Anda di halaman 1dari 4

LEGAL AUDIT SYARIAH

Padlah Riyadi., SE., AK., CA., MM.

Assalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.


Sebagai praktisi keuangan/investasi konvensional dan pemula dalam bidang
keuangan/investasi syariah, penulis ingin mengajak rekan-rekan yang mendalami bidang
hukum dan Fiqh Islam untuk mengkaji ulang praktek-praktek keuangan/investasi syariah
di sekitar kita. Tujuannya tiada lain adalah untuk melakukan self restraining dan self
correcting atas apa-apa yang telah kita upayakan untuk mengembangkan produk-produk
keuangan/investasi syariah.
Dalam melakukan investasi, baik itu investasi dengan exit mechanism yang terbuka di
pasar modal ataupun dengan exit mechanism yang tertutup melalui private placement
maupun swap placement, dibutuhkan suatu aktivitas audit baik secara keuangan maupun
legal untuk menilai apakah investasi tersebut layak, menarik dan sah secara hukum. Legal
audit yang dilakukan selama ini dalam investasi adalah legal audit yang berdasarkan
hukum positif nasional maupun internasional. Kebutuhan legal audit yang berdasarkan
syariah timbul sejalan dengan dikeluarkannya produk-produk investasi syariah dalam
mengakomodasi kebutuhan umat Islam akan aktivitas investasi yang halalan thayyiban.
Investasi syariah mempunyai implikasi yang kuat dalam seleksi usaha-usaha target
investasi. Proses produksi barang dan / atau jasa dalam usaha-usaha tersebut harus
memenuhi kriteria halalan thayyiban dalam aspek-aspek terukur Fiqh Islam. Legal audit
syariah yang bersandar kepada Fiqh Islam dengan dasar Al Quran dan Hadits Rasul
Muhammad SAW memegang peranan yang sangat penting dalam penentuan masuk
1

tidaknya usaha yang menjadi target investasi ke dalam kriteria halalan thayyiban secara
syariah.
Dalam melakukan legal audit syariah atas aktivitas dan target investasi pembiayaan
syariah, syariah legal auditor dituntut mengetahui tidak hanya hukum dan Fiqh Islam,
namun juga hukum positif yang berlaku secara nasional dan internasional. Interaksi
antara hukum dan Fiqh Islam dengan hukum-hukum positif dimungkinkan dengan
adanya beberapa kesamaan aturan dan etika hukum yang berlaku. Namun tetap hukum
dan Fiqh Islam menjadi prioritas acuan utama dalam menentukan aktivitas dan target
investasi yang halalan thayyiban.
Landasan Legal Audit Syariah:
Firman Allah dalam Al Quran Surah Al Baqarah ayat 282, mengatakan:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis
di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis,
dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
dari pada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
(keadaannya) atau ia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orangorang lelaki di antaramu. Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah muamalahmu
itu), kecuali jika muamalahmu itu perdagangan yang kamu jalankan di antara kamu,
maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlahapabila
kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu
lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu.
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Firman Allah dalam Surah yang sama ayat yang berikutnya masih lebih menegaskan isi
ayat ini.
Legal audit syariah, sebagaimana juga legal audit konvensional, dalam melakukan
pemeriksaan atas keabsahan legal suatu aktivitas dan/atau target investasi mempunyai
dasar-dasar dokumentasi notarial yang sesuai dengan dasar hukum yang disepakati. Al
Quran Surah Al Baqarah ayat 282 di atas banyak menekankan kepada hal-hal yang
bersifat muamalah. Tentu saja muamalah yang dimaksud adalah muamalah yang
memperhatikan kriteria halalan thayyiban secara syariah yang diatur dalam ayat-ayat
surah-surah lainnya. Sehingga legal audit syariah menjadi luas cakupannya dibandingkan
legal audit konvensional yang lebih banyak menilai keabsahan legal suatu aktivitas
2

dan/atau target investasi berdasarkan dokumentasi notarial dengan dasar hukum setempat.
Sementara legal audit syariah menilai keabsahan legal suatu aktivitas dan/atau target
investasi berdasarkan dokumentasi notarial dengan dasar hukum universal Al Quran,
Hadits Rasulullah Muhammad SAW dan Fiqh Islam yang diterjemahkan/disesuaikan ke
dalam bahasa dasar hukum setempat yang tidak bertentangan dengan dasar hukum
universal Islam.
Produk-produk inovatif investasi berbasiskan syariah semakin banyak. Produk-produk
tersebut tidak hanya dikeluarkan oleh lembaga-lembaga keuangan/investasi Islam namun
juga dikeluarkan oleh lembaga-lembaga keuangan/investasi non Islam yang
diperuntukkan bagi para muslim. Memang dalam lembaga-lembaga keuangan tersebut
biasanya ditemui dewan pengawas syariah setempat yang memonitor kriteria halalan
thayyiban dari produk-produk tersebut. Namun perangkat legal audit syariah tetap
dibutuhkan untuk menjamin tidak adanya pelanggaran atas kriteria halalan thayyiban tadi
di masa yang akan datang dengan memeriksa apa-apa yang sudah dilewati di masa
lampau dan apa-apa yang direncanakan di masa yang akan datang.
Banyak produk-produk keuangan/investasi syariah yang apabila tidak dikontrol
dengan melakukan legal audit syariah atas produk-produk tersebut dapat
menimbulkan apa yang disebut gharar dalam Fiqh Islam. Produk-produk tersebut
antara lain:
-

Muqaradhah bond dengan bagi hasil minimal (mirip dengan coupon bond yang
menetapkan tingkat bunga tertentu)
As-Salam Parallel dengan tidak membatasi hubungan produsen riil dengan
pembeli riil (dapat mempunyai dampak yang menyerupai perdagangan berjangka
di bursa komoditi)
Saham perusahaan yang mengeluarkan saham bonus ataupun hak opsi dari
sumber yang tidak riil untuk kepentingan peningkatan nilai perusahaan di atas
kertas semata-mata.

Ketiga contoh produk di atas, apabila tidak dilakukan legal audit syariah untuk melihat
baik buruknya dari pengalaman yang telah lewat maupun rencana produk yang akan
datang, maka dapat saja diputarbalikkan menjadi produk-produk keuangan/investasi
dengan nama Islam namun tidak mempunyai dasar hukum dan Fiqh Islam yang kuat
(diragukan keabsahannya).
Dalam dunia hukum positif ada suatu kecenderungan bahwa hukum positif banyak
tertinggal dengan produk-produk keuangan/investasi yang ada. Sehingga ada suatu
kondisi di mana produk-produk keuangan/investasi yang ada membaku dalam suatu
praktek keuangan/investasi berdasarkan kebiasaan komunitas keuangan/investasi.
Hukum-hukum positif yang mengatur praktek keuangan/investasi terbentuk kemudian
untuk mengakomodasi kepentingan pihak-pihak tertentu dalam komunitas
keuangan/investasi.

Dalam praktek keuangan/investasi syariah, dasar hukum dan Fiqh Islam telah banyak
mengatur praktek keuangan/investasi syariah. Masalahnya dalam zaman sekarang ini,
secara empiris produk-produk keuangan/investasi syariah diajukan oleh komunitas
keuangan/investasi syariah
yang
terlalu berupaya
menghasilkan
produk
keuangan/investasi tandingan terhadap produk keuangan/investasi konvensional.
Dalam hal ini, lagi-lagi legal audit syariah sangat berperan untuk mencari dan
meluruskan penyimpangan sesuai dengan syariah.
Mudah-mudahan tulisan ini mampu menggulirkan suatu kajian yang dapat diteruskan
pembahasannya dengan lebih detil oleh rekan-rekan yang mendalami hukum dan Fiqh
Islam. Wassalaamualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Anda mungkin juga menyukai