Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Agama Islam agama yang paling sempurna dalam segala hal. Diantara bukti kesempurnaan
agama Islam dan rahmatnya bagi alam semesta, agama Islam menganjurkan kepada umatnya
agar bekerja dan berbisnis dengan jalan yang benar dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh
Allah dan rasul-Nya. Karena tiada suatu perkara pun yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya
melainkan perkara yang dilarang tersebut akan mendatangkan bencana dan mudharat bagi para
pelakunya.
Berdagang merupakan salah satu profesi yang sangat mulia dan utama selagi dijalankan dengan
jujur dan sesuai dengan aturan serta tidak melanggar batas-batas syariat yang telah ditetapkan
oleh Allah dan rasul-Nya di dalam Al-Quran dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Sebagai agama yang telah sempurna sudah barang tentu Islam memberikan rambu-rambu
dalam melakukan transaksi, adanya berbagai macam istilah seperti al-tijarah, al baI,
tadayantum, dan isytara yang telah disebutkan dalam Al-Quran sebagai tanda bahwa agama
Islam memiliki perhatian yang serius tentang dunia bisnis atau perdagangan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bisnis (Berdagang)

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, bisnis diartikan sebagai usaha dagang, usaha
komersial dalam dunia perdagangan, bidang uasaha. Secara umum bisnis diartikan sebagi suatu
kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau
rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola
sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.
Bisnis adalah sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses
penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Menurut Yusanto dan
Wijayakusuma, lebih khusus terhadap bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam
berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah profitnya, namun dibatasi dalam cara
memperolehnya dan pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.1
Dalam istilah agama, kegiatan dan interaksi tesebut dinamai muamalah. Al Quran dalam
mengajak manusia untuk mempercayai dan mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala
aspek kehidupan seringkali menggunakan istilah-istilah yang dikenal dalam dunia bisnis, untung
rugi dan sebagainya ( Qs. Al Taubah 9 ; 111). 2

Artinya : "Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri maupun harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga
mereka membunuh atau terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil,
dan Al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah
dengan jual-beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang
agung."(QS. At-Taubah 9: Ayat 111)

1
Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam (Yogyakarta: BPFE, 2004),
hlm.57.
2
Dede Rodin, Tafsir Ayat Ekonomi, (Semarang: CV. Karya Abadi Jaya,2015), hlm.71.

2
B. Berbisnis Menurut Pandangan Islam
Bisnis menurut islam adalah suatu yang dihalalkan bahkan sangat dianjurkan oleh Islam.
Bisnis atau berdagang bahkan dilakukan oleh Nabi dan Sahabat Rasulullah di zaman dahulu.
Seperti yang kita ketahui pula, bahwasannya Rasulullah sendiri sebelum diangkat menjadi Nabi
dan Rasul, beliau pernah berdagang barang-barang perniagaan milik Khadijah r.a sebelum beliau
menikah dengannya. Selain itu, banyak sekali sahabat-sahabat Nabi yang merupakan para
pembisnis dan dari hartanya tersebut dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
perkembangan agama Islam.

Islam sendiri sangat mengajurkan dan memperbolehkan berbisnis asalkan bukan berbisnis
terhadap hal hal yang mengarah kepada riba, judi, penyediaan produk atau layanan yang
mengandung barang-barang haram yang dilarang oleh Allah swt. Untuk itu di balik bisnis
menurut islam yang dihalalkan ini tentu saja ada etika dan manfaat yang dapat diperoleh. Islam
pun mengharapkan agar bisnis yang dilakukan oleh seorang muslim tidak hanya memiliki
keuntungan untuk diri sendiri melainkan juga dapat memberikan manfaat yang banyak kepada
banyak orang. Hal ini sesuai dengan prinsip islam yang rahmatan lil alamin.

Menurut Rasulullah saw, pada dasarnya setiap pekerjaan merupakan pekerjaan yang terbaik
selama semuanya dilakukan dengan berlandaskan kemampuan yang dimiliki diri sendiri dan
bukan dengan jalan meminta minta dan menempuh jalan yang dilarang dalam islam. Hal ini
senada dengan Hadits Rasulullah SAW :

Rasulullah ditanya, Wahai Rasulullah, pekerjaan apakah yang paling baik? Beliau
menjawab, Pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap perniagaan yang
baik. (HR. Ahmad dan Al Bazzar; shahih lighairihi).

C. Hadits-Hadits Tentang Etika Berbisnis Dalam Islam

Berbicara mengenai etika, maka tidak bisa kita lepaskan dari setiap tingkah maupun perilaku
yang kita kerjakan setiap hari, mengingat makna dari etika itu sendiri yang berisi tentang nilai-
nilai moral yang penting untuk kita aplikasikan dalam setiap aktivitas, tak terkecuali hal nya saat
kita berbisnis, karena pada dasarnya etika sangat berpengaruh terhadap pelaku bisnis, terutama
dalam hal kepribadian, tindakan maupun perilakunya.3

Di zaman yang serba kompetitif seperti sekarang, tak jarang kita melihat berbagai macam
oknum yang menempuh berbagai cara agar mendapatkan keuntungan dan merugikan orang lain
dengan melakukan berbagai tindakan yang jauh dari etika bisnis Islami. Hal ini sesuai dengan
hadits Nabi Muhammad saw :

3
A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran (Jakarta: Amzah,2010), hlm. 47.

3
Artinya : Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi beliau bersabda Akan datang kepada
manusia suatu zaman dimana seseorang tidak mempedulikan dari mana ia mendapatkan harta,
apakah dari yang halal atau haram. (HR. Al-Bukhari dan An-NasaI)

Hadits diatas dapat diartikan sebagai suatu celaan terhadap sikap tidak selektif dalam mencari
penghasilan, serta seruan Rasulullah agar kita tetap mencari rezeki dari jalam yang halal serta
menyertakan rasa takut kita kepada Allah swt dalam berbagai perbuatan.4 Oleh karena itu,
sebagai umat Nabi Muhammad saw seharusnya kita dapat mencontoh beberapa perilaku beliau
dalam berniaga, diantara nya seperti :

1. Sifat Kejujuran (Shidiq)


Dalam Al-Quran, keharusan bersikap jujur dalam berdagang, beniaga dan atau jual beli
sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas yang antara lain kejujuran tersebut
dihubungkan seperti pada pelaksanaan timbangan, sebagaimana firman Allah SWT dan
beberapa Hadits Nabi seperti :

Artinya : Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu merugikan orang lain. Dan
timbanglah dengan timbangan yang benar. Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan
mengurangi hak-haknya dan janganlah membuat kerusakan di bumi ; dan bertaqwalah
kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umat-umat yang terdahulu. (Q.S Asy
Syuaraa (26):181-184)

Dari Muadz bin Jabal r.a ia berkata: Rasulullah saw bersabda:Sesungguhnya sebaik-baik
penghasilan ialah penghasilan para pedagang yang mana apabila berbicara tidak bohong,
apabila diberi amanah tidak khianat, apabila berjanji tidak mengingkarinya, apabila membeli
tidak mencela, apabila menjual tidak berlebihan (dalam menaikkan harga), apabila berhutang
tidak menunda-nunda pelunasan dan apabila menagih hutang tidak memperberat orang yang

4
Ahmad bin Muhammad Al Qasthalani, Syarah Hadits Bukhari, Terj. Abu Nabil (Solo: Zamzam, 2014), hlm. 413.

4
sedang kesulitan. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi di dalam Syuabul Iman, Bab Hifzhu Al-
Lisan IV/221).5
Dari Rifa'ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam ke tanah lapang dan melihat manusia sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu
menyeru, Wahai para pedagang! Orang-orang pun memperhatikan seruan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka
pada beliau. Lantas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :



Artinya : Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai
orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan
berlaku jujur (HR. at-Tirmidzi, Ibn Majah, Ibn Hiban, al-Baihaqi dan al-Hakim).

Dalam hadits lain Rasulullah juga menjelaskan mengenai keutamaan seorang pedagang yang
jujur, yaitu :





Artinya : Seorang pedagang yang jujur, (kelak di hari kiamat akan dikumpulkan oleh Allah)
bersama para nabi, shiddiqin, dan para syuhada. (Hadis Hasan Riwayat at-Tirmidzi).
2. Lemah Lembut Dan Murah Hati Dalam Berniaga
Hendaknya masing-masing penjual dan pembeli menampakkan sikap yang lemah lembut
dan ramah, tidak menampakkan perilaku keras atau kasar saat melakukan penawaran, pembeli
hendaknya tidak mengurangi hak penjual dengan meminta untuk menurunkan harga yang
tidak dapat dilakukan oleh si penjual, begitupun dengan penjual, hendaknya tidak merugikan
pembeli dengan cara meninggikan harga atau yang lainnya. Intinya hendaknya interaksi antara
penjual dan pembeli harus dibangun dengan sikap keramahan dan kelemah lembutan. Hal
tersebut sebagaimana telah disampaikan Rasulullah dalam sebuah hadits :
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah r.a : Rasulullah saw bersabda, Semoga kasih sayang
Allah dilimpahkan kepada orang yang bersikap lemah lembut pada saat membeli, menjual,
dan meminta kembali uangnya (HR. Bukhari 3 ; 290) . 6
D. Anjuran Islam Tentang Pentingnya Bekerja
Bekerja dapat menghasilkan manfaat bagi pelakunya dan orang lain, yakni terlepas dari
pengangguran yang dapat menyebabkan suka mencampuri urusan orang lain dan menghilangkan

5
https://abufawaz.wordpress.com/2012/04/10/hadits-hadits-shohih-tentang-keutamaan-perniagaan-dan-
pengusaha-muslim/ (diakses 20 September 2017)

6
Imam Az-Zubaidi, Ringkasan Shahih Bukhhari, Terj. Ahmad Ali Sulaiman (Solo :Insan Kamil, 2014), hlm. 391.

5
kesunyian jiwa dengan kesibukan kerja tersebut. Dengan bekerja seseorang akan terjaga dari
kebiasaan meminta minta yang hina. Nabi Dawud membuat baju besi dan memasarkan kepada
kaummnya, padahal ia khalifah Allah di bumi dan dalam kondisi keuangan yang longgar serta
melimpah, sebagaimana yang telah disampaikan Rasulullah dalam hadits :

Artinya : Diriwayatkan dari Miqdam, dari Rasulullah yang bersabda : Tiadalah seseorang
memakan satu makanan yang lebih baik daripada ia memakan hasil pekerjaan tangannya.
Sesungguhnya nabi Allah, Daud, memakan dari hasil pekerjaan tangannya. (HR. Bukhari)

Dalam kitab Al-Mustadrak, diriwayatkan dati Ibnu Abbas dengan sanad lemah, Nabi
Dawud seorang pengrajin baju besi, nabi Adam seorang Pembajak Sawah, Nabi Nuh seorang
tukang kayu, Nabi Idris seorang penjahit dan Musa seorang pengembala. Ini menunjukan
bahwa bekerja mencari rizeki tidak menafikan tawakal kepada Allah swt.7 Adapun beberapa
point penting anjuran Islam untuk bekerja adalah seperti yang telah dijelaskan oleh beberapa
hadits dan ayat suci Al-Quran dibawah ini :
1. Larangan menganggur dan meminta-minta

Rasulullah saw sangat menekankan kepada seluruh umatnya agar tidak menjadi umat yang
pemalas dan suka meminta-minta. Pekeerjaan apapun walaupun tampak hina dimata oran lain,
akan jauh lebih baik dan mulia daripada harta yang diperoleh dengan cara meminta-minta
ataupun dengan cara yang tidak halal.8

Artinya : Dari Abu Hurairah r.a berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Hendaklah seseorang diantara kalian berangkat pagi-pagi sekali mencari kayu bakar,
lalu bersedekah dengan nya dan menjaga diri (tidak meminta-minta) dari manusia lebih
baik daripada meminta kepada seseorang baik diberi atau tidak. Tangan diatas lebih baik
dari tangan dibawah. Mulailah (memberi) kepada orang yang menjadi tanggung
jawabmu. (HR. Muslim).

7
Ahmad, Syarah, hlm. 417.
8
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum (Surabaya: ITS Press, 2009), hlm.160

6
2. Bekerja menghapus dosa (Hadits riwayat Ath-Thabrani)

Artinya : Barangsiapa yang di waktu sore merasa lelah lantaran pekerjaan kedua
tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya. (HR. Thabrani).9

Dalam hadits-hadits diatas, dengan jelas menunjukan bahwa bekerja merupakan perbuatan
yang sangat mulia dalam ajaran Islam. Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang
urgensi bekerja yang bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan perut semata, melainkan bekerja
dapat memelihara harga diri dan martabat kemanusian yang seharusnya dijunjung tinggi,
karenanya bekerja dalam Islam dipandang teramat mulia, baik disisi Allah swt maupun sesama
manusia.
3. Anjuran menjemput rezeki dalam Al-Quran dan Hadits

Artinya : Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelalajahi, maka jelajahilah
di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan. (QS. Al-Mulk : 15).

Melalui ayat ini, Allah swt mengabarkan kepada manusia bahwasanya Allah swt telah
menciptakan berbagai nikmat di bumi, dengan demikian kita sebagai manusia diharuskan
mencari kemanapun rezeki tersebut dengan bertawaqal kepada Allah, dalam pengertian lain ayat
ini juga menyerukan kepada kita tentang pentingnya berhijrah manakala dalam suatu tempat kita
kesulitan dalam mencari rezeki maka kita dianjurkan untuk mencarinya di tempat lain. Hal
tersebut juga didukung oleh hadits Rasulullah saw yaitu :

Artinya : Sekiranya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar- benarnya, niscaya Allah
memberi kalian rizki, sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung yang berangkat di pagi
hari dengan perut kosong dan kembali sore hari dengan perut kenyang. (HR. at-Tirmidzi, an-
Nasai dan Ibnu Majah. At-Tirmidzi berkata, ini adalah hadits hasan shohih).

9
http://www.ummi-online.com/kumpulan-hadits-rasulullah-tentang-bekerja.html (diakses 28 September 2017)

7
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Secara umum bisnis diartikan sebagi suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.
Dalam istilah agama, kegiatan bisnis (berdagang) dan interaksi semacamnya dapat dinamai
dengan kegiatan ber muamalah.
Lebih khusus terhadap bisnis Islami, adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai
bentuknya yang tidak dibatasi jumlah profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram.

Islam sendiri sangat mengajurkan dan memperbolehkan berbisnis asalkan bukan berbisnis
terhadap hal hal yang mengarah kepada riba, judi, penyediaan produk atau layanan yang
mengandung barang-barang haram yang dilarang oleh Allah swt.
Dalam berbisnis, tentu telah ada etika maupun panduan Islam tentang berniaga yang baik dan
benar seperti perintah untuk bersifat jujur, tidak menipu, dan bersikap lemah lembut. Lebih dari
itu Agama Islam sangat menganjurkan umatnya untuk bekerja dan menjemput rezeki yang
disediakan oleh Allah swt di bumi dalam rangka bertaqwa kepada Allah dan memelihara derajad
manusia itu sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin, M.Q. 2014. Syarah Hadits Bukhari. Diterjemahkan oleh: Abu Nabil. Solo: Zamzam.
Kadir, A. 2010. Hukum Bisnis Syariah Dalam Al-Quran. Jakarta: Amzah.
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam.
Yogyakarta: BPFE.
Nawawi, Ismail. 2009. Ekonomi Islam Perspektif Teori, Sistem, dan Aspek Hukum .Surabaya: ITS
Press.
Rodin, Dede. 2015. Tafsir Ayat Ekonomi. Semarang: CV Karya Abadi Jaya.
Zubaidi, Imam. 2014. Ringkasan Shahih Bukhari. Diterjemahkan oleh: Ahmad Ali Sulaiman.
Solo: Insan Kamil.

http://abufawaz.wordpress.com/2012/04/10/hadits-hadits-shohih-tentang-keutamaan-perniagaan-
dan-pengusaha-muslim.html (diakses 20 September 2017)

http://ummi-online.com/kumpulan-hadits-rasulullah-tentang-bekerja.html (diakses 28 September


2017)

Anda mungkin juga menyukai