Anda di halaman 1dari 6

Nama : Eris Hopipah

NIM : 19082203004

Kelas : Perbankan Syariah A

Mata Kuliah : Kebanksentralan dan Lembaga Keuangan Syariah

1. Akad : Ikatan atau kesepakatan antara nasabah dengan bank yakni pertalian ijab (pernyataan
melakukan ikatan) dan kabul (pernyataan penerimaan ikatan) sesuai dengan kehendak syariat
yang berpengaruh pada obyek perikatan, misalnya akad pembukaan rekening.

2. Ijab : Pernyataan pihak pertama dalam suatu akad yang menunjukkan kehendaknya untuk
melakukan akad. Termasuk rukun akad yang harus dipenuhi tatkala sedang melakukan transaksi.

3. Nishab : Batas ukuran minimal yang lazim digunakan dalam sistem zakat. Nishab zakat adalah
batas ukuran minimal dari harta yang wajib dizakati.

4. Sighat : yaitu ijab kabul yang merupakan pernyataan melakukan ikatan atau penerima ikatan.

5. Riba : pengambilan tambahan baik dalam transaksi maupun pinjam meminjam secara bertahap
atau yang bertentangan dengan ajaran islam.

6. Batil : Batal, tidak sesuai dengan syariah Islam (illegal); transaksi yang dilakukan oleh
lembaga keuangan syariah akan menjadi batil jika syarat dan rukunnya tidak terpenuhi serta
bertentangan dengan syariah Islam

7. Adat as-Sahm : Instrumen saham; salah satu dari produk keuangan yang merupakan bukti
kepemilikan suatu entitas

8. Adat at-Tamwil : Instrumen keuangan; produk keuangan yang berada pada sisi pasiva sebuah
entitas seperti surat hutang (promes, obligasi, saham)

9. Aradh wa Thalab : Penawaran dan permintaan (supply and demand)

10. Adat an-Maliyah al-Islamiyah : Instrumen moneter syariah (Islamic Monetary Instruments).
Instrument syariah yang digunakan untuk mempengaruhi prilaku investasi para pemilik modal
atau lembaga keuangan. Misalnya; sukuk atau Surat Utang Negara (SUN) Syariah

11. Bai' Mu'athah : Jual beli yanpa ijab kabul yang diucapkan

12. Baitul Mal : rumah harta.

13. Bai' Istishna' : Kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang, menurut spesifikasi
yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas
harga serta sistem pembayarannya, apakah pembayaran dilakukan dimuka, melalui cicilan, atau
ditangguhkan sampai suatu waktu pada masa yang akan datang

14. Bai' al-Gharar : Jual beli yang mengandung tipuan; seperti jual beli benda yang tidak
mungkin bisa diserahkan, jual ikan yang masih dikolam, jual buah yang masih dipohon dan
belum matang, jual beli dengan melempar batu (bai' al-hashäh), dan sebagainya

15. Ba'i al-Sharf : Jual beli mata uang denga mata uang lainnya, termasuk emas dengan emas
(money changer)

16. Bai' as-Shahih : Jual beli yang memenuhi rukun dan syarat

17. Bai' Salam : Jual beli barang yang diserahkan dikemudian hari sementara pembayarannya
dilakukan dimuka
18. Bai' Murabahah : Jual-beli yang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati. Dalam Bai' Murabahah, penjual harus memberitahu harga produk yang ia beli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya

19. Bank Tijari ‘Am Islami, Bank umum syariah. Bank Umum yang secara penuh beroperasi
berdasarkan prinsip syariah

20. Bank Tijariy : Bank Komersial (commercial bank)

21. Bank at-Tamwil as-Sya’bi al-Islami, : Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Bank yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran

22. Bank Muta’amil bil‘Umlat Ajnabiyah : Bank Devisa. Bank yang melayani transaksi devisa.

23. Bank Markazi : Bank Central (central bank).

24. Bithaqah al-Madin : Kartu debit (debit card).

25. Bithaqah al-I’timan : Kartu kredit (credit card)

26. Burshah Auraqi Maliyah : Bursa efek (stock exchange); Pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan/ atau sarana untuk mempertemukan penawar jual dan beli efek pihak-
pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka.

27. Dakhl Tsabit: Pendapatan tetap (fixed income); Pendapatan yang jumlahnya tidak
dipengaruhi oleh perubahan tingkat harga sebagaimana ditetapkan dalam kontrak, peraturan, dan
sebagainya

28. Dakhl Haddi( Pendapatan Marjinal),penambahan pendapatan dari hasil penjualan satu unit
output tambahan.

29. Dakhl (Pendapatan income) : Uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam
bentuk gaji (wages), upah (salary), sewa (rent), laba (profit), dan lain sebagainya.

30. Dain Qaumiyy (Utang pemerintah) : pinjaman yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah.

31. Dain Musytara : Utang piutang yang dilakukan secara berkelompok atau ditanggung secara
berserikat.

32. Dharaib al-Syarikat (Pajak perseroang) : Pajak yang harus dibayar oleh perusahaan,
dikenakan atas laba yang diperoleh menurut ketentuan undang-undang.

33. Dharaib ala al-Dakhl Pajak penghasilan (income tax) : Suatu pajak langsung (direct tax)
yang dikenakan oleh pemerintah atas pendapatan (income) Upah, sewa, dividen yang diterima
oleh rumah tangga sebagai peralatan kebijakan fiskal (fiscal policy). Pajak pendapatan biasanya
dibayar dengan skala progresif.

34. Dharibiyyuun( Fiskal (fiscal)) : Hal-hal yang berkenaan keuangan negara, terutama yang
berkenaan pendapatan dan pengeluaran negara.

35. Dharibah an-Nama’ al-Mali (Pajak Pertambahan Nilai (PPN)) : Pajak yang dikenakan pada
setiap proses transaksi atau produks

36. Duyun Ma’dumah : Pinjaman tidak lancar (non performing loan).

37. Faqir : Orang yang tidak meiliki harta dan penghasilan. Termasuk orang yang berhak
menerima zakat (mustahiq zakat).
38. Gharim : Orang-orang yang berhutang; Orang yang berhutang karena untuk kebaikan yang
bukan ma’siat dan tidak sanggup membayarnya. Termasuk salah satu golongan yang berhak
menerima zakat (mustahiq zakat).

39. Gharar : Ketidakjelasan, tipuan; Transaksi yang mengandung ketidakjelasan dan/ atau tipuan
dari salah satu pihak; seperti bai’ ma’dum (jual beli sesuatu yang belum ada barangnya).

40. Himayah al-Mustahlikin : Perlindungan konsumen (consumer protection); Upaya untuk


melindungi konsumen dari praktek-praktek yang merugikan.

41. Hibah : Pemberian (gift).

42. Hawalah : Pengalihan hutang; Pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang
lain yang bersedia menanggungnya dengan nilai yang sama dengan nilai nominal hutangnya.

43. Istishna : Akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan/ pembeli (mustashni') dan penjual/
pembuat (shani'). Lihat bai' al-istishna'.

44. Ijarah : Sewa menyewa; Akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri

45. Ijarah wa iqtina : Akad sewa menyewa barang antara bank (muaajir) dengan penyewa
(mustajir) yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan barang sewaan akan
berpindah kepada mustajir.

46. Kafalah : Akad pemberian jaminan (Makful alaih) yang diberikan satu pihak kepada pihak
lain dimana pemberi jaminan (Kafiil) bertanggung- jawab atas pembayaran kembali suatu hutang
yang menjadi hak penerima jaminan (Makful).

47. Musyarakah : Saling bekerjasama, berkongsi, berserikat, bermitra (cooperation, partnership);


Pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu,
dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
dibagi berdasarkan nisbah yang disepakati, sedangkan kerugian ditanggung oleh para pihak
sebesar partisipasi modal yang disertakan dalam usaha. Dalam aplikasi perbankan syariah
pembiayaan musyarakah digunakan untuk modal kerja dan/ atau investasi, dimana dana dari
bank merupakan partisipasi modal bank dalam usaha yang dikelola oleh nasabah, dan bank
berhak ikut serta dalam mengelola usaha.

48. Mudharabah : Akad yang dilakukan antara pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola
(mudharib) dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal, sedangkan kerugian ditanggung oleh
pemilik modal.

49. Mudharabah Mutlaqah : Mudharib diberikan kekuasaan penuh untuk mengelola modal,
Mudharib tidak dibatasi baik mengenai tempat, tujuan maupun jenis usahanya.

50. Mudharabah Muqayyadah : Akad yang dilakukan antara pemilik modal untuk usaha yang
ditentukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola (mudharib), dimana nisbah bagi
hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama, sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik
modal. Dalam terminologi perbankan syariah ini lazim disebut Special Investment.

51. Murabahah : Akad jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank membeli barang yang
diperlukan nasabah dan menjual kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga pokok
ditambah dengan keuntungan yang disepakati.

52. Mudharib : Pengusaha (entrepreneur); Pengelola dana (modal) dalam akad mudharabah;
dalam madzhab Syafi'i disebut amil. Mudharib merupakan salah satu unsur yang harus ada dalam
praktek mudharabah. Aplikasi dalam lembaga keuangan syariah, pihak bank bisa bertindak
selaku mudharib tatkala melakukan penghimpunan dana, atau pihak nasabah bertindak selaku
mudharib tatkala mengelola dana dari bank.

53. Nasabah : orang atau badan hukum yang mempunyai rekening baik rekening simpanan atau
pinjaman pada pihak bank. Sehingga nasabah merupakan orang yang biasa berhubungan dengan
atau menjadi pelanggan bank.

54. Hiwalah : Akad pemindahan piutang nasabah (muhil) kepada bank (muhal ‘alaih) dari
nasabah lain (muhal). Muhil meminta muhal ‘alaih untuk membayarkan terlebih dahulu piutang
yang timbul dari jual-beli. Pada saat piutang tersebut jatuh tempo muhal akan membayar kepada
muhal ‘alaih. Muhal ‘alaih memperoleh imbalan sebagai jasa pemindahan

55. Qardh : Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh) yang wajib
dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman. Muqridh dapat meminta jaminan atas
pinjaman kepada Muqtaridh. Pengembalian pinjaman dapat dilakukan secara angsuran ataupun
sekaligus.

56. Qardh-ul Hasan : Akad pinjaman dari bank (Muqridh) kepada pihak tertentu (Muqtaridh)
untuk tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

57. Rahn : Akad penyerahan barang/harta (Marhun) dari nasabah (Rahin) kepada Bank
(Murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang.

58. Salam : Akad jual-beli barang pesanan (Muslam fiih) antara pembeli (Muslam) dengan
penjual (Muslam ilaih). Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati diawal akad dan
pembayaran dilakukan dimuka secara penuh. Apabila bank bertindak sebagai Muslam kemudian
memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang (Muslam fiih) maka hal ini disebut
Salam Paralel.

59. Wadi’ah : Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan barang/uang.

60. Wadi’ah Yad Amanah : Akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak
diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung jawab atas
kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian
penerima titipan.

61. Wadi’ah Yad Dhamanah : Akad penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan
dengan atau tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus
bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang titipan.

62. Wakalah : Akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa (Muwakkil) kepada penerima kuasa
(Wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (Taukil) atas nama pemberi kuasa.

63. Wakalah bil Ujra : Akad bil Ujra dalam pembiayaan syariah di mana salah satu pihak
memberikan kuasa kepada pihak lain untuk melakukan tindakan yang diperlukan atas nama
pemberi wakalah atau kuasa (muwakkil). Dan atas wakalah tersebut, penerima kuasa (wakil)
akan menerima ujrah atau imbalan.

64. Salam parallel : Apabila bank bertindak sebagai muslam kemudian memesan kepada pihak
lain untukmenyediakan barang (muslam fiih).

65. Shani’ : Penerima pesanan dalam akad Isthisna.

66. Shahibul maal : Pemilik dana

67. Syariah : Prinsip yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.


68. Syirkah : Persekutuan yang melibatkan dua atau lebih pihak, untuk menghasilkan
keuntungan.

69. Syirkah : temporer Dana yang diterima sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari
individu dan pihak lain dimana bank mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan
dana tersebut dengan pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

70. Muqayyad : Jual beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter). Jual
beli semacam ini dilakukan sebagai jalan keluar bagi ekspor yang tidak bisa menghasilkan mata
uang asing (valas).

71 Margin : Besarnya keuntungan yang disepakati antara bank dan nasabah atas transaksi
pembiayaan dengan akad jual beli (murabahah). Margin pembiayaan bersifat tetap (fixed) tidak
berubah sepanjang jangka waktu pembiayaan.

72. Natijah : Pencapaian hasil yang ditentukan dari suatu pekerjaan.

73. Muzara’ah : Akad kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap,
dimana pemilik lahan menyerahkan lahan pertanian kepada si penggarap untuk ditanami dan
dipelihara dengan imbalan tertentu (nisbah) dari hasil panen yang benihnya berasal dari pemilik
lahan.

74. Qabul : Pernyataan penerimaan ikatan.

75. Qard-ul Hasan Akad pinjaman dari bank (muqridh) kepada pihak tertentu (muqtaridh) untuk
tujuan sosial yang wajib dikembalikan dengan jumlah yang sama sesuai pinjaman.

76. Al-Musaqah : penyerahan pohon kepada orang yang menyiramnya dan meneliharanya
dengan ketentuan bila sudah panen dia akan diberi imbalan dalam jumlah tertentu.

77. Al-Muslam : (pembeli) dalam akad salam.

78. Al-Muzara’ah : kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dan penggarap.
Dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk dikelola dengan
imbalan bagian tertent.

79. Risywah : Tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya yang melanggar
hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaks

78. Riqab : Merupakan salah satu mustahik zakat yang dimaknai secara khusus yaitu untuk
memerdekakan budak.

79. Rukun : Merupakan rangkain yang harus di ikuti secara terartur, dan tidak boleh di lewat,
karena bisa menjadi gugur atau batal dalam hal perkara akad seperti itu jika dari salah satu rukun
tidak terpenuhi maka akad tersebut tidak sah atau tidak dapat dilakukan.

80. Tadlis Transaksi yang mengandung suatu hal pokok yang tidak diketahui oleh salah satu
pihak (unknown to one party).

81. Tawazun : keseimbangan aspek material dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor
keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan keseimbangan aspek pemanfaatan dan
kelestarian.

82. Uus Unit-unit Syariah : merupakan Lembaga keuangan non Bank

83. Takafful Saling menanggung resiko di antara sesama orang sehingga antara pihak yang satu
dengan pihak lainnya menjadi penanggung resiko tersebut.

84. usta’jir : pihak penyewa dalam akad Ijarah

85. Muslam Fiih : barang yang dijual belikan.


86. Mustashni (pembeli) : dalam akad Istishna.

87. Muslam Ilaih (penjual) : pihak yang memasok barang pesanan.

88. Mustawda’ : pihak penyimpan barang.

89. Muwaddi’ : orang yang menitipkan barang.

90. Muwakil pemberi kuasa : pihak yang memberikan kuasa kepada pihak lain untuk mewakili
kepentingannya.

91. Makfuul ‘anhu : pihak ketiga yang memeperoleh penjaminan.

92. Makful bihi : kewajiban seseorang atau pihak yang kemudian mendapat jaminan dari pihak
lain dalam akad kafalah.

93. Makful lahu : pihak yang dijamin.

94. Marhun : barang yang dijaminkan (digadaikan).

95. Marhun bihi dana rahn : dana yang diperoleh oleh nasabah setelah aplikasi rahn-nya diterima
oleh bank, dengan syarat telah ada penyerahan jaminan ke pihak bank.

96. Ma’jur : pihak yang berkewajiban menyerahkan barang dalam akad Ijarah.

97. Maysir : transaksi yang mengandung unsur perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang
tinggi.

98. rade Finance fasilitas yang diberikan untuk membiayai kegiatan perdagangan debitur yang
berkaitan dengan transaksi perdagangan luar negeri (ekspor-impor) maupun dalam negeri (jual-
beli).

99. Tsaman : harga suatu barang berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

100. Ujroh : pihak penyewa yang berkewajiban memberikan uang sewa dalam akad Ijarah.

Anda mungkin juga menyukai