Disusun Oleh :
Feri Sugiatno (1605036012)
Ambar Riyani (1605036014)
Rizki Rangga Sufendra (1605036015)
BAB I
UIN WALISONGO 2017-2018 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Paradigma baru yang berkembang pada masa krisis ekonomi tahun 1997
dan 1998 adalah perlu dikembangkannya ekonomi kerakyatan dimana
pertumbuhan ekonomi didorong dari bawah. Hal ini berarti diperlukannya
alokasi sumber daya untuk membangkitkan golongan ekonomi lemah dan
koperasi. Tingkat bunga yang sangat tinggi pada masa krisis sampai 65 %
setahun jelas tidak mendukung berkembangnya ekonomi kerakyatan. Oleh
karena itu diperlukan perangkat lembaga keuangan baru yang tentunya
bukan berupa bunga. Karena Itu Pada dekade sekarang ini telah banyak bank
bank syariah yang menawarkan produk produknya baik itu produk yang
tabarru ataupun yang tijarah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud akad murabahah ?
2. Apa yang dimaksud akad istishna ?
3. Apa yang dimaksud dengan akad IMBT ?
4. Apa yang dimaksud akad wadiah yad amanah ?
5. Apa yang dimaksud akad wadiah yad dhamanah ?
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba
atau keuntungan dalam jumlah tertentu. Definisi lain murabahah adalah jual
beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.1
Artinya: Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
(QS. Al Baqarah [2]: 275)2
Rukun Murabahah :
1. Penjual (Bai)
2. Pembeli (Musytari)
3. Objek Jual Beli (Mabi)
1 Muhammad, 2009. Model-model Akad Pembiayaan di Bank Sharia, UII Pres,
Yogyakarta.
B. Akad Istishna
Dalam akad Istishna, spesifikasi akad yang di pesan harus jelas, bila produk yang di pesan
adalah rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya
menggunakan bata merah, kayu jati, lantai keramik ukuran 4040, dan lain sebagainya. Dengan
spesifikasi yang rinci, diharapkan persengkataan dapat di hindari.
Berdasarkan ayat ini dan lainnya, para ulama menyatakan bahwa hukum asal setiap
perniagaan adalah halal, kecuali yang telah secara nyata diharamkan dalam dalil yang kuat dan
shahih.
4 Wangsawidjadja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Kompas Gramedia Building, 2012), hlm.267-268.
5 Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah Bank Indonesia, 2006, hlm 21.
Artinya: Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara
mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian
mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat
mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan. QS. al-Zukhruf [43]: 32
b) Hadits
Ahmad Abu Daud dan An-Nasa meriwayatkan dari saad bin Abi Waqqash r.a berkata: Dahulu
kami menyewa tanah dengan (jalan membayar dari) tanaman yang tumbuh. Lalu Rasulullah
SAW melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang emas
atau perak.
D. Akad Wadiah
Barang titipan dikenal dalam bahasa fiqih dengan al-wadiah, menurut bahasa al-wadiah
adalah sesuatu yang ditempatkan bukan pada pemiliknya supaya dijaganya, itu berarti al-
wadiah ialah memberikan. Makna yang kedua al-wadiah dari segi bahasa ialah menerima,
seperti seseorang berkata awdatuhu artinya aku menerima harta tersebut darinya. Secara
6 Al Arif Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung: CVPustaka Setia, 2012) hlm. 257.
7 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, Jakarta :PT. RAJA GRAFINDO PERSADA, Cet ke- VI,2010, hlm. 179.
1
UIN WALISONGO 2017-2018
0
Secara umum terdapat dua jenis Al-wadiah yaitu wadiah yad al-amanah dan Wadiah yad
dhamanah.
a. Wadiah yad Al-Amanah
Yaitu merupakan titipan murni dimana barang yang dititipkan tidak boleh digunakan
(diambil manfaatnya) oleh penitip, dan sewaktu barang titipan dikembalikan harus dalam
keadaan utuh baik nilai maupun fisik barangnya, jika selama dalam penitipan terjadi kerusakan
maka pihak yang menerima titipan tidak dibebani tanggung jawab sedangkan sebagai
kompensasi atas tanggung jawab pemeliharaan dapat dikenakan biaya petitipan.
b. Wadiah Yad Dhamanah
Yaitu merupakan pengembangan dari wadiah yad al amanah yang disesuaikan dengan
aktifitas perekonomian. Penerima titipan diberi izin untuk menggunakan dan mengambil manfaat
dari titipan tersebut. Penyimpan mempunyai kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kehilangan atau kerusakan barang titipan tersebut. Semua keuntungan yang diperoleh dari
pemanfaatan barang titipan tersebut menjadi hak penerima titipan. Sebagai imbalan kepada
pemilik barang atau dana dapat diberikan semacam insentif berupa bonus yang tidak disyaratkan
sebelumnya.8
Melihat definisi dan penjelasan wadiah diatas, jenis produk perbankan yang dapat
diaplikasikan dengan menggunakan akad wadiah adalah giro bank (Current Account). Karena
giro bank pada dasarnya adalah penitipan dana masyarakat di bank untuk tujuan pembayaran dan
penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Dana titipan ini dapat dipergunakan oleh bank sebagai
penerima titipan selama dana tersebut mengendap di bank. Tetapi bank punya kewajiban untuk
membayarnya setiap saat jika nasabah mengambil dana titipan tersebut.
Sebagai imbalan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank, nasabah dapat menerima imbalan
jasa dari pemanfaatan dana yang mengendap di bank dalam bentuk bonus. Akan tetapi bonus ini
tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan merupakan hak penuh bank untuk memberikannya
atau tidak.9
Adapun karakteristik akad wadiah yad dhamanah adalah sebagai berikut:
8 Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT. Grasindo, Cet ke- I, 2005, hlm. 20-23
9 Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (DKT), Bank Syariah: Konsep , Produk dan Implementasi Operasional,
Jakarta: Djambatan, 2001, hlm. 61
1
UIN WALISONGO 2017-2018
1
a. Bank sebagai penerima titipan dan nasabah sebagai penitip dana.
b. Harta dan barang yang dititipkan boleh dan dapat dimanfaatkan oleh pihak bank.
c. Bank bertanggung jawab atas barang titipan, bila terjadi kerusakan atau kehilangan.
d. Karena dimanfaatkan, barang dan harta yang dititipkan tersebut tentu dapat menghasilkan
manfaat. Meskipun demikian tidak ada keharusan bagi pihak bank untuk memberikan hasil
pemanfaatan kepada nasabah.
e. Pemberian bonus tidak boleh disebutkan dalam kontrak ataupun dijanjikan dalam akad, tetapi
benar-benar pemberian sepihak sebagai tanda terima kasih dari pihak bank.
f. Jumlah pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan manajemen bank, karena pada
prinsipnya dalam akad ini penekanannya adalah titipan.10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari bebagai macam penjelasan diatas, kita dapat mengambil berberapa
kesimpulan bahwasanya Akad-akad seperti Murabahah, Istishna, Ijarah
muntahiyya bittamlik (IMBT), dan akad Wadiah merupakan berberapa akad
yang dikategorikan kedalam akad Ghairu Musamma. Dari macam macam
akad tersebut, kita dapat mengetahui definisi, landasan hukum, dan rukun-
rukun dari masing-masing akad tersebut, diantaranya.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual
menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk harga
pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya laba
atau keuntungan dalam jumlah tertentu.
10 Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah :Dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani,Cet. I, 2001, hlm.
149.
1
UIN WALISONGO 2017-2018
2
Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang di sepakati antara pemesan (pembeli/mustashni)
dan penjual (pembuat/shani).
akad Ijarah Muntahiyya Bittamlik adalah akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan
hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang.
Akad wadiah adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk menjaga hartanya atau
barangnya secara baik. Al-wadiah juga dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak
lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki. Secara umum terdapat dua jenis Al-wadiah yaitu wadiah yad al-amanah
dan Wadiah yad dhamanah.
DAFTAR PUSTAKA
1
UIN WALISONGO 2017-2018
3
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, Jakarta: PT.
Grasindo, Cet ke- I, 2005, hlm. 20-23
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan ( DKT), Bank Syariah: Konsep ,
Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2001, hlm. 61
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah :Dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema
Insani,Cet. I, 2001, hlm. 149.
1
UIN WALISONGO 2017-2018
4