Anda di halaman 1dari 40

AKAD MURABAHAH

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah


yang diampu oleh dosen Ibu Feby Annuri Jayasi

Oleh:

Oleh Kelompok 3 :

1. Triana Femmy Janurianti (21383042113)

2. Ummul Falahah (21383042114)

3. Wasilatul Qomariyah (21383042115)

4. Winda Fitriana (21383042117)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

2023

0
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
inayah dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang berjudul “ AKAD MURABAHAH” untuk memenuhi tugas
Akuntansi keuangan syariah yang diampu oleh dosen Ibu Feby Annuri
Jayasi.

Kami menyadari, makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
yang membangun untuk menghasilkan makalah yang lebih baik. Kami
berharap, makalah yang kami susun bisa memberikan manfaat dan menjadi
inspirasi bagi pembaca.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pamekasan, 11 Mei 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 5
C. TujuanPenulisan 6
BAB II PEMBAHASAN 7
A. Pengertian Akad Murabahah 7
B. Landasan Hukum Akad Murabahah 11
C. Rukun dan Syarat Akad Murabahah 13
D. Karakteristik Akad Murabahah 15
E. Jenis Akad Murabahah 17
F. Manfaat Akad Murabahah 19
G. Fatwa DSN Tentang Murabahah 20
H. Perlakuan Akuntansi Murabahah 23
I. Implementasi Murabahah dalam Dunia Perbankan 33
BAB III PENUTUP 37
A. Kesimapulan 37
B. Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 39

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mudharabah merupakan suatu transaksi perdanaan atau
investasi yang berdasarkan Kepercayaan. Kepercayaan
merupakana unsur terpenting dalam mudharabah, yaitu
Kepercayaan dari pemilik dana ( shohibul maal ) kepada pengelolah
dana ( mudharib ), disamping itu karana pemilik dana tidak boleh ikut
campur di dalam manajemen perusahaan atau proyek yang di biayai
dengan dana pemilik tersebut, kecuali sebatas memberikan saran-
saran dan melakukan pengawasan pada pengelola dana ( Syhdeini
2007).
Apabila usaha tersebut mengalami kegagalan dan terjadi
kerugian yang mengakibatkan sebagaian atau bahkan seluruh
modal yang di tanamkan oleh pemilik dana habis, maka yang
menanggung kerugian keuangan hanya pemilik dana. Sedangkan
pengelola dana sama sekali tidak menanggung atau tidak harus
manganti kerugian atas modal yang hilang, kecuali kerugian tersebut
terjadi sebagai akibat kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad
yang di lakukan oleh pengelola dana. Pengelolah dana hanya
menanggung kehilangan atau resiko berupa waktu, pikiran, dan jerih
payah yang telah di crahkannya selama mengelola proyek atau
usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh
sebagian dari pembagian sesuai dengan yang telah ditetapkan
dalam perjanjian mudharabah.
Hal tersebut sesuai dengan prinsip sistem keuangan syariah
yaitu bahwa pihakpihak yang terlibat dalam suatu transaksi harus
bersama -sama menanggung risiko (berbagi risiko), dalam hal
transaksi mudharabah, pemilik dana akan menanggung resiko

3
financial sedangkan pengelola dana akan menanggung resiko
nonfinancial. Dalam Mudharabah, pemilik dana tidak boleh
mensyaratkan sejumlah tertentu untuk bagiannya karna dapat di
persamakan dengan riba yaitu meminta kelebihan atau imbalan
tanpa ada faktor penyeimbang (iwad) yang di perbolehkan syariah
sehingga besarnya kentungan yang di terimah tergantung pada laba
yang di hasilkan.

Keuntungan yang di bagaikan pun tidak boleh mengunakan


nilai proyeksi (predictive value) akan tetapi harus menggunakan nilai
realisasi keuntungan, yang mengacu pada laporan hasil usaha yang
secara periodic di susun oleh pengelola dana dan di serahkan
kepada pemilik dana. Pada prinspnya dalam mudharabah tidak
boleh ada jaminan atas modal, namun demikian agar pengelola dana
tidak melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta
jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Tentu saja jaminan
ini hanya dapat di cairkan apabila pengelola dana dapat terbukti
melakukan keselahan yang di sengaja, ialah atau melakukan
pelengaraan terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam
akad.

Pembiayaan mudharabah membutuhkan kerangka akuntansi


menyeluruh yang dapat menghasilkan pengukuran akuntansi yang
tepat dan sesuai sehingga dapat mengkomunikasikan informasi
akuntansi secara tepat waktu dengan kualitas yang di andalkan serta
mengurangi adanya perbedaan perlakuan akuntansi anatara pemilik
dan dan pengelola.

Munculnya perusahan atau perbankan yang berbasis syariah


menuntut adanya perangkat akuntansi perusahaan berdasarkan
syariah. Telah beroperasi bisnis berbasis Sariah tentu akan
menuntut adanya praktek akuntansi yang dapat mengkover
persoalanpersoalan ekonomi dan akuntansi yang sesuai dengan

4
syariah. Akuntansi merupakan salah satu sarana utama untuk
mendasari ekonomi islam, yakni keadilan.

Salah satu kritik islam terhadap praktek perbankan


konvensional adalah dilanggarnya prinsip al kharaj bi al dhaman
(untung muncul bersama resiko). Dalam pembayaran bunga kredit
dan pembayaraan bunga deposito, tabungan dan givo, bank
konvensional memberikan pinjaman dengan mensyaratkan
pembayaraan bunga yang besarnya tetap dan di tentukan terlebih
dulu di awal transaksi (fixed and predetermined rat). Sedangkan
nasabah yang mendapatkan pinjaman tidak mendapatkan
keuntungan yang Fixed and predetermined juga, karna dalam bisnis
selalu ada kemungkinan rugi, impas atau untung yang besarnya
tidak dapat ditentukan dari awal.

Dengan dasar nilah yang ditonjolkan bank syariah adalah


dengan bagi hasilnya, dengan prinsip bagi hasil d harapkan para
pemilik atau pengelola dana bisa saling membantu dan tidak
memberatkan salah satu pihak dalam mengelola dananya dan inilah
yang mebedakan dengan system perbangkan konvesional yaitu
dengan menerapkan bunga, tentunya dalam islam bunga itu haram
karna ketidakpastian dan harta dari hasil bunga itu adalah harta yang
seharusnya bukan hak kita tidak melakukan apa- apa, beda dengan
ystem bagi hasil, di sini bagi hasil semuanya di tentukan dan di
sepakati oleh kedua pihak baik pemberi dana maupun pengelola
dana.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akad Murabahah?
2. Apa Landasan Hukum Akad Murabahah?
3. Apa saja Rukun dan Syarat Akad Murabahah?
4. Apa saja Jenis Akad Murabahah?
5. Apa saja Manfaat Akad Murabahah?
6. Bagaimana Fatwa DSN Tentang Murabahah?

5
7. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Murabahah?
8. Bagaimana Implementasi Murabahah dalam Dunia Perbankan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menegetahui Apa Pengertian Akad Murabahah
2. Untuk menegetahui Apa saja Landasan Hukum Akad
Murabahah
3. Untuk menegetahui Apa saja Rukun dan Syarat Akad
Murabahah
4. Untuk menegetahui Apa saja Jenis Akad Murabahah
5. Untuk menegetahui Apa saja Manfaat Akad Murabahah
6. Untuk menegetahui Bagaimana Fatwa DSN Tentang
Murabahah
7. Untuk menegetahui Bagaimana Perlakuan Akuntansi
Murabahah
8. Untuk menegetahui Bagaimana Implementasi Murabahah
dalam Dunia Perbankan

6
BAB II

PEMBAHSAN

A. Pengertian Murabahah
“Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, di
mana penjual menyebutkan dengan jelas barang yang
diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang kepada pembeli,
kemudian ia mensyaratkan atasnya laba/ keuntungan dalam jumlah
tertentu.” “yang dimaksud dengan akad murabahah adalah akad
pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang
lebih sebagai keuntungan yang disepakati.”
Wahbah Az-Zuhaili memasukkan akad murabahah ke dalam
bai’ul amanah hal ini disebabkan pada praktiknya murabahah ini
berlangsung didasarkan atas kepercayaan di antara pemodal dan
pekerja. Dalam hal ini pemodal mengharapkan sifat jujur dari pekerja
agar tetap istikamah dalam menjalankan tugasnya.
Termasuk kebaikan yang terdapat dari akad murabahah ini
adalah Pemodal akan tertahan dari semena-mena dalam membuat
harga karena bila Hal ini dilakukannya maka akan berimbas terhadap
hilangnya pembeli atau Pelanggannya. Akad murabahah ini banyak
digunakan dalam bank-bank Syariah. Akad murabahah ini juga
menjadi akad yang banyak diminati oleh Nasabah dibandingkan
dengan akad-akad lainnya.

7
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang
dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Dalam teknis perbankan
syariah, akad ini merupakan salah satu bentuk natural certainty
contracts, karena dalam murabahah ditentukan require rate of
profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh). 1
Berdasarkan PSAK no 102, akad murabahah adalah akad jual
beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati dan penjual harus mengungkapkan
biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli.
Murabahah berdasarkan pemesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.
Dalam murabahah pesanan mengikat, pembeli tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah dibeli
oleh penjual mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli. Maka penurunan nilai tersebut menjadi tanggungan penjual
dan akan mengurangi nilai akad.
Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang dilakukan
tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli, tetapi
pembayaran dilakukan secara angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang
berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad
murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah disepakati.
Maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
digunakan. Harga yang disepekati dalam murabahah adalah harga
jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual

1
Asyura,dkk, Multi Level Marketing Syariah Di Indoesia Dalam Persefektif Maqashid
Syariah ( Yogyakarta: Depublish, 2012), 33-34.

8
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka diskon itu
merupakan hak pembeli. Diskon atas pembelian barang yang
diterima setelah akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai
dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika tidak diatur dalam
akad, maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, maka penjual dapat mengenakan
denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum
mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda tersebut
didasarkan pada pendekatan ta 'zir yaitu untuk membuat pembeli
lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda sesuai
dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari
denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan. Penjual boleh
memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika
pembeli:
1. Melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu
2. Melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu yang
telah disepakati.
Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:
1. Melakukan pembayaran cicilan tepat waktu
2. Mengalami penurunan kemampuan pembayaran, atau
3. Meminta potongan dengan alasan yang dapat diterima penjual.2
Adapun akad murabahah Menurut Undang-undang
Perbankan Syariah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli
membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang
telah disepakati. Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai
penjualan biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah
dengan mark up atau margin keuntungan yang disepakati.
Karakteristik dari akad murabahah adalah bahwa penjual harus

2
Evi Grediani, Akuntansi Syariah Pengantar (Klaten: Lakeisha, 2022),218-219.

9
memberitahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut (Ismail, 2015). 3
Sedangkan akad murabahah menurut para ulama
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menurut ulama Hanafiyah, yang dimaksud dengan murabahah
yaitu mengalihkan kepemilikan sesuatu yang dimiliki melalui
akad pertama dengan harga pertama disertai tambahan sebagai
keuntungan.
2. Menurut ulama malikiyah bahwa murabahah adalah jual beli
barang dagangan sebesar harga pemebliyan disertai dengan
tambahan sebagai keuntungan yang sama diketahui kedua
belah pihak yang berakad.
3. Menurut ulama syafi’iyah mendefinisikan murabahah adalah jual
beli dengan seumpama harga (awal), atau yang senilai
denganya, disertai dengan keuntungan yang didasarkan pada
setiap bagiannya. Imam syafi’i berbendapat, jika seseorang
menunjukkan suatu barang kepada orang lain dan berkata: “
belikan barang seperti ini untukku dan aku akan memberimu
keuntungan sekian”. Kemudian orang itu pun memeblinya, maka
jual beli ini adalah sah.

Dari pendapat ulama di atas, maka dapat di simpulkan bahwa


pada dasarnya murabahah adalah jual beli dengan kesepakatan
memberi keuntungan penjual dengan memperhatikan dan
memperhitungkan modal awal si penjual. Dalam hal ini yang menjadi
unsur utama jual beli murabahah adalah adanya kesepakatan
keuntungan. Keuntungan itu di tetapkan dan disepakati dengan
memperhatikan modal si penjual. Keterbukaan dan kejujuran adalah
syarat utama terjadinya murabahah yang sesungguhnya. Sehungga
yang menjadi karakteristik dari murabahah adalah penjual harus

3
Mohammad Ainun Najib,dkk, Modul Praktikum Teori dan Implementasi Keuangan
Syariah (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), 8.

10
memberi tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya
tersebut. Dalam literatur fiqih klasik, murabahah mengacu pada
suatu penjualan yang pembayarannya ditangguhkan. Justru elemen
pokok yang bembedakannya dengan penjualan normal lainnya
adalah penangguhan pembayaran itu. Pembayaran dilakukan dalam
suatu jangka wakttu yang disepakati, baik secara tunai maupun
secara angsuran.

Keberadaan jual beli murabahah sangat dibutuhkan


masyarakat karena ada sebagian dari mereka ketika akan membeli
barang tidak mengetahui kualitasnya, maka ia membutuhkan
pertolongan kepada yang mengetahuinya. Kemudian pihak yang
diminta pertolongan tersebut membelikan barang yang dikehendaki
dan menjualnya dengan keharusan menyebutkan harga perolehan
(harga beli) barang dengan ditambah keuntungan. Murabahah
dalam konsep perbankan syariah merupakan jual beli barang pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam
jual beli murabahah penjual atau bank harus memberitahukan
bahwa harga produk yang ia beli dan menentukan suatu timgkat
keuntungan sebagai tambhannya. Aplikasi pembiyaan murabahah
pada bank syariah dapat digunakan untuk pembelian barang
konsumsi maupun barang dagangan (pembiayaan tambah modal)
yang pembayarannya dapat dilakukan secara tangguh (jatuh
tempo/angsuran).4

B. Landasan hukum akad murabahah


1. Al-Quran
a. Surah An-Nisa Ayat 29

4
Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jawa Tengah: Cv Pena Persada,
2021),66-67.

11
‫اض ِم ْن ُك ْم ۗ َو ََل تَقْتُلُ ْٰٓوا‬ ٍ ‫ع ْن ت ََر‬ َ ً ‫ارة‬ ِ َ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الَّ ِذ ْي َن ٰا َمنُ ْوا ََل ت َأ ْ ُكلُ ْٰٓوا ا َ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالب‬
َ ‫اط ِل ا ََِّلٰٓ ا َ ْن ت َ ُك ْو َن تِ َج‬
.‫ّٰللا َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬ َ ‫ا َ ْنفُ َس ُك ْم ۗ ا َِّن ه‬
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.
Dari ayat diatas menyimpulkan bahwasannya Allah
memperbolehkan umatnya untuk memperoleh harta dengan
melakukan perniagaan yang berdasarkan pada kerelaan atau
dengan kebaikan hati antara dua belah pihak, dan berpegang teguh
pada syariat. Serta memperbolehkan transaksi antara dua orang
yang melakukan jual-beli tanpa adanya tipuan, tindakan menutupi
kecacatan barang, tindakan perjudian dan riba.
b. Surah Al-Maidah ayat 1

َّ ‫اَلنْ َع ِام ا ََِّل َما يُتْ ٰلى َعلَ ْي ُك ْم َغي َْر ُم ِح ِلى ال‬
‫ص ْي ِد َوا َ ْنت ُ ْم ُح ُر ۗم اِ َّن ه‬
َ‫ّٰللا‬ ْ َّ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا ا َ ْوفُ ْوا ِب ْالعُقُ ْو ۗ ِد ا ُ ِحل‬
َ ْ ُ‫ت لَ ُك ْم َب ِه ْي َمة‬
ُ‫َيحْ ُك ُم َما ي ُِر ْيد‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah agad-agad itu.


Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika
kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-
hukum menurut yang dikehendaki-Nya”.

2. Hadis
Dari Abu Sa’id Al Khudri bahwa Rasullullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan
suka sama suka.” (HR Al- Baihaqi, Ibnu Majah, dan shahih menurut
Ibnu Hibban). Rasulullah bersabda, “Ada tiga hal yang mengandung
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqadharah (mudharabah),
dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga bukan untuk dijual.” (HR Ibnu Majah dari Shuhaib.

12
Hadits diatas memberikan prasyarat bahwa akad jual beli
murabahah harus dilakukan dengan adanya kerelaan masing-
masing pihak ketika melakukan transaksi. Segala ketentuan yang
terdapat dalam jual beli murabahah, seperti penentuan harga jual,
margin yang diinginkan, mekanisme pembayaran, dan lainnya,
harus terdapat persetujuan dan kerelaan antara pihak nasabah dan
bank, tidak bisa ditentukan secara sepihak.5
3. Ijma
Dasar hukum murabahah menurut ijma’ para ulama adalah
bahwa umat islam telah berkonsessus tentang keabsahan jual beli,
karena manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan
sesuatu yang dihasilkan dan dimiliki orang lain, oleh karena itu jual
beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah,
dengan demikian maka mempermudah bagi setiap individu untuk
memenuhi kebutuhannya.6
C. Rukun dan syarat murabahah
1. Rukun Murabahah
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan kabul,
sedangkan menurut jumhur ulaman ada empat rukun yaitu: orang
yang menjual, orang yang membeli, shighat, dan barang yang
diakadkan.
Menurut mazhab Hanafi bahwa ijab adalah menetapkan
perbuatan tertentu yang menunjukkan keridaan yang keluar pertama
kali dalam pembicaraan salah satu dari dua orang yang mengadakan
salah satu dari kedua pihak.
Jadi yang dianggap adalah awal munculnya dan yang
kedua saja. Baik yang berasal dari pihak penjual maupun dari pihak
pembeli.Menurut ulama jumhur, ijab adalah apa yang muncul dari
dua orang yang mempunyai hak dan memberikan hak
kepemilikannya meskipun munculnya belakangan. Sedangkan kabul

5
Tri Hani,dkk, Praktik Akuntansi Syariah (Sumatera Barat: PT Global Eksekutif Ekonomi,
2023), 5-6.
6
Muhammad Sauqi, Fiqih Muamalah Kontemporer, 68.

13
adalah apa yang muncul dari orang yang akan memiliki barang yang
dibelinya meskipun munculnya di awal.
Rukun dan ketentuan murabahah dirincikan, yaitu sebagai berikut:
a. Pelaku
Pelaku harus cakap hukum dan sudah baligh, sehingga jual
beli dengan orang gila menjadi tidak sah sedangkan jual beli
dengan anak kecil dianggap sah, apabila seizin walinya.
b. Objek jual beli, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Barang yang diperjualbelikan adalah barang halal.
2) Barang yang diperjualbelikan harus mempunyai manfaat atau
memiliki nilai, dan bukan merupakan barang-barang yang
dilarang diperjualbelikan.
3) Barang tersebut dimilki oleh penjual. Jual beli atas barang
yang tidak dimilki oleh penjual adalah tidak sah karena
bagaimana mungkin ia dapat menyerahkan kepemilikan
barang kepada orang lain atas barang yang bukan miliknya.
4) Barang diserahkan tanpa tergantung dengan kejadian
tertentu dimasa depan.
5) Barang harus diketahui secara spesifik dan dapat
diidentifikasikan oleh pembeli sehingga tidak ada gharar
(ketidakpastian).
6) Barang dapat diketahui kuantitas dan kualitasnya dengan
jelas.
7) Harga barang jelas.
8) Barang yang diakadkan ada ditangan penjual.
c. Ijab Kabul Pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad yang dilakukan secara verbal, tertulis,
melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara komunikasi
modern.7
1. Syarat Murabahah
Syarat jual beli adalah sesuai dengan rukun jual beli yaitu:

7
Ibid, 6-7.

14
a. Syarat orang yang berakal
Orang yang melakukan jual beli harus memenuhi:
1) Berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan oleh anak
kecil dan orang gila hukumnya tidak sah. Menurut jumhur
ulaman bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus
telah baligh dan berakal.
2) Yang melakukan akad jual belin adalah orang yang berbeda.
b. Syarat yang berkaitan dengan ijab kabulnMenurut para ulama
fiqih, syarat ijab dan kabul adalah:
1) Orang yang mengucapkannya telah baligh dan Berakal.
2) Kabul sesuai dengan ijab.
3) Ijab dan kabul itu dilakukan dalam satu majelis.
c. Syarat barang yang dijualbelikan Syarat barang yang
diperjualbelikan, yaitu:
1) Barang itu ada atau tidak ada ditempat, tetapi pihak penjual
menyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang
tersebut.
2) Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia.
3) Milik seseorang, baran yang sifatnya belum dimiliki seseorang
tidak boleh dijualbelikan.
4) Boleh diserahkan saat akad berlangsung dan pada waktu
yang desepakati bersama ketika transaksi berlangsung. 8
D. Karakteristik murabahah
Karakteristik murabahah adalah sebagai berikut:
1. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, penjual
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
pembeli.
2. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau
tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya.

8
Ihsan Rambe,dkk, Akuntansi Syariah ( Teori Dasar dan Implementasiya) ( Medan: Umsu
Press, 2022), 145-146.

15
Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat
membatalkan pesanannya. Jika aset murabahah yang telah
dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat,
mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli, penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan
akan mengurangi nilai akad.
3. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau
tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli
tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau
sekaligus pada waktu tertentu.
4. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga yang
berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum akad
murabahah dilakukan. Namun, jika akad tersebut telah
disepakati, hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
digunakan.
5. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual,
sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika penjual
mendapatkan diskon sebelum akad murabahah, maka potongan
itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima
setelah akad murabahah disepakati, sesuai dengan yang diatur
dalam akad, dan jika tidak diatur dalam akad, potongan tersebut
adalah hak penjual.
6. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain,
meliputi:
a. diskon dalam bentuk apa pun dari pemasok atas pembelian
barang.
b. diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam
rangka pembelian barang.
c. komisi dalam bentuk apa pun yang diterima terkait dengan
pembelian barang.

16
7. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad
murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan kesepakatan
dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur, diskon tersebut
menjadi hak penjual.
8. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas
piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang telah
dibeli dari penjual.
9. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai
bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati. Uang muka
menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika akad
murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka
dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian
sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih kecil dari
kerugian, penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
10. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah
sesuai dengan yang diperjanjikan, penjual berhak mengenakan
denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau
belum mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda
tersebut didasarkan pada pendekatan ta'zir yaitu untuk membuat
pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda
sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang
berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
11. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan
piutang murabahah jika pembeli:
a. melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau
b. melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati.
12. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:

17
a. melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
mengalami penurunan kemampuan pembayaran. 9
E. jenis murabahah
Akad jual beli murabahah dapat dikelompokan menjadi
beberapa jenis sebagai berikut (Karim, 2010):
1. Murabahah berdasarkan jenis pemesannya
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Murabahah tanpa pesanan atau dalam istilah fiqih
disebut bai’ al- murabahah al-‘adiyyah, yaitu akad juali beli
murabahah yang dilakukan atas barang yang sudah dimiliki
penjual pada sat barang tersebut ditawarkan. Murabahahn jenis
ini bersifat tidak mengikat karena pengadaan barang sebagai
objek jual beli dilakukan tanpa memperhatikan ada yang pesan
atau tidak, ada yang akan membeli atau tidak.Sedangkan
murabahah berdasarkan pesanan atau dalam istilah fiqih disebut
dengan bai’ al- murabahah li al-amir bi al-syira’. Bank syariah
melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari
nasabah. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat
atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan, bank syariah boleh
meminta pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi
ketika ijab-qabul. Hal ini sekedar untuk menunjukan bukti
keseriusan si pembeli. Adapun pada murabahah jenis pesanan
yang bersifat mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
pesanannya.
2. Murabahah berdasarkan metode pembayarannya
Murabahah berdasarkan metode pembayarannya dapat
dilakukan dengan cara tunai (naqdan) maupun dengan cara
tangguh (tidak tunai). Pembayaran dengan cara tangguh dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu murabahah dengan cara

9
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010), 47-48.

18
cicilan (bai’ taqsith) atau dengan cara lump-sum di akhir (bai’
mu’ajjal).
3. Murabahah berdasarkan sumber dananya
Berdasarkan sumber dana yang digunakan, Murabahah
dapat dibedakan menjadi tiga Kelompok:
a. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan URIA
(unrestricted Investment Account) atau dengan investasi tidak
terikat.
b. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan RIA
(Restricted Investment Account) atau dengan investasi
terikat.
c. Pembiayaan murabahah yang didanai dengan modal bank.10

F. Manfaat dan Risiko Akad Murabahah


Manfaat murabahah bagi nasabah yaitu sebagai berikuat:
1. Untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan
penyaluran dana dari bank berdasarkan pada prinsip jual beli.
2. Untuk membantu masyarakat guna melangsungkan dan
meningkatkan kesejahteraan dan berbagai kegiatan.

Menurut Muhammad syafi’i Antonio, manfaat murabahah bagi


bank syariah adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih
harga beli dari penjual kepada nasabah. Selain itu, sistem
murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan
penanganan administrasinya di bank syariah.

Murabahah mempunyai risiko yang harus diantisipasi antara lain:

1. Defult atau kelalaian, nasabah sengaja tidak membayar


angsuran,

10
Elif Pardiansyah,dkk, Teori dan Implementasi Produk Keuangan Syariah (Edisi Produk
Perbankan Syariah) ( Bandung: Media Sains Indonesia, 2022),69-71.

19
2. Fluktuasi harga komparatif,ini terjadi bila harga suatu barang di
pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank
tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
3. Penolakan nasabah, harga barang yang di kirim bisa saja di
tolak oleh nasabah sehingga nasabah tidak mau menerimanya.
Karena itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan
lain karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda
dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak
pembelian dengan penjualnya, barang tersebut akan menjadi
milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk
menjualnya kepada pihak lain.
4. Di jual, karena murabahah bersifat jual beli dengan hutang, maka
ketika kontrak di tanda tangani, barang itu milik nasabah.
Nasabah bebas melakukan apapun terhadap aset miliknya
tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi yang demikian,
risiko untuk defult akan besar.11
G. Fatwa DSN Tentang Murabahah
Pembiayaan murabahah telah diatur dalam Fatwa DSN No.
04/DSN-MUI/IV/2000. Dalam fatwa tersebut disebutkan ketentuan
umum mengenai murabahah yaitu sebagai berikut :

1. bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang


bebas riba
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syariah
Islam
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang telah disepakati kualifikasinya
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian misalnya jika pembelian dilakukan secara utang

11
Mardani, Hukum Kontrak Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2021), 117.

20
6. Kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pembeli)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akar tersebut pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus
dengan nasabah
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.12

Aturan yang dikenakan kepada nasabah dalam murabahah ini dalam


fatwa adalah sebagai berikut :

1. Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu


barang atau aset kepada bank
2. Jika bank menerima permohonan tersebut ia harus membeli terlebih
dahulu aset yang pesannya secara sah dengan pedagang
3. Bang kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji yang
telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut mengikat;
kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya rill
bank harus dibayar dari uang muka tersebut
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah

12
https://mui.or.id. diakses pada 16 mei 2022

21
7. Jika uang muka memakai kontrak ubun sebagai alternatif dari uang
muka, maka:
a. Nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, iya
tinggal membayar sisa harga
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi
nasabah wajib melunasi kekurangannya

Jaminan dalam murabahah, yaitu:

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan


pesanannya
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang
dapat dipegang

Hutang dalam murabahah, yaitu:

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi


murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang
dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika
nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau
kerugian, iya tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya
kepada bank
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran
berakhirnya, iya tidak wajib melunasi seluruh angsurannya
3. Jika penjual barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap
harus menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Iya tidak
boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian
itu dipertimbangkan

Penundaan pembayaran dalam murabahah :

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda


penyelesaian hutangnya

22
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja atau
jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya maka
penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Dalam pelaksanaan murabahah ini bank diperbolehkan untuk
meminta jaminan agar nasabah serius dengan pesanannya. Utang
nasabah terhadap bank adalah kewajiban yang harus dilunasi.
Dalam fatwa dijelaskan bahwa apabila nasabah menjual kembali
barang tersebut kepada pihak ketiga, dalam keadaan untung atau
rugi, nasabah tetap harus mengembalikan atau melunasi hutangnya
kepada bank sesuai dengan akad atau kesepakatan di awal
perjanjian dengan jumlah dan waktu yang telah ditetapkan. Dan
nasabah tidak diperbolehkan untuk menunda-nunda melunasi
kewajibannya.

H. Akuntansi Murabahah
1. Uang Muka Murabahah
Uang muka murabahah adalah jumlah yang dibayar oleh
pembeli (nasabah) kepada penjual (bank syariah) sebagai bukti
komitmen untuk membeli barang dari penjual. Pengakuan dan
pengukuran uang muka murabahah adalah sebagai berikut:
a. Uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar
jumlah yang di terima.
b. Jika barang jadi dibeli oleh nasabah, maka uang muka diakui
sebagai pembayaran bagian dari pokok piutang murabahah.
c. Jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka uang muka
dikembalikan kepada nasabah setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya rill yang di keluarkan oleh bank.

Contoh kasus:

Tanggal 3 Agustus 2015 Bank Berkah Syariah (BBS) menerima


pembayaran uang muka sebesar Rp. 20.000.000 dari tuan
ahmad sebagai tanda keseriusannya untuk memesan barang

23
kepada BBS berupa mobil Avanza. Atas transaksi tersebut BBs
melakukan pencatatan sebagai berikut:

3 agust 2015 Dr Kas/Rek a.n Ahamad Rp.20.000.000


Cr Hutang uang muka Rp.20.000.000
Murabahah
Tanggal 10 agustus 2015 BBS menyerahkan barang
pesanan kepada tuan Ahmad. Atas kesepakatan transaksi
murabahah tersebut maka jurnal uang muka sebagai berikut:

10 Agust Dr Hutang uang muka Rp.20.000.000


2015 Murabahah
Cr Piutang murabahah Rp.20.000.000
Jika tanggal 10 agustus 2015 tuan ahmad
membatalkan pembelian barang kepada BBS dan atas
pemesanan barang Bank Syariah telah mengeluarkan biasa
sebesar Rp. 5.000.000. Maka jurnal ttransaksinya adalah:

10 Agust 2015 Dr Hutang uang muka Rp.20.000.000


Murabahah
Cr Biaya pemesanan Rp.5.000.000
murabahah
-pendapatan lainnya
Cr Kas/Rek a.n Ahamad Rp.15.000.000

2. Pengadaan brang murabahah


Setelah nasabah memesan barang kepada Bank Syariah,
maka Bank Syariah membeli barang kepada pemasok atau
supplier. Pada saat barang di peroleh diakui sebagai
persediaan murabahah sebesar biaya perolehan. Jika terjadi
penurunan nilai persediaan murabahah karena usang, rusak
atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke nasabah,
penurunana nilai tersebut diakui sebagai beban dan
mengurangi nilai aset.

24
Contoh kasus:
Tanggal 4 agustus 2015 atas pemesanan tuan Ahmad, Bank
Berkah Syariah membeli mobil avanza secara tunai ke dealer
Pt. Maju terus dengan harga Rp. 180.000.000. jurnal transaksi
tersebut adalah:

10 Agust 2015 Dr Persediaan Rp. 180.000.000.


murabahah
Cr Kas Rp. 180.000.000.
Tanggal 7 agust 2015 sebelum barang diserahkan ke
tuan ahmad, terjadi penurunan nilai barang yang disebabkan
oleh satu dan lain hal sebesar Rp.2.000.000.

Jurnal transaksi adalah:

7 Agust 2015 Dr Beban kerugian Rp.2.000.000.


penurunan nilai aset
murabahah
Cr Persediaaan murabahah Rp.2.000.000.

3. Diskon murabahah
Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau
penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh pihak
pembeli dari pemasok. Dalam pembelian barang oleh bank
syariah biasanya akan mendapat diskon harga dari pihak
pemasok atau supplier. Diskon tersebut oleh bank syariah
diakui sebagai (PSAK 102 par 20):
a. Penguran biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi
sebelum akad murabahah:
b. Liabilitas kepada nasabah, jika terjadi setelah akad
murabahah dan sesuai akad yang di sepakati menjadi hak
nasabah.

25
c. Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah
akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati maka
menjadi hak bank.
d. Pendapatan operasional lain, jika terjadi setelah akad
murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad.

Contoh kasus:

Tanggal 10 agustus 2015, atas pembelian mobil avanza oleh


BBS, dealer PT Maju terus memeberikan diskon harga
sebesar Rp.7.500.000 dan diberikan secara tunai jurnal atas
transaksi tersebut adalah sebagai berikut:

Terjadi sebelum akad murabahah:


10 Agust 2015 Dr Kas Rp.7.500.000
Cr Persedian Rp.7.500.000
murabahah

Tejadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi


hak nasabah

10 Agust 2015 Dr Kas Rp.7.500.000


Cr Hutag diskon Rp.7.500.000
murabahah

Terjadi setelah akad murabahah dan disepakati menjadi


hak bank

10 Agust 2015 Dr Kas Rp.7.500.000


Cr Pendapatan Rp.7.500.000
murabahah

Terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan

26
10 Agust 2015 Dr Kas Rp.7.500.000
Cr Pendapatan Rp.7.500.000
operasioanl lainnya

4. Akad murabahah/penyerahan barang


Setelah barang yang dipesan oleh nasabah telah disiapkan
oleh bank syariah, maka proses berikutnya adalah
akad/perjanjian murabahah antara bank syariah dengan
nasabah bersangkutan yang sekaligus juga penyerahan
baran oleh bank syariah kepada nasabah. Dalam akad
murabahah disepakati beberapa ketentuan yang terkait:
a. Harga jual aset murabahah
b. Harga beli aset murabahah
c. Margin/keuntungan murabahah yang disepakati
d. Jangka waktu angsuran oleh nasabah
e. Dan ketentuan lainnya.

Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui


sebesar harga jual aset murabahah yaitu harga perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati. Keuntungan
murabahah yang disepakati dapat diakui dengan cara berikut
ini:

1) Diakui pada saat penyerahan barang. Cara ini


diterapkan jika resiko penagihan piutang murabahah
relatif kecil.
2) Diakui sebagai proporsional sesuai dengan kas yang
diterima dari tagihan piutang murabahah. Cara ini
diterapkan jika resiko penagihan piutang murabahah
relatif besar.
3) Diakui pada saat seluruh piutang murabahah berhasil
ditagih. Cara ini di lakukan jika resiko penagihan
piutang murabahah cukup besar.

27
Dari tiga cara pengakuan keuntungan murabahah di
atas, cara pada poin b yang paling sering digunakan yaitu
secara proporsional sesuai dengan kas yang di bayarkan oleh
nasabah.

Contoh kasus:

Tanggal 13 agustus 2015 disepakati akad murabahah


antara bank berkah syariah dengan tuan ahmad untuk
pembelian mobil avanza, dengan rincian sebagai berikut:

Harga Jual Rp. 240.000.000


Harga Perolehan Rp. 180.000.000
Margin/Keuntungan Rp. 60.000.000
Jangka Waktu 1 Tahun (12 bulan)
Metode Pembayaran Angsuran
Biaya Administrasi Rp. 1.800.000

Jurnal Transaksi:

13 Agust Dr Piutang murabahah Rp. 240.000.000


2015
Cr Margin murabahah
yan ditangguhkan Rp. 60.000.000
(MYDT)
Cr Persediaan
murabaahah Rp. 180.000.000
13 Agust Dr Kas / rek a.n Tuan
2015 ahmad Rp. 1.800.000
Cr Pendapatan
administrasi Rp. 1.800.000
pembiayaan

28
5. Pembayaran angsuran murabahah
Setelah akad murabahah dan barang sudah di
serahkan kepada nasabah. Maka kewajiban nasabah adalah
melakukan pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan
secara tunai atau tangguh. Pada bank syariah, transaksi
murabahah selalu dilakukan secara tangguh baik dengan
cara angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu (tempo).
Contoh kasus:
Berdasarkan kesepakatan dalam akad murabahah antara
tuan ahmad dan bank berkah syariah adalah jangka waktu
murabahah 24 bulan dan pembayaran dilakukan secara
angsuran. Maka, tanggal 13 september 2015 tuan ahmad
melakukan angsuran pertama sebesar Rp.20.000.000
dengan rincian angsuran pokok Rp. 15.000.000 dan margin
Rp. 5.000.000 (lihat tabel angsuran).
Tabel jadwal angsuran murabahah dengan metode
proporsional (flad):
Angsuran Tanggal pokok Margin Sisa pokok Sisa
Ke- angsuran margin
180.000.000 60.000.000
1 20.000.000 15.000.000 5.000.000 165.000.000 55.000.000
2 20.000.000 15.000.000 5.000.000 150.000.000 50.000.000
3 20.000.000 15.000.000 5.000.000 135.000.000 45.000.000
4 20.000.000 15.000.000 5.000.000 120.000.000 40.000.000
5 20.000.000 15.000.000 5.000.000 105.000.000 35.000.000
6 20.000.000 15.000.000 5.000.000 90.000.000 30.000.000
7 20.000.000 15.000.000 5.000.000 75.000.000 25.000.000
8 20.000.000 15.000.000 5.000.000 60.000.000 20.000.000
9 20.000.000 15.000.000 5.000.000 45.000.000 15.000.000
10 20.000.000 15.000.000 5.000.000 30.000.000 10.000.000
11 20.000.000 15.000.000 5.000.000 15.000.000 5.000.000
12 20.000.000 15.000.000 5.000.000 - -

29
Jurnal Transaksi:

13 sept Dr Kas/Rek a.n Ahmad Rp.20.000.000


2015
Cr Piutang murabahah Rp.20.000.000
13 sept Dr Margin Murabahah yang Rp. 5.000.000
2015 ditangguhkan (MYDT)
Cr Pendapatan margin Rp. 5.000.000
murabahah
6. Potongan murabahah
Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban
nasabah yang diberikan oleh bank. Potongan murabahah
dapat diberikan pada dua kondisi yaitu potongan pelunasan
murabahah dan potongan tagihan murabahah.
Pada dasarnya nasabah harus melunasi seluruh
kewajibannya atas transaksi murabahah, namun jika
nasabah melakukan pelunasan tepat waktu atau melakukan
pelunasan sebelum jatuh tempo maka bank syariah
dibolehkan untuk memberikan potongan harga, dengan
syarat tidak diperjanjikan dalam akad dan besarnya
potongan diserahkan pada kebijakan bank.
Potongan pelunasan piutang murabahah yang
diberikan kepada nasabah diakui sebagai pengurang
pendapatan murabahah. Metode potongan pelunasan
piutang murabahah dengan menggunakan salah satu
metode berikut ini (PSAK 102 par 27):
a. Diberikan pada saat pelunasan, yaitu bank mengurangi
piutang murabahah dari keuntungan murabahah.
b. Diberikan setelah pelunasan, yaitu bank menerima
pelunasan piutang dari nasabah dan kemudian

30
membayarkan potongan pelunasannya kepada
nasabah.

Contoh Kasus:

Tanggal 13 Juni 2016 tuan Ahmad melakukan


pelunasan murabahah lebih cepat dari jadwal jatuh tempo
seharusnya. Sampai bulan Juni sisa piutang murabahah a.n
Tuan Ahmad adalah sebesar Rp40.000.000 terdiri dari
pokok Rp30.000.000 dan margin Rp10.000.000. Atas
pelunasan tersebut Bank Berkah Syariah memberikan
potongan margin murabahah sebesar Rp5.000.000. Jurnal
transaksi:

Diberikan Pada Saat Pelunasan:

13 Juni Dr Kas/Rek a.n Ahmad Rp. 35.000.000


2016
Cr Piuatang murabahah Rp. 5.000.000
13 Juni Dr Margin Murabahah
2016 yang ditangguhkan Rp. 5.000.000
(MYDT)
Cr Pendapatan margin Rp. 5.000.000
murabahah
13 Juni Dr Margin Murabahah
2016 yang ditangguhkan Rp. 5.000.000
(MYDT)
Cr Piuatang murabahah Rp. 5.000.000

Diberikan Setelah Pelunasan:

13 Juni Dr Kas/Rek a.n Ahmad Rp.40.000.000


2016
Cr Piuatang murabahah Rp.40.000.000

31
13 Juni Dr Margin Murabahah yang Rp.10.000.000
2016 ditangguhkan (MYDT)
Cr Pendapatan margin Rp.10.000.000
murabahah
13 Juni Dr Margin Murabahah yang Rp.5.000.000
2016 ditangguhkan (MYDT)
Cr Piuatang murabahah Rp.5.000.000

7. Denda
Bank dapat mengenakan denda kepada nasabah yang tidak
dapat melakukan pembayaran angsuran piutang
Murabahah, dengan indikasi antara lain:
a. Adanya unsur kesengajaan, yaitu nasabah mempunyai
dana tetapi tidak melakukan pembayaran piutang
Murabahah; dan
b. Adanya unsur penyalahgunaan dana, yaitu nasabah
mempunyai dana tetapi digunakan terlebih dahulu untuk
hal lain. Denda tidak dapat dikenakan kepada nasabah
yang tidak/belum mampu melunasi disebabkan oleh
force majeur, jika dapat dibuktikan. Denda yang diterima
diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Contoh Kasus
Tanggal 16 Desember 2015 atas kelalaian
pembayaran angsuran oleh tuan Ahmad, Bank Berkah
Syariah mengenakan denda sebesar Rp150.000 dan tuan
Ahmad langsung membayar denda secara tunai. Jurnal
Transaksi:13
16 Desember Dr Kas/Rek a.n Ahmad Rp.150.000
2015

13
Ihsan Rambe,dkk, Akuntansi Syariah ( Teori Dasar dan Implementasiya),146-159.

32
Cr Titipan dana Rp.150.000
kebajikan

G. Implementasi Akad Murabahah dalam Perkembangan Dunia


Perbankan

Murabahah merupakan salah satu konsep dalam Islam dalam


melakukan perjanjian jual beli. Konsep ini telah banyak diterapkan oleh
bank-bank dan lembaga keuangan islam untuk pembiayaan modal kerja
dan pembiayaan perdagangan para nasabahnya. Ada beberapa tipe
penerapan murabahah dalam praktek perbankan syariah yang
kesemuanya dapat dibagi menjadi tiga kategori besar, yaitu:

1. Tipe Pertama penerapan murabahah adalah tipe konsisten terhadap


fiqih muamalah. Dalam tipe ini bank membeli dahulu barang yang
akan dibeli oleh nasabah setelah ada perjanjian sebelumnya.
Setelah barang dibeli atas nama bank kemudian dijual ke nasabah
dengan harga perolehan ditambah margin keuntungan sesuai
kesepakatan. Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau
tangguh baik berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu.
Pada umumnya nasabah membayar secara tangguh.
2. Tipe Kedua serupa dengan tipe yang pertama, tapi perpindahan
kepemilikan langsung dari supplier kepada nasabah, sedangkan
pembayaran dilakukan bank langsung kepada penjual
pertama/supplier. Nasabah selaku pembeli akhir menerima barang
setelah sebelumnya melakukan perjanjian murabahah dengan bank.
Pembelian dapat dilakukan secara tunai (cash), atau tangguh baik
berupa angsuran atau sekaligus pada waktu tertentu. Pada
umumnya nasabah membayar secara tangguh. Transaksi ini lebih
dekat dengan murabahah yang asli, tapi rawan dari masalah legal.

33
Dalam beberapa kasus ditemukan adanya klaim nasabah bahwa
mereka tidak berhutang kepada bank, tapi kepada pihak ketiga yang
mengirimkan barang.Meskipun nasabah telah menandatangani
perjanjian murabahah dengan bank, perjanjian ini kurang memiliki
kekuatan hukum karena tidak ada tanda bukti bahwa nasabah
menerima uang dari bank sebagai bukti pinjaman/hutang. Untuk
mengindari kejadian seperti itu maka ketika bank syariah dan
nasabah telah menyetujui untuk melakukan transaksi murabahah
maka bank akan mentransfer pembayaran barang ke rekening
nasabah (numpang lewat) kemudian didebet dengan persetujuan
nasabah untuk ditranfer ke rekening supplier. Dengan cara seperti
ini maka ada bukti bahwa dana pernah ditranfer ke rekening
nasabah. Namun demikian, dari perspektif syariah model
murabahah seperti ini tetap saja berpeluang melanggar
ketentuan syariah jika pihak bank sebagai pembeli pertama tidak
pernah menerima barang (qabdh) atas namanya tetapi langsung
atas nama nasabah. Karena dalam prinsip syariah akad jual beli
murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi
milik bank .
c. Tipe Ketiga, Bank melakukan perjajian murabahah dengan
nasabah, dan pada saat yang sama mewakilkan (akad wakalah)
kepada nasabah untuk membeli sendiri barang yang akan dibelinya.
Dana lalu dikredit ke rekening nasabah dan nasabah menandatangi
tanda terima uang. Tanda terima uang ini menjadi dasar bagi bank
untuk menghindari klaim bahwa nasabah tidak berhutang kepada
bank karena tidak menerima uang sebagai sarana pinjaman. Tipe
kedua ini bisa menyalahi ketentuan syariah jika bank mewakilkan
kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, sementara
akad jual beli murabahah telah dilakukan sebelum barang, secara
prinsip, menjadi milik bank.

Melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) nomor 9/19/PBI/2007 jo


Surat Edaran BI No. 10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 yang menghapus

34
keberlakuan PBI Nomor 7/46/PBI/2005 tentang Akad penghimpunan dan
Penyaluran dana. Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah, pelaksanaan pembiayaan murabahah menempatkan bank
syariah semata-mata lembaga intermediary yang bertindak sebagai
penyedia dana bukan pelaku jual beli murabahah. Hal ini ditegaskan dalam
teks Surat Edaran BI No. 10/14/DPbS pada point III.3, bahwa Bank
bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam rangka membelikan barang
terkait dengan kegiatan transaksi Murabahah dengan nasabah sebagai
pihak pembeli barang. Berdasarkan hal tersebut maka sangat jelas bahwa
transaksi perbankan syariah yang didasarkan pada prinsip jual beli
murabahah tetap merupakan pembiayaan sebagaimana transaksi lainnya
yang menggunakan akad mudharabah, musyarakah, salam, istishna,
ijarah, dan ijarah muntahiya bit tamlik. Selain itu, Pembiayaan murabahah
pada perbankan syariah digunakan untuk pengadaan barang, modal kerja,
pembangunan rumah dan lain-lain. Berikut ini beberapa contoh aplikasi
mekanisme pembiayaan murabahah dalam perbankan syariah:

1. Pengadaan Barang Transaksi ini dilakukan oleh bank syariah dengan


prinsip jual beli murabahah, seperti pengadaan sepeda motor, kulkas,
kebutuhan barang untuk investasi untuk pabrik dan sejenisnya. Apabila
seorang nasabah menginginkan untuk memiliki sebuah kulkas, ia dapat
datang ke bank syariah dan kemudian mengajukan permohonan agar
bank membelikannya. Setelah bank syariah meneliti keadaan nasabah
dan menganggap bahwa ia layak untuk mendapatkan pembiayaan
untuk pengadaan kulkas, bank kemudiaan membeli kulkas dan
menyerahkannya kepada pemohon, yaitu nasabah. Harga kulkas
tersebut sebesar Rp. 4.000.000,- dan pihak bank ingin mendapatkan
keuntungan sebesar RP. 800.000,-. Jika pembayaran angsuran selama
dua tahun, maka nasabah dapat mencicil pembayarannya sebesar Rp.
200.000,- per bulan. Selain memberikan keuntungan kepada bank
syariah, nasabah juga dibebani dengan biaya administrasi yang
jumlahnya belum ada ketentuannya. Dalam praktiknya biaya ini menjadi
pendapatan fee base income bank syariah. Biaya-biaya lain yang

35
diharus ditanggung oleh nasabah adalah biaya asuransi, biaya notaris
atau biaya kepada pihak ketiga.
2. Modal Kerja (Modal Kerja Barang) Penyediaan barang persediaan untuk
modal kerja dapat dilakukan dengan prinsip jual beli murabahah. Akan
tetapi, transaksi ini hanya berlaku sekali putus, bukan satu akad dengan
pembelian barang berulang-ulang. 16 Jika dilihat dari prinsipnya
murabahah menggunakan prinsip jual beli, Sedangkan untuk
penyediaan modal kerja lebih tepat jika menggunakan prinsip bagi hasil
atau penyertaan modal. karena jika modal kerja menggunakan prinsip
murabahah di khawatirkan akan terjadi transaksi pinjam meninjam
modal yang didalamnya mengandung unsur riba. sebaiknya Bank harus
menjaga praktek pembiayaan murabahah yang sudah berjalan sesuai
dengan prinsip syariah, jangan sampai menyimpang dari ketentuan
ketentuan yang ada serta memberikan pemahaman yang lebih luas
kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi murabahah.
3. Renovasi Rumah (Pengadaan Material Renovasi Rumah) Pengadaan
material renovasi rumah dapat menggunakan mekanisme jual beli
murabahah. Barang-barang yang diperjualbelikan adalah segala bentuk
barang yang dibutuhkan untuk renovasi rumah, seperti bata merah,
genteng, cat, kayu dan lain-lain. Transaksi dalam pembiayaan ini hanya
berlaku sekali putus, tidak satu akad dilakukan berulang-ulang. Adapun
contoh perhitungan pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut:
Tuan A pengusaha toko buku, mengajukan permohonan pembiayaan
murabahah untuk pembelian bahan baku kertas, senilai Rp. 100 juta.
Setelah dievaluasi bank syariah, usahanya layak dan permohonannya
disetujui, maka bank syariah akan mengangkat Tuan A sebagai wakil
bank syariah untuk membeli dengan dana dan atas namanya kemudian
menjual barang tersebut kembali kepada Tuan A sejumlah Rp 120 juta,
dengan jangka waktu 3 bulan dan dibayar lunas pada saat jatuh tempo.
Asumsi penetapan harga jual Rp. 120 juta telah dilakukan: (1) Tawar
menawar harga jual antara Tuan A dengan bank syariah. (2) Harga jual
yang disetujui, tidak akan berubah selama jangka waktu pembiayaan

36
walaupun dalam masa tersebut terjadi devaluasi, inflasi, maupun
perubahan tingkat suku bunga. 14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah akad jual beli barang


dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang membedakan murabahah
dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual secara jelas
memberitahu kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan
berapa besar keuntungan yang diinginkannya. Barang dengan barang
terlebih dahulu harus memperhatikan apakah barang tersebut merupakan
barang ribawi atau secara kasat mata tidak dapat dibedakan atau bukan.

Harga tidak boleh berubah sepanjang akad, kalau terjadi kesulitan


bayar dapat dilakukan restrukturisasi dan kalau tidak membayar karena
lalai dapat dikenakan denda. Denda tersebut akan dianggap sebagai dana
kebajikan. Pembayaran uang muka juga diperbolehkan.

Ada beberapa jenis akad murabahah seluruhnya halal asalkan


memenuhi rukun dan ketentuan Syariah. Untuk biaya yang terkait dengan
aset murabahah boleh diperhitungkan sebagai beban asalkan itu adalah
biaya langsung menurut jumhur ulama atau biaya tidak langsung yang
memberi nilai tambah pada aset murabahah.

B. Saran
Dari pembahasan di atas penulis menyarankan bahwa dalam melakukan
transaksi akad salam harus memeperhatikan syarat dan rukun yang menjadi
keabsahannya transaksi tersebut. penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca penulis harapkan.

14
Amelia Hud Leo dkk, Analisisi Impelementasi Akad Murabahah dan Fatwa Ulama Terhadap
Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, 2018, hlm. 10-13

37
Soal
1. Jelaskan pengertian akad murabahah?
2. Jelaskan akad murabahah menurut para ulam?
3. Apa saja landasan hukum akad murabahah, jelaskan beserta dalilnya?
4. Sebutkan beberapa karakteristik akad murabahah minimal 5?
5. Akad jual beli murabahah di kelompokkan menjadi berapa jenis? Sebutkan
dan jelaskan?
6. Sebutkan dan jelaskan rukun akad Mudharabah?
7. Sebutkan syarat akad Mudharabah?
8. Jelaskan beberapa resiko pada akad Mudharabah yang harus di
antisipasi?
9. Bagaimana konsep murabahah berdasarkan pesanan?
10. Tanggal 13 agustus 2015 disepakati akad murabahah antara bank berkah
syariah dengan tuan ahmad untuk pembelian mobil avanza, tuliskan jurnal
transaksinya?

38
Daftar Pustaka

Sholihin Ahmad Ifham, Buku Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2010)

Sauqi Muhammad, Fiqih Muamalah Kontemporer (Jawa Tengah: Cv Pena


Persada, 2021),66-67.

Grediani Evi, Akuntansi Syariah Pengantar (Klaten: Lakeisha, 2022)

Najib Mohammad Ainun,dkk, Modul Praktikum Teori dan Implementasi


Keuangan Syariah (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022),

Hani Tri,dkk, Praktik Akuntansi Syariah (Sumatera Barat: PT Global


Eksekutif Ekonomi, 2023).

https://mui.or.id. diakses pada 16 mei 2022

Rambe Ihsan,dkk, Akuntansi Syariah ( Teori Dasar dan Implementasiya) (


Medan: Umsu Press, 2022)

Pardiansyah Elif dkk, Teori dan Implementasi Produk Keuangan Syariah


(Edisi Produk Perbankan Syariah) ( Bandung: Media Sains Indonesia,
2022),

Mardani, Hukum Kontrak Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2021)

Leo Amelia Hud dkk, Analisisi Impelementasi Akad Murabahah dan Fatwa
Ulama Terhadap Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia, 2018

39

Anda mungkin juga menyukai