Anda di halaman 1dari 16

IDA HADIJAH M2R4-A Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dunia usaha atau yang lebih dikenal dengan kata bisnis, merupakan dunia yang paling ramai
dibicarakan. Mengapa demikian ? Beberapa orang terkaya yang kita sering dengar seperti
Bill Gates, Warren Buffet, Carlos Slim, dan lain sebagainya datang dari kalangan pebisnis.
Begitu juga di Indonesia, kekayaan dikuasai oleh para pebisnis seperti Abu Rizal Bakry,
Antoni Salim, Chairul Tandjung, dan lain-lain. Sesuai dengan hadits Nabi SAW, fakta ini
menunjukkan bahwa berbisnis merupakan pintu utama rezeki. Selain itu, merujuk pada
sejarah, profesi bisnis adalah profesi yang mulia, sebagian besar Nabi Allah merupakan
pebisnis, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata bisnis dari bahasa inggris
(business), dengan kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas,
ataupun masyarakat. Dengan arti lain, bisnis itu identik dengan sibuk mengerjakan aktivitas
dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan. Secara terminologi, menurut Skinner, bisnis
adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Sedangkan, Straub & Attner mendefenisikan bisnis sebagai suatu organisasi yang
menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh
konsumen untuk mendapatkan profit.
Dalam Islam, secara etimologi kata bisnis berarti identik dengan al-tijarah, al-bai,
tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa
arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna
berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan. Menurut ar-
Raghib al-Asfahan at-tijarah bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.
Secara terminologi, menurut Yusanto & Wijaya Kusuma bisnis Islami adalah serangkaian
aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah kepemilikan hartanya
(barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya disebabkan aturan halal dan haram.

IDA HADIJAH M2R4-A Page 2


1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan berdagang?
2. Apa yang dimaksud dengan Fastabiqul khairat?
3. Apa yang dimaksud dengan Perdagangan dalam Syariah?
4. Apa hukum berdagang di mesjid?
5. Apa saja perilaku-perilaku terpuji dalam perdagangan?
6. Bagaimana perilaku Nabi Syuaib AS sebagai Nabi Ekonomi Penegak Kejujuran?

1.3.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari berdagang.
2. Untuk mengetahui contoh Fastabiqul khariaat dalam perdagangan.
3. Untuk mengetahui bagaimana perdagangan dalam hukum syariah.
4. Untuk mengetahui hukum berdagang di mesjid.
5. Untuk mengetahui Perilaku-perilaku terpuji dalam Berdagang.
6. Untuk mengetahui kisah dan perilaku Nabi Syuaib AS sebagai Nabi Ekonomi
Penegak Kejujuran.















IDA HADIJAH M2R4-A Page 3


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Berdagang
Berdagang pada dasarnya merupakan salah satu pekerjaan yang sangat mulia, bahkan Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam dan sebagian shahabat beliau adalah para pedagang profesional.
Namun di sisi lain Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam juga memperingatkan kita semua,
bahwa tempat terburuk yang dibenci Allah adalah pasar.
Tentu bukanlah pasarnya yang salah, namun penghuninya, penjual dan pembelinya. Berapa
banyak pedagang yang sibuk dengan dagangannya sehingga meninggalkan shalat dan
dzikrullah, berapa banyak kecurangan, penipuan, riba dan berbagai kejahatan terjadi di pasar.
Dan tentunya masih banyak lagi pola dan sistim pasar yang bertabrakan dengan syariat
dipraktekkan di sana, yang penting dapat uang bagaimanapun caranya.
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang
berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.
Perdagangan menurut aturan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh
para pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan
dan mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang
Muslim akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di
dunia dan di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli,
masing-masing akan saling mendapat keuntungan.

2.2. Fastabiqul khariaat dalam perdagangan
Fastabiqul khairat secara Harfiah memiliki arti berlomba-lomba dalam kebaikan. Manusia
diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap manusia dan alam
sekitarnya. Dalam Islam, istilah fastabiqul khairat ini merujuk pada firman Allah SWT
sebagai berikut:
Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. (Qs Al Maidah ayat 2)

IDA HADIJAH M2R4-A Page 4


Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. (Qs Al-Baqarah ayat 148)

Yang namanya berlomba-lomba itu berarti siapa lebih cepat, fastabiqul bermakna
berlomba adu cepat dan khairat itu berarti lebih baik. Jadi memang siapa lebih cepat
(dalam mengerjakan kebaikan) maka dia lebih baik (dari muanusia lainnya) dan karenanya
maka disukai oleh Allah SWT, sebaliknya yang menunda-nunda dan lambat dalam
mengerjakan kebaikan akan kurang disukai oleh Allah SWT apalagi yang sampai tidak mau
mengerjakan suatu kebaikan, perintah Tuhan dan menjauhi larangannya (amar maruf nahi
munkar) sangatlah dimurkai oleh Allah SWT.
Islam memang menghalalkan usaha perdagangan, perniagaan dan atau jual beli. Namun tentu
saja untuk orang yang menjalankan usaha perdagangan secara Islam, dituntut menggunakan
tata cara khusus, ada aturan mainnya yang mengatur bagaimana seharusnya seorang Muslim
berusaha di bidang perdagangan agar mendapatkan berkah dan ridha Allah SWT di dunia dan
akhirat.
Aturan main perdagangan Islam, menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan oleh para
pedagang Muslim dalam melaksanakan jual beli. Dan diharapkan dengan menggunakan dan
mematuhi etika perdagangan Islam tersebut, suatu usaha perdagangan dan seorang Muslim
akan maju dan berkembang pesat lantaran selalu mendapat berkah Allah SWT di dunia dan
di akhirat. Etika perdagangan Islam menjamin, baik pedagang maupun pembeli, masing-
masing akan saling mendapat keuntungan.
Adapun etika perdagangan Islam tersebut antara lain:
1) Shidiq (Jujur)
Seorang pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli. Jujur dalam
arti luas. Tidak berbohong, tidak menipu, tidak mcngada-ngada fakta, tidak
bekhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain sebagainya.
2) Amanah (Tanggungjawab)
Setiap pedagang harus bertanggung jawab atas usaha dan pekerjaan dan atau jabatan
sebagai pedagang yang telah dipilihnya tersebut. Tanggung jawab di sini artinya, mau
dan mampu menjaga amanah (kepercayaan) masyarakat yang memang secara
otomatis terbeban di pundaknya.

IDA HADIJAH M2R4-A Page 5


3) Menepati Janji
Seorang pedagang juga dituntut untuk selalu menepati janjinya, baik kepada para
pembeli maupun di antara sesama pedagang, terlebih lagi tentu saja, harus dapat
menepati janjinya kepada Allah SWT.
Janji yang harus ditepati oleh para pedagang kepada para pembeli misalnya; tepat
waktu pengiriman, menyerahkan barang yang kwalitasnya, kwantitasnya, warna,
ukuran dan atau spesifikasinya sesuai dengan perjanjian semula, memberi layanan
puma jual, garansi dan lain sebagainya. Sedangkan janji yang harus ditepati kepada
sesama para pedagang misalnya; pembayaran dengan jumlah dan waktu yang tepat.
Dari uraian diatas, Fastabiqul Khairaat dalam berdagang diantaranya berlomba-lomba
menerapkan etika-etika berdagang yang dianjurkan oleh islam tersebut , karena perilaku
jujur, amanah , dan menepati janji adalah modal utama untuk menjadi pedagang yang baik
dan sesuai dengan syariat islam, dan menjadikan barang yang dijual menjadi berkah dan
diridhai allah.

2.3. Perdagangan dalam Syariah
Dalam Al-quran, perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan), bay
(menjual) dan Syira (membeli). Selain istilah tersebut masih banyak lagi istilah-istilah lain
yang berkaitan dengan perdagangan, seperti dayn, amwal, rizq, syirkah, dharb, dan sejumlah
perintah melakukan perdagangan global (QS. Al-Jumah : 9).
Kata tijarah adalah mashdar dari kata kerja yang berarti menjual dan membeli. Kata tijarah
ini disebut sebanyak 8 kali dalam Alquran yang tersebar dalam tujuh surat, yaitu surat Al-
Baqarah :16 dan 282, An-Nisaa : 29, At-Taubah : 24, An-Nur :37, Fathir : 29 , Shaf : 10 dan
Al-Jumah :11. Pada surat Al-Baqarah disebut dua kali, sedangkan pada surat lainnya hanya
disebut masing-masing satu kali.
Sedangkan kata baa (menjual) disebut sebanyak 4 kali dalam Al-quran, yaitu Surat Al-
Baqarah :254 dan 275, Surat Ibrahim :31 dan Surat Al-Jumah :9.
Selanjutnya istilah lain dari perdagangan yang juga terdapat dalam Al-quran adalah As-Syira.
Kata ini terdapat dalam 25 ayat. Dua ayat di antaranya berkonotasi perdagangan dalam
IDA HADIJAH M2R4-A Page 6


konteks bisnis yang sebenarnya (surat Yusuf ayat 21 dan 22), yang menjelaskan tentang
kisah Nabi Yusuf yang dijual oleh orang yang menemukannya.
Dalam surat al-Jumah ayat 10 Allah berfirman, Apabila shalat sudah ditunaikan maka
bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah serta banyak-banyaklah mengingat
Allah agar kalian menjadi orang yang beruntung..
Apabila ayat ini kita perhatikan secara seksama, ada dua hal penting yang harus kita cermati,
yaitu fantasyiruu fi al-ard (bertebaranlah di muka bumi) dan wabtaghu min fadl Allah
(carilah rezeki Allah).
Makna fantasyiruu adalah perintah Allah agar umat Islam segera bertebaran di muka bumi
untuk melakukan aktivitas bisnis setelah shalat fardlu selesai ditunaikan. Allah SWT tidak
membatasi manusia dalam berusaha, hanya di kampung, kecamatan, kabupaten, provinsi,
atau Indonesia saja. Allah memerintahkan kita untuk go global atau fi al-ard. Ini artinya kita
harus menembus seluruh penjuru dunia.
Ketika perintah bertebaran ke pasar global bersatu dengan perintah berdagang, maka menjadi
keharusan bagi kita membawa barang, jasa dan komoditas ekspor lainnya serta bersaing
dengan pemain-pemain global lainnya. Menurut kaidah marketing yang sangat sederhana
tidak mungkin kita bisa bersaing sebelum memiliki daya saing di 4 P: Products, Price,
Promotion, dan Placement atau delivery.
Dalam Surat Al-Quraisy Allah melukiskan satu contoh dari kaum Quraisy yang telah mampu
menjadi pemain global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri mereka.
Allah berfirman, Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan
perjalanan dagang pada musim dingin dan musim panas.
Para ahli tafsir baik klasik, seperti al-Thabari, Ibn Katsir, Zamakhsyari, maupun kontemporer
seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan Sayyid Qutb, sepakat bahwa perjalanan dagang musim
dingin dilakukan ke utara seperti Syria, Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur,
sementara perjalanan musim panas dilakukan ke selatan seputar Yaman, Oman, atau bekerja
sama dengan para pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden.




IDA HADIJAH M2R4-A Page 7


2.3.1. Karakteristik Perdagangan Syariah
Prinsip dasar yang telah ditetapkan Islam mengenai perdagangan atau niaga adalah
tolok ukur dari kejujuran, kepercayaan dan ketulusan. Dalam perdagangan nilai
timbangan dan ukuran yang tepat dan standar benar-benar harus diperhatikan. Seperti
yang telah dijelaskan dalam surat Al Muthoffifin ayat 2-7 :

Kecelakaan besarlah bagi orang yang curang, yaitu orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.tidaklah orang-orang itu
menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang
besar, yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan Semesta Alam? Sekali-
kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka,tersimpan dalam
Sijjin.

Selain itu, Islam tidak hanya menekankan agar memberikan timbangan dan ukuran
yang penuh, tetapi juga dalam menimbulkan itikad baik dalam transaksi bisnis. Hasil
beberapa pengamatan yang dilakukan menjelaskan bahwa hubungan buruk yang
timbul dalam bisnis dikarenakan kedua belah pihak yang tidak dapat menentukan
kejelasan secara tertulis syarat bisnis mereka. Untuk membina hubungan baik dalam
berbisnis, semua perjanjian harus dinyatakan secara tertulis dengan menyantumkan
syarat-syaratnya, karena yang demikian itu lebih adil di sisi Alloh, dan lebih
menguatkan persaksian, dan lebih dapat mencegah timbulnya keragu-raguan. (Al
Baqoroh : 282-283)

Disamping itu, ada beberapa hal yang terkait dengan perdagangan syariah, yaitu :
Penjual berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumen,
sehingga konsumen akan merasa telah berbelanja sesuai syariah Islam, dimana
konsumen tidak membeli barang sesuai keinginan tetapi menurut kebutuhan.
Penjual menjalankan bisnisnya secara jujur yakni kualitas barang yang dijual
sesuai dengan harganya, dan pembeli tidak dirangsang untuk membeli barang
sebanyak-banyaknya.
IDA HADIJAH M2R4-A Page 8


Hal yang paling baik bukan masalah harga yang diatur sesuai mekanisme
pasar, namun status kehalalan barang yang dijual adalah lebih utama. Dengan
konsep perdagangan syariah, konsumen yang sebagian besar masyarakat
awam akan merasa terlindungi dari pembelian barang dengan tidak sengaja
yang mengandung unsur haram yang terkandung di dalamnya. Barang-barang
yang dijual dengan perdagangan syariah juga diperoleh dengan cara tidak
melanggar hukum diantaranya bukan barang selundupan, memiliki izin SNI
dan sebagian lagi memiliki label halal.
Sesungguhnya barang dan komoditi yang dijual haruslah berlaku pada pasar
terbuka, sehingga pembeli telah mengetahui keadaan pasar sebelum
melakukan pembelian secara besar-besaran. Penjual tidak diperkenankan
mengambil keuntungan dari ketidaktahuan pembeli akan keadaan pasar dan
harga yang berlaku.

2.4.Berdagang di Mesjid
Tujuan masjid dibangun hanyalah untuk shalat, zikir, dan beribadah kepada Allah. Dan dia
merupakan bagian bumi yang paling Allah cintai. Karenanya ketika seorang berada di dalam
masjid maka dia diharuskan untuk beradab dengan adab-adab islami yang telah dituntunkan
oleh Rasulullah SAW. Dan di antara adab tersebut adalah Nabi alaihishshalatu wassalam
memerintahkan agar menyucikan masjid dari semua perkara yang tidak berhubungan dengan
tujuan dia dibangun, misalnya membuang kotoran dan berjual beli di dalamnya.
Disepakati sebagian besar mazhab bahwa melakukan transaksi (baik jual-beli, sewa-
menyewa, dan sejenisnya) di dalam masjid hukumnya makruh, bahkan menurut mazhab
Hanbaliyah haram.
Lebih lengkapnya masing-masing pendapat mazhab tersebut yaitu :
Mazhab Hanafi, mazhab ini berpendapat transaksi jual-beli dan sewa-menyewa di
dalam masjid hukumnya makruh. Yang diperbolehkan melakukan akad di dalam
masjid adalah akad hibah/pemberian dan sejenisnya. Disunahkan melakukan akad
nikah di dalam masjid.
Mazhab Maliki, jual-beli makruh dilakukan di dalam masjid jika bisa mengganggu
para jama'ah. Jika tidak mengganggu jamaah, maka hukumnya tidak makruh, mubah.
IDA HADIJAH M2R4-A Page 9


Untuk akad hibah dan nikah boleh dilakukan di dalam masjid, bahkan untuk akad
nikah hukumnya sunnah.
Mazhab Syafi'i, mazhab ini melarang (mengharamkan) menjadikan masjid sebagai
tempat transaksi jual-beli jika dengan hal ini bisa mengurangi wibawa masjid. Namun
jika tidak mengurangi wibawanya maka jual-beli di masjid hukumnya makruh. Akad
nikah boleh dilakukan di dalam masjid.
Mazhab Hanbali, mazhab ini melarang (mengharamkan) masjid sebagai tempat jual-
beli dan sewa-menyewa. Seandainya terjadi, maka hukumnya batal, jual-belinya tidak
sah. Sunnah hukumnya melakukan akad nikah di masjid.

2.5. Perilaku-Perilaku Terpuji dalam Berdagang
Menurut Imam Al-Ghozali ada enam sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu:
1. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang. Jika
dipikirkan perilaku demikian ini, maka dapat dipetik hikmahnya, yaitu menjual
barang lebih murah dari saingan atau sama dengan pedagang lain yang sejenis,
membuat konsumen akan lebih senang dengan pedagang seperti ini, apalagi
diimbangi dengan pelayanan yang memuaskan.
2. Membayar harga agak lebih mahal kepada pedagang miskin, ini adalah amal yang
lebih baik daripada sedekah biasa.
3. Memurahkan harga atau memberi potongan kepada pembeli yang miskin, hal ini
dapat mendapatkan pahala yang berlipat ganda.
4. Bila membayar hutang, pembayaran dipercepat dari waktu yang telah ditentukan. Jika
yang dihutang berupa barang, maka usahakan dibayar dengan barang yang lebih baik,
dan yang berhutang datang sendiri kepada yang berpiutang pada waku pembayaranya.
Bila hutang berupa uang, maka lebihkanlah pembayarannya sebagai tanda
terimakasih, walaupun tidak diminta oleh orang yang berpiutang. Demikian yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
5. Membatalkan jual beli, jika pihak pembeli menginginkannya. Ini sejalan dengan
Customer is King dalam ilmu marketing. Pembeli itu adalah raja, jadi apa
kemauanya perlu diikuti sebab penjual harus tetap menjaga hati langganan, sampai
langganan merasa puas. Kepuasan konsumen adalah merupakan target yang harus
IDA HADIJAH M2R4-A Page 10


mendapatkan prioritas dari penjual. Dengan adanya kepuasan, maka langganan akan
tetap terpelihara, bahkan akan meningkat karena langganan lama menarik langganan
baru. Ingatlah promosi dari suatu produk yang berbunyi: Kepuasan Anda dambaan
kami, Kami Ingin Memberi Kepuasan yang Istimewa, Jika Anda Merasa Puas
Beritahu Teman-teman Anda, Jika Anda Tidak Puas Beritahu Kami.
6. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan ditagih
bila orang miskin itu tidak mampu untuk membayarnya, dan membebaskan mereka
dari utang jika meninggal dunia.

2.6. Perilaku Nabi Syuaib As Sebagai Nabi Ekonomi Penegak Kejujuran
Praktek bisnis yang tidak bermoral ternyata sudah ada mulai dari dahulu khususnya pada
zaman Nabi Syuaib. Bisnis mereka ini ditandai dengan berbagai kecurangan seperti
mengurangi sukatan dan timbangan dan bahkan bermain dari segi harga. Para spekulan ini
membuat kehidupan bisnis pada masa itu menjadi lesu sehingga kehidupan masyarakat mulai
terpuruk dan akhirnya terjadi pula tindakan-tindakan yang anarkis. Untuk tidak membuat
situasi ini semakin parah, maka Allah mengutus Nabi Syuaib agar meredam praktek-praktek
bisnis haram yang dilakukan oleh umatnya. Kelompok yang pertama sekali dihadapi oleh
Nabi Syuaib adalah para pembesar di wilayah itu, karena selain mereka memberikan
legitimasi terhadap praktek bisnis yang amoral ini, maka mereka juga turut ikut ambil bagian
dari praktek-praktek bisnis yang semacam ini.
Pengutusan nabi dan rasul kepada suatu kaum, biasanya menandakan telah terjadi perbuatan-
perbuatan yang sudah melampaui batas, sehingga satu kelompok dapat berlaku zalim kepada
kelompok yang lain. Demikian juga halnya dalam pengutusan Nabi Syuaib kepada kaum
Madyan, dimana mereka telah melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
masyarakat banyak yaitu dengan melakukan bisnis yang tidak bermoral. Perintah Nabi
Syuaib agar mereka menyempurnakan takaran dan timbangan, pada prinsipnya
menunjukkan bahwa telah terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam berbisnis. Menurut
Imam al-Qurthubi, jika mereka menjual maka takaran dan timbangan dikurangi, dan jika
mereka membeli maka takaran dan timbangan mereka penuhi. Selain itu mereka juga
bermain dalam persoalan harga dengan cara melakukan penipuan-penipuan.

IDA HADIJAH M2R4-A Page 11


Sebagai seorang nabi dan rasul Allah dan juga sebagai pemimpin umat, maka Nabi Syuaib
merasa bertanggung jawab untuk mengcounter praktek-praktek curang dalam berbisnis
sebagaimana yang dilakukan oleh umatnya. Jika perbuatan ini dibiarkan maka kehidupan
umat akan melarat dan yang dapat merasakan kenikmatan hanyalah segelintir manusia saja
yaitu para spekulan dan juga para pembesar yang ada di wilayah tersebut. Praktek yang tidak
sehat semacam ini, dapat merusak tatanan ekonomi umat sehingga mudharatnya dapat
melibatkan orang banyak.
Dapat dipastikan bahwa kecurangan yang seperti ini akan membuat ekonomi umat terpuruk.
Nabi Syuaib mencoba memprioritaskan masa-masa kepemimpinannya untuk merubah
prilaku bisnis masyarakat yang amoral ini. Dampak dari bisnis yang tidak bermoral ini, maka
umat Nabi Syuaib juga melakukan kerusakan-kerusakan di muka bumi. Menurut al-
Thabathabai sebagaimana yang dikutip oleh M. Quraish Shihab, bila hal ini terjadi maka
rasa aman tidak akan tercipta. Melakukan perusakan di muka bumi demikian juga halnya
perusakan terhadap harta benda, keturunan maupun jiwa manusia akan melahirkan ketakutan
dan menghilangkan rasa aman.
Menurut al-Qurthubi, pada masa Nabi Syuaib telah terjadi spekulan-spekulan dalam
mempermainkan harga yang kemudian diikuti dengan prilaku pengurangan takaran dan
timbangan. Ibn Abbas memberikan komentar sebagaimana yang dicatat oleh al-Qurthubi,
bahwa tempat umat Nabi Syuaib berdomisili dipenuhi dengan perbuatan-perbuatan maksiat
sebelum Nabi Syuaib diutus seperti menghalalkan segala macam cara dan juga
pemubunuhan. Cara yang pertama sekali dilakukan oleh Nabi Syuaib ialah mengajak
mereka untuk menyembah Allah agar dengan cara ini mereka takut untuk melakukan sesuatu
yang terlarang.
Kisah Nabi Syuaib dan kaumnya tersebut terdapat dalam Alquran surat (QS) Hud ayat 84.
Ayat yang menceritakan nabi Syuaib tersebut berbunyi : "Dan kepada (penduduk) Mad-yan
(Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali
tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan,
sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan sesungguhnya aku
khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)". (QS 11 : 84)

IDA HADIJAH M2R4-A Page 12


Kaum Madyan ini nenek moyangnya anak Nabi Ibrahim dari istrinya yang ketiga Qanthura
yang bernama Madyn. Kemudian lambat laun nama individu ini menjadi nama sebuah suku.
Nabi Syuaib sendiri merupakan mertuanya Nabi Musa. Beliau dikenal juga sebagai orator
para nabi.
Setiap Nabi memberikan dakwah yang berbeda-beda kepada umatnya. Nah Nabi Syuaib ini
meminta agar umatnya menyempurnakan dalam perihal timbangan jual beli. Karena bangsa
pedagang ini ternyata sering curang dalam berbisnis. Nabi Syuaib disini mengkritik keras
kaum Madyn yang sebenarnya telah berkecukupan, namun masih saja berbuat kecurangan.
Sudah senang, sudah kaya masih mau korupsi.
Ayat lanjutannya berbunyi : "Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika
kamu orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" (QS
11:86). Ayat lanjutan tersebut juga menyimpan makna lainnya yakni agar kaum Madyn
berlaku adil dan menyempurnakan takaran sehingga keduabelahpihak (penjual maupun
pembeli) menjadi senang.
Hal ini juga bisa diartikan bahwa menjaga hubungan harmonis ketimbang mengambil untung
banyak lebih disenangi Allah dan lebih menguntungkan bagi pelakunya. Jangan hanya
melakukan kegiatan yang mengambil untung banyak tetapi terputus-putus, lebih baik satu
kegiatan yang sedikit tapi berkesinambungan.
Kemudian menjawab ajakan Nabi Syuaib kaum Madynmenjawab : "Mereka berkata: Hai
Syu'aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang
disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki
tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal"
(QS 11:87).
Bila dimaknai dalam kehidupan sehari-hari intinya ayat tersebut menyatakan umat Nabi
Syuaib ingin menerapkan perdagangan bebas sesuka mereka tanpa memperhatikan nilai-nilai
ekonomi. Padahal Allah menetapkan nilai ekonomi bahwa harta benda kita tidak diboleh
dipakai untuk bermaksiat, kita juga tidak boleh mendapatkan harta dari hasil mengeksploitasi
orang lain.
Seperti kaum-kaum Nabi lainnya yang mengingkari ajakan untuk menyembah Allah dan
berbuat kebaikan, kaum Madyn juga mendebat Nabi Syuaib. Dan meminta bukti atas
kenabianya. Atas tantangan tersebut Nabi Syuaib berkata : "Hai kaumku, bagaimana
IDA HADIJAH M2R4-A Page 13


pikiranmu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku dan dianugerahi-Nya aku dari
pada-Nya rezki yang baik (patutkah aku menyalahi perintah-Nya)? Dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak
bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan. Dan tidak
ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku
bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali. (QS 11:88)
Nabi Syuaib disini menyatakan kepada kaumnya bahwa dengan cara berbisnis yang baik,
tidak mencurangi dan merugikan orang lain kita tetap bisa memperoleh rezeki berlimpah oleh
Allah. Karena sesungguhnya rezeki bagi siapapun sudah ada dan dijamin Allah tinggal
bagaimana cara kita untuk mencarinya, pilihan hidup semacam itu ada di tangan kita.
Namun kaum Nabi Syuaib tetap pada keingkaranya dan justru semakin mempertentangkan
Nabi Syuaib, keadaan saat itu dijelaskan ayat berikutnya yang berbunyi : "Syuaib berkata,
hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan
kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum
Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak (pula) jauh (tempatnya) dari kamu" (QS
11:89). "Dan mohonlah ampun kepada Tuhanmu kemudian bertaubatlah kepada-Nya.
Sesungguhnya Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih" (QS 11:90)
Namun alih-alih sadar ketika diingatakan perihal kaum sebelumnya yang telah dimusnakan
Allah. Kaum Nabi Syuaib ini justru hendak memberikan hukuman kepada Nabi Syuaib yang
dianggap telah ikut campur urusan bisnis mereka yang telah dilakoni sejak lama. "Mereka
berkata: "Hai Syu'aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu dan
sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; kalau
tidaklah karena keluargamu tentulah kami telah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah
seorang yang berwibawa di sisi kami." (QS 11:91)
Kaum ini sama seperti kaum berpandangan picik dan hanya memandang orang berdasarkan
kedudukan dan hartanya. Menjawab tantangan tersebut Nabi Syuaib menjawab: "Hai
kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandanganmu daripada Allah, sedang
Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu?. Sesungguhnya (pengetahuan)
Tuhanku meliputi apa yang kamu kerjakan." (QS 11:92)

IDA HADIJAH M2R4-A Page 14


Dengan jawaban tersebut Nabi Syuaib turut menantang kaumnya. "Dan (Syuaib berkata):
"Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula).
Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa azab yang menghinakannya dan
siapa yang berdusta. Dan tunggulah azab (Tuhan), sesungguhnya akupun menunggu
bersama kamu." (QS 11:93)
Dua ayat selanjutnya menceritakan bagaimana kaum Nabi Syuaib dibinasakan oleh Allah
SWt. "Pada Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Syu'aib dan orang-orang yang
beriman bersama-sama dengan dia dengan rahmat dari Kami, dan orang-orang yang zalim
dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di
rumahnya" (QS 11:94). "Seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah,
kebinasaanlah bagi penduduk Mad-yan sebagaimana kaum Tsamud telah binasa" (QS 11:95)
Dari pembahasan ayat 84-95 kita bisa mengambil hikmah bahwasanya rezeki semua mahluk
di dunia ini telah ditanggung Allah SWT. Kita tidak boleh meragukan hal tersebut, dan
dengan keyakinan jaminan Allah tersebut kita hendaknya semakin bersemangat untuk
mencari harta yang halal lagi baik serta rajin menyedekahkanya di jalan Allah.
















IDA HADIJAH M2R4-A Page 15


BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perdagangan atau Perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang
berikut dengan maksud memperoleh keuntungan.
Fastabiqul Khairaat dalam berdagang diantaranya berlomba-lomba menerapkan etika-etika
berdagang yang dianjurkan oleh islam tersebut , karena perilaku jujur, amanah , dan
menepati janji adalah modal utama untuk menjadi pedagang yang baik dan sesuai dengan
syariat islam, dan menjadikan barang yang dijual menjadi berkah dan diridhai allah.
Dalam Al-quran, perdagangan dijelaskan dalam tiga bentuk, yaitu tijarah (perdagangan),
bay (menjual) dan Syira (membeli).
Disepakati sebagian besar mazhab bahwa melakukan transaksi (baik jual-beli, sewa-
menyewa, dan sejenisnya) di dalam masjid hukumnya makruh, bahkan menurut mazhab
Hanbaliyah haram.









IDA HADIJAH M2R4-A Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Agustianto. Sekjen Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI) dan Mahasiswa Program
Doktor Ekonomi Islam UIN Jakarta. (Artikel)
Mannan, Abdul. 1995. Teori Dan Praktek Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Wakaf.
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Wakaf.
http://ditjenpdn.depdag.go.id/pls/portal30/url/folder/
http://fossei.4t.com/Artikel.htm
http://muhammadfendisyariah.blog.friendster.com/about/
http://www.ekonomisyariah.org/docs/detail_cara.php?idKategori=1

Anda mungkin juga menyukai