragis.

Pada essay ini, saya selaku penulis memilih judul ini setelah melihat banyaknya masyarakat
yang rela berbondong-bondong menghabiskan puluhan bahkan ratusan ribu uangnya hanya
untuk bermain petasan. Padahal petasan termasuk benda yang tidak memiliki nilai manfaat,
bahkan dapat mendatangkan mudharat. Tragedi meninggalnya bayi di Gresik pada momen
Lebaran kemarin yang disebabkan oleh suara petasan semakin mendorong saya untuk
membahas judul ini dengan harapan dapat meluruskan dan menjelaskan kepada
masyarakat tentang bagaimana islam memandang petasan.

Rumusan Masalah
1. Apa itu jual beli dalam Islam?
2. Apa yang mendasari jual beli dalam islam?
3. Apa saja syarat objek yang boleh diperjualbelikan dalam Islam?
4. Bagaimana hukum dari jual beli petasan dalam Islam?

Tujuan
1. Memahami definisi jual beli dalam islam.
2. Memahami dasar-dasar jual beli dalam Islam.
3. Mengetahui syarat objek yang boleh diperjualbelikan dalam islam.
4. Memahami hukum Islam dalam menanggapi jual beli petasan.

Bab II
Pembahasan

1. Definisi jual beli dalam islam


Sebelum jual beli dilakukan, pada zaman dahulu manusia masih menggunakan sistem
barter untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Barter adalah kegiatan menukarkan suatu
barang dengan barang lain yang diperkirakan mempunyai nilai yang sama. Misalnya,
seorang petani yang hanya mempunya beras sebagai bahan makanannya, lalu ia ingin
menukarkan sebagian berasnya kepada orang lain yang memiliki ikan. Namun seiring
berjalannya waktu, sistem ini dirasa kurang pas karena memiliki banyak kelemahan. Oleh
karena itu, sistem barter mulai ditinggalkan dan manusia mulai menciptakan uang sebagai
alat tukar sehingga sistem jual beli lah yang digunakan sampai sekarang.

Jual beli merupakan suatu aktivitas dimana pemilik melakukan pemindahan hak milik berupa
barang atau jasa kepada orang lain dengan syarat orang tersebut mampu menyerahkan
sejumlah uang yang telah ditetapkan oleh pemilik sebagai alat tukar. Secara etimologi, jual
beli merupakan menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa Arab, jual
beli memiliki istilah lain seperti, al-ba’i, asy-syira’, al-mubadah, dan at-tijarah.
Sedangkan secara istilah terminologi, jual beli memiliki dua pengertian :
1. Melepaskan hak milik atas suatu barang dengan menukarkannya dengan suatu barang
lain atau dengan sejumlah uang yang telah disepakati bersama dengan sukarela
“Kepemilikan harta dengan cara tukar menukar sesuai dengan syara”.
2. Menurut Ibnu Qadamah dalam kitab Al-Mugni:
”Pertukaran Harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik.”

Sedangkan menurut tokoh-tokoh muslim, jual beli memiliki pengertian:

1. Menurut Imam Hanafi dalam Mazhab Hanafi, jual beli berarti pertukaran suatu harta
dengan harta yang lain dengan cara tertentu.
2. Menurut Imam Syafi’i dalam Mazhab Syafi’i, jual beli merupakan pertukaran sesuatu
harta benda dengan harta benda yang lain, yang keduanya boleh dikendalikan,
dengan akad yang diperbolehkan oleh syariat.
3. Menurut Abu Bakr bin Muhammad al-Husain, jual beli merupakan akad pertukaran
harta benda yang dapat memberikan seseorang hak kepemilikan suatu benda atau
manfaat untuk selamanya.
4. Menurut Al-Qalyubi, jual beli adalah suatu kontrak atau akad yang saling mengganti
dengan harta yang berdampak kepada kepemilikan terhadap satu benda atau
manfaat untuk tempo waktu dan selamanya serta bukan untuk mendekatkan diri
kepada Allah (bukan hibah, shadaqah, dan wakaf).

Dari pendapat para tokoh-tokoh muslim diatas, dapat disimpulkan bahwa jual beli dalam
Islam adalah kegiatan yang melibatkan dua pihak atau lebih untuk melakukan pertukaran
barang dengan metode tertentu, baik pertukaran antara barang dengan barang (barter)
ataupun pertukaran antara barang dengan alat tukar seperti uang yang dilakukan atas dasar
sukarela.

2. Dasar-dasar jual beli dalam Islam


Jual beli hukumnya boleh dalam islam dengan didasari oleh Al-Quran, hadist, dan ijma’.
● Al-Quran
A. Allah berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat: 275
‫َوَأ َح َّل هَّللا ُ ْال َبي َْع َو َحرَّ َم الرِّ َبا‬
“Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

B. Q.S Al-Baqarah: 198


ُ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُج َنا ٌح َأنْ َت ْب َت ُغوا َفضْ اًل مِنْ َر ِّبك ْم‬
َ ‫ۚ لَي‬
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu”

C. Q.S An-Nisa: 29
‫اض ِم ْن ُك ْم‬
ٍ ‫ار ًة َعنْ َت َر‬ َ ‫ۚ ِإاَّل َأنْ َت ُك‬
َ ‫ون ت َِج‬
“Kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.”

D. Q.S Al-Baqarah: 282


ُ‫َۚ وَأ ْش ِهدُوا ِإ َذا َت َبا َيعْ ت ْم‬
“Dan persaksikanlah apabila kamu jual beli”

● Hadits
“Rasulullah Saw ditanya oleh salah seorang sahabat tentang profesi apa yang paling baik.
Rasulullah Saw. menjawab: Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang
diberkati (mabrur)” (HR. Al-Bazzar dan Al-Haim No. 800 Bab Buyu’).

Mabrur yang dimaksud adalah ketika dalam proses jual beli itu bersih, tidak ada unsur
penipuan dan kedua pihak saling ridha dalam melakukannya.

● Ijma’
Ulama sepakat jika jual beli diperbolehkan karena manusia merupakan mahluk sosial yang
saling membutuhkan dan mereka harus mencukupi kebutuhan hidupnya melalui jual beli.
Namun, hukum jual beli bisa bisa saja berubah menjadi sunnah, wajib, haram, atau makruh,
tergantung pada kondisi dan bagaimana mereka melakukannya.

3. Syarat-syarat objek yang boleh diperjualbelikan dalam Islam

Syarat-syarat yang wajib dipenuhi mengenai barang yang boleh diperjualbelikan dalam
Islam adalah:
● Benda suci
Benda yang diperjualbelikan harus benda suci atau mungkin bisa untuk disucikan. Maka dari
itu, dilarang untuk memperjual belikan anjing dan babi. Namun, berdasarkan riwayat lain dari
Nabi menyatakan bahwa anjing dengan maksud digunakan untuk berburu boleh untuk
diperjualbelikan.
● Barang harus ada
Barang yang hendak diperjualbelikan harus sudah jelas keberadaannya, tidak boleh
memperjual belikan seperti buah yang belum muncul ataupun hewan yang masih berada
dalam kandungan.
● Barang dapat diserahterimakan
Barang harus bisa diserahterimakan maksudnya adalah bukan merupakan benda yang
hilang atau tidak jelas keberadaannya.
● Barang dapat dimanfaatkan
Dilarang memperjual belikan barang yang tidak ada manfaatnya bagi kehidupan, seperti jual
beli patung atau berhala.
● Barang dan harganya jelas
Wujud serta harganya transparan sehingga dapat kita amati langsung dengan jelas terhindar
dari unsur penipuan.
● Barang milik pribadi
Barang yang kita miliki secara pribadi atau barang orang lain yang mana kita diberi kuasa
untuk memperjual belikannya.
● Barang yang dipegang
Salah satu syarat objek yang dapat diperjualbelikan dalam Islam adalah barang tersebut
barang yang telah dipegang atau dikuasai.

3. Hukum jual beli petasan dalam Islam


Dalam suatu perayaan hari istimewa, petasan sering diidentikkan sebagai benda yang dapat
memeriahkan suasana. Petasan adalah suatu benda yang terdiri dari lapisan-lapisan kertas
yang membungkus suatu serbuk kimia dan biasanya memiliki sumbu pada bagian ujungnya.
Sumbu tersebut tempat untuk menyalakan api sehingga petasan tersebut dapat
menimbulkan ledakan kecil yang dianggap dapat menambah kemeriahan suasana.

Momen-momen langka dan istimewa seperti lebaran dan tahun baru biasanya selalu diiringi
dengan petasan. Banyak masyarakat mulai dari anak kecil hingga dewasa ikut memeriahkan
momen tersebut dengan bermain petasan. Hal ini tentu dianggap sebagai suatu peluang
bagi pihak lain. Banyak pedagang-pedagang petasan bermunculan terutama pada saat
momen-momen tersebut. Bagi mereka yang memang sudah lama berdagang petasan pun
tak mau kalah dengan menambah barang dagangan mereka demi memenuhi tingginya
permintaan. Lalu, bagaimana pandangan Islam tentang hal ini?

Jika ditelaah dari syarat bolehnya suatu objek untuk diperjualbelikan dalam islam, maka
petasan diperbolehkan karena beberapa alasan. Seperti yang dibahas dalam Muktamar NU
ke-2 di Surabaya, ada beberapa faktor yang memperbolehkan untuk memperjualbelikan
petasan. Pertama, petasan bukanlah benda najis. Kedua, petasan masih memiliki nilai guna,
yaitu sebagai hiburan. Ketiga, petasan berfungsi untuk memeriahkan suatu momen yang
dianggap istimewa. Petasan juga merupakan barang yang jelas, dapat dipegang, serta
dapat diserahterimakan. Maka dari itu, petasan sudah memenuhi segala syarat
diperbolehkannya suatu objek untuk diperjualbelikan.

Disisi lain, masih banyak pihak yang mengharamkan petasan. Hal ini dikarenakan petasan
termasuk barang yang dapat mendatangkan mudharat. Petasan merupakan benda yang
dapat meledak jika diberi api. Meskipun ledakan yang dihasilkan kecil, bukan berarti petasan
tidak berbahaya sama sekali. Banyak tragedi petasan yang sudah terjadi di Indonesia.
Dampak ledakan yang ditimbulkan mulai dari kerusakan bangunan parah hingga korban
jiwa. Tragedi terbaru terjadi di Kota Gresik, Jawa Timur. Seorang bayi tewas setelah
mendengar suara keras dari petasan yang disulut tetangganya.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berfatwa bahwa memperjualbelikan petasan


adalah haram maka tidak boleh memperjualbelikannya. Hal itu disebabkan dua faktor:
1. Petasan dianggap menyia-nyiakan harta karena tidak memiliki fungsi yang benar-
benar bermanfaat untuk kehidupan. Sikap menyia-nyiakan harta adalah haram
dalam Islam.
2. Terdapat banyak mudharat, seperti suaranya yang bising, ledakan yang ditimbulkan
dapat menyebabkan kebakaran, serta dapat memakan korban jiwa.

Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapat dalam menentukan haram
tidaknya untuk memperjualbelikan petasan. Menurut pendapat pribadi penulis, jika dilihat
dari syarat objek yang boleh diperjualbelikan, memang petasan sudah memenuhi, akan
tetapi mudharat yang dihasilkan juga besar. Selain itu, harga petasan juga relatif mahal
untuk sekedar hiburan yang singkat, sehingga cenderung untuk menghambur-hamburkan
uang. Hal tersebut bisa dijadikan dasar sebagai diharamkannya untuk memperjualbelikan
petasan.

Bab III

Kesimpulan
1. Jual beli dalam Islam adalah kegiatan yang melibatkan dua pihak atau lebih untuk
melakukan pertukaran barang dengan metode tertentu, baik pertukaran antara
barang dengan barang (barter) ataupun pertukaran antara barang dengan alat tukar
seperti uang yang dilakukan atas dasar sukarela.
2. Syarat-syarat yang wajib dipenuhi mengenai barang yang boleh diperjualbelikan
dalam Islam adalah barang tersebut suci, jelas keberadaannya, dapat
diserahterimakan, dapat dimanfaatkan, barang dan harganya jelas, milik pribadi,
serta dapat dipegang atau dikuasai.
3. Terdapat perbedaan pendapat antara para ulama dalam menentukan haram
tidaknya untuk memperjualbelikan petasan. Secara syaratnya, petasan merupakan
objek yang memenuhi untuk diperjualbelikan, tapi terdapat beberapa mudharat,
sehingga penulis berpendapat secara pribadi bahwa petasan cenderung ke haram
hukumnya untuk diperjualbelikan.

Saran
Sebagai penutup essay ini, penulis ingin memberikan beberapa saran kepada masyarakat
secara umum dengan harapan, kita semua dapat terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan
karena disebabkan oleh petasan.
1. Jika hendak membeli petasan, sebaiknya kita didampingi oleh orang yang lebih
berpengalaman dan kita harus paham tentang cara memainkannya.
2. Nyalakanlah petasan di tempat yang lapang serta jauh dari pemukiman penduduk
agar tidak mengganggu mereka serta menghindari kemungkinan terburuk yang
dapat terjadi.
3. Berhati-hati dalam menyalakan petasan serta pahami risikonya bagi diri sendiri dan
orang lain.
4. Pikirkan lagi sebelum membeli petasan! Lebih bijaklah dalam menghabiskan uang.
Ada baiknya digunakan untuk membeli barang yang lebih bermanfaat untuk jangka
panjang.

Ref
http://etheses.iainponorogo.ac.id/5774/1/BAB%20I%2C%20II%2C%20III%2C%20IV%2C
%20V.pdf
https://news.detik.com/berita/d-6695808/petasan-tetangga-bikin-bayi-kaget-dan-meninggal-
ini-rangkuman-beritanya/amp
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Petasan
https://www.tanamduit.com/belajar/inspirasi/sejarah-uang-dalam-peradaban-manusia-dari-
barter-sampai-digital/amp
http://eprints.radenfatah.ac.id/2718/2/BAB%20II.doc#:~:text=Jual%20beli%20dalam
%20bahasa%20arab,dengan%20jalan%20melepaskan%20hak%20milik
https://muhammadiyah.or.id/jual-beli-dalam-islam/
https://jateng.tribunnews.com/amp/2023/02/21/5-tragedi-petasan-maut-yang-memakan-
korban-jiwa-di-indonesia
https://www.abusyuja.com/2020/03/hukum-jual-beli-kembang-api-petasan-mercon-dalam-
islam.html?m=1
https://muslim.or.id/26703-fatwa-ulama-membeli-dan-menjual-petasan.html
http://eprints.radenfatah.ac.id/2718/2/BAB%20II.doc
http://repository.radenintan.ac.id/1609/3/BAB_II_revisi.pdf
http://etheses.iainkediri.ac.id/50/3/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai