Anda di halaman 1dari 13

AKAD JUAL BELI (AL-BAI’)

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah Yang Diampu Oleh
Dosen Bapak Subairi, S.E.Sy.M.E.

Oleh

Kelompok 4 :

Widiya Yusnita Sari (21383042053)

Siti Mutmainnah (21383042111)

Putri Rahayu indriani (21383042100)

Vila Maulidiya (21383042125)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2022

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur Alhamdulillah Penulis Panjatkan kehadirat Ilahi Robbi,dengan limpahan rahmat,

taufiq, hidayah dan Inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan mata kuliah Hadist ekonomi

islam yang membahas tentang AKAD JUAL BELI (AL-BAI’)

Dalam upaya penyelesaian makalah ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada

Bapak Subairi, S.E.Sy.M.E. Selaku dosen mata kuliah fiqh muamalah dan teman-teman

yan telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan maupun kekeliruan

yang tidak disengaja, Untuk itu bagi para pembaca penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah

ini bermanfaat bagi para pembaca khusunya para penulis serta memperoleh Ridho Allah

semata.

Aamiin

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pamekasan,12 April 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................

B. Rumusan Masalah................................................................................

C. Tujuan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian jual beli...............................................................................

B. Dasar hukum jual beli...........................................................................

C. Rukun dan syarat jual beli....................................................................

D. Macam-macam jual beli.......................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................

B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN.....................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jual beli adalah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang
yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, dimana
pihak yang satu menerima benda-benda dan pihak lain menerima sesuai
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan secara syara' dan
disepakati. Sesuai dengan ketetapan hukum maksudnya ialah memenuhi
persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lain yang ada kaitanya dengan jual beli,
sehingga bila syarat-syarat dan rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai
dengan kehendak syara.
Jual beli merupakan akad yang sangat umum digunakan oleh
masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya,
masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad ini. Dari akad jual
beli ini masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-han seperti
kebutuhan pokok (primer), han hidup sehari-han seperti kebatuhan pokok
(primer).kebutuhan tambahan (sekunder) dan kebutuhan tersier.
Kehidupan bermuamalah memberikan gambaran mengenai kebijakan
perekonomian. Banyak dalam kehidupan sehari-hari masyarakat memenuhi
kehidupannya dengan cara berbisnis. Dalam ilmu ekonomi, bisnis adalah
suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau bisnis
lainnya untuk mendapatkan labu.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Jual Beli (Al-Ba’i)

2. Bagaimana Dasar Hukum Jual Beli

3. Apa Saja Rukun dan Syarat Jual Beli

4. Sebutkan Macam-Macam Jual Beli

3
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Jual Beli

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Dasar Hukum Jual Beli

3. Umtuk Mengetahui apa Saja Rukun dan Syarat Jual Beli

4. Untuk Mengetahui Macam-Macam Jual Beli

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian jual beli
Jual beli atau dalam bahasa arab al-bai menurut etimologi
adalah:

‫ بشيء‬،‫مقابله شي‬

Tukar menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. 1


Sayid Sabiq mengartikan jual beli (al-bai') menurut bahasa sebagai berikut:

‫البيع معناد لغة مطلق المبادلة‬

Pengertian jual beli menurut bahasa adalah tukar-menukar secara mutlak.2

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa jual beli menurut bahasa
adalah tukar-menukar apa saja, baik antara barang dengan barang, barang
dengan uang, atau uang dengan uang.
Pengertian ini diambil dari fiman Allah SWT dalam surah
Al-Baqarah (2) ayat 16:

ْ ‫ضلَلَةَ بِ ْالهُدَى فَما َ َربِ َح‬


َ‫ت تِ َجا َرتُهُ ْم َو َما َكنُوْ ا ُم ْهتَ ِد ْين‬ َّ ‫ك الَّ ِذ ْينَ ا ْشتَ َر ُوا ال‬
َ ‫اُولَِئ‬

16.Mereka itulah yang membeli kesesatan dengan petunjuk. Maka


perdagangan mereka itu tidak beruntung dan mereka tidak mendapat petunjuk.

Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai" - yang berarti
menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam
bahasa Arab digunakan. untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira'
(beli). 3Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan
barang, kata bai' yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang
bersebrangan, seperti hal-halnya kata syira'4. Hal tersebut sebagaimana firman
Allah SWT dalm surat yusuf ayat 20 yang berbunyi:

ٍ ‫َو َش َروْ هُ بِثَ َم ٍن ن َْخ‬


‫س‬

Artinya: "Dan mereka menjualnya dengan harga rendah."5

1
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islamiy Wa Adilatuh, Juz 4, Dar Al-Fikr, Damaskus, 1989, hlm.344
2
Sayid Sabiq, Fiqh As-Sunnah , Juz 3, Dar Fikr, Beirut, Cet. III, 1981, hlm.126
3
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesi, Cet 1, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm,101.
4
Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatahu, Jilid 5, Gema Insani, Jakarta,2011, hlm. 25.
5
Departemen Agama RI, Al-Quran Dan Terjemahannya, CV. Penerbit Diponegoro, Bandung,2005,
hlm. 189.

5
Untuk mendapatkan definisi yang lebih jelas terhadap jual beli (al-bai'n), pemakalah
menemukan beberapa sumber yang memberikan pengertian terkait jual beli, seperti
yang dikemukakan oleh Taqiyyuddin, Zainuddin, Dimyauddin," dan Sabiq, bahwa
jual beli merupakan suatu kegiatan pertukaran barang dengan barang, atau harta
dengan harta, yang dilakukan oleh pembeli dan penjual. dengan sighat, yaitu
ungkapan ijab dan kabul, dilakukan dengan sukarela antara masing-masing pihak dan
harta yang dipertukarkan sebanding dengan manfaatnya.
B. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur'an, sunnah
dan ijma' para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya mubah
kecuali jual beli yang dilarang oleh syara'.
1. Al-Quran
Dasar hukum jual beli ialah ijma', yaitu karena manusia sebagai
anggota masyariatat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
oleh orang lain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk
mendapatkan suatu objek secara sah. Berdasarkan hal tersebut, maka
mudahlah bagi setiap individu memenuhi kebutuhannya. Ekonomi Islam
berdiri di atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syari'at, yaitu dengan
mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh Allah SWT,
sesuai dengan kaidah kaidah dan ketentuan-ketentuan muamalah
syar'iyyah, yang didasarkan pada hukum pokok (boleh dan halal. dalam
berbagai muamalat) dan menjauhi segala yang diharamkan oleh Allah
Ta'ala, misalnya, riba. Allah Ta'ala berfirman:
‫َواَ َح َّل هّللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّربَوا‬

"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba "(QS. Al-
Baqarah: 275).6
2. As-Sunnah
Dalam hadits rasulullah SAW juga di sebutkan tentang
diperbolehkannya jual beli,sebagaimana hadits rasulullah yang
menyatakan :

َ َ‫ب الطَّيِّبُ ؟ ق‬
‫ال‬ ِ ‫ ايُّ ْال َك ْس‬: ‫صلَّى هّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُسنِ َّل‬ ْ ُ‫ض َي هّللا ُ َع ْنه‬
َ ‫ان النَّبِى‬ ِ ‫ع َْن ِرفَا َع ِة ابْنُ َر فِ ِع َر‬:

‫َع َم ُل ال َّر ُج ُل بَ ْي ِد ِه َو ُكلُّ بَي ِْع َم ْبرُوْ ِر‬

(‫) رواه البزاروصحّحه الحاكم‬

6
Ahmad bin Abdurrazzaq Ad-Duwaisy, Fatwa-Fatwa Jual Beli, Jakarta; Pustaka Imam As-Syafi’i, hlm.
2.

6
Artinya : Dari Rifa’ah bin Rafi’i RA bahwasanya Nabi SAW pernah
ditanya, “ pekerjaan apa yang paling baik?”, maka beliau menjawab :
“pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
baik,” (HR. Al-Bazzar dan dianggap Shahih menurut Hakim).
3. Landasan Ijma’
Para ulama fiqih dari dahulu sampai sekarang telah bersepakat bahwa
jual beli itu diperbolehkan, jika di dalamnya telah terpenuhi rukun dan
syarat. Alasannya karena manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya tanpa bantuan orang lain. Alasan inilah yang kemudian dianggap
penting, karena dengan adanya transaksi seseorang dapat dengan mudah
memiliki barang yang diperlukan dari orang lain.7
Selain itu, berdasarkan hukum sebagaimana penjelasan di atas bahwa jual
beli itu hukumnya adalah mubah, yang artinya jual beli itu di perbolehkan
asalkan di dalamnya memenuhi ketentuan yang ada dalam jual beli. Oleh
karena itu, prktik jual beli yang dilakukan manusia sejak masa rasulullah
SAW, hingga saat ini menunjukkan bahwa umat telah sepakat akan
disyariatkannya jual beli. 8
C. Rukun Dan Syarat Jual Beli

a. Rukun Jual Beli


Rukun Jual Beli Karena perjanjian jual beli sebagai perbuatan hukum
yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas suatu barang
dan pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam
perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun-rukun dan syarat syarat
tententu. Para ulama fiqih telah sepakat bahwa, jual beli merupakan suatu
bentuk akad atas harta. Adapun rukun jual beli adalah sebagai berikut:
1. Orang yang berakad (penjual dan pembeli)

2. Nilai tukar barang (uang) dan barang yang dibeli

3. Shigat (ab qabul)."

Transaksi jual beli harus memenuhi rukun-rukun ini. Jika salah satu
rukunnya tidak terpenuhi, maka tidak dapat dikategorikan sebagai
perbuatan jual beli. Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa rukun
yang terdapat dalam transaksi jual beli ada tiga yaitu penjual dan
pembeli, barang yang dijual dan nilai tukar sebagai alat membeli, dan
ijab qabul atau serah terima"
b. Syarat Jual Beli

7
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Pustaka Setia, Bandung, 2001, hlm. 75.
8
Sayid Sabiq, Op, Cit, hlm. 46.

7
Adapun syarat sahnya jual beli menurut jumhur ulama, sesuai dengan
rukun jual beli yaitu terkait dengan subjeknya, objeknya dan ijab qabul.
Selain memiliki rukun, al-ba juga memiliki syarat. Adapun yang menjadi
syarat-syarat jual beli adalah sebagai berikut:

 Pertama tentang subjeknya, yaitu kedua belah pihak yang


melakukan perjanjian jual beli (penjual dan pembeli)
disyaratkan :9
1. Berakal sehat Maksudnya, harus dalam keadaan tidak gila, dan schat
rohaninya.
2. Dengan kehendaknya sendiri (tanpa paksaan), maksudnya, bahwa
dalam melakukan perbuatan jual beli salah satu pihak tidak melakukan
tekanan atau paksaan atas pihak lain, sehingga pihak lain tersebut
melakukan perbuatan jual beli bukan disebabkan kemauan sendin, tapi
ada unsur paksaan. Jual beli yang dilakukan bukan atas dasar
kehendak sendiri tidak sah.
3. Kedua belah pihak tidak mahalzir, maksudnya pihak yang
mengikarkan diri dalam perjanjian jual beli bukanlah manusia yang
boros (mubadzir). Sebab orang yang boros di dalam hukum
dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap bertindak. Sehingga ia
tidak dapat melakukan sendiri sesuatu perbuatan hukum walaupun
kepentingan hukum itu menyangkut kepentingannya sendiri.
4. Baligh arau Dewasa, maksudnya adalah apabila telah berumur 15
tahun, atau telah bermimpi (bagi laki-laki) dan haid (bagi perempuan).
Namun demikian, bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk,tetapi belum dewasa (belum
mencapai umur 13 tahun dan belum bermimpi atau haid), menurut
pendapat sebagian ulama diperbolehkan melakukan perbuatan jual
beli, khususnya barang-barang kecil yang tidak bernilai tinggi.

 Kedua, tentang objeknya. Yang dimaksud objek jual beli adalah


benda yang menjadi sehab terjadinya perjanjian jual beli. Benda
tersebut harus memenuhi syarat-syarat:
1. Suci barangnya,
2. Dapat dimanfaatkan,
3. Milik orang yang melakukan akad,
4. Mampu menyerahkan,
5. Mengetahui dan melihat sendiri keadaan barang baik mengenai
hitungan, takaran, timbangan atau kualitasnya.
6. Barang yang diakadkan ditangan.10

9
Syaikhu, Ariyadi & Narmili, Fikih Muamalah, (Yogyakarta: K-media, 2020), hlm. 51.
10
Syaikhu, Ariyadi & Narmili, Fikih Muamalah, (Yogyakarta: K-media, 2020), hlm. 54.

8
 Ketiga, lafadz atau ijab qabul. ijab adalah pernyataan pihak
pertama mengenai isi perikatan yang diinginkan. Sedang qabul
adalah pernyataan pihak kedua untuk menerimanya. Ijab qabul itu
diadakan dengan maksud untuk menunjukkan adanya suka rela
timbal balik terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak
yang bersangkutan. "Sedangkan, suka sama suka itu tidak dapat
diketahui dengan jelas kecuali dengan perkataan, karena perasaan
suka itu bergantung hati masing-masing Ini kebanyakan pendapat
alama Tetapi beberapa ulama yang lain berpendapat, bahwa lafal
itu tidak menjadi rukun, hanya menurut adat dan kebiasaan saja.
D. Macam-Macam Jual Beli
a. Bai' (jual beli) ada dua: a. Bai' Shahihah, yaitu akad Bai' yang telah
memnuhi syarat serta rukun jual beli. Macam-macam Bai' Shahihah:
Berikut ini beberapa macam jual beli yang sah menurut syariat:
1) Jual beli barang yang terlihat tampak secara jelas dan ada
di tempat terjadinya transaksi
2) Jual beli barang pesanan yang lazim atau lebih dikenal
dengan istilah akad salam

3) Bai' Sharf (jual beli emas atau perak, baik sejenis atau
tidak). Jika jual belinya dalam kategori satu jenis emas
dengan emas, perak dengan perak maka disyaratkan: a)
kontan, b) serah terima barang dilakukan di tempat akad,
serta c) mabi' (barang yang dibeli) dan tsaman (harga)
ukurannya harusi sama. Jika tidak satu jenis maka
disyaratkan: a) kontan, dan b) serah terima barang
dilakukan di tempat akad.

4) Bai' Murabahah (jual beli barang dengan menyatakan


harga perolehan ditambah keuntungan)

5) Bai' Isyrak (jual beli barang secara serikat), seperti saya


berserikat dengan anda dalam akad dengan investasi 1/3
yang saya beli..

6) Bai' Muhathah (jual beli barang dengan cara penjual


memberi diskon kepada (pembeli).

7) Bai' Tauliyah (jual barang dengan harga perolehan, tanpa


ada keuntungan).

8) Bai' Muqabadhah (jual beli hewan dengan hewan). Di


dalam Bai' Muqadhabah disyaratkan tidak ada unsur riba,
seperti menjual sapi perah dengan sapi perah yang kadar
susu dari keduanya sama-sama tidak diketahui.

9
9) Bai dengan syarat khiyar (perjanjian yang telah disepakati
antara penjual dan pembeli untuk mengembalikan barang
yang diperjualbelikan jika ada ketidakcocokan di dalam
masa yang telah disepakati oleh keduanya). Khiyar tidak
boleh lebih dari tiga hari menurut Mazhab Syafii. Tapi
menurut Mazhab Hanbali masa khiyar tidak ada batasnya,
asalkan telah diketahui (disepakati) batasnya, seperti satu
bulan, satu tahun, dst.

10) Bai' bi-syarti al-bara'ah min al-aib (jual beli barang


dengan syarat tidak ada cacat/kekurangan pada barang
tersebut).

11) Bai' fasidah, Akad Bai' yang tidak memenuhi salah satu
atau seluruh syarat rukun jual beli. b. Macam-macam
Bai'Fasidah

b. Bai' fasidah sebagaimana kita ketahui bersama dari keterangan di depan,


adalah akad Bai' yang tidak memenuhi syarat dan rukun Bai'. Macam-
macam Bai fasidah ini banyak sekali, diantaranya adalah jual beli janin
yang masih ada di dalam perut induknya, dan lain sebagainya.11

BAB III
PENUTUP

11
97 Ibid. Hlm.31

10
A. KESIMPULAN
jual beli menurut bahasa adalah tukar-menukar apa saja, baik antara
barang dengan barang, barang dengan uang, atau uang dengan uang.
Jual beli dalam istilah fiqih disebut dengan al-bai" - yang berarti menjual,
mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Dalam bahasa
Arab digunakan. untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira' (beli).
12
Secara etimologi, jual beli adalah proses tukar menukar barang dengan
barang, kata bai' yang artinya jual beli termasuk kata bermakna ganda yang
bersebrangan, seperti hal-halnya kata syira.
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan berdasarkan Al-Qur'an,
sunnah dan ijma' para ulama. Dilihat dari aspek hukum, jual beli hukumnya
mubah kecuali jual beli yang dilarang oleh syara.
Rukun Jual Beli Karena perjanjian jual beli sebagai perbuatan hukum
yang mempunyai konsekuensi terjadinya peralihan hak atas suatu barang dan
pihak penjual kepada pihak pembeli, maka dengan sendirinya dalam
perbuatan hukum ini haruslah dipenuhi rukun-rukun dan syarat syarat
tententu.
Adapun syarat sahnya jual beli menurut jumhur ulama, sesuai dengan
rukun jual beli yaitu terkait dengan subjeknya, objeknya dan ijab qabul.

B. SARAN
Dengan selesainya makalah ini yang membahas tentang Al-Bai’ (Jual Beli)
kami mengharapkan banyak saran dan kritikan dari berbagai pihak baik dari
pihak dosen, mahasiswa maupun yang membaca makalah ini, semoga
makalah yang kami susun dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga kita
dapat mengamalkannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

H. Syaikhu, M.H.I. dkk, Fikih Muamalah,Yogyakarta, K-Media, 2020.

12
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam Di Indonesi, Cet 1, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm,101.

11
Subairi, Fiqh Muamalah, Pamekasan : IAIN MADURA,2021.

Ahmad Bin Abdurrazzaq ad-Duwaisy, Fatwa-Fatwa Jual Beli, Jakarta Pustaka Imam
Syafi’i.

Syafei Rachmat, Fiqh Muamalah, Pustaka Setia Bandung,2001.

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta, Rajawali Pers, 2010.

12

Anda mungkin juga menyukai